Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga
mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah
terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya.
Sebagai sesama makhluk hidup di dunia yang perduli akan orang lain,
akan mempertimbangkan teknik keselamatan yang lebih baik di dalam dunia
kerja termasuk dalam usaha rumah makan. Studi kasus menunjukkan rumah
makan yang aman adalah rumah makan yang efisien, terutama untuk rumah
makan-rumah makan besar harus ada keamanan bagi para pekerja agar dapat
meningkatkan pengembangan kuantitas dan kualitas kerja pekerja serta dapat
mengurangi resiko kecelakaan kerja.
Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di perusahaan semakin
meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha
dan pekerja sektor kecil menengah menilai K3 identik dengan biaya sehingga
menjadi beban, bukan kebutuhan. Oleh sebab itu, kesehatan dan keselamatan
kerja perlu diterapkan karena keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri (Bucahari,2007).

1|Page
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana gambaran umum lingkungan rumah makan Post Steak ?
- Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja apa yang ditemukan di
rumah makan Post Steak ?
- Program promosi kesehatan apa yang sesuai dengan permasalahan K3 di
rumah makan Post Steak?

1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui gambaran umum lingkungan rumah makan Post Steak
- Untuk mengetahui permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja apa
yang ditemukan di rumah makan Post Steak
- Untuk mengetahui Program promosi kesehatan apa yang sesuai dengan
permasalahan K3 di rumah makan Post Steak?

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumah Makan


Rumah makan dan restoran dalam menjalankan usahanya harus
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi (Menteri Kesehatan, 2003).
Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi
yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk
menikmati hidangan itu serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan
pelayanannya. Walaupun umumnya rumah makan menyajikan makanan di
tempat, tetapi ada juga rumah makan yang menyediakan layanan take-out dining
dan delivery service untuk melayani konsumennya. Rumah makan biasanya
memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya, misalnya rumah
makan chinese food, rumah makan Padang, rumah makan cepat saji (fast food
restaurant) dan sebagainya.
Rumah makan di Indonesia disebut juga sebagai restoran. restoran
merupakan kata resapan yang berasal dari bahasa Perancis yang diadaptasi oleh
bahasa inggris; "restaurant" yang berasal dari kata "restaurer" yang berarti
"memulihkan" (Wikepedia, 2010).

2.2. Persyaratan Rumah Makan


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
Dan Restoran meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

3|Page
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan maknanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan (Menteri Kesehatan, 2003).
Sebuah restoran harus memiliki fasilitas-fasilitas yang memenuhi standar
persyaratan, yang diperlukan untuk menunjang operasionalnya, antara lain :
persyaratan fisik, manajemen operasional, dan pelayanannya. Ketiga faktor
tersebut merupakan komponen penting yang sangat menentukan kualitas dan
kelas daripada sebuah restoran. Persyaratan fisik merupakan faktor yang
memiliki bobot yang cukup besar dalam menentukan kualitas pelayanan sebuah
restoran dibandingkan dengan komponen lainnya.
Persyaratan fisik sebuah restoran secara umum dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu :
 fisik umum dan
 fisik ruang, perlengkapan dan peralatan.
Persyaratan fisik umum dapat berbentuk, seperti : bangunan,
pencegahan bahaya kebakaran, pembuangan air limbah dan sampah, tempat
parkir dan lain-lainnya. Sedangkan fisik ruang, perlengkapan dan peralatan dapat
berbentuk, seperti : dapur, ruang makan, gudang, toilet, ruang administrasi dan
ruang karyawan. Dari kedua komponen fisik restoran tersebut, komponen fisik
ruang, perlengkapan dan peralatan memiliki peranan lebih vital dibandingkan
komponen fisik umum, khususnya : dapur dan toilet. Selain dapur dan toilet.
komponen fisik ruang, perlengkapan dan peralatan yang memiliki peranan cukup
penting adalah ruang makan, gudang dan ruang karyawan.
Komponen yang sangat penting dalam persyaratan fisik umum adalah
komponen ruang, yang meliputi : pembagian ruang, pengaturan ruang dan
dekorasi ruang. Sedangkan komponen lainnya yang cukup penting dalam
persyaratan fisik umum adalah lokasi dan lingkungan, yang meliputi : keberadaan
restoran tersebut dan lingkungan luarnya (kebisingan, bau, debu, asap dam
serangga atau binatang pengganggu lainnya). Utilitas (air, listrik, emergency lamp

4|Page
dan tata udara juga merupakan komponen vital lainnya dalam persyaratan fisik
umum tersebut, demikian juga dengan pencegahan bahaya kebakaran.
Sementara itu faktor penting yang diperlukan dalam menunjang
operasional sebuah restoran, antara lain : struktur organisasi, standar
pelaksanaan operasional, kesehatan lingkungan dan lain-lainnya. Sedangkan
persyaratan pelayanan yang diperlukan untuk menunjang operasional sebuah
restoran adalah penjualan dan penyajian makanan, ketrampilan pramusaji,
penyajian hiburan, keamanan dan lain-lainnya. Masing-masing komponen, baik :
fisik, operasional maupun pelayanan akan sangat menentukan kualitas restoran
dan sekaligus akan menentukan mutu pelayanan sebuah restoran.
2.3. Peralatan dan Perlengkapan Masak
Perlengkapan dan peralatan masak yang digunakan dalam penyiapan
makanan dapat menjadi sumber kontaminasi. Pisau dan talenan yang digunakan
untuk memotong bahan mentah seperti daging mentah dapat mengkontaminasi
makanan bila digunakan kembali tanpa dibersihkan dengan benar, terutama
untuk makanan matang atau siap santap. Keadaan tersebut dapat terjadi juga
pada penjamah makanan yang menangani makanan mentah tidak mencuci
tangan sebelum menangani makanan siap santap. Ke dua proses tersebut baik
melalui perantara tangan maupun peralatan disebut sebagai kontaminasi silang.
Makanan mentah dapat mengkontaminasi makanan siap santap jika keduanya
disimpan bersama secara tidak memadai. Misalnya daging mentah yang
disimpan di atas makanan matang dalam kulkas, tetesan cairan dari daging dapat
mengkontaminasi makanan yang disimpan di bawahnya (Fatonah, 2005).
2.4. Kebersihan Hidung dan Mulut
Hidung, mulut, gigi dan telinga harus dijaga kebersihannya, karena
tempat tersebut dapat sebagai sumber kontaminan. Gigi harus disikat secara
teratur 2 kali sehari, pada pagi hari dan sebelum tidur, dengan menggunakan
sikat gigi medium.

5|Page
Sikat gigi harus dijaga kebersihannya dan diganti bila telah rusak. Mulut
harus dibersihkan dan berkumur setiap setelah makan. Kebiasaan-kebiasaan ini
menjamin kesehatan gigi yang baik, mencegah gigi berlubang dan nafas berbau
(Fatonah, 2005).
2.5. Kebersihan Pakaian
Pakaian pengolah dan penyaji makanan harus selalu bersih, bila perlu
pakaian khusus. Pakaian yang seharusnya digunakan adalah yang berlengan,
menutupi bahu dan ketiak pekerja. Pakaian kerja dibedakan dengan pakaian
harian, disarankan ganti setiap hari. Pakaian dipilih model yang dapat melindungi
tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, berwarna terang/putih, terbuat dari
bahan yang kuat dan mudah menyerap keringat serta tidak panas.
Umumnya pakaian yang berwarna terang atau putih sangat dianjurkan terutama
untuk pekerja di bagian pengolahan. Hal ini disebabkan karena warna putih akan
lebih mudah terdeteksi adanya kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada
pakaian dan berpotensi untuk menyebar pada produk pangan yang sedang
diolah. Di samping itu ukuran pakaian hendaknya pas tidak terlalu besar. Pakaian
yang terlalu besar bisa berbahaya karena dapat berperan sebagai pembawa
kotoran yang akan menyebabkan kontaminasi. Hal tersebut juga berbahaya bagi
keselamatan pekerja terutama jika berdekatan dengan mesin-mesin yang
bergerak atau mempunyai bagian yang berputar (Fatonah, 2005).

2.6. Kesehatan Pekerja


Pekerjaan pengolahan makanan di dapur umumnya dianggap pekerjaan
yang relatif aman, terutama bila dibandingkan dengan pekerjaan di bidang
industry yang lain. Pekerjaan dapur mempunyai potensi untuk menimbulkan
kecelakaan dan potensi bahaya lainnya. Kecelakaan kecil misalnya teriris, luka
bakar kecil, bahkan kecelakaan yang lebih besar mungkin terjadi. Di lingkungan
dapur banyak terdapat peralatan panas dan mesin-mesin elektris. Jika kondisi itu
dikombinasikan dengan tingkat kesibukan yang tinggi, wajar jika para pekerja

6|Page
dituntut untuk selalu berhati-hati agar terhindar dari kecelakaan. Kebanyakan
kecelakaan di dapur disebabkan kurangnya perhatian dan kehati-hatian pekerja
atau pekerja melakukan pekerjaannya sambil bergurau.
Pencegahan kecelakaan serta pelatihan untuk menjamin keselamatan
kerja merupakan prosedur standar yang harus dipenuhi, baik di lingkup industri
besar maupun institusi lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja ini
juga harus diterapkan pada industri jasa boga, sehingga terjadinya kecelakaan
kerja dapat dihindari atau sekurang-kurangnya diminimalkan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23, tahun 1992
tentang kesehatan, telah diatur secara khusus mengenai kesehatan kerja. Pasal
23 undang undang ini berbunyi sebagai berikut. Ayat 1: “Kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal”. Dalam
penjelasan ayat tersebut disebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal,
sejalan dengan perlindungan tenaga kerja.
Pada ayat 2 undang-undang tersebut, disebutkan dengan jelas lingkup
kesehatan kerja, meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Kewajiban untuk menyelenggarakan
kesehatan kerja tertulis dalam ayat 3 yang berbunyi:” Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja”. Hal pertama yang menentukan tercapainya
kesehatan dan keselamatan kerja adalah tersedianya struktur fisik bangunan dan
peralatan yang aman dan memadai. Berkaitan dengan hal ini ada beberapa
persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam penyediaan tempat kerja
pengolahan yang aman ; yaitu sebagai berikut :
- Struktur, bahan, peralatan dan kabel-kabel listrik dalam bangunan harus ada
pada kondisi baik dan terawat.
- Tersedianya lampu atau pencahayaan yang memadai di area pengolahan dan
penyajian, di sepanjang koridor, serta di tangga.

7|Page
- Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin/snti selip.
- Pintu dapur sebaiknya dilengkapi dengan panel kaca, sehingga pandangan ke
luar dan ke dalam dapur tidak terhalang.
- Pintu keluar darurat sebaiknya disediakan di tempat yang jelas terlihat.
- Peralatan mekanis dan elektris sebaiknya dilengkapi dengan perlengkapan
keamanan.
- Nomor telepon darurat misalnya dinas pemadam kebakaran, ambulans, atau
polisi dicantumkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas.
- Lalu lintas orang di area pengolahan dan penyajian diatur dengan rapi, untuk
menghindari tubrukan antar sesama pekerja.
Kecelakaan dapat terjadi di dapur atau ruang pengolahan disebabkan
oleh kenyamanan yang berlebih, konsentrasi yang kurang, kurang berhati-hati
dan perencanaan prosedur yang kurang baik. Sumber kecelakaan kerja di dapur
(tabel di bawah) dapat berasal dari lantai, peralatan persiapan masak, peralatan
dengan listrik, tangga, rekan kerja, dan lain-lain.
Kendala yang paling terjadi di dapur atau pabrik pengolahan makanan
adalah suhu ruangan yang cukup panas. Suhu udara yang dirasakan nikmat (suhu
nikmat) bagi orang Indoensia sekitar 24 – 26 0 C. Suhu dingin mengurangi
effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suatu percobaan
mengikat tali dengan suhu 10 0 C, 150 C dan lebih dari 21 0 C menunjukkan
perbaikan efisiensi sejalan dengan kurangnya keluhan kedinginan. Suhu panas
terutama berakibat menurunnya prestasi kerja piker. Penurunan sangat hebat
sesudah 320 C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi
dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk
dirangsang. Kerja pada suhu yang tinggi dapat membahayakan karena disertai
penyesuaian waktu kerja dan perlindungan yang tepat.

8|Page
Prosentase
No Sumber Bahaya Kecelakaan
(%)
1 Lantai dan jalan yang dilalui 20
2 Salah mengangkat dan pembawa beban 18
3 Penggunaan alat pisau dan piring yang salah 14
4 Anak tangga, tangga dan tangga lipat 14
Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak sesuai alat
5 12
pengaduk dan alat pengadon
Beling, kaleng, listrik, pembakaran (oven, air panas), luka
6 8
karena cairan kimia
7 Rekan kerja lain, pengaruh alkohol 4
8 Lain-lain 10

Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktivitas antara lain


air conditioning /AC di tempat kerja. Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan
membuat suhu terlalu rendah yang berkibat keluhan-keluhan dan kadang-
kadang diikuti meningkatnyapenyakit pernafasan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dengan AC adalah : 1) suhu distel pada 25 - 260 C; 2) Penggunaan
AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran keadaan pengaturan suhu di rumah;
3) bila perbedaan suhu di dalam ruang lebih 50 C, perlu adanya suatu kamar
adaptasi. Jumlah waktu yang diperlukan untuk bekerja dengan hasil yang baikn
adalah 6 – 8 jam dalam sehari. Apabila lama bekerja lebih dari waktu tersebut
dapat menimbulkan kelelahan. Hal tersebut terjadi pula dengan pekerjaan di
dapur/pabrik. Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Ada dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan
otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan
umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja. Penyebab
kelelahan umum adalah monotomi, intensitas dan lamanya kerja mental dan
fisik, keadaan lingkungan, sebab psikis seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan
konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh tersebut secara bersama
mengakibatkan perasaan lelah. Kelelahan mudah diatasi dengan istirahat, yaitu

9|Page
usaha pemulihan dengan berhenti bekerja sewaktu-waktu sebentar sampai tidur
malam hari. Tetapi apabila kelelahan dipaksakan terus maka kelelahan akan
bertambah dan sangat mengganggu. Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang
ada hubungannya dengan kelelahan ditunjukkan dari 3 hal yakni pelemahan
kegiatan, pelemahan motivasi dan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan
umum. Gejala pelemahan kegiatan antra lain perasaan berat di kepala, lelah
seluruh tubuh, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk,
merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang
dalam berdiri dan mau ebrbaring. Gejala pelemahan motivasi adalah merasa
susah berpikir, lelah bicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak
mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak
dapat tekun dalam pekerjaan. Sedangkan kelelahan fisik akibat keadaan umum
gejalanya adalah sakit kepala, ekauan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa
pernafasan tertekan, haus, suara serak, merasapening, spasme dari kelopak
mata, tremor pada anggota baan, dan merasa kurang sehat. Kelelahan dapat
dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan pada keadaan umum dan
lingkungan fisik di tempat kerja. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirhat yang tepat, masa-masa
libur dan rekreasi. Penerapan ergonomi seperti pengadaan tempat duduk, meja
dan bangku-bangku kerja. Di samping itu organisasi proses produksi yang tepat,
usaha untuk mengurangi kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan
penerangan yang baik. Monotomi dan tegangan dapat dikurangi dengan
penggunaan warna dan dekorasi pada lingkungan kerja, musik ditempat kerja
dan latihan fisik pada pekerja yang bekerja sambil duduk pada saat istirahat
(Fatonah, 2005).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

10 | P a g e
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada kegiatan inspeksi rumah makan
yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk
memperoleh gambaran secara langsung, dan melakukan diskusi atau
wawancara dengan pemilik rumah makan Post Steak, kemudian dilakukan
pengambilan gambar dan analisis yang didapatkan dari lokasi inspeksi
tersebut.
3.2. Waktu dan Tempat Kunjungan
Lokasi kegiatan inspeksi dilakukan di industri percetakan yang beralamat
di Jl. Juanda Samarinda. Kegiatan inspeksi ini dilaksanakan pada hari Kamis,
07 Oktober 2010, pukul 15.00 – 16.30 WITA.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, observasi,
dan wawancara. Studi kepustakaan merupakan langkah awal untuk
mendapatkan data-data yang berasal dari literatur seperti buku, yang dapat
dijadikan acuan. Observasi merupakan pengamatan langsung yaitu melihat
dan mencatat masalah yang diteliti sehingga memperoleh informasi.
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan untuk memperoleh
keterangan mengenai masalah yang berkaitan.
3.4. Teknik Analisis dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang telah
dilakukan, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk teks dan power
point.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

11 | P a g e
4.1. Gambaran Umum
Rumah Makan Post Steak terletak di Jl. Juanda Samarinda. Usaha rumah
makan ini menyediakan makanan seperti steak, spagethi, nasi goreng dan
berbagai menu minuman lainnya. Rumah makan Post Steak sendiri terdiri dari
dua cabang yang berada beroperasi di depan Kantor Pos pada malam hari. Kami
melakukan observasi di cabang Post Steak yang terletak di jl. Juanda Samarinda.
Dari segi pekerja, rumah makan Post Steak memiliki 17 karyawan yang
terdiri dari karyawan tetap dan training. Karyawan tersebut bekerja sebagai koki
yang berjumlah 4 orang, pramusaji 1 orang, training sebanyak 4 orang, kasir 2
orang, cleaning service sebanyak 2 orang, 1 orang juicer dan 3 orang back up.
Para karyawan tersebut bekerja selama seminggu dengan kesempatan off satu
kali setiap minggunya. Waktu kerja dibagi menjadi dua shift, yaitu shift siang dan
malam hari. setiap shift kerja adalah 7 jam kerja.
Untuk membantu pengembangan pengetahuan para pekerja, biasanya
para karyawan tetap diberikan pelatihan khusus, contohnya pelatihan memasak
bagi para koki dan pramusaji. Dalam bidang pelayanan kesehatan kerja sendiri,
para karyawan diberikan jaminan kesehatan seperti JAMSOSTEK. Pelayanan
kesehatan belum diberikan secara khusus oleh manajemen rumah makan Post
Steak. Dalam pelaksanaannya, para pekerja tidak pernah mengalami kecelakaan
yang serius. Kecelakaan yang sering terjadi biasanya hanya seperti teriris pisau
dan sejenisnya yang hanya dialami oleh para karyawan training. Untuk itu, pihak
manajemen menyediakan kotak P3K standard dan APAR untuk mengatasi
kecelakaan yang mungkin terjadi di dapur rumah makan Post Steak.
Pihak manajemen juga telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)
untuk para karyawan terutama untuk karyawan yang bekerja sebagai koki.
Namun, karyawan umumnya masih lalai dalam menggunakan APD tersebut.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelayanan sehari-hari sudah
menggunakan peralatan yang cukup modern dengan masa penggunaan selama

12 | P a g e
2-4 tahun untuk menghindari resiko kerusakan peralatan yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
4.2. Identifikasi Permasalahan di Rumah Makan Post Steak
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di rumah makan Post Steak,
diperoleh gambaran umum seperti diatas dan berdasarkan wawancara yang
kami lakukan pada pihak manajemen dan karyawan rumah makan tersebut
mengaku bahwa selama menjalankan usaha rumah makan tersebut selama
hampir 4 tahun tidak pernah terjadi kecelakaan kerja atau PAK (Penyakit Akibat
Kerja) yang fatal.
Jenis kecelakaan kerja yang paling sering terjadi di rumah makan tersebut
adalah tangan teriris atau kulit terbakar akibat terkena api yang hanya dialami
oleh para karyawan baru (training). Pekerja yang paling sering terkena
kecelakaan kerja adalah pekerja dapur karena sangat berisiko mengalami
kecelakaan-kecelakaan kecil atau lebih serius, misalnya teriris dan terekspos
panas, luka bakar, terjatuh dan lain-lain. Bila dilihat dari segi manajemennya,
masalah yang terjadi adalah kurangnya komunikasi antara pihak pemilik (owner)
dengan pegawai sehingga terkadang terjadi ketidakcocokan antara para pekerja
dan pemilik (owner) rumah makan tersebut serta ketidakpahaman dari pekerja
mengenai prosedure kerja yang seharusnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada di rumah makan Post
Steak adalah tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh
karyawan disana khususnya para koki sehingga sering terjadi kecelakaan kerja
seperti tangan yang teriris atau tergores serta terbakar.
4.3. Promosi Kesehatan
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di rumah makan Post Steak, maka
program promosi kesehatan yang sesuai, antara lain:

 Promosi Mengenai Cara Pencegahan PAK

13 | P a g e
Adapun cara-cara pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
 Subtitusi
Merupakan kegiatan mengganti bahan yang lebih bahaya dengan
bahan yang kurang bahaya atau tudak berbahaya sama sekali.
 Ventilasi umum
Yaitu mengalirkan udara sebanyak perhitungan ke dalam ruang kerja,
agar bahan-bahan yang berbahaya lebih rendah dari kadar yang
membahayakan (NAB : kadar Nilai Ambang Batas).
 Ventilasi keluar setempat (Local exhausters)
Merupakan alat penghisap udara di suatu tempat kerja tertentu agar
bahan bahan yang membahayakan dihisap dan dialirkan keluar.
 Isolasi
Merupakan kegiatan operasi atau proses yang membahayakan,
misalnya isolasi mesin yang suaranya keras.
 Pakaian Pelindung atau Alat Pelindung Diri Seperti masker, kacamata,
sarung tangan, sepatu, topi, dan pakaian kerja.
 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan calon
pekerja untuk mengetahui kecocokan antara jenis pekerjaan dengan
kondisi fisik dan mentalnya.
 Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, untuk evaluasi apakah
pekerjaan telah menimbulkan gangguan/kelainan tubuh pekerja.
 Penerangan sebelum kerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati
peraturan-peraturan dan lebih berhati-hati.
 Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara
kontinu, agar pekerja tetap waspada dalam memenjalankan
pekerjaannya.

14 | P a g e
 Promosi mengenai Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)
Alat Pelindung Diri (APD) atau personal protective device adalah peralatan
keselamatan yang harus digunakan oleh karyawan atau pekerja apabila berada
pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Adapun persyaratan dari APD antara lain:
 Enak dipakai
 Tidak mengganggu kerja
 Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat pelindung
diri digunakan untuk melindungi bagian tubuh tertentu seperti kepala,
mata, wajah, tangan dan kaki. Alat pelindung diri yang berkaitan dengan
bahaya di dapur digunakan sesuai dengan keperluannya. Berikut
disajikan berbagai bahaya yang mungkin terjadi di dapur baik skala
rumah tangga maupun skala besar dan APD yang diperlukan.
 Promosi Mengenai Penyimpanan Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap
saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh. Menurut WHO yang dimaksud dengan makanan adalah:
“Food include all substances, whether in a natural state or in a
manufactured or preparedform, wich are part of human diet.” Batasan
makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya :
 Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
 Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
 Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai
akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat,

15 | P a g e
serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,
pemasakan dan pengeringan.
 Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan
penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau
memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada saat
dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan
kepada masyarakat atau konsumen.
Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi
kerusakan atau pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan ada
6 prinsip yang harus di perhatikan, diantaranya yaitu cara penyimpanan
bahan makanan.
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk
katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik,
mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat
membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang
memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
 Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang
bersih dan memenuhi syarat.
 Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil,
tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang,
terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk
atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.

16 | P a g e
 Pelatihan Mengenai Cara-Cara dalam Menghindari Kebakaran
Adapun beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan
untuk menghindari terjadinya kebakaran antara lain sebagai berikut:
 Mengetahui tempat penyimpanan dan cara menggunakan alat
pemadam kebakaran.
 Menggunakan jenis bahan pemadam kebakaran yang tepat menurut
sumber apinya. Ada tiga jenis penyebab kebakaran yang masing-
masing memerlukan bahan pemadam kebakaran berbeda pula, yaitu
sebagai berikut:
a) Kelas A, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari kayu, kertas,
pakaian, plastik dan bahan-bahan mudah terbakar lainnya. Jenis
alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol .
b) Kelas B, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari minyak, gemuk,
(grease), bensin, pelarut organik, serta bahan kimia mudah
terbakar lainnnya.Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai
symbol.
c) Kelas C, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari peralatan
elektris, kabel-kabel motor dan sebagainya. Jenis alat pemadam
kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol .
 Jangan memadamkan api yang berasal dari minyak atau peralatan
listrik dengan menggunakan air, atau pemadam kelas A karena hanya
akan menyebarkan api.
 Sediakan garam atau baking soda di tempat yang mudah terjangkau,
untuk memadamkan kebakaran dari api kompor atau tungku.
 Jangan meninggalkan minyak goreng di atas tungku atau kompor
menyala tanpa pengawasan.
 Aktivitas merokok hanya boleh dilakukan pada tempat khusus, dan
jangan meninggalkan puntung yang masih menyala di sembarang
tempat.

17 | P a g e
 Jika mendengar alarm tanda bahaya kebakaran dan masih ada waktu,
tutup dan matikan semua aliran gas serta listrik, sebelum
meninggalkan gedung yang terbakar.
 Jaga agar pintu keluar darurat tidak terhalang oleh benda apapun.
Adapun cara untuk mencegah radiasi elektromagnetik, dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
 Dalam menggunakan alat elektronik seperti komputer, televisi, hair
dryer, sebaiknya membuat jarak sejauh mungkin dari sumber pajanan
dan waktu kontak diusahakan seminimal mungkin.
 Penggunaan micro wave walaupun hanya sebentar jangan ditunggu
apalagi dalam jarak yang sangat dekat. Micro wave menghasilkan
energi foton yang sangat besar dan beresiko mengganggu kesehatan
apalagi tidak mematuhi prosedur penggunaannya.
 Waktu penggunaan telepon seluler (yang memiliki energi foton
sangat besar dan efek radiasinya lebih besar dibanding jaringan listrik
tegangan ekstra tinggi) dibatasi dan jangan selalu diletakkan di
kantong, apalagi bila menggunakan alat pacu jantung. Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka pihak manajemen rumah makan
tersebut telah menyediakan kotak P3K dan APAR.
 Pelatihan Mengenai Cara-Cara dalam Menghindari Kecelakaan Kerja
Adapun beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan
untuk menghindari terjadinya luka karena teriris atau terpotong antara
lain sebagai berikut:
 Selalu menggunakan pisau yang tajam
Pisau yang tajam lebih aman daripada pisau tumpul, karena tekanan
dan tenaga yang diperlukan pada saat digunakan lebih kecil dan tidak
mudah selip.
 Selalu menggunakan alas (telenan) sewaktu memotong. Jangan
memotong dengan menggunakan alas dari logam. Akan lebih baik

18 | P a g e
apabila di bawah telenan diletakkan handuk/kain tebal, agar telenan
tidak mudah bergeser atau terpeleset.
 Berkonsentrasi penuh pada waktu bekerja dengan pisau atau alat
pemotong lainnya, tidak sembrono atau sambil bergurau.
Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan jarak yang aman,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
 Menggunakan pisau hanya untuk pekerjaan pemotongan, tidak
menggunakannya untuk keperluan lain, misalnya untuk membuka
tutup botol.
 Apabila pisau terjatuh, jangan coba-coba untuk menangkapnya.
Biarkan pisau jatuh, dan jaga jarak atau menjauh dari tempat
jatuhnya.
 Jangan menaruh pisau di dalam bak cuci, di dalam air atau di tempat-
tempat lain sehingga pisau tidak dapat dilihat dengan jelas.
 Bersihkan pisau dengan hati-hati setelah digunakan, dengan
mengarahkan pisau sisi pisau yang tajam menjauh dari tubuh.
 Apabila tidak dipergunakan, simpan pisau di tempat yang aman,
misalnya di rak atau tempat pisau khusus lainnya.
 Selalu berhati-hati sewaktu membawa pisau. Bawalah pisau di bagian
samping tubuh, dengan ujung menghadap ke bawah, dan sisi tajam
menjauhi tubuh. Akan lebih baik jika membawa pisau dalam sarung
atau selubung pisau. Peringatkan orang-orang di sekitar anda, jika
anda melewati mereka dengan membawa pissau di tangan.
 Barang-barang yang mudah pecah, misalnya mangkuk, piring dan
peralatan gelas lainnya ditempatkan di tempat khusus, terpisah dari
area pengolahan.
 Jangan meletakkan barang-barang yang mudah pecah di dalam bak
perendam.

19 | P a g e
 Apabila ada barang yang pecah, gunakan sapu untuk membersihkan
serpihannya, jangan dibersihkan dengan tangan. Pembuangan
pecahan kaca harus pada tempat khusus, jangan dicampur dengan
sampah lainnya.
 Apabila ada barang yang pecah di dalam ember atau bak,
pengambilan pecahan setelah ember atau bak dibuang airnya.
 Apabila membuka karton atau atau pengemas lain yang ada paku
atau isi steplernya, maka logam logam tersebut dikumpulkan pada
wadah tertentu dan dibuang.
 Apabila tangan teriris atau terpotong kecil lainnya, segera dirawat
dengan obat pertolongan pertama yang memadai untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Adapun beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya luka bakar antara lain sebagai berikut:
 Selalu berasumsi bahwa panci pemasak dalam kondisi panas, sehingga
kita harus menggunakan alas pada waktu memegang panci tersebut.
 Menggunakan alas/lap kering untuk memegang panci panas. Penggunaan
lap basah akan menghasilkan uap panas yang dapat menyebabkan luka
bakar.
 Pegangan panci pemasak diarahkan menjauhi lorong/tempat lalu lalang,
sehingga tidak tersenggol orang yang melewatinya. Pegangan panic
hendaknya juga jauh dari sumber api, baik kompor gas maupun kompor
minyak tanah.
 Pengisian panci pemasak tidak boleh penuh, sehingga tidak meluap
sewaktu mendidih.
 Minta pertolongan orang lain apabila harus memindahkan wadah yang
berisi makanan panas yang cukup berat.

20 | P a g e
 Berhati-hati sewaktu membuka panci perebus atau peralatan lain yang
mengelurkan uap panas, serta melakukannya dalam jarak yang aman
(jarak antara tubuh dengan peralatan tersebut).
 Apabila kompor gas yang digunakan tidak dilengkapi dengan pemantik
otomatis, maka klep gas harus ada dalam keadaan tertutup sewaktu
korek api atau sumber api lainnya dinyalakan.
 Pekerja sebaiknya mengenakan pakaian dengan lengan panjang untuk
melindungi diri dari percikan/tumpahan makanan atau minyak panas.
Alas kaki hendaknya terbuat dari kulit yang kuat, dan tertutup pada
bagian jari-jarinya.
 Makanan yang akan digoreng harus ditiriskan terlebih dahulu, agar tidak
terbentuk percikan minyak panas sewaktu digoreng.
 Selalu memperingatkan orang-orang disekitar Anda, apabila anda melalui
mereka dengan membawa barang-barang yang panas.

BAB IV
PENUTUP

21 | P a g e
5.1. Kesimpulan
- Rumah makan Post Steak yang terletak di jalan Juanda Samarinda sudah
memenuhi persyaratan hygene sanitasi rumah makan dan restoran.
- Permasalahan yang ada di rumah makan Post Steak adalah tidak adanya Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh karyawan disana khususnya para
koki sehingga sering terjadi kecelakaan kerja seperti tangan yang teriris atau
tergores serta terbakar.
- Program promosi kesehatan yang sesuai dengan masalah K3 di rumah makan
Post Steak adalah promosi mengenai cara pencegahan PAK, promosi
mengenai pemakaian APD (Alat Pelindung Diri), promosi mengenai
penyimpanan makanan, pelatihan mengenai cara-cara dalam menghindari
kebakaran, pelatihan mengenai cara-cara dalam menghindari kecelakaan
kerja, dan pelatihan mengenai cara-cara dalam menghindari kecelakaan kerja
5.2. Saran
- Seluruh elemen terkait baik itu pemilik rumah makan Post Steak ataupun
seluruh karyawan dapat meningkatkan penanganan dalam mengatasi
kecelakaan akibat kerja yang terjadi pada koki di rumah makan Post Steak.
- Rumah makan Post Steak diharapkan dapat melaksanaan program promosi
kesehatan guna meningkatkan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
baik pemilik maupun karyawan.

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai