Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

DI RUANG BEDAH RSUD Dr.R.SOEDJONO SELONG


KABUPATEN LOMBOK TIMUR

OLEH :
ANNISA FITRIANI, S.Kep
NPM.016.02.0608

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XII C


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM 2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

A. Pengertian

BPH adalah pembesaran progresif dari

kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih

tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai

derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran

urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit

yang disebabkan oleh penuaan. Price&Wilson (2005).

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan

prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia

kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang

sering menyebutnya dengan hipertropi prostat namun

secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia

(Sabiston, David C,2004

B. Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH

sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti

kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon

androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan

BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor

kemungkinan penyebab antara lain :

1). Dihydrotestosteron

2
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen

menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar

prostat mengalami hiperplasi .

2). Perubahan keseimbangan hormon estrogen -

testoteron

Pada proses penuaan pada pria terjadi

peningkatan hormon estrogen dan penurunan

testosteron yang mengakibatkan hiperplasi

stroma.

3). Interaksi stroma - epitel

Peningkatan epidermal gorwth factor atau

fibroblast growth factor dan penurunan

transforming growth factor beta menyebabkan

hiperplasi stroma dan epitel.

4). Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan

peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari

kelenjar prostat.

3
C. Patofisiology nursing pathway

Usia lanjut

Kurang terpapar informasi Kurang


Pengetahuan

mengenai pembesaran prostat

Fase awal prostat hiperplasia

Pola dan kualitas miksi berubah Gangguan Pola Tidur

Kontraksi muskulus destrussor tidak adekuat

Menghambat aliran urine


Disfungsi Seksual
(obstruksi urine/kandung kemih)

Retensi Urine

Refluks vesika uretral Iritasi mukosa kandung Pemasangan


kateter
kemih terlalu lama
Dilatasi ureter
Nyeri Resiko Infeksi
Kerusakan ginjal

Gagal ginjal

Perubahan status kesehatan

Cemas

4
D. Tanda dan gejala

Terdapat dua gejala utama dari BPH yaitu gejala

obstruktif dan iritatif.

1. Gejala Obstruktif yaitu :

a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan

seringkali disertai dengan mengejan yang

disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli

memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan

tekanan intravesikal guna mengatasi adanya

tekanan dalam uretra prostatika.

b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran

kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan

otot destrussor dalam pempertahankan tekanan

intra vesika sampai berakhirnya miksi.

c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada

akhir kencing.

d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber

pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat

melampaui tekanan di uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air

kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :

a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang

sulit ditahan.

b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari

biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia)

dan pada siang hari.

c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

(Ponco Birowo, 2001)

5
E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penyakit BPH, meliputi :

1) Pemeriksaan laboratorium

 Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine

penting untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri

dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus

diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada

saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih.

 Elektrolit, kadar ureum, dan kreatinin darah

merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan

status metabolik.

 Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA) dilakukan

sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai

deteksi dini keganasan.

2) Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan yang biasanya

dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi

intravena, USG dan sistoskopi, tujuannya adalah untuk

memperkirakan volume BPH.

(Mansjoer arief, 2000)

F. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan bergantung pada penyebab, keparahan

obstruksi, dan kondisi klien

1) Observasi Dilakukan pada klien dengan keluhan ringan,

nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah

makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari

obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), dan

mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum

alkohol.

6
2) Terapi Medikamentosa

 Penghambat adrenergik

Obat yang biasa dipakai ialah prazosin, yang

berfungsi untuk mengurangi obstruksi pada buli-buli

tanpa merusak kontraktilitas destrusor.

Penghambat 5-a-reduktase

 Obat yang dipakai adalah finasteride. Golongan obat

ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga

prostat yang membesar akan mengecil.

3) Terapi Bedah

Waktu penanganan untuk tiap klien bervariasi tergantung

berat ringannya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut

untuk terapi bedah, yaitu :

 Retensio urine berulang.

 Hematuri.

 Tanda penurunan fungsi ginjal.

 Infeksi saluran kemih berulang.

 Tanda-tanda obstruksi berat, yaitu divertikel,

hidroureter, dan hidronefrosis.

 Ada batu saluran kemih.

4) Terapi Invasif Minimal

 Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT).

 Dilatasi Balon Transurethral (TUBD).

 High-instensity Focused Ultrasound.

 Ablasi jarum Transuretra.

 Stent Prostat.

(Mansjoer arief, 2000)

7
G. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Pre operasi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologi
 Cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi proses bedah.
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologi
 Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan
spasme kandung kemih.
2. Post operasi
 Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi
sekunder pada TURP)
 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
infasiv pembedahan
 Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan
pengobatan b.d kurangnya paparan informasi.
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan
imobilisasi pasca operasi.
 Disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan
akan impoten dari TURP

8
H. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut NOC : NIC :


 Pain Level, I. Pain Management
Definisi :  pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
 comfort level secara komprehensif termasuk
Sensori yang tidak Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik, durasi,
menyenangkan dan pengalaman  Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
emosional yang muncul secara (tahu penyebab nyeri, presipitasi
mampu menggunakan  Observasi reaksi nonverbal
aktual atau potensial tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau untuk mengurangi  Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
menggambarkan adanya bantuan) pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi
berkurang dengan respon nyeri
Nyeri Internasional):
menggunakan manajemen  Evaluasi pengalaman nyeri masa
serangan mendadak atau pelan nyeri lampau
intensitasnya dari ringan  Mampu mengenali nyeri  Evaluasi bersama pasien dan
(skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
sampai berat yang dapat frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol nyeri
diantisipasi dengan akhir nyeri) masa lampau
 Menyatakan rasa nyaman  Bantu pasien dan keluarga
yang dapat diprediksi dan setelah nyeri untuk mencari dan menemukan
berkurang dukungan

9
dengan durasi kurang dari 6  Tanda vital dalam  Kontrol lingkungan yang dapat
bulan. rentang normal mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Batasan karakteristik :  Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Laporan secara verbal atau  Pilih dan lakukan penanganan
non verbal nyeri (farmakologi, non
- Fakta dari observasi farmakologi dan inter
- Posisi antalgic untuk personal)
menghindari nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
- Gerakan melindungi untuk menentukan intervensi
- Tingkah laku berhati-hati  Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Muka topeng
 Berikan analgetik untuk
- Gangguan tidur (mata sayu,
mengurangi nyeri
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau,  Evaluasi keefektifan kontrol
menyeringai) nyeri
- Terfokus pada diri sendiri  Tingkatkan istirahat
- Fokus menyempit (penurunan  Kolaborasikan dengan dokter
persepsi waktu, kerusakan jika ada keluhan dan tindakan
proses berpikir, penurunan nyeri tidak berhasil
interaksi dengan orang dan  Monitor penerimaan pasien
lingkungan) tentang manajemen nyeri
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan, Analgesic Administration
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,  Tentukan lokasi,
aktivitas berulang-ulang) karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum

10
- Respon autonom (seperti pemberian obat
diaphoresis, perubahan  Cek instruksi dokter tentang
tekanan darah, perubahan jenis obat, dosis, dan
nafas, nadi dan dilatasi frekuensi
pupil)  Cek riwayat alergi
- Perubahan autonomic dalam  Pilih analgesik yang
tonus otot (mungkin dalam diperlukan atau kombinasi dari
rentang dari lemah ke analgesik ketika pemberian
kaku) lebih dari satu
- Tingkah laku ekspresif  Tentukan pilihan analgesik
(contoh : gelisah, tergantung tipe dan beratnya
merintih, menangis, nyeri
waspada, iritabel, nafas  Tentukan analgesik pilihan,
panjang/berkeluh kesah) rute pemberian, dan dosis
- Perubahan dalam nafsu optimal
makan dan minum  Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Faktor yang berhubungan :
 Monitor vital sign sebelum dan
Agen injuri (biologi, kimia, sesudah pemberian analgesik
fisik, psikologis) pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2 Cemas b/d perubahan status NOC : NIC :


(i) Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety control

11
kesehatan  Coping kecemasan)
 Impulse control  Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
Definisi :  Nyatakan dengan jelas harapan
 Klien mampu
Perasaan gelisah yang tak mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
jelas dari ketidaknyamanan mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
atau ketakutan yang disertai  Mengidentifikasi, prosedur
respon autonom (sumner tidak mengungkapkan dan  Pahami prespektif pasien
menunjukkan tehnik terhdap situasi stres
spesifik atau tidak diketahui untuk mengontol cemas  Temani pasien untuk memberikan
oleh individu); perasaan  Vital sign dalam batas keamanan dan mengurangi takut
normal  Berikan informasi faktual
keprihatinan disebabkan dari
 Postur tubuh, ekspresi mengenai diagnosis, tindakan
antisipasi terhadap bahaya. wajah, bahasa tubuh prognosis
Sinyal ini merupakan dan tingkat aktivitas  Dorong keluarga untuk menemani
menunjukkan anak
peringatan adanya ancaman berkurangnya kecemasan
 Lakukan back / neck rub
yang akan datang dan
 Dengarkan dengan penuh
memungkinkan individu untuk perhatian
mengambil langkah untuk  Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
menyetujui terhadap tindakan yang menimbulkan kecemasan
Ditandai dengan  Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
 Gelisah ketakutan, persepsi
 Insomnia  Instruksikan pasien
 Resah menggunakan teknik relaksasi

12
 Ketakutan  Barikan obat untuk mengurangi
 Sedih kecemasan
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
b/d penurunan intake makanan  Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli gizi
food and Fluid Intake untuk menentukan jumlah kalori
 Nutritional Status : dan nutrisi yang dibutuhkan
Definisi : Intake nutrisi nutrient Intake pasien.
 Weight control  Anjurkan pasien untuk
tidak cukup untuk keperluan Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh.  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan meningkatkan protein dan
berat badan sesuai vitamin C
dengan tujuan
Batasan karakteristik :  Berikan substansi gula
 Beratbadan ideal
 Yakinkan diet yang dimakan
- Berat badan 20 % atau lebih sesuai dengan tinggi
mengandung tinggi serat untuk
di bawah ideal badan
mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya intake  Mampumengidentifikasi
 Berikan makanan yang terpilih
makanan yang kurang dari kebutuhan nutrisi
( sudah dikonsultasikan dengan
RDA (Recomended Daily  Tidk ada tanda tanda ahli gizi)
Allowance) malnutrisi
 Ajarkan pasien bagaimana
- Membran mukosa dan  Menunjukkan membuat catatan makanan
konjungtiva pucat peningkatan fungsi harian.
- Kelemahan otot yang pengecapan dari
 Monitor jumlah nutrisi dan

13
digunakan untuk menelan kandungan kalori
menelan/mengunyah  Tidak terjadi  Berikan informasi tentang
- Luka, inflamasi pada rongga penurunan berat badan kebutuhan nutrisi
mulut yang berarti  Kaji kemampuan pasien untuk
- Mudah merasa kenyang, mendapatkan nutrisi yang
sesaat setelah mengunyah dibutuhkan
makanan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan Nutrition Monitoring
sensasi rasa
 BB pasien dalam batas normal
- Perasaan ketidakmampuan
 Monitor adanya penurunan berat
untuk mengunyah makanan
badan
- Miskonsepsi  Monitor tipe dan jumlah
- Kehilangan BB dengan aktivitas yang biasa dilakukan
makanan cukup  Monitor interaksi anak atau
- Keengganan untuk makan orangtua selama makan
- Kram pada abdomen  Monitor lingkungan selama
- Tonus otot jelek makan
- Nyeri abdominal dengan atau  Jadwalkan pengobatan dan
tanpa patologi tindakan tidak selama jam
- Kurang berminat terhadap makan
makanan  Monitor kulit kering dan
- Pembuluh darah kapiler perubahan pigmentasi
mulai rapuh  Monitor turgor kulit
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kekeringan, rambut
- Kehilangan rambut yang kusam, dan mudah patah
cukup banyak (rontok)  Monitor mual dan muntah
- Suara usus hiperaktif  Monitor kadar albumin, total

14
- Kurangnya informasi, protein, Hb, dan kadar Ht
misinformasi  Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Faktor-faktor yang
 Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan : kekeringan jaringan
Ketidakmampuan pemasukan atau konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
mencerna makanan atau nuntrisi
mengabsorpsi zat-zat gizi  Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
berhubungan dengan faktor cavitas oral.
biologis, psikologis atau  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
ekonomi.

15
POST OPERASI
1 Nyeri akut NOC : NIC :
 Pain Level, II. Pain Management
Definisi :  pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
 comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Sensori yang tidak Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi,
menyenangkan dan  Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
pengalaman emosional yang penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
muncul secara aktual atau nonfarmakologi untuk mengurangi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
potensial kerusakan nyeri, mencari bantuan) untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang pasien
jaringan atau
dengan menggunakan manajemen  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
menggambarkan adanya nyeri nyeri
kerusakan (Asosiasi Studi  Mampu mengenali nyeri (skala,  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi dan tanda  Evaluasi bersama pasien dan tim
Nyeri Internasional): nyeri) kesehatan lain tentang ketidakefektifan
serangan mendadak atau  Menyatakan rasa nyaman setelah kontrol nyeri masa lampau
nyeri berkurang  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
pelan intensitasnya dari  Tanda vital dalam rentang normal dan menemukan dukungan
ringan sampai berat yang  Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
dapat diantisipasi dengan
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
akhir yang dapat  Kurangi faktor presipitasi nyeri
diprediksi dan dengan  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
durasi kurang dari 6 personal)
bulan.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

16
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Batasan karakteristik :  Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Laporan secara verbal  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
atau non verbal  Tingkatkan istirahat
- Fakta dari observasi  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
- Posisi antalgic untuk keluhan dan tindakan nyeri tidak
menghindari nyeri berhasil
- Gerakan melindungi  Monitor penerimaan pasien tentang
- Tingkah laku berhati- manajemen nyeri
hati
- Muka topeng Analgesic Administration
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek,  Tentukan lokasi, karakteristik,
sulit atau gerakan kualitas, dan derajat nyeri sebelum
kacau, menyeringai) pemberian obat
- Terfokus pada diri  Cek instruksi dokter tentang jenis
sendiri obat, dosis, dan frekuensi
- Fokus menyempit  Cek riwayat alergi
(penurunan persepsi  Pilih analgesik yang diperlukan atau
waktu, kerusakan kombinasi dari analgesik ketika
proses berpikir, pemberian lebih dari satu
penurunan interaksi  Tentukan pilihan analgesik tergantung
dengan orang dan tipe dan beratnya nyeri
lingkungan)  Tentukan analgesik pilihan, rute
- Tingkah laku pemberian, dan dosis optimal
distraksi, contoh :  Pilih rute pemberian secara IV, IM
jalan-jalan, menemui untuk pengobatan nyeri secara teratur
orang lain dan/atau  Monitor vital sign sebelum dan sesudah

17
aktivitas, aktivitas pemberian analgesik pertama kali
berulang-ulang)  Berikan analgesik tepat waktu terutama
- Respon autonom saat nyeri hebat
(seperti diaphoresis,  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
perubahan tekanan dan gejala (efek samping)
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)

18
2 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :
imunosupresi  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
 Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
 Risk control pasien lain
Definisi : Peningkatan Kriteria Hasil :
 Pertahankan teknik isolasi
resiko masuknya organisme  Klien bebas dari tanda dan  Batasi pengunjung bila perlu
patogen gejala infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Mendeskripsikan proses penularan mencuci tangan saat berkunjung dan
penyakit, factor yang setelah berkunjung meninggalkan pasien
Faktor-faktor resiko : mempengaruhi penularan serta
 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
penatalaksanaannya,
- Prosedur Infasif tangan
 Menunjukkan kemampuan untuk
- Ketidakcukupan mencegah timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
pengetahuan untuk tindakan kperawtan
 Jumlah leukosit dalam batas
menghindari paparan normal  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
patogen  Menunjukkan perilaku hidup sehat alat pelindung
- Trauma  Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Kerusakan jaringan dan pemasangan alat
peningkatan paparan  Ganti letak IV perifer dan line central
lingkungan dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Ruptur membran amnion umum
- Agen farmasi  Gunakan kateter intermiten untuk
(imunosupresan) menurunkan infeksi kandung kencing
- Malnutrisi  Tingktkan intake nutrisi
- Peningkatan paparan  Berikan terapi antibiotik bila perlu
lingkungan patogen Infection Protection (proteksi terhadap
- Imonusupresi
infeksi)
- Ketidakadekuatan imum

19
buatan  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tidak adekuat sistemik dan lokal
pertahanan sekunder  Monitor hitung granulosit, WBC
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
respon inflamasi)  Batasi pengunjung
- Tidak adekuat  Saring pengunjung terhadap penyakit
pertahanan tubuh menular
primer (kulit tidak  Partahankan teknik aspesis pada pasien
utuh, trauma jaringan, yang beresiko
penurunan kerja silia,  Pertahankan teknik isolasi k/p
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik  Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3 Resiko ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management

20
nutrisi lebih dari  Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
peningkatan nafsu makan yang dibutuhkan pasien.
 Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
 Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi  Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua

21
selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

4 PK : Anemia Perawat dapat melakukan pencegahan 1. Pantau tanda dan gejala anemia
untuk meminimalkan terjadinya anemia  Adanya letargi
 Adanya kelemahan
berkelanjutan
 Keletihan
 Peningkatan pucat

22
 Dyspneu saat melakukan aktivitas
2. Monitor kadar Hb
3. Kolaborasi perlunya pemberian transfusi
4 Sindroma Defisit Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Bantu dalam perawatan diri (mandi,
Perawatan Diri selama … x 24 jam, klien mampu berpakaian, berhias, makan, toileting)
melakukan perawatan diri: Activities Definisi : membantu pasien untuk memenuhi
(kurang perawatan diri : of Daily Living (ADL), dengan ADL
mandi, berpakaian, makan, indikator: Intervensi :
dan toileting) - makan Monitor kemempuan klien untuk perawatan
- berpakaian diri yang mandiri.
Definisi : - toileting Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Gangguan kemampuan untuk - mandi bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADL pada diri - berhias berhias, toileting dan makan.
- hygiene Sediakan bantuan sampai klien mampu
Batasan karakteristik : - oral hygiene secara utuh untuk melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk - ambulasi: berjalan Dorong klien untuk melakukan aktivitas
mandi, ketidakmampuan - ambulasi: wheelchair sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
untuk berpakaian, - transfer performance yang dimiliki.
ketidakmampuan untuk Dorong untuk melakukan secara mandiri,
makan, ketidakmampuan tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
untuk toileting melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
Faktor yang berhubungan :
melakukannya.
kelemahan, kerusakan
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
kognitif atau perceptual,
sesuai kemampuan.
kerusakan neuromuskular/
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
otot-otot saraf.
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

23
5. Disfungsi seksual Setelah dilakukan perawaatn selama 2-1. Berikan keterbukaan pada pasien/orang
3 hari pasien mampu mempertahankan terdekat untuk membicarakan tentang
fungsi seksualnya masalah inkontinensia dan fungsi seksual
Kriteria = 2. Berikan informasi akurat ttg harapan
- pasien menyadari keadaaannya kembalinya fungsi seksual
dan akan memulai lagi interaksi 3. Diskusikan dasar anatomi, jujur dalam
seksual dan aktivitas secara optimal menjawab pertanyaan pasien
- pasien memahami situasi4. Diskusikan ejakulasi retrograd bila
individual pendekatan transuretral/suprapubik
- menunjukan ketrampilan pemecahan digunakan
masalah 5. Rujuk ke penasehat seksual sesuai
indikasi
6. P K : Perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala hemoragi
keperawatan selama 4-5 hari perawat 2. Pantau balutan, kateter, drain yang
menagtasi dan meminimalkan komplikasi bervariasi tergantung jenis pembedahan yg
vaskulair dilakuakan (TUR, suprpubik, retropubik,
Kriteria = perineal)
- tidak terjadi perdarahan 3. Instruksikan klien menghindari ngejan,
- tidak pasien syok hemoragik tidak duduk di kursi tegak lurus
4. Lakukan irigasi kandung kemih
5. Pastikan asupan cairan yang adekuat

24
DAFTAR PUSTAKA

Craft Martha.,Smith Kelly.2010.Nanda Diagnosa

Keperawatan.Yogyakarta:Digna Pustaka

Mansjoer Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jakarta

: Media Aesculapius

Marilyn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : EGC

Ponco Birowo.2001.Pembesaran prostat jinak. FKUI. Jakarta.

(http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.htm)

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol .3. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai