Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DASAR DAN FUNGSI TUMBUHAN


”DIFUSI OSMOSIS”

Oleh :
Nama : Ega Aprecia Freitas
NIM : 170210104090
Kelas : C
Kelompok : 4 (empat)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
I. JUDUL
DIFUSI OSMOSIS

II. TUJUAN
A. Untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis
pelarut) terhadap permeabilitas membran
B. Untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotik
terhadap sel tumbuhan
III. DASAR TEORI
Pada dasarnya semua struktur fisika sel dibatasi oleh membran yang
terutama terdiri atas lipid dan protein. Semua membran salah satunya membran
sel memiliki struktur yang sama, yakni terdiri atas lipid, lapisan protein dan
lapisan tipis mukopolisakarida. Protein dan mukopolisakarida yang terdapat pada
permukaan membran membuatnya hidrofilik, yakni air dengan mudah melekat
pada membran. Adanya lapisan mukopolisakaridan pada permukaan luar
menyebabkan tegangan permukaan luar berbeda dengan prmukaan dalam,
sehingga reaktivitas kimia permukaan dalam sel berbeda dengan permukaan
luarnya. Sedangkan lipid yang terletak di tengah membran menyebabkan mebran
tidak dapat ditembus oleh zat-zat yang tidak larut dalam lipid (Irianto, 2017:181).
Membran plasma mengatur jalan masuk dan keluarnya molekul-molekul
pada sel. Fungsi ini sangat penting karena sel harus mempertahankan
komposisinya yang normal dalam kondisi lingkungan yang berubah. Membran
plasma sangat penting karena bersifat selektif permeabel, yang memungkinkan
hanya substansi tertentu yang berada dalam sel sambil mengeluarkan substansi
yang lain. Molekul-molekul yang dapat dengan bebas melewati membran
umumnya juga tidak memerlukan energi untuk melakukannya. Substansi yang
bersifat hidrofobik dan karena mirip dengan pusat phospolipid membran dapat
berdifusi melintasi membran tanpa menggunakan energi (Windelspecht, 2013:89).
Mekanisme tranfer zat (pelaluan zat) terdiri atas transpor pasif dan
transpor aktif. Transpor pasif hanya terjadi dari gradien zat konsentrasi tinggi ke
arah gradien zat konsentrasi (sesuai dengan gradien konsentrasi), melalui lipid
bilayer, terusan protein, ataupun protein pembawa, tidak memerlukan energi.
Transpor pasif terdiri atas difusi sederhana dan difusi dengan fasilitas (Santoso
dan Santri, 2016:49).
Difusi merupakan proses lewatnya partikel larutan, air, atau gas melalui
mebran akibat perbedaan konsentrasi medium. Pergerakan molekul biasanya
terjadi dari wilayah yang konsentrasinya tinggi ke wilayah yang konsentrasinya
rendah (Irianto, 2017:182). Difusi sederhana meruapakn proses pentransferan zat
yang bersifat transpor pasif melalui pori protein yang dibentuk oleh protein
integral atau pri statistik akibat gerakan rantai asam lemak lipid bilayer, zat yang
diangkut tidak bersifat spesifik, tetapi memenuhi syarat ukuran maupun muatan.
Sedangkan difusi dengan fasilitas merupakan proses pentransferan zat yang
bersifat transpor pasif, tetpi memerlukan bantuan protein pembawa sehingga zat
yang diangkut bersifat spesifik. Setiap protein pembawa meiliki tempat berikatan
(binding site) untuk moelekul tertentu yang akan ditransfer. Setelah berikatan
dengan molekul, protein pembawa berfungsi memindahkan molekul tersebut ke
sisi lain membran dengan cara rotasi , perubahan bentuk (Santoso dan Santri,
2016:50).
Difusi sederhana dan difusi terfasislitasi merupakan proses yang
berlangsung secara spontan. Zat terlarut akan bergerak menuruni gradien
konsentrasi (yakni, [S] [s]) sampai kesetimbangan dicapai. Perubahan
energi bebas (DG) untuk proses ini adalah negatif karena zat terlarut akan
terdistribusikan lebih teracak. Karena itu tidak ada pemasukan energi yang
diperlukan untuk proses tersebut (Ngili, 2009:197).
Difusi memungkinkan molekul-molekul seperti oksigen, karbondioksida,
lemak-lemak nonpolar untuk melewati membran plasma. Perpindahan dari
molekul-molekul air tidak dibatasi karena terdapat banyak saluran kecil yang
disebut aquaporin yang memungkinkan air untuk melewati mebran dengan bebas.
Karena air sangatlah penting, secara biologi, difusi air dari wilayah dengan
konsentrasi tinggi ke wilayah yang konsentrasinya rendah disebut dengan osmosis
(Johnson, 2015:102).
Osmosis adalah proses peregerakan air dari media yang konsentrasinya
rendah ke media yang konsentrasinya tinggi melalui membran sel semi permeabel.
Osmosis dapat dianggap sebagai suatu kasus spesial dari difusi, yang mana air
adalah pelarut dan difusi dari zat pelarut dibatasi oleh mebran permeabel (Irianto,
2017:182). Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam
sel melalui membran semi permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju
hipertonis, sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma
dari dinding sel (Rahmasari dan Susanto, 2014:192).
Selain dari karakteristik yang memungkinkan zat untuk ditukar melalui
difusi, melalui transportasi pasif yang difasilitasi atau melalui transportasi aktif,
penting untuk menggarisbawahi dinamika keseimbangan yang dihasilkan dari
fitur membran dan dalam beberapa kasus mencegah pencapaian konsentrasi yang
sama di setiap sisi itu. Sejumlah fenomena biologis, termasuk yang terkait dengan
produksi ATP (dalam mitokondria, misalnya) atau transmisi impuls saraf (dalam
neuron), mengharuskan sel-sel yang bersangkutan untuk dapat mempertahankan
gradien konsentrasi di setiap sisi membran biologis, yaitu dengan menghabiskan
energi. Gradien osmotik antara sel-sel akar membantu memungkinkan tanaman
menyerap air (Hasni dkk, 2016:1511). Dalam hal difusi melalui celah, hanya
sebagian saja ruang interstitial jaringan diisi karena atom interstitial memiliki
cukup tempat kosong untuk interstitial lain yang dapat dipindahkan jika melebihi
penghalang energi tertentu yang jika aktivasi ultrasonik jauh lebih mudah
daripada memungkinkan untuk memindahkan atom (Amza dkk, 2014:71).

IV. METODE PENGAMATAN


4.1 Permeabilitas Sel Tumbuhan : Pengaruh suhu dan Pelarut
4.1.1 Alat dan Bahan
4.1.1.1 Alat
a. Pisau atau cutter
b. Bunsen
c. Tabung reaksi
d. Gelas kimia / Beaker glass
4.1.1.2 Bahan
a. Umbi kunyit
b. Methanol
c. Aseton
d. Aquades
4.1.2 Prosedur Kerja

Membuat 15 potongan umbi kunyit berbentuk persegi atau kubus


dengan panjang sisi kurang lebih 1cm

Mencuci dengan air mengalir untuk menghilangkan pigmen yang ada


pada permukaan

1. Perlakuan Fisik (Suhu)

Memasukkan masing-masing dua potong dadu umbi kunyit kedalam


tabung reaksi dan menambahkan aquades hingga merendam umbi kunyit

Memanaskan tabung kedalam aquades bersuhu 70°C, 50°C, 40°C

Mendiamkan tabung hingga dingin beberapa menit dan mengamati


perubahannya

2. Perlakuan dengan Pelarut Organik

Memasukkan dua potong dadu umbi kunyit kedalam 5ml methanol, dan
dua potong dadu umbi kunyit ke dalam 5ml aseton, dengan waktu 30-40
menit
Mengamati perubahan yang terjadi pada warna larutan

3. Kontrol

Memasukkan dua potong dadu umbi kunyit kedalam akuades dan


mendiamkan pada suhu kamar

4.2 Plasmolisis
4.2.1 Alat dan Bahan
4.2.1.1 Alat
a. Mikroskop
b. Objec glass
c. Cover glass
d. Pipet tetes
e. Pisau
4.2.1.2 Bahan
a. Umbi bawang merah
b. Daun Jadam
c. Larutan Garfis
d. Aquades

4.2.2 Prosedur Kerja

Mengambil dengan hati-hati lapisan epidermal dari umbi bawang


merah dan bagian yang berwarna ungu dari daun jadam

Meletakkan diatas gelas objek, menetesi dengan larutan glukosa,


membiarkan selama kurang lebih 10-15 menit dan mengamati
dengan mikroskop
Memfoto dan menjelaskan fenomena yang terjadi

Menyerap larutan glukosa dengan tissue yang membasahi


potongan daun sampai kering, menetesi dengan aquades

Membiarkan kurang lebih 10-15 menit

Memfoto dan menejelaskan fenomena yang terjadi

Sebagai pembanding, mengambil potongan umbi bawang merah


dan daun jadam dan menetesi dengan laarutan garfis

V. HASIL PENGAMATAN
A. Permeabilitas Membran Sel

Keterangan : + : Kuning jernih


++ : Kurang jernih
+++ : Kuning sedang
++++ : Kuning keruh
Perlakuan Warna Gambar
Larutan
Fisik 40⁰C +
50⁰C ++

70⁰C +++
Pelarut Methanol ++++
Organik

Aseton +++
Kontrol Aquades Jernih

B. Plasmolisis
Perlakuan Bawang Daun Gambar
Merah Jadam
Larutan Membran Membran  Bawang merah
Glukosa plasma plasma
mengkerut mengkerut

 Daun jadam

Aquades Membran Membran  Bawang merah


plasma plasma
tidak tidak
mengkerut mengkerut

 Daun jadam

Larutan Membran Membran  Bawang merah


Garfis plasma plasma
tidak tidak
mengkerut mengkerut

 Daun jadam
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum Difusi Osmosis memiliki tujuan untuk mengetahui


pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas
membran sel dan untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan
hipotonik pada sel tumbuhan. Praktikum Disfusi Osmosis terdapat dua jenis
percobaan yaitu percobaan permeabilitas membran sel dan percobaan plasmolisis.
Langkah kerja pada percobaan peremeabilitas membran sel dimulai
dengan membuat 15 ptotongan umbi kunyit berbentuk kubus dengan panjang sisi
kurang lebih 1cm x 1 cm. Fungsi dari umbi kunyit adalah sebagai bahan yang kan
diamati membran selnya yang bersifat selektif permeabel, kemudian mencuci
potongan umbi kunyit dengan air mengalir untuk menghilangkan pigmen yang
ada pada permukaannya. Setelah itu umbi kunyit diberi beberapa perlakuan, yang
pertama adalah perlakuan fisik (suhu) yaitu memasukkan masing-masing dua
potong dadu umbi kunyit kedalam tabung reaksi yang kemudian ditambahkan
aquades dan merendamnya dalam gelas kimia yang berisi air serta dipanaskan
dengan masing-masing tabung pada suhu 40°C, 50°C, 70°C. aquades berfungsi
sebagai indikator perubahan warna pada suhu yang berbeda. Setelah itu
mendiamkan tabung yang berisi umbi kunyit agar warna larutan tampak jelas.
Perlakuan yang selangjutnya adalah perlakuan dengan pelarut organik yaitu
memasukkan masing-masing dua potong dadu umbi kunyit ke dalam tabung
reaksi yang berisi 5ml methanol dan tabung reaksi berisi 5ml aseton selama 30-40
menit. Methanol berfungsi untuk mengikat membran sel karena sifatnya yang
polar sehingga cairan dalam sel akan keluar secara difusi yang mengakibatkan
warna larutan pada tabung berubah. Begitu juga aseton berfungsi untuk
melarutkan pigmen warna pada kunyit dan memfasilitasi masuknya bahan kimia
kedalam sel. Kemudian untuk membandingkan kunyit yang diberi perlakuan
khusu dengan yang tidak, maka dilakukan langkah kerja kontrol yaitu dengan
memasukkan dua potong dadu umbi kunyit pada tabung reaksi yang diberi
aquades dan mendiamkannya pada suhu kamar pada waktu yang sama.
Langkah kerja pada percobaan plasmolisis yang pertama adalah menyayat
lapisan epidermal umbi bawang merah dan bagian yang berwarna ungu dari daun
jadam. Penggunaan bawang merah dan daun jadam pada percobaan ini karena
keduanya mengandung pigmen warna yang mencolok sehingga proses plasmolisis
dapat diamati dengan jelas. Kemudian meletakkan sayatan bawang merah dan
daun jadam pada kaca benda dengan menetesi larutan glukosa lalu
membiarkannya selama 10-15 menit agar proses plasmolisis dapat berlangsung.
Larutan glukosa berfungsi sebagai larutan hipertonik yang akan menyebabkan air
dalam sel keluar dari sel ke lingkungan yang memiliki konsentrasi lebih rendah.
Setelah itu, memfoto dan menjelaskan fenomena yang terjadi pada sel tersebut,
lalu menyerap larutan glukos dengan tissue. Yang selanjutnya menetesi sayatan
yang sudah kering dengan aquades yang berfungsi sebagi larutan hipotonik untuk
mengembalikan keadaan sel seperti semula selama 10-15 menit agar proses dapat
berlangsung. Lalu untuk membandingkan dilakukan langkah selanjutnya yaitu
memberikan larutan garfis pada sayatan bawah merah dan daun jadam sebagai
larutan isotonik yang tidak akan berpengaruh terhadap sel.
Hasil praktikum yang telah kami lakukan pada percobaan permeabilitas
membran sel dengan perlakuan fisik (suhu) didapatkan data yaitu pada suhu 40⁰C
warna larutan kuning jernih, suhu 50⁰C warna larutan kurang jernih, dan suhu
70⁰C warna larutan kuning sedang. Hasil tersebut sesuai dengan teori yaitu
semakin tinggi perlakuan suhu, maka warna larutan akan semakin keruh atau
pekat.
Pada perlakuan pelarut organik dengan methanol didapatkan data larutan
berwarna kuning keruh sedangkan larutan yang diberi aseton berwarna kuning
sedang. Larutan setelah diberi perlakuan organik baik methanol ataupun aseton
menunjukkan warna yang lebih pekat. Hal tersebut dikarenakan keduanya
memiliki sifat hidrofilisitas yang besar sehingga air akan lebih tertarik pada kedua
larutan tersebut. Namun, kecepatan melisiskan membran sel berbeda antara
methanol dan aseton. Methanol lebih cepat untuk melisiskan membran sel, karena
memiliki rantai ikatan yang lebih pendek daripada aseton. Sehingga methanol
lebih cepat menyebabkan air dari sel keluar dan larutan yang diberi perlakuan
methanol lebih pekat daripada aseton.
Menurut Windelspecth (2013), larutan yang menyebabkan sel menyusut
karena kehingangan air disebut larutan hipertonik. Kata “hiper” berarti lebih yaitu
maksudnya larutan yang memiliki konsentrasi tinggi (konsentrasi air nya rendah)
di luar sel. Larutan yang menyebakan sel membengkak, atau bahkan pecah,
karena asupan air dikatakan larutan hipotonik. Kata “hipo” berarti kurang yaitu
maksudnya larutan yang memiliki konsentrasi rendah (konsentrasi airnya tinggi)
di dalam sel. Larutan yang konsentrasinya dan konsentrasi airnya baik didalam
ataupun diluar sel sama disebut larutan isotonic.
Larutan hipertonik, konsentrasai zat terlarut lebih pekat di luar sel daripada
di dalam sel. Air akan berpindah keluar sel ke larutan secara osmosis dan
menyebabkan penciutan sel, disebut plasmolisis. Sedangkan pada larutan
hipotonik, konsentrasi zat terlarut lebih rendah di luar sel daripada di dalam sel.
Air akan masuk ke sel secara osmosis, menyebabkan pembengkakan sel dan sel
menjadi pecah, disebut hemolisis.
Pada percobaan plasmolisis diperoleh data yaitu sayatan bawang merah
dan daun jada yang diberi larutan glukosa membran plasmanya mengkerut.
Sayatan bawang merah dan daun jadam yang diberi aquades membran plasmanya
tidak mengkerut. Serta sayatan bawang merah dan daun jadam yang diberi lautan
garfis membran plasmanya tidak mengkerut
Dari hasil praktikum yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa larutan
glukosa adalah larutan hipertonik karena air akan keluar dari sel, sehingga sel
berukuran kecil dan mengalami plasmolisis (Arumaningrum dkk, 2015:101).
Larutan garfis adalah larutan isotonik, karena terjadi keseimbangan antara air
yang masuk ke dalam sel dengan air yang keluar dari sel. Sedangkan aquadest
adalah larutan hipotonik karena air masuk ke dalam sel menyebabkan sel yang
mengkerut dan mengalami plasmolisis dapat kembali ke bentuk semula.
Semakin tinggi perlakuan suhu, maka warna larutan akan semakin keruh
atau pekat. Pengaruh suhu terhadap permeabilitas adalah apabila suhu semakin
meningkat maka permeabilitas membran sel juga meningkat sehingga
menyebabkan warna larutan akan semakin pekat. Jadi suhu dan permeabilitas
membran sel berbanding lurus.
Pengaruh jenis pelarut terhadap permeabilitas membran sel yaitu
perendaman sel dalam pelarut organik menyebabkan permukaan membran sel
menjadi lebih hidrofil sehingga permeabilitas membran akan meningkat dan
warna larutan menjadi semakin pekat. Serta pelarut yang meiliki rantai ikatan
lebih pendek akan lebih cepat melisiskan sel sehingga menyebabkan air dalam sel
lebih cepat keluar.
Fungsi larutan glukosa adalah sebagai larutan hipertonik yang akan
menyebabkan plasmolisi pada sel bawang merah dan daun jadam (Ariyanto dkk,
2018:32). Aquades berfungsi sebagai larutan hipotonik yang akan mengembalikan
kondisi sel bawang merah dan daun jadam yang mengalami plasmolisi ke kondisi
semula. Sedangakan larutan garfis berfungsi sebagi larutan isotonik yang tidak
akan memberikan pengaruh terhadap sel bawang merah dan daun jadam.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan

 Pengaruh perlakuan fisik (suhu) terhadap permeabilitas membran sel


yakni semakin tinggi suhu yang diberikan maka permeabilitas
membran sel semakin meningkat, sehingga warna larutan akan
semakin keruh karena pemanasan menyebabkan rusaknya membran
sel dan air akan keluar dari sel. Sedangkan pengaruh jenis pelarut
terhadap permeabilitas membran sel yakni semakin pendek rantai
ikatan pelarut maka semakin mudah pelarut mengikat membran sel
dan menyebabkan sel mengalami plasmolisis dengan cepat.
 Pengaruh larutan hipertonik pada sel tumbuhan yakni sel tumbuhan
akan kehilangan air dan mengalami plasmolisi akibat konsentrasi
larutan yang lebih tinggi daripada konsentrasi yang ada di dalam sel.
Sedangkan pengaruh larutan hipotonis pada sel tumbuhan yakni sel
tumbuhan akan mengalami plasmolisis karena air akan masuk ke
dalam sel akibat konsentrasi dalam sel yang lebih tinggi dari pada
konsentrasi larutan.
7.2 Saran
Diharapkan untuk adanya peninjauan literatur kembali dan
membandingkanya dengan hasil pengamatan yang telah didapatkan
DAFTAR PUSTAKA

Amza, Gheorghe dkk. 2014. Contributions to The Process Where Plating


Difusssion Field Ultrasonic Welding Plain Carbon Steels. Journal of
Fiabilitate and Durability Supplement. 1(1) : 67-75.
Ariyanto, M. R. dkk. 2018. Pengaruh Eksrak Jeruk Nipis dengan Larutan Gula
Kelapa Terhadap Keterserapan Larutan dan Lama Kesegaran pada Bunga
Potong Krisan. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 5(2) : 32-37.
Arumaningrum, Devita dkk. 2015. Pengaruh Proporsi Sukrosa dan Lama Osmosis
Terhadap Kualitas Sari Buah Naga Putih ( Hylocereus undatus). 3(1) :
100-105.
Hasni, Abdelkrim dkk. 2016. The Teaching and Learning of Difussion and
Osmosis : What Can We Learn from Analysis of Classromm Practices? A
Case Study. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education. 12(6) : 1507-1531.
Irianto, Koes. 2017. Biologi Molekuler Teori-Praktikum-Glosarium. Bandung :
Alfabeta.
Johnson, G. B. 2015. The Living World Eight Edition. New York : McGraw-Hill
Education.
Ngili, Yohanes. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Rahmasari, Hamita., dan W. H. Susanto. 2014. Ekstraksi Osmosis pada


Pembuatan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa
dan Lama Osmosis. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 2(3) : 191-197.
Santoso, L. M., dan D. J. Santri. 2016. Biologi Molekuler Sel. Jakarta : Salemba
Teknika.
Windelspecht, Mader. 2013. Biology Eleven Edition. New York : McGraw-Hill
Education.

Anda mungkin juga menyukai