Nama : Marnawati
Kelas : A PPG
Tujuan:
Untuk mengetahui prinsip kerja tekanan zat gas pada pengoperasian balon udara
Kajian Teori:
A. Fluida
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat
cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam
fluida. Air, minyak pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke
tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir
dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya.
Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya.
Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum
dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun
sering tidak disadari. Menurut Streeter (1996:1) “fluida adalah zat yang berubah bentuk
secara kontinu (terus – menerus) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya tegangan
geser itu”.
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis
(fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam
keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida ketika sedang dalam keadaan
bergerak). Fluida statis erat kaitannya dengan hidraustatika dan tekanan. Hidraustatika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di dalam zat cair yang diam.
Sedangkan tekanan didefinisikan sebagai gaya normal per satuan luas permukaan.
Gravitas jenis sebuah fluida dilambangkan dengan SG. Menurut Munson (2003:15)”
gravitasi jenis sebuah fluida didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan fluida tersebut
dengan kerapatan air pada sebuah temperatur tertentu”.
B. Hukum Archimedes
Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan
hidrostatiknya. Hal ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada
tekanan ada bagian atasnya. Gaya apung muncul karena selisih antar gaya hidrostatik pada
permukaan benda atas dan bawah. Fluida melakukan tekanan hidrostatik p1=ρfgh1 pada
bagian atas benda. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1=p1A =ρfgh1A
berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, pada permukaan bagian bawah diperoleh F2=p2A
=rfgh2 A berarah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa, yakni :
Fa = F2 – F1
= ρfgA(h2 - h1)
= ρfgAh
= ρfgVb = mf g = wf
Berdasarkan persamaan di atas, dikatakan bahwa gaya apung pada benda sama
dengan berat fluida yang dipindahkan. Hal ini dikemukakan oleh Archimedes dalam
hukumnya yang menyatakan Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di
dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana
besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan. Menurut
Munson (2003:86) ”arah gaya apung yang merupakan gaya dari fluida terhadap benda
berlawanan arah terhadap yang ditunjukkan dalam diagram bebas”.
1) Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda
(w) lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
w > Fa
ρb . Vb . g > ρa .Va . g
ρb > ρa
Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
2) Melayang
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w)
sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w = Fa
ρb .Vb . g = ρa . Va . g
ρb = ρa
Pada 2 benda atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
(FA)tot = Wtot
rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
3) Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w)
lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
w = Fa
ρb . Vb . g = ρa . Va . g
ρb < ρa
Selisih antara W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA - W
Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku :
FA = W . Vb2 . g = rb . Vb1 . g
Dengan :
FA = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang dipindahkan
Dari penjelasan konsep melayang, terapung dan tenggelam yang telah teruraikan
diatas kita asumsikan balon udara merupakan benda yang berada didalam fluida (udara)
dimana medium luar balon udara adalah udara sekitar balon udara.
Aluminium foil
Korek api
Selotip bening
Langkah Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengecek alat dan bahan sebelum digunakan, mengusahakan semua alat dan bahan dalam
keadaan baik. Memastikan kantong plastik tidak berlubang. Untuk memeriksanya,
gunakan kipas angin kecil. Mengarahkan bukaan kantong plastik di depan kipas angin.
Memastikan tidak ada celah, lalu nyalakan kipas. Kantong plastik akan menggembung
terisi udara seperti balon. Jika tidak, itu berarti ada lubang pada plastik. Menemukan
lubang itu, lalu menutup dengan selotip bening.
3. Memotong foil aluminium dengan ukuran 12cm x 12cm. Foil aluminium ini akan dibuat
menjadi keranjang.
4. Membuat tanda plus atau x dengan dua batang sedotan. Mencari bagian tengah salah
satu batang sedotan. Mengempatkan batang yang lain di atasnya. Selanjutnya memberi
perekat double tape di atas sedotan seperti gambar, fungsinya untuk merekatkan
aluminium foil.
5. Menempatkan aluminium foil di atas sedotan yang berfungsi sebagai dudukan lilin
seperti pada gambar berikut. Masing-masing sisi aluminium foil dibuat melekuk ke atas
sekitar 2cm untuk menghindari lilin tidak langsung jatuh ke bawah bila terlepas.
6. Meletakkan keempat lilin di atas aluminium foil seperti gambar di bawah ini.
7. Menempelkan bukaan kantong plastik ke rangka dengan selotip lalu menempelkan sudut
kantong plastik yang berlawanan ke ujung rangka yang lain juga menggunakan selotip.
Melakukan hal yang sama dengan kedua sisi yang lain yang nantinya akan membentuk
lubang berbentuk kotak.
8. Menyalakan lilin. Pada langkah ini agar tetap berhati-hati jangan sampai menyenggol
atau mendorong lilin sehingga lepas atau membakar plastik. Korek dengan batang yang
panjang mungkin pilihan terbaik untuk keperluan ini atau menyalakan lilin panjang untuk
dipakai menyalakan lilin di dalam plastik.
9. Memegangi terus kubah balon sampai terisi udara dan bisa berdiri sendiri. Ini akan
memakan waktu sekitar 30 detik agar massa jenis udara didalam balon lebih kecil dari
pada yang di luar balon.
10. Melepaskan balon. Balon udara tidak akan langsung terbang, tetapi setelah beberapa
saat balon akan mulai terangkat dengan sendirinya. Pastikan Anda memegangi benang
atau mengikatnya ke suatu benda. Balon udara akan mengudara selama lilin menyala.
11. Mengamati dan menganalisa balon udara yang telah berhasil terbang.
12. Merapikan alat dan bahan setelah digunakan
Balon udara yang saya buat bisa terbang setelah balon tersebut diberi panas yang
bersumber dari api lilin. Saya menggunakan api lilin untuk mengisi balon dengan gas dengan
tetap memegang kubah balon. Setelah balon terisi penuh dengan gas dan bisa mengembang,
baru saya lepaskan. Dari pengamatan saya, balon yang saya buat tidak bisa terbang tinggi
karena terhalang langit-langit rumah. Balon udara tersebut turun kembali setelah 1 menit
menyentuh langit-langit rumah karena lilinnya habis dan apipun padam.
Adapun gaya – gaya yang bekerja pada balon udara adalah sebagai berikut:
a. Gaya Apung
Balon udara akan melayang di udara apabila besarnya gaya apung sama dengan gaya
berat balon udara. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Fb = Wgas + Wbeban
Fb = (mgas + mbeban) . g
Dalam proses menaikkan balon udara, udara di dalam envelope dipanaskan dengan
burner dengan temperature sekitar 100OC sehingga menyebabkan massa jenis balon udara
lebih kecil daripada massa jenis udara di luar sekitar balon yang menyebabkan balon
tersebut terangkat. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Untuk mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang
mulai mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun. Hal ini dikarenakan balon
lebih besar daripada massa udara di sekitar balon tersebut (udara luar). Secara sistematis
dapat ditulis sebagai berikut:
Dari yang telah teruraikan dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1) Balon udara merupakan teknologi terbang pertama yang menerapkan konsep fluida
statis dengan menggunakan prinsip archimedes, dimana “Gaya apung yang bekerja pada
benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya”.
2) Gaya Apung (Balon Melayang); Balon udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya
apung sama dengan gaya berat balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis:
ρudara . V = ρgas .V+mbeban
3) Balon Naik; Balon udara naik apabila massa jenis balon lebih kecil daripada masa jenis
udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis:
ρudara . V > ρgas .V+mbeban
4) Balon Turun; Balon Udara turun apabila massa jenis balon lebih besar daripada masa
jenis udara diluar balon secara sistematis dapat ditulis:
ρudara . V < ρgas .V+mbeban
Saran:
Adapun saran dari penulis pada penyusunan laporan ini adalah semoga dapat
menambah pengetahuan tentang bagaimana penerapan ilmu fisika pada prinsip kerja balon
udara dan diharapkan adanya penyusunan laporan lainnya dengan menerapkan ilmu fisika
didalamnya.
Daftar Pustaka:
Kanginan, Marthen. 2003. Fisika SMU Kelas 1. Jakarta : Erlangga
Munson, Bruce R., Dkk. 2003. Mekanika Fluida Edisi Kempat Jilid I. Jakarta : Erlangga
Supiyanto. 2001. Fisika untuk SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga
http://fisikasman1ubud.wordpress.com/2011/02/11/balon-udara/ddd/. Balon Udara.
Diakses pada 13 Mei 2019 : 08:24
http://yepirohiman.wordpress.com/2009/05/18/contoh-makalah-fluida-hukum
archimedes/. Hukum Archimedes. Diakses pada 13 Mei 2019 : 09:30