Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KELELAHAN ANTARA FISIK MAHASISWA

PEROKOK AKTIF DAN PASIF TERHADAP PENGARUH SUHU


DAN PENCAHAYAAN

Oleh :
Desy Noor Permata Sari (4112317029)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
PENDAHULUAN

Kelelahan fisik merupakan salah satu bentuk respon-respon fisiologis yang nampak jelas
terhadap sikap dan kegiatan seorang mahasiswa karena adanya faktor lingkungan/ruangan.
Negara indonesia sebagai satu dari negara lain yang mempunyai iklim tropis dengan ciri
utamanya adalah suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Iklim kerja panas merupakan
pengaruh terhadap aktifitas bagi tubuh seorang pekerja, apalagi jika pekerja harus mengerjakan
pekerjaan fisik yang berlebihan dengan beban yang berat dapat memperburuk kondisi kesehatan
dan stamina.

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang
harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan
pekerja yang menerima beban tersebut. Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama
periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah
sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka
waktu tertentu.

Suhu lingkungan kerja dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu lingkungan sekitar. Suhu
lingkungan yang terlalu panas atau dingin dapat menimbulkan gangguan penyakit seperti heat
cramps, heat exhaustion, heat stroke, dan heat rush pada suhu panas. Chilblain, trech foot dan
fross bite pada suhu dingin. Pada ruangan yang diberi pendingin akan meningkatkan efisiensi
kerja tetapi suhu yang terlalu dingin juga akan mengurangi efisiensi kerja. Lingkungan kerja
yang memberikan kenyamanan dalam beraktifitas diperlukan tingkat pencahayaan yang sesuai
dengan ruang kerja. Pencahayaan yang kurang sesuai akan memberikan efek pada tingkat kerja
dan dapat berakibat pada kelelahan mata dan dapat menimbulkan tingkat kecelakaan kerja
meningkat. Sesuai dengan konsep ergonomi yang berusaha meningkatkan kesehatan fisik dan
mental, menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat demi
tercapainya peningkatan produktivitas, penurunan angka kecelakaan yang berhubungan dengan
kerja dan kelelahan (Manuaba, 1992).

Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik juga akan membantu menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah kita
ketahui hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering kita temui
jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan
jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis
pekerjaannnya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sanders dan McCormick
(1987) menyimpulkan dari hasil penelitian pada 15 perusahaan, dimana seluruh perusahaan yang
diteliti menunjukkan kenaikkan hasil kerja antara 4-35%. Selanjutnya Armstrong (1992)
menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguna visibilitas
dan eyestrain.
Hasil Penelitian

Hasil Hitung Denyut Nadi Perokok Aktif Setelah Treadmill Dengan Pencahayaan Yang
Cukup dan Suhu 140c

DN (kerja DN (kerja
Responden ke- sedang) berat)
1 2
1 107 114
2 104 120
3 97 111
4 100 118
5 109 112
6 104 110
7 85 94
8 88 91
9 88 91
10 100 114
11 109 115
12 102 106
13 110 80
Hasil Hitung Denyut Nadi Perokok Pasif Setelah Treadmill Dengan Pencahayaan Yang
Cukup dan Suhu 140c
DN
DN (kerja
Responden (kerja
sedang)
ke- berat)
1 2
1 88 82
2 90 108
3 89 119
4 111 128
5 89 115
6 110 118
7 115 138
8 100 108
9 100 108
10 96 126
11 77 137
12 93 97
13 86 137
Hasil Uji
Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki
distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan
kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari
lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu.
Penyelesaian:
1. Hipotesis
𝐻0 ∶ Data berdistribusi normal.
𝐻1 ∶ Data tidak berdistribusi normal.
2. Taraf Signifikansi (𝛼 = 5%)
3. Kriteria Pengujian
Jika 𝑆𝑖𝑔. > 0,05 maka 𝐻0 diterima.
4. Statistik Uji
Menggunakan nilai dari 𝑆𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Denyut_Nadi

N 52
Mean 104.69
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 14.595
Absolute .076
Most Extreme Differences Positive .076
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .547
Asymp. Sig. (2-tailed) .925

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Interpretasi:
𝑆𝑖𝑔. = 0,925
Karena 𝑆𝑖𝑔. > 0,05 maka 𝐻0 diterima. Jadi, data berdistribusi normal.
Uji Anova Dua Arah
Pada dasarnya “Two Way Anova” tidak jauh berbeda dengan “One Way Anova”, yang
membedakan hanyalah ada variabel kelompok yang dikelompokkan lagi. Asumsi yang harus
dipenuhi pada two way anova sama dengan one way anova yaitu data berskala interval atau
rasio, data berdistribusi normal, dan varian homogen.
Penyelesaian:
1. Hipotesis
a. Hipotesis berdasarkan tipe (Perokok Aktif dan Perokok Pasif)
𝐻0 ∶ Tidak ada perbedaan rata-rata tipe (Perokok Aktif dan Perokok Pasif)
𝐻1 ∶ Ada perbedaan rata-rata tipe (Perokok Aktif dan Perokok Pasif)
b. Hipotesis berdasarkan jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat)
𝐻0 ∶ Tidak ada perbedaan rata-rata jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat)
𝐻1 ∶ Ada perbedaan rata-rata jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat)
c. Hipotesis interaksi antar kategori
𝐻0 ∶ Tidak ada interaksi antara Tipe dengan Jenis
𝐻1 ∶ Ada interaksi antara Tipe dengan Jenis
2. Taraf Signifikansi (𝛼 = 5%)
3. Kriteria Pengujian
Jika 𝑆𝑖𝑔. > 0,05 maka 𝐻0 diterima.

Between-Subjects Factors

Value Label N

1 Perokok Aktif 26
Tipe
2 Perokok Pasif 26
1 Kerja Sedang 26
Jenis
2 Kerja Berat 26
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Denyut_Nadi

Tipe Jenis Mean Std. Deviation N

Kerja Sedang 100.23 8.506 13

Perokok Aktif Kerja Berat 105.85 12.569 13

Total 103.04 10.898 26


Kerja Sedang 95.69 11.108 13
Perokok Pasif Kerja Berat 117.00 16.633 13
Total 106.35 17.609 26
Kerja Sedang 97.96 9.966 26

Total Kerja Berat 111.42 15.523 26

Total 104.69 14.595 52

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: Denyut_Nadi

F df1 df2 Sig.

1.797 3 48 .160

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Tipe + Jenis + Tipe * Jenis

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Denyut_Nadi

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 3298.308a 3 1099.436 6.976 .001


Intercept 569944.923 1 569944.923 3616.417 .000
Tipe 142.231 1 142.231 .902 .347
Jenis 2355.769 1 2355.769 14.948 .000
Tipe * Jenis 800.308 1 800.308 5.078 .029
Error 7564.769 48 157.599
Total 580808.000 52
Corrected Total 10863.077 51

a. R Squared = ,304 (Adjusted R Squared = ,260)


6. Interpretasi
a. Pada tabel Between-Subject Factors merupakan output yang menunjukkan jumlah data
yang diproses, untuk masing – masing kategori disajikkan informasi jumlah datanya.
b. Pada tabel Descriptive Statistics dapat dilihat rata – rata data.
c. Pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances dapat dilihat nilai 𝑆𝑖𝑔.
menunjukkan 0,160 > 0,05 artinya data tersebut homogen.
d. Pada tabel Test of Between-Subject Effects dapat dilakukan 2 analisa yang berbeda yaitu
“Uji beda rata-rata” berdasarkan variabel yang berbeda (Tipe dan Jenis) dan uji interaksi antar
variabel kategori.
• Interpretasi berdasarkan Tipe (Perokok Aktif dan Perokok Pasif)
Didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,347. Karena 0,347 > 0,05 maka 𝐻0 diterima. Jadi tidak ada perbedaan
rata-rata Tipe (Kerja Sedang dan Kerja Berat). Karena 𝐻0 diterima, maka tidak perlu dilakukan
uji lanjut.
• Interpretasi berdasarkan Jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat)
Didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Jadi ada perbedaan rata-rata
Jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat). Karena 𝐻0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut. Namun
karena faktor hanya 2 maka jelas dapat disimpulkan bahwa antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan mempunyai perbedaan.
• Interpretasi interaksi antar kategori
Didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,029. Karena 0,029 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Jadi tidak ada interaksi antara
Tipe dengan Jenis.
Untuk melihat adanya interaksi atau tidak juga dapat dilihat pada grafik. Jika 2 garis yang ada
bersinggungan atau berpotongan maka ada interaksi antar kategori. Dilihat dari grafik, 2 garis
yang ada tidak berpotongan maka dapat disimpulkan bahwa tidak interaksi antar kategori.
Kesimpulan

1. Data denyut nadi perokok aktif dengan perokok aktif telah diuji bahwa data tersebut
berdistribusi normal.
2. Tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances menunjukkan nilai 𝑆𝑖𝑔. 0,160 > 0,05
artinya data tersebut homogen.
3. Tipe (Perokok Aktif dan Perokok Pasif) didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,347. Karena 0,347 > 0,05
maka 𝐻0 diterima. Jadi tidak ada perbedaan rata-rata Tipe (Kerja Sedang dan Kerja
Berat).
4. Jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat) didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,000. Karena 0,000 < 0,05
maka 𝐻0 ditolak. Jadi ada perbedaan rata-rata Jenis (Kerja Sedang dan Kerja Berat).
5. Interaksi antar kategori didapat nilai 𝑆𝑖𝑔. = 0,029. Karena 0,029 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak.
Jadi tidak ada interaksi antara Tipe dengan Jenis.

Anda mungkin juga menyukai