Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpakan
Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kita bisa menjalankan aktifitas sebagai mana biasanya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurakan kepada nabi Muhammad SAW. Sehingga saya
dapat meyelesaikan Makalah dengan judul “KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM” Makalah
ini dibuat sebagai tugas pribadi yang akan dikumpulkan dan dipresentasikan.
Yang kedua, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepadaa dosen mata kuliah
Pendidikan Agama yang memberikan arahan dan ajaran tentang mata pejalaran agama Islam.
Adapun yang terakhir, saya menyadari makalah ini banyak kekurangan, karena itu
saya mengaharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi perbaiakan dan
sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.
DAFTAR ISI
Di era sekarang, banyak sekali orang yang mengaku beragama islam namun mereka
tidak mau mengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam agama islam. Pada umumnya
orang-orang tersebut hanya menjadikan agama islam sebagai status keagamaan saja.
Padahal agama islam merupakan agama yang fenomena karena telah terbukti ajaran-
ajaran di dalamnya mencakup aspek seluruh kehidupan. Di dalam ajaran-ajaran agama
islam, islam tidak memiliki aturan yang dapat merugikan manusia.
Untuk menghadapi zaman yang semakin mengalami krisis keagamaan ini, setiap
umat islam harus selalu mengupayakan menanam aqidah yang kuat dalam hatinya.
Aqidah bukan hanya diucapkan atau diniatkan saja, namun aqidah perlu diniatkan dalam
hati, diucapkan melalui lisan, dan mengaplikasikan aqidah yang telah diniatkan tadi ke
dalam hidup kita. Maka dari itu makalah ini disusun guna mencari urat nadi dari
pembahasan aqidah. Ini diperlukan guna membentuk fundamen pemahaman tentang
aqidah bagi para kaum akademisi dan awam selama ini.
Aqidah secara etimologi, aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang
berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti
keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul
dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Aqidah secara bahasa berasal dari kata “aqdan” yang berarti ikatan, adalah keyakinan
yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu.
Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan
dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam,
aqidah nasrani,ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau
menyimpang.
Dalam ajaran agama Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan
kepadaAllah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,serta taqdir baik dan
buruk.
شك واليخالطه ريب يمازجه ال عندك يقينا وتكون نفسك اليها وتطمئن قلبك بها يصدق أن يجب التى األمور هي العقائد
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan”
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Aqidah adalah pokok ajaran Islam. Layaknya sebuah bangunan yang membutuhkan pondasi,
maka aqidah bagaikan pondasi agama ini. Aqidah inilah yang senantiasa ditanamkan oleh
Rasulullah kepada para sahabatnya sebelum ajaran-ajaran yang lainnya. Salah seorang
sahabat mengatakan:
“Ketika kami masih belia (usia menjelang baligh), kami belajar keimanan sebelum belajar al
Qur’an, ketika kami belajar al Qur’an semakin menambah keimanan kami”. (HR. Ibn
Hibban)
Aqidah adalah masalah prinsip yang harus kita pahami dengan benar. Kesalahan dalam
memahami aqidah berdampak fatal. Sesat dalam aqidah bisa sesat yang lainnya. Ibarat pohon,
akar yang baik membuahkan hasil yang baik. Namun akar yang rusak hanya akan membuat
pohon tumbang, tak berbuah. Bicara aqidah, tentu bicara banyak hal. Adapun yang akan kita
bahas di sini adalah khusus aqidah terkait sifat-sifat Allah dan ayat-ayat mutasyabihat. Mari
kita cek satu-satu.
Aqidah Muhammadiyah
Aqidah Muhammadiyah adalah Aqidah Salaf. Prinsip penting dalam aqidah ini : Mengimani
ayat-ayat mutasyabihat, dan menyerahkan maknanya kepada Allah tanpa menyerupakan
dengan sifat-sifat makhluk-Nya dan meninggalkan makna tersurat (dhohir).
Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah terkait Iman kepada Allah & Iman kepada
Kitab, dijelaskan sebagai berikut :
1. “Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai oleh akal dalam
hal kepercayaan. Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang
dzat Allah dan hubungannya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah
engkau membicarakan hal itu. (HPT Muhammadiyah 14)” Hal ini berarti
Muhammadiyah menisbikan akal (mengakui kelemahan akal) dalam mencapai
hakekat & sifat-sifat Allah.
2. “Memang Al Qur’an telah menutup pintu pemikiran dalam membicarakan hal yang
tak mungkin tercapai oleh akal dengan firman-Nya yang berbunyi “Tiada sesuatu
yang serupa dengan-Nya” (QS Syura’ 11). Diapun telah menjelaskan bahwa kekuatan
akal itu terbatas dan bahwa Dia meliputi semua manusia, dalam firmanNya; “Dia tahu
segala yang ada di muka dan di belakang mereka sedang pengetahuan mereka tak
mungkin mendalami-Nya.” (QS Thaha 110).
Bagi orang mukmin cukuplah bila mereka memikirkan segala makhluq-Nya, guna
membuktikan ada-Nya, kekuasaan & kebijaksanaanNya. (HPT Muhammadiyah 15)” Hal ini
berarti Muhammadiyah mengimani bahwa Allah berbeda dengan makhluq. Aqidah
Muhammadiyah adalah tanzih (mensucikan Allah dari penyerupaan terhadap makhluk-Nya).
Muhammadiyah menghimbau tidak membicarakan & memikirkan zat Allah serta mendorong
mukmin untuk memikirkan makhluq untuk membuktikan keberadaan Allah.
3. “Kita wajib percaya akan hal yang dibawa oleh Nabi s.a.w. yakni Al-Qur’an dan
berita dari Nabi s.a.w yang mutawattir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang
wajib kita percayai hanyalah yang tegas-tegas saja, dengan tidak boleh menambah –
nambah keterangan yang sudah tegas – tegas itu dengan keterangan berdasarkan
pertimbangan (perkiraan), karena firman Allah: “Sesungguhnya persangkaan itu tidak
sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” (Surat Yunus:36) (HPT
Muhammadiyah 17). Hal ini berarti Muhammadiyah tidak berani menduga-duga
tentang zat zat Allah termasuk sifat-sifat yang ada padaNya. Dengan kata
lain menolak pemahaman jisim yang menetapkan & menjelaskan sifat-sifat Allah.
Karena secara prinsip akal manusia tidak mampu mengkajinya kecuali manusia yang
suka menduga-duga. Inilah yang dimaksud kenisbian akal.
4. “Adapun syarat yang benar tentang kepercayaan, dalam hal ini ialah jangan ada
sesuatu yang mengurangi keagungan dan keluhuran Tuhan, dengan mempersamakan-
Nya dengan makhluk. Sehingga andaikata terdapat kalimat-kalimat yang kesan
pertama mengarah kepada arti yang demikian, meskipun berdasarkan berita yang
mutawattir (menyakinkan), maka wajiblah orang mengabaikan makna yang
tersurat dan menyerahkan tafsir arti yang sebenarnya kepada Allah dengan
kepercayaan bahwa yang terkesan pertama pada pikiran bukanlah yang
dimaksudkan, atau dengan takwil yang berdasarkan alasan-alasan yang dapat
diterima.” (HPT Muhammadiyah 17-18) Hal ini berarti Muhammadiyah memegang
teguh kepercayaan bahwa Allah berbeda dengan makhluq. Muhammadiyah juga
mencela adanya pemikiran atau sesuatu yang dapat mengurangi keagungan Allah.
Sebab Allah Maha Sempurna. Allah tidak membutuhkan makhluq. Muhammadiyah
juga menegaskan untuk meninggalkan makna dhohir ataupun makna tersurat dalam
ayat mutasyabihat di Al Qur’an maupun hadits sekalipun mutawatir. Muhammadiyah
justru menerima takwil yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan Zat Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aqidah adalah keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian. Sedangkan ruang lingkup aqidah islam yaitu
Ilahiyat, Nubuwat, Ruhaniat dan Sam’iyat. Fungsi dari aqidah islam antara lain sebagai
pondasi untuk mendirikan bangunan Islam, merupakan awal dari akhlak yang mulia, dan
semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.
Sedangkan peran aqidah yaitu aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para
rasul Allah, manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah, aqidah yang
benar dibebankan kepada setiap mukallaf, berpegang kepada aqidah yang benar
merupakan kewajiban manusia seumur hidup, aqidah merupakan akhir kewajiban
seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini, aqidah yang benar telah mampu
menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua
generasi sesusah mereka. Prinsip aqidah islam yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada
malaikat, Iman kepada kitab suci, Iman kepada hari akhir,Iman kepada qada’ dan qadar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/nciezkdpurplelover/makalah-agama1
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidah-dalam-islam/
http://aqidahakhlak12.blogspot.com/2012/12/b.html
http://blogocatatan.blogspot.co.id/2014/10/pengertianruang-lingkup-dan-sumber.html
https://www.scribd.com/doc/240673947/MAKALAH-AQIDAH-DALAM-ISLAM
http://copyduty.blogspot.co.id/2011/04/makalah-aqidah.html
Agama Islam dan KeMuhammadiyahan
Disusun Oleh :
1. Rahmadanti Admaja (142018009)
2. Qoyyimah Primanisa (142018010)
3. Rizki Wulandari (142018011)
DOSEN PENGASUH : Ir. Atika Dewi