Anda di halaman 1dari 10

Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm.

86 - 95

Distribusi Fosfat dan Nitrat di Teluk Ambon Bagian Dalam


pada Musim Barat dan Timur

Phosphate and Nitrate Distribution in Inner Ambon Bay During


Northwest and Southeast Monsoon

Idha Yulia Ikhsani1,*, Malik S. Abdul1, dan Johanis D. Lekalete1


1
Pusat Penelitian Laut Dalam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ambon, Indonesia.
*
E-mail: idhayuliaikhsani@yahoo.com
ARTICLE INFO Abstract
Article history This study has compared the distribution of nutrients phosphate and nitrate
Received date: concentrations in the inner Ambon Bay during two different seasons: North-
15 March 2016 west dan Southeast monsoon. The result showed that the nutrient concen-
Received in revised form date: trations in the Southeast monsoon were higher than those in the Northwest
12 April 2016 monsoon, both for phosphate and nitrate. The ranges of phosphate concen-
Accepted date: trations on the surface and near the bottom of the bay during the Northwest
27 June 2016 monsoon were 0.0471-0.0549 mg/L and 0.0549–0.1176 mg/L while the
Available online date: ranges of nitrate concentrations were from undetected to 0.0976mg/L on
the surface, and 0.0956–0.5870 mg/L near the bottom of the bay. Mean-
30 November 2016
while, the phosphate and nitrate concentration on the surface during the
Southeast monsoon were 0.0495–0.0676 mg/L and 0.0247–0.4019 mg/L,
while near the bottom the concentrations were 0.0495–0.1802 mg/L and
0.0247– 0.7944 mg/L. These results indicated that phosphate and nitrate
concentrations in the inner Ambon Bay have exceeded the marine water
standard quality, which can be categorized as polluted. High concentrations
of phosphate and nitrate during Northwest monsoon could be caused by
run-off from the mainland area that enters the bay trough the river. On the
other hand, the enrichment of nutrients in the inner Ambon Bay during the
Southeast monsoon could be dominated by the “nutrient-rich water mass”
from Banda Sea that enters the inner Ambon Bay.
Keywords: Nitrate, Phosphate, Northwest monsoon, Southeast monsoon

Kata kunci: Abstrak


Nitrat Penelitian ini telah membandingkan distribusi konsentrasi zat hara fosfat
Fosfat dan nitrat di Teluk Ambon bagian dalam pada dua musim yang berbeda,
Monsun barat yaitu Monsun Barat dan Timur. Hasil menunjukkan konsentrasi fosfat
Monsun timur lebih tinggi di beberapa lokasi pengamatan pada Monsun Timur, begitu juga
dengan nitrat. Kisaran konsentrasi fosfat di permukaan dan dekat dasar pada
Monsun Barat adalah 0,0471-0,0549 dan 0,0549-0,1176 mg/L, sedangkan
untuk nitrat adalah dari tidak terdeteksi hingga 0,0976 mg/L di permukaan
dan 0,0956–0,5870 mg/L di dekat dasar. Kisaran konsentrasi fosfat dan nitrat
pada Monsun Timur di permukaan 0,0495-0,0676 mg/L dan 0,0247-0,4019
mg/L, sedangkan di daerah dasar adalah 0,0495-0,1802 mg/L dan 0,0247-
0,7944 mg/L. Hasil mengindikasikan kandungan nitrat dan fosfat sudah
tinggi dan dalam kategori tercemar. Kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi
pada Monsun Barat diduga disebabkan oleh limpahan nutrien dari daratan
yang masuk ke teluk melalui sungai. Di sisi lain, kandungan nutrisi yang
tinggi pada teluk Ambon bagian dalam pada Monsun Timur disebabkan oleh
masuknya massa air dari Laut Banda yang kaya akan nutrien ke dalam teluk.

© 2016 Widyariset. All rights reserved

DOI: http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.2.2.2016.86-95 10
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 86 - 95

PENDAHULUAN (TAL) dan dalam (TAD) dipisahkan oleh


Pemahaman mengenai distribusi zat ambang yang dangkal. Daerah ambang yang
hara di lautan sangat penting untuk men- dangkal menyebabkan terhambatnya per-
jelaskan siklus rantai makanan. Zat hara tukaran massa air di Teluk Ambon bagian
yang umum menjadi fokus perhatian di dalam (Anderson and Sapulete 1981; Basit,
perairan laut adalah fosfor dan nitrogen. Putri, and Tatipatta 2012).
Fosfor dalam bentuk orthofosfat (Paytan Mengingat pentingnya konsentrasi zat
dan McLaughlin 2007) dan nitrogen dalam hara terhadap kesuburan perairan, diperlu-
bentuk nitrat (Sanusi 1994) merupakan kan penelitian untuk mengkaji konsentrasi
mikronutrien yang memengaruhi produksi zat hara di perairan. Penelitian ini ber-
primer perairan (Conkright, Gregg, and tujuan untuk mengetahui kandungan fosfat
Levitus 2000). dan nitrat di Teluk Ambon bagian dalam,
Konsentrasi zat hara di perairan serta membandingkan kandungannya pada
menggambarkan kondisi kesuburan per- Monsun Barat dan Timur.
airan, semakin tinggi konsentrasi zat hara
semakin subur perairan tersebut. Di sisi
lain, tingginya konsentrasi fosfat maupun METODE
nitrat di perairan mengakibatkan terjadinya Observasi Lokasi
eutrofikasi yang dapat memicu ledakan
Penelitian ini dilakukan di perairan Teluk
populasi alga (Davidson et al. 2014).
Ambon bagian dalam pada tahun 2015.
Telah banyak laporan mengenai ledakan
Adapun waktu pengambilan sampel dilaku-
populasi alga berbahaya (Harmful Alga
kan pada 25 Februari (mewakili Monsun
Blooming) di kawasan Asia Tenggara,
Barat) dan 27 Agustus (mewakili Monsun
misalnya ledakan populasi Dinophysis
Timur). Pengambilan sampel dilakukan
spp. di Singapura yang mengakibatkan
terjadinya keracunan setelah memakan Tabel 1. Profil stasiun pengamatan
ikan yang berasal dari perairan yang me-
Keda-
ngalami blooming Dinophysis spp. (Holmes Sta-
Latitude Longitute laman Keterangan
siun
et al. 1999). Ledakan populasi Pyrodinium (m)
bahamense juga dilaporkan terjadi di 1 -3.6711 128.2384 32 Dekat sungai di
Malaysia, Brunai Darussalam, Filipina, Passo
dan Indonesia (Azanza et al. 2001). Ke- 2 -3.64846 128.2785 23 Dekat sungai di
Lata
matian ikan akibat alga berbahaya jenis
3 -3.63487 128.2317 14 Dekat sungai di
Cochlodinium polykrikoides juga dilapor- Negeri Lama
kan terjadi di Malaysia (Anton et al. 2008) 4 -3.63784 128.2165 22 Dekat sungai di
dan Filipina (Azanza et al. 2008). Waiheru

Salah satu faktor penyebab tingginya 5 -3.64527 128.1971 14 Muara sungai di


Poka (samping
konsentrasi zat hara di suatu perairan ada- PLTD)
lah sirkulasi massa air. Perairan tertutup 6 -3.64707 128.2157 28 Tengah Teluk
cenderung memiliki sirkulasi massa air Dalam
yang tidak lancar, sehingga memung- 7 -3.65856 128.2038 45 Penyeberangan
Feri
kinkan terjadinya peningkatan konsen-
8 -3.66328 128.195 17 Ambang,
trasi hara (Grundle, Timothy, and Varela berdekatan
2009). Teluk Ambon merupakan perairan dengan Sungai
Galala
semi tertutup, antara teluk bagian luar

87
Idha Yulia Ikhsani (dkk.) | Distribusi Fosfat dan Nitrat...

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel

Gambar 2. Penampang vertikal dari Teluk Ambon (Basit, Putri, and Tatipatta 2012)

pada delapan stasiun di TAD, seperti ter- pada kedalaman 5 dan 15 m menggunakan
lihat pada Gambar 1. Terdapat lebih dari current meter model Allec HMR dengan
delapan sungai yang bermuara ke Teluk ketelitian ±2 cm/detik.
Ambon bagian dalam. Adapun sungai- Pengambilan sampel air laut
sungai yang bermuara pada daerah yang dilakukan dengan menggunakan tabung
berdekatan dengan stasiun pengamatan Nansen pada kedalaman 1 m dari per-
ditunjukkan pada Tabel 1. TAD memiliki mukaan dan 50 cm dari dekat dasar.
kedalaman maksimum 45 meter, antara Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam
teluk dalam dan luar dihubungkan oleh botol polietilen dan disimpan pada suhu
ambang yang sempit dengan kedalaman 17 4 0C. Sampel air dibawa ke labora-
meter seperti terlihat pada Gambar 2. torium untuk disaring menggunakan
Pengambilan Data saringan millipore® ukuran 0,45 µm
dengan bantuan vacum pump. Pengukuran
Pengukuran kualitas air meliputi nitrat, konsentrasi zat hara mengikuti metode yang
fosfat, temperatur dan salinitas. Pengukuran dikemukakan oleh Strickland dan Parsons
temperatur dan salinitas dilakukan dengan (1970) menggunakan Spekrofotometer UV
menggunakan Compact Conductivity, -Vis Shimadzu 1700, dengan panjang
Temperature, Depth (CTD) Model SBE gelombang 543 nm untuk nitrat serta
19PLUS. Akurasi/ketelitian CTD untuk 885 nm untuk fosfat (Strickland and Par-
pengukuran temperatur dan salinitas ada- sons 1970). Data tambahan berupa curah
lah ± 0,02 oC dan ±0,03 psu. Pengukuran hujan didapatkan dari Badan Meteorologi,
arus pasang di Teluk Ambon bagian dalam Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota
dan luar dilakukan satu kali pada tanggal Ambon.
24–25 Februari 2015. Pengukuran arus

88
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 86 - 95

Data konsentrasi fosfat dan nitrat di fosfat dari sedimen pada daerah dekat dasar
permukaan dan dekat dasar pada Monsun (Paytan and McLaughlin 2007). Daerah
Barat maupun Monsun Timur diuji dengan dekat dasar juga merupakan tempat ter-
metode statistik paired t-test dengan soft- jadinya mineralisasi senyawa organik yang
ware Microsoft Excel. Uji statistik paired berasal dari jasad flora maupun fauna yang
t-test digunakan untuk membedakan mati. Hasil akhir dari proses mineralisasi
apakah ada perbedaan konsentrasi zat hara adalah ion nitrat, fosfat, dan silikat (Zehr
pada Monsun Barat dan Timur di permu- and Kudela 2011).
kaan dan daerah dekat dasar. Sebaran konsentrasi fosfat dan nitrat
di permukaan cenderung seragam di
semua stasiun, dibandingkan dekat dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Seragamnya konsentrasi fosfat dan nitrat
Monsun Barat (Bulan Februari) pada permukaan diduga karena kurang
lancarnya sirkulasi massa air di permukaan
Secara umum, konsentrasi fosfat dan nitrat
TAD. Berdasarkan hasil pengukuran arus,
di dekat dasar perairan lebih tinggi diban-
sirkulasi massa air di TAD hanya terjadi
dingkan dengan di permukaan (Gambar. 3).
pada kedalaman 15 meter; pada kedalaman
Kisaran konsentrasi fosfat di permukaan
tersebut massa air dari TAL akan bergerak
dan dekat dasar adalah 0,0471–0,0549 dan
masuk ke TAD (Gambar. 4). Sedangkan
0,0549–0,1176 mg/L. Kisaran konsentrasi
pada kedalaman 5 meter, massa air dari
nitrat di permukaan dan dekat dasar
TAL yang akan masuk TAD berbelok
adalah 0–0,0976 dan 0,0956–0,5870 mg/L.
arah saat membentur daerah ambang dan
Tingginya konsentrasi fosfat di daerah
kembali ke TAL (Gambar. 5).
dekat dasar dikarenakan tingginya difusi

Hunuth Passo
-3.645°S

P. A M B O N
Lateri
-3.665°S

Galala

Hative Bsr
-3.685°S

Pasut

AMBON
-3.705°S

Ref. Vektor
0.39 22.36
D a t e: 24-25 Feb. 2015
Depth : 15 m
128.12°E 128.14°E 128.16°E 128.18°E 128.2°E 128.22°E 128.24°E

Gambar 4. Pola arus pada kedalaman 15 m

Hunuth Passo
-3.645°S

P. A M B O N
Lateri
-3.665°S

Galala

Hative Bsr
-3.685°S

Pasut

AMBON
-3.705°S

Ref. Vektor
1.34 18.24
D a t e: 24-25 Feb. 2015

Gambar 3. Konsentrasi fosfat dan nitrat pada 128.12°E 128.14°E 128.16°E 128.18°E 128.2°E
Depth : 5 m
128.22°E 128.24°E

musim barat (bulan Februari) Gambar 5. Pola arus pada kedalaman 5 m

89
Idha Yulia Ikhsani (dkk.) | Distribusi Fosfat dan Nitrat...

Gambar 6. Salinitas setiap stasiun pada Monsun Gambar 7. Konsentrasi fosfat dan nitrat pada
Barat (bulan Februari) Monsun Timur (bulan Agustus)

Pada stasiun 6, 7, dan 8 di dekat yang lebih rendah dari lapisan di bawah-
dasar terlihat kecenderungan menurun- nya (Gambar. 6). Sedangkan pada daerah
nya konsentrasi nitrat dan fosfat seiring dekat dasar, stasiun 1 dan 6 menunjukkan
dekatnya stasiun dengan teluk bagian luar. konsentrasi nitrat yang tinggi yaitu 0,5871
Akan tetapi hal yang sebaliknya terjadi di dan 0,5768 mg/L hal ini diduga karena
permukaan, yaitu kecenderungan mening- terjadinya mineralisasi sedimen yang ter-
katnya konsentrasi fosfat dan nitrat pada jadi pada dasar perairan (Kristensen et al.
stasiun 6, 7, dan 8. Semakin rendahnya 2000).
kadar zat hara di bagian dekat dasar pada
stasiun yang dekat dengan ambang diduga Monsun Timur (Bulan Agustus)
karena pengenceran (Ferentinos et al.
2010) akibat pergantian massa air TAD Kisaran konsentrasi fosfat dan nitrat di
dengan TAL yang terjadi pada kedalaman permukaan 0,0495–0,0676 mg/L dan
15 m. Konsentrasi nitrat di permukaan pada 0,0247–0,4019 mg/L, sedangkan di daerah
stasiun 1 (0,058 mg/L), 3 (0,0989 mg/L), dasar adalah 0,0495–0,1802 mg/L dan
dan 8 (0,0682 mg/L) menunjukkan nilai 0,0247–0,7944 mg/L (Gambar 7). Nilai
yang lebih tinggi dari stasiun lainnya. Hal ini lebih rendah dari konsentrasi fosfat
ini diduga karena limpasan nutrient dari di TAD yang dilaporkan pula oleh Pello
darat yang terbawa oleh sungai (Sediadi et al. (2014), yaitu 0,0475–0,2783 mg/L
dan Manik 1994; Pello et al. 2014). Dugaan pada Monsun Timur. Hal ini diduga karena
tersebut diperkuat oleh data salinitas terjadinya fenomena el Nino pada tahun
permukaan dari stasiun-stasiun tersebut 2015 sehingga curah hujan lebih rendah

90
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 86 - 95

Gambar 8. Profil vertikal temperatur di TAD pada Gambar 9. Profil vertikal salinitas di TAD pada
(a) Monsun Barat (bulan Februari) dan (b) Timur (a) Monsun Barat (bulan Februari) dan (b) Timur
(bulan Agustus) (bulan Agustus)

dari tahun 2014 (Sathicq, Bauer, and Karakteristik massa air dari Laut Banda
Gómez 2015). Curah hujan yang lebih selain kaya akan zat hara adalah
rendah pada tahun 2015 mengakibatkan memiliki densitas yang besar tetapi suhu
lebih sedikitnya limpasan zat hara dari dan salinitas yang rendah (Wetsteyn,
daratan yang masuk ke TAD. Ilahude, and Baars 1990). Perbedaan
Kandungan fosfat dan nitrat pada densitas antara massa air TAD dan Laut
Monsun Timur baik di permukaan maupun Banda mengakibatkan massa air Laut
dekat dasar cenderung semakin besar pada Banda mengalami penenggelaman dan
stasiun yang semakin dekat dengan teluk menempati daerah dasar TAD. Masuknya
bagian luar, kecuali pada stasiun 3 dan 6 di- massa air dari Laut Banda dibuktikan
mana konsentrasi nitrat baik di dekat dasar dengan profil suhu yang lebih dingin dan
maupun permukaan sangat kecil (Gambar. salinitas yang lebih rendah di daerah dasar
7). Rendahnya konsentrasi nitrat pada pada musim timur daripada musim barat
stasiun 3 dan 6 diduga karena konsumsi (Gambar 8 dan 9).
nitrat oleh fitoplankton (PPLD-LIPI, Konsentrasi fosfat dan nitrat di TAD,
2015). Semakin tingginya konsentrasi baik permukaan maupun dekat dasar
zat hara pada stasiun yang semakin dekat telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
dengan teluk bagian luar diduga karena ASEAN Marine Water Quality (Anonimous,
masuknya massa air dari Laut Banda yang 2008). Kandungan fosfat dan nitrat di TAD
kaya akan zat hara ke TAD melalui ambang juga lebih besar dari kandungan fosfat
(Anderson and Sapulete 1981). Laut dan nitrat di Teluk Hurun (Santoso 2006;
Banda mengalami pembalikan massa air Santoso 2007), Teluk Banten (Adiwilaga,
pada musim timur, sehingga mengakibat- Damar, dan Harris 2009) dan Karimunjawa
kan terjadinya peningkatan jumlah zat (Ulqodry et al. 2010). Hal ini diduga
hara di daerah permukaan. Massa air karena sirkulasi massa air di Teluk
yang kaya zat hara dari Laut Banda Hurun, Teluk Banten, dan Karimunjawa
akan menggantikan massa air di TAD. lebih lancar dari TAD, mengingat ketiga

91
Idha Yulia Ikhsani (dkk.) | Distribusi Fosfat dan Nitrat...

Tabel 2. Perbandingan rata-rata konsentrasi fosfat dan nitrat di berbagai perairan


Penelitian Rata-rata konsentrasi (PO4)3- (mg/L) Rata-rata konsentrasi (NO3)- (mg/L)
Monsun Barat Monsun Timur Monsun Barat Monsun Timur
(kemarau) (penghujan) (kemarau) (penghujan)
Hasil penelitian ini 0,05 (P) 0,06 (P) 0,05 (P) 0,13 (P)
0,08 (D) 0,11 (D) 0,36 (D) 0,38 (D)
Teluk Hurun, Lampung (Santoso 2006; 0,0037 (P) 0,0042 (P) 0,001 (P) -
Santoso 2007) 0,0036 (D) 0,0035 (D)
Teluk Banten (Adiwilaga, Damar, dan 0,05 (P) 0,007 (P) 0,16 (P) 0,001 (P)
Harris 2009)
Perairan Karimunjawa (Ulqodry et al. 0,11 (P) - 0,37 (P) -
2010) 0,14 (D) 0,16 (D)
Teluk Ujungbatu Jepara (Romdhoni et - 0,2 (P) - 0,51 (P)
al. 2015)
Teluk Bangpakong, Thailand (Bordalo, 3,45 (P) 1,00 (P) 0,34 (P) 0,07 (P)
Chalermwat, and Teixeira 2016)

Teluk Jakarta (Yuliana 2012) 0,23*(P) 0,06* (P)


Baku Mutu:
ASEAN Marine Water Quality for Coastal Area (Anonimous 2008) 0,015 (fosfat) 0,06 (nitrat)
Keterangan: *rata-rata konsentrasi sepanjang tahun, P = permukaan, D = dasar

perairan ini langsung berhadapan dengan perbedaan konsentrasi zat hara baik di per-
laut lepas. Tingginya konsentrasi fosfat mukaan maupun dekat dasar pada Monsun
dan nitrat dibanding teluk lainnya meng- Barat maupun Timur (P value > 0,05) kec-
indikasikan telah terjadinya pencemaran uali untuk data konsentrasi fosfat di permu-
di TAD. Walaupun terindikasi telah ter- kaan (P value < 0,05). Konsentrasi fosfat di
cemar, tetapi konsentrasi fosfat dan nitrat permukaan pada Monsun Barat umumnya
di TAD lebih rendah dari Teluk Ujungbatu kecil karena sumber utama fosfat berasal
(Romdhoni et al. 2015), Teluk Bangpakong dari mineralisasi sedimen. Oleh karena itu,
(Bordalo, Chalermwat, and Teixeira 2016) pada saat Monsun Timur, dimana massa air
dan Teluk Jakarta (Yuliana 2012). Hal ini yang kaya nutrien dari Laut Banda masuk
diduga karena lebih besarnya masukan ke TAD, diduga terdapat penambahan
zat hara dari daratan yang masuk ke konsentrasi fosfat di permukaan yang
Teluk Jakarta, Teluk Bangpakong, dan mengakibatkan ada perbedaan konsentrasi
Teluk Ujungbatu, mengingat daratan yang fosfat antara Monsun Barat dan Timur.
mengelilingi ketiga teluk tersebut jauh Tidak berbedanya konsentrasi nitrat
lebih besar dengan aktivitas antropogenik dan fosfat di dekat dasar serta nitrat di
yang lebih banyak dan beragam dibanding permukaan antara Monsun Barat dan
TAD. Perbandingan zat hara di berbagai Timur diduga karena perbedaan curah
perairan, ditampilkan pada tabel 2. hujan pada musim tersebut. Pada bulan
Untuk melihat apakah ada perbedaan Februari (Monsun Barat) curah hujan
konsentrasi fosfat dan nitrat pada Monsun Kota Ambon (BMKG) sebanyak 196 mm,
Barat dan Timur, data hasil penelitian diuji sedangkan pada bulan Agustus (Monsun
dengan paired t-test. Nilai P-value hasil Timur) 70 mm. Menurut Wyrtki (1961)
analisis paired t-test untuk konsentrasi karakteristik Monsun Timur yang di-
fosfat dan nitrat di permukaan adalah 0,045 pengaruhi oleh angin Monsun Tenggara
dan 0,1; sedangkan untuk fosfat dan nitrat adalah membawa banyak curah hujan.
di dekat dasar adalah 0,09 dan 0,86. Hasil Akan tetapi el Nino yang melanda Indonesia
uji statistik menyatakan bahwa tidak ada pada tahun 2015 diduga menjadi penyebab

92
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 86 - 95

rendahnya curah hujan pada bulan Agustus DAFTAR ACUAN


sehingga sumber masukan zat hara di TAD Adiwilaga, Enan M., Ario Damar, dan
pada Monsun Timur diduga lebih dominan Enang Harris. 2009. “Pengukuran
berasal dari Laut Banda, sedangkan pada Nutrien Inorganik Terlarut di Zona
Monsun Barat adalah limpasan zat hara Eufotik Perairan Teluk Banten.”
Indo.J.Chem. 9 (2): 217–25.
dari darat.
Anderson, J.J., and Daniel Sapulete. 1981.
“Deep Water Renewal in Ambon
KESIMPULAN Bay, Ambon, Indonesia”. Procedings
of the Fourth International Coral
Konsentrasi fosfat dan nitrat pada Reef Symposium. 1:369-374.
Monsun Barat di permukaan berkisar
Anonimous. 2008. Marine Water Quality
antara 0,0471– 0,0549 dan 0–0,0976 mg/L, Management Guidelines and Monito-
di dekat dasar 0,0549–0,1176 dan 0,0956– ring Manual. Jakarta: Public Affairs
0,5870 mg/L. Sedangkan pada Monsun Office.
Timur, konsentrasi fosfat dan nitrat di per-
Anton, A., P. L. Teoh, S. R. Mohd-Shaleh,
mukaan berkisar antara 0,0495–0,0676 dan and N. Mohammad-Noor. 2008.
0,0247–0,4019 mg/L, untuk daerah dekat “First Occurrence of Cochlodinium
dasar berkisar antara 0,0495–0,1802 dan Blooms in Sabah, Malaysia.”
0,0247–0,7944 mg/L. Hasil uji statistik Harmful Algae 7 (3): 331–36.
doi:10.1016/j.hal.2007.12.013.
menyatakan tidak ada perbedaan konsen-
trasi zat hara antara Monsun Barat dan Azanza, Rhodora V., Laura T. David,
Timur, kecuali fosfat di permukaan. Roselle T. Borja, Iris U. Baula, and
Konsentrasi zat hara di TAD pada Monsun Yasuwo Fukuyo. 2008. “An Extensive
Cochlodinium Bloom along
Barat dipengaruhi oleh adanya beban the Western Coast of Palawan,
masukan nutrien dari daratan melalui Philippines.” HarmfulAlgae 7 (3):324-
limpasan sungai, sedangkan pada Monsun 330. doi:10.1016/j.hal.2007.12.011.
Timur dipengaruhi oleh massa air yang Basit, Abdul, Mutiara Rahmat Putri, and
kaya nutrien dari Laut Banda. Willem M Tatipatta. 2012. “Estima-
tion of Seasonal Vertically Integrated
Primary Productivity in Ambon Bay
UCAPAN TERIMA KASIH Using the Depth-Resolved , Time-
Integrated Production Model.” Mar.
Penelitian ini merupakan bagian dari Res. Indonesia 37 (1).
penelitian Monitoring Teluk Ambon yang
didanai oleh dana DIPA P2LD LIPI. Bordalo, Adriano A., Kashane Chalermwat,
and Catarina Teixeira. 2016. “Nutrient
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Variability and Its Influence on
Tim Monitoring Teluk Ambon, khusus- Nitrogen Processes in a Highly Turbid
nya Bapak Hanung Agus Mulyadi selaku Tropical Estuary (Bangpakong, Gulf
koordinator kegiatan MTA. Penulis juga of Thailand).” Journal of Environ-
mengucapkan terima kasih kepada tim mental Sciences. Elsevier B.V., 1–12.
doi:10.1016/j.jes.2016.01.011.
Kimia Oseanografi (Pak Is dan Pak Im),
teman-teman DJFP Tk. 1 Gel. 4 khusunya Conkright, M. E., W. W. Gregg, and S.
Heri P2G-LIPI yang telah membuatkan Levitus. 2000. “Seasonal Cycle of
Phosphate in the Open Ocean.” Deep-
peta lokasi penelitian. Terima kasih pula Sea Research Part I: Oceanographic
pada Ibu Cyntia Henny atas arahan, bim- Research Papers 47 (2): 159–75. doi:
bingan, dan motivasi dalam penulisan KTI 10.1016/S0967-0637(99)00042-4.
ini.

93
Idha Yulia Ikhsani (dkk.) | Distribusi Fosfat dan Nitrat...

Davidson, Keith, Richard J. Gowen, Paul PPLD-LIPI. 2015. “Lanjutan Monioring


J. Harrison, Lora E. Fleming, Porter Teluk Ambon. Laporan Penelitian
Hoagland, and Grigorios Moschonas. PPLD-LIPI Tahun 2015”. Pusat Pe-
2014. “Anthropogenic Nutrients and nelitian Laut Dalam-Lembaga Ilmu
Harmful Algae in Coastal Waters.” Pengetahuan Indonesia. 82 hlm.
Journal of Environmental Manage-
ment 146. Elsevier Ltd: 206–16. Pello, F. S., E. M. Adiwilaga, N.V. Huliselan,
doi:10.1016/j.jenvman.2014.07.002. dan A. Damar. 2014. “Pengaruh
Musim Terhadap Beban Masukan
Ferentinos, George, George Papatheo- Nutrien di Teluk Ambon Dalam”.
dorou, Maria Geraga, Margarita Jurnal Bumi Lestari. 14 (1):63-73.
Iatrou, Elias Fakiris, Dimitris Chris-
todoulou, Evagelos Dimitriou, and Romdhoni, Ahmad, Fauzan Karil, Muh.
Constantin Koutsikopoulos. 2010. Yusuf, and Lilik Maslukah. 2015.
“Fjord Water Circulation Patterns “Studi Sebaran Konsentrasi Nitrat
and Dysoxic/anoxic Conditions in dan Fosfat di Perairan Teluk Ujung-
a Mediterranean Semi-Enclosed batu Jepara.” Jurnal Oseanografi 4:
Embayment in the Amvrakikos Gulf, 386–92.
Greece.” Estuarine, Coastal and Shelf Santoso, A. D. 2006. “Kualitas Nutrien
Science 88 (4). Elsevier Ltd: 473–81. Perairan Teluk Hurun, Lampung.”
doi:10.1016/j.ecss.2010.05.006. J. Tek. Ling, no. 2: 140–44.
Grundle, Damian S., David A. Timothy, and ———. 2007. “Kandungan Zat Hara
Diana E. Varela. 2009. “Variations Fosfat Pada Musim Barat dan Timur
of Phytoplankton Productivity and di Teluk Hurun Lampung.” J. Tek.
Biomass over an Annual Cycle in Ling 8 (3): 207–10.
Saanich Inlet, a British Columbia
Fjord.” Continental Shelf Research Sanusi, Harpasis S. 1994. “Chemical
29 (19). Elsevier: 2257–69. Characteristic and Fertility of Pela-
doi:10.1016/j.csr.2009.08.013. buhan Ratu Bay Waters at East and
West Monsoon.” Jurnal Ilmu-Ilmu
Holmes, Michael James, Serena Lay Perairan dan Perikanan Indonesia
Ming Teo, Fu Chin Lee, and Hong 11 (2): 93–100.
Woo Khoo. 1999. “Persistent Low
Concentrations of Diarrhetic Shell- Sathicq, María Belén, Delia Elena
fish Toxins in Green Mussels Perna Bauer, and Nora Gómez. 2015.
Viridis from the Johor Strait, “Influence of El Niño Southern
Singapore: First Record of Diarrhetic Oscillation Phenomenon on Coastal
Shellfish Toxins from South-East Phytoplankton in a Mixohaline
Asia.” Marine Ecology Progress Ecosystem on the Southeastern of
Series 181: 257–68. doi:10.3354/ South America: Río de La Plata
meps181257. Estuary.” Marine Pollution Bulletin
98 (1-2): 26–33. doi:10.1016/j.mar-
Kristensen, E., Frede Ø. Andersen, Nikolaj polbul.2015.07.017.
Holmboe, Marianne Holmer, and
Nalinee Thongtham. 2000. “Carbon Sediadi, A. dan J. M. Manik. 1994.
and nitrogen mineralizations in “Fluktuasi Oksigen Terlarut dalam
sedimens of the Bangrong mangrove Kaitannya dengan Proses Sedimentasi
area, Phuket, Thailand”. Aquatic di Perairan Teluk Ambon Dalam”.
Microbial Technology 22: 199-213. Disajikan dalam Seminar Nasional
Dampak Pembangunan Terhadap
Paytan, Adina, and Karen McLaughlin. wilayah Pesisir. Serpong. Indonesia.
2007. “The Oceanic Phosphorus
Cycle.” Chemical Reviews 107 (2):
563–76. doi:10.1021/cr0503613.

94
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 86 - 95

Strickland, J. D., and T. R. Parsons. 1970.


“J. D. H. Strickland and T. R. Parsons:
A Practical Handbook of Seawater
Analysis. Ottawa: Fisheries Research
Board of Canada, Bulletin 167, 1968.
293 Pp. $ 7.50.” In Internationale
Revue Der Gesamten Hydrobiologie
Und Hydrographie, 55:167–167.
doi:10.1002/iroh.19700550118.
Ulqodry, T. Zia, Yulisman, Muhammad
Syahdan, and Santoso. 2010. “Karak-
terisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat,
dan Oksigen Terlarut di Perairan
Karimunjawa Jawa Tengah.” Jurnal
Penelitian Sains 13 (D): 36.
Wetsteyn, F. J., Ilahude, A. G., Baars, M. A.
1990. “Nutrients Distribution in the
Upper 300 M of the Eastern Banda
Sea and Northern Arafura Sea During
and After the Upwelling Season.”
Netherlands Journal of Sea Research
25 (4): 449–64.
Wyrtki, Klaus.1961. In Physical Oceano-
graphy of the Southeast Asean
Waters. 29-36. The University of
California. La Jolla, Caliofornia.
Yuliana. 2012. “Implikasi Perubahan
Ketersediaan Nutrien Terhadap
Perkembangan Pesat Fitoplankton
di Teluk Jakarta.” Desertasi: Bogor
Agricultural University, 1–178.
Zehr, Jonathan P, and Raphael M Kudela.
2011. “Nitrogen Cycle of the Open
Ocean: from Genes to Ecosystems.”
Annual Review of Marine Science 3:
197–225. doi:10.1146/annurev-ma-
rine-120709-142819.

95

Anda mungkin juga menyukai