Anda di halaman 1dari 8

A.

Klasifikasi Hemothoraks
Pada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1. Hematothoraks ringan
-Jumlah darah kurang dari 400 cc
-Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
-Perkusi pekak sampai iga IX
2. Hematothoraks sedang
-Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
-15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
-Perkusi pekak sampai iga VI
3. Hematothoraks berat
-Jumlah darah lebih dari 2000 cc
-35% tertutup bayangan pada foto thoraks
-Perkusi pekak sampai iga IV
B. Manifestasi Klinis Hemothoraks
1. Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks sesuai dengan
besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi. Perlu diperhatikan
adanya tanda dan gejala dari instabilitas hemodinamik dan depresi
pernapasan.
2. Pada penderita hematotoraks keluhannya nyeri dan sesak napas. Bila ada
keluhan yang progresif, curigai adanya tension pneumothorax.
3. Pada inspeksi biasanya tidak tampak kelainan, mungkin gerakan napas
tertinggal atau pucat karena perdarahan. Fremitus sisi yang terkena lebih
keras dari sisi yang lain. Pada perkusi didapatkan pekak dengan batas seperti
garis miring atau mungkin tidak jelas, tergantung pada jumlah darah yang ada
di rongga toraks. Bunyi napas mungkin tidak terdengar atau menghilang
C. Pemeriksaan Diagnostik Hemothoraks
1. Radiologi (foto thorax AP)
Pemeriksaan foto thorax ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan
tulang yang disebabkan trauma tajam maupun trauma tumpul. Adanya
gambaran hipodense pada rongga pleura di sisi yang terkena dan adanya
mediastinum shift. Chest x-ray sebagi penegak diagnostik yang paling utama
dan lebih sensitif dibandingkan lainnya.
2. Gas darah arteri (GDA) dan PH
Pemeriksaan gas darah bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam dan
basa dalam tubuh pasien dan kadar O2 dan CO2 dalam darah. Adapun lokasi
pengambilan darah ini pada arteri radialis, arteri brachialis dan arteri
femoralis.
3. CT Scan
Pemeriksaan ini membantu dalam penegakan diagnosis trauma dada terutama
trauma tumpul dada seperti fraktur costa, fraktur strernum, dan lainnya. Dari
pemeriksaan CT scan bisa ditemukan retro sternal hematoma, cedera pada
veterbra torakalis, pelebaran mediastinum sebelum dilakukan aortografi.
4. Elektrokardiografi
Dari pemeriksaan EKG bisa membantu menentukan adanya komplikasi yang
timbul akibat trauma dada misalnya kontusio jantung dengan didapatkan
adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, takiaritmia.
5. Thoracosintesis
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya perdarahan atau cairan
serosa pada thorax pasien.
D. Penatalaksanaan Hemothoraks
Hemathorax mengacu pada mengumpulnya darah dalam rongga pleura.
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang
hilang dan terjadinya kegagalan pernapasan. Kegagalan pernapasan disebabkan
adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru
serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi. Syok sepenuhnya
timbul jika klien yang sebelumnya sehat dan kehilangan sekitar sepertiga dari
normal volume sirkulasi darah 5 L. Klien dengan kehilangan darah yang lambat
selama beberapa hari atau minggu mentolerir kehilangan darah mereka lebih baik
daripada mereka yang kehilangan darah terjadi dengan cepat selama beberapa
menit atau jam. Hipovolemik syok setelah trauma biasanya merupakan hasil dari
perdarahan. Kelas perdarahan dan temuan terkait tercantum pada tabel dibawah
ini :
Assessment Findings and Classifications of Acut Hemorrhage
Assessment Class I Class II Class III Class IV
Finding
Blood loss 15 15-30 30-40 >40
(%)
Blood loss <750 1000-1250 1500-1800 2000-2500
(ml)
Pulse rate/min <100 >100 >120 >140
Respiratory Normal (14- 20-30 30-40 >35
rate/min 20)
Blood Normal Normal or Decreased Not
pressure slightly obtained
increased
Pulse pressure Normal Narrowed Narrowed Narrowed
Capillary Normal Prolonged prolonged Prolonged
refill
Skin Pale, pink, Slightly Pale, cold, moist Cyanotic,
circulation cool pale, cool old,
clammy
Level of Slightly Mildly Anxious/confused Confused,
consciousness anxious anxious lethargic,
or
obtunded
Urinary ≥30 25-30 5-15 Negligible
output
(ml/hr)*
Intravenous Crystalloid Crystalloid Crystalloid plus Crystalloid
fluid at 3 ml/1 ml at 3 ml/1 ml blood plus blood
replacement of blood of blood
loss loss
*Assumes a normal 70 kg man.
Pengelolan syok perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume
sirkulasi, perfusi jaringan dengan mengoreksi homodinamik, kontrol perdarahan,
stabilisasi volume sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen. Pemberian cairan
merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan
pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi darah komponen.
Terapi awal pada perdarahan akut harus melibatkan tatalaksana jalan napas,
mengusahakan ventilasi dan oksigenasi adekuat, mengendalikan perdarahan
eksternal (jika ada). Resusitasi cairan harus memenuhi objektif :
1. Memulihkan volume intravaskuler yang cukup untuk mengatasai
hipoperfusi sistemik dan membatasi hipoperfusi regional
2. Memperthankan kapasitas pengangkut oksigen yng adekuat sehingga
penyampaian oksigen ke jaringan memenuhi kebutuhan oksigen yang
kritis
3. Membatasi kehilangan eritrosis sirkulasi
Derajat Syok Hemoragik :
 Derajat 1 : darah hilang <15 % EBV
 Derajat 2 : darah hilang 15 – 30 % EBV
 Derajat 3 : darah hilang 30 – 45 % EBV
 Derajat 4 : darah hilang >45 % EBV
EBV : Effective Blood Volume = 70 – 100 cc/kg BB
Hemathoraks ditangani dengan mengatasi sumber perdarahan dan
mengalirkan darah keluar dari rongga thoraks. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan adalah :
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan
infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga
pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube.
Resusitasi cairan adalah pemberian cairan adekuat dalam waku relativ
cepat pada penderita akibat kekurangan cairan. Cairan tubuh rata-rata pada
laki-laki 60% dari berat badan, wanita 50% dan infant 70%. Angka-angka
tersebut berbeda pada penderita gemuk dan kurus
Cairan tubuh dibagi 2 yaitu :
 Intrasel
Cairan intrasel infant dn dewasa jumlahnya sama sabanyak 40%
 Ekstrasel
Cairan ekstrasel berbeda, infant 30% dan dewasa 20%
Resusitasi cairan cepat dapat mengatasi syok ini dengan cepat atau pada
banyak kasus dimana cairan diberikan sejak awal, dapat mencegah
terjadinya syok dengan segala konsekwensi metabolik dan biomolekuler
yang mengiringinya.
Penundaan resusitasi cairan cepat akan sangat merugikan karena
membiarkan syok time berjalan lebih lama. Faktor – faktor yang selalu harus
dipertimbangkan adalah seberapa lama kita boleh mentoleransi “shock
time” dan hal ini tergantung pada fasilitas terapi definitif yang dapat kita
siapkan dalam suatu waktu tertentu. Jika shock time diramalkan dapat
menjadi panjang, mungkin lebih bijaksana jika kita memberikan resusitasi
cairan dini untuk mengurangi atau menghilangkan syok. Yang dapat dipakai
sebagai ekspander / substitut volume, selain darah adalah golongan
kristaloid dan koloid.
Golongan kristaloid yang paling mirip dengan cairan ektraseluler
adalah Ringer laktat. Cairan ini mempunyai kadar – kadar fisiologis sesudah
infus, setelah terjadi metabolisme hepatik laktat menjadi bikarbonat. Ringer
laktat dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar pada pasien dengan
kondisi seperti hipovolemi dengan asidosis metabolik, kombustio, sindroma
syok, komponen bikarbonat memberikan efek dapar yang dibutuhkan untuk
mengatasi asidosis. Larutan garam seimbang lain yang sekarang tersedia
dibuat dengan memakai Natrium asetat (Ringer Asetat) sebagai ganti laktat.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan
efesien dari pada kristaloid dipasarkan terdapat berbagai macam koloid.
Penentuan pilihan yang rasional hendaknya berdasarkan fisiologi
kompartemen cairan tubuh dan efek berbagai cairan intra vena terhadap
masing-masing kompartemen. Penting pula memahami perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kompartemen tersebut pada penyakit dan
cedera. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan
karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena,
sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskuler.
Terdapat 2 jenis larutan Koloid :
1. Koloid Sintesis
 Dextran
 Hydroxylethyl Starch
 Gelatin
2. Koloid Alami
Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusa.
Darah dan produk darah seperti albumin menghasilkan tekanan onkotik
karena mengandung molekul protein besar. Koloid artifial juga
mengandung molekul besar seperti gelatin, dektran atau kanji hidrosietil.
Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang intravaskuler,
koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar dari pada plasma akan
menarik pula cairan keruang intravaskuler. Ini dikenal sebagai ekspander
plasma sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari pada yang
diberikan.
Gangguan oksigenasi menyebabkan berkurangnya oksigen di dalam
darah (hipoksia semia) yang selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya
oksigen di jaringan (hipoksia). Pada perdarahan dan syok terjadi gabungan
hipoksia stagnan dan anemik. Kandungan oksigen dalam darah arteri
(CaO2) menurut rumus Nunn – Freeman :
CaO2 = (Hb x Saturasi O2 x 1,34) + (PO2 x 0,003)
 Hb : Kadar hemoglobin darah (g/dl)
 Saturasi O2 : Saturasi oksigen dalam hemoglobin (%)
 1,34 = Koefisien tetap
 pO2 = Tekanan partikel oksigen dalam plasma, mmHg
 0,003 = Koefisien kelarutan oksigen dalam plasma
Dengan harga normal maka rumus tersebut menjadi :
= (15 x 100% x 1,34) + (100 x 0,003)
= (20,1) + 0,3 = 20,4 ml / 100 ml darah arteri
 Available O2 = CO x CaO2
 Available O2 : Oksigen tersedia untuk jaringan
 CaO2 : Kandungan oksigen darah arteri
 Dalam keadaan normal Hb 15 g/dl SaO2 100% dan CO (cardiac
output) 5L/menit.
Oksigen tersedia = 50 x 15 x 1 x 1,34 = 1005.ml/menit. Dari jumlah ini
hanya 250 ml yang diekstraksi oleh jaringan untuk metabolisme
aerobik. Curah jantung dapat naik 300% jika volume sirkulasi tidak
hipovolemik (venus return normal). Perdarahan akut menyebabkan CO
turun karena venous return turun. Kompensasi CO baru optimal, jika venous
return normal dengan transcapilary refill. Proses refill ini lambat. Pada
pasien syok refill harus dipercepat dengan bantuan cairan infus. Setelah
keadaan normovolemi tercapai kembali, kadar Hb menjadi lebih rendah.
Tetapi karena venous return normal, CO naik.
Estimated Blood Volume yang beredar adalah 65-75 ml/kg BB pada
perdarahan 5-15 ml/kgBB (20% EBV) terjadi perubahan hemodinamik
sebagai kompensasi yaitu :
1. Nadi meningkat
2. Kekuatan konstraksi miokard meningkat
3. Vasokontriksi di daerah arterial dan vena
4. Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekana nadi turun
2. Pemasangan chest tube ( WSD ).
WSD Ukuran besar digunakan agar darah pada toraks tersebut dapat
cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Chest tube tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam
memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga
memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya
ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang
menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan
tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.
E. Komplikasi Hemothoraks
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma
(otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan
kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps.
Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi
dan mengurangi fungsi paru-paru. Maka komplikasi dapat berupa :
a. Kegagalan pernafasan
b. Fibrosis atau parut dari membran pleura
c. Syok
d. Kematian

Daftar Pustaka :
Black, Joyce. M., Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:Elsevier
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. (2007). Surgery at a Glance 3 Edition. Jakarta
: Penerbit Erlangga; 60-61
Kozier & Erb, (2009). Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis Edisi Kedua. Jakarta:
EGC.
Sari, Dina kartika., dkk. 2005. Massive Hematotoraks. Chirurgica : Tosca
Enterprise.
Wibowo , P. Soetomo. 2008. Blood Loss Estimation and Transfusion In Surgical
III Patient. Chirurguica : Tosca Enterprise

Anda mungkin juga menyukai