Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Organisasi merupakan sesuatu yang hidup, kehidupan itu berasal dari interaksi dan
komunikasi antar anggota yang membentuk sebuah nilai baik secara terencana maupun kebetulan.
Perbedaan dalam tugas dan penempatan kerja terkadang melahirkan situasi yang membawa seseorang
mempersepsikan kualitas kehidupan berorganisasinya, menilai lingkungan internalnya dan merasakan
gejala sosial dalam organisasi secara personal.Formalitas dalam berorganisasi dilihat dari kebiasaan
dalam bersikap dan berperilaku serta kebijakan yang menunjukkan nilai-nilai yang khas pada suatu
organisasi. Nilai-nilai yang termuat dalam kehidupan formal organisasi menunjukkan identitas
seseorang yang menjadi anggota dalam organisasi tersebut. Namun kehidupan kerja belum tentu
menunjukkan sisi personal yang menunjukkan karakteristik personalnya baik dalam organisasi maupun
diluar lingkup organisasi.
Aspek informal dalam diri anggota organisasi merupakan sisi yang memuat penerimaan
mereka terhadap aspek formalitas berorganisasi. Yaitu apakah mereka bersedia mengikuti nilai-nilai
untuk berorganisasi secara mendalam ataukah tidak. Dalam kenyataannya bahwa aspek informal atau sisi
psikososial dari diri anggota masing-masing memang beragam. Namun keragaman tentunya dapat
diseragamkan dengan bentuk-bentuk yang dapat disetujui.
Fenomena yang terjadi dalam organisasi yang paling mendasar dan dapat menjadi acuan dalam
mengembangkan organisasi adalah kualitas internal dari organisasi tersebut, atau dapat diistilahkan
dengan iklim organisasi. Iklim organisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai persepsi seorang
anggota dalam organisasi yang mencoba memahami suasana yang dirasakan oleh dirinya yang
mempengaruhi dirinya dalam bekerja. Contohnya seperti pengelolaan SDM, standar kerja,
ketercapaian target, keterbukaan antar anggota dan pengakuan rekannya atas kemampuannya.
Iklim organisasi yang positif menawarkan keseragaman yang dapat disetujui oleh beragamnya
karakteristik individu dalam organisasi. Manfaat iklim organisasi yang positif dapat meningkatkan
kualitas dalam bekerja, membangun hubungan positif antar anggota, membangun komitmen dan
motivasi berorganisasi, serta dapat meningkatkan perilaku inovatif. Namun iklim organisasi yang negatif
justru akan mengakibatkan adanya intensi untuk keluar dari organisasi, tindakan destruktif dalam
perilaku ketidakpatutan dan bahkan perilaku kontraproduktif dalam berorganisasi.Kepemimpinan
secara mendasar dapat diartikan sebagai tindakan individu dalam mempengaruhi individu lainnya.
Kepemimpinan harus dimiliki oleh tiap anggota organisasi, hal ini dapat dipahami sebagai kemandirian
dalam berorganisasi. Kepemimpinan yang transformatif ialah seseorang yang mampu mempengaruhi
orang lain melalui perubahan yang dibuat oleh dirinya untuk lingkungan sekitar dan orang lain
Pemimpin ialah orang yang paling bertanggungjawab dalam mengurus segala hal dalam organisasi.
Pengaruh pemimpin terhadap pengikut atau anggota lainnya dapat dilihat dari kegairahan dan
dinamisnya segala hal yang ada dalam organisasi. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan
transformasional ialah pemimpin yang dapat mentransformasi atau merubah suatu keadaan, dalam hal
ini ialah iklim organisasi.

Iklim Organisasi
Istilah iklim organisasi diawali oleh pemikiran Kurt Lewin di tahun 1930-an dengan istilah
psikologis organisasi yang kini dikembangkan oleh Robert Stringer dengan istilah iklim organisasi hingga
saat ini dikembangkan menjadi definisi baku dalam ilmu keorganisasian. iklim dapat didefinisikan
sebagai
perkataan “bagaimana rasanya bekerja di sini,” hal ini berkaitan dengan atmosfir sosial yang berlaku di
sekitar organisasi. Iklim organisasi merupakan kualitas yang relatif abadi dari internal organisasi yang
dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilaku, tergambarkan dalam hal karakteristik tertentu.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Iklim Organisasi


Setiap anggota organisasi memiliki persepsi dan perasaan tentang kualitas organisasi, atau
biasa disebut iklim organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi iklim organisasi adalah gaya
kepemimpinan transformasional.
Gaya kepemimpinan dapat menjadi variabel yang mempengaruhi yang lebih dominan dalam
iklim organisasi dengan alasan bahwa gaya kepemimpinan menjadi kekuatan seorang pemimpin dalam
mengelola organisasi Pengaruh kepemimpinan transformasional berkontribusi dalam membangun iklim
organisasi, dan pengaruh tersebut ditentukan oleh seberapa tingginya pemimpin mengembangkan gaya
kepemimpinannya.
Pada jenis-jenis organisasi tentunya akan memberikan warna yang berbeda dalam
gaya memimpin untuk mengelola organisasi. Tantangan pengelolaan dan pengembangan organisasi
sangat penting di Indonesia, salah satunya yaitu Lembaga Pemasyarakatan.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain. Dalam upaya tersebut, seorang
pemimpin menerapkkan gaya yang beragam dalam tiap situasi . pengaruh kepercayaan merupakan
sumber kekuatan mempengaruhi orang lain. Pengaruh gaya kepemimpinan dapat menyebar ke segala
unit dan aktivitas dalam organisasi, faktor kepemimpinan berpotensi mempengaruhi persepsi
bawahannya terhadap organisasi. Pengaruh kepemimpinan dilihat dari cara pemimpin mempengaruhi
pengikutnya dengan cara merubah persepsi pengikutnya terhadap dirinya sendiri, organisasi dan
pimpinannya yaitu ciri khas dari pemimpin yang transformasional.
Pengaruh kepemimpinan transformasional bukan hanya pada motivasi pengikut saja, namun
pengikutnya juga mempersepsikan organisasi sebagai tempat mengembangkan diri mereka.Keterkaitan
secara teori dan penelitian sebelumnya membuktikan adanya pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional terhadap iklim organisasi. Maka dari itu peran kepemimpinan transformasional dalam
membangun iklim organisasi sangat diharapkan. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap iklim organisasi dapat dilihat dari kerangka berfikir berikut ini;

Gaya Kepemimpinan
Transformasional:
(1) Pertimbangan Individual;
(2) Stimulasi Intelektual;
(3) Motivasi Inspirasional;
(4) Pengaruh Teridealisasi.

Iklim Organisasi:
(1) Struktur;
(2) Standar-standar;
(3) tanggungjawab;
(4) penghargaan;
(5) dukungan;
(6) pengambilan resiko;
(7) kehangatan;
(8) konflik;
(9) identitas organisas

Gaya Kepemimpinan Transformasional


Istilah kepemimpinan Transformasional diawali oleh pemikiran MacGregour Burns di tahun 1979
yaitu transforming leadership, dan setelah itu dikembangkan kembali oleh Bernard M. Bass di tahun 1985
dengan istilah transformational leadership style hingga saat ini menjadi istilah dalam ilmu
kepemimpinan.

Hipotesis
Ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap Iklim Organisasi.

Anda mungkin juga menyukai