Hemofilia Case
Hemofilia Case
LAPORAN KASUS
DATA DASAR
Identifikasi
Seorang anak laki-laki, berinisial RN berusia 12 tahun, berat badan 24 kg, tinggi
badan 124 cm, bertempat tinggal di kota Palembang, datang ke poli Hematologi
Anak RSMH tanggal 15 Januari 2018.
Riwayat imunisasi
Vaksin I II III IV
BCG (scar +) - - -
DPT - - -
Polio - - -
Campak - - - -
Hepatitis B - - - -
Kesan: imunisasi dasar PPI tidak lengkap, diberikan sesuai umur, imunisasi
non PPI dan imunisasi ulangan tidak diberikan
3
Riwayat makan
ASI : dari lahir sampai usia 6 bulan
Susu formula : dari usia 6 bulan sampai usia 15 bulan
Bubur : dari usia 7 bulan sampai 13 bulan
Nasi biasa : usia 13 bulan sampai dengan sekarang, frekuensi 2-3x/hari, 10-15
sendok makan, kadang diselingi dengan cemilan. Penderita biasa makan nasi
disertai lauk pauk seperti tahu, telur, ikan, dan sayur. Penderita tidak meyukai
daging ayam maupun daging sapi. Penderita juga tidak terbiasa minum susu setiap
harinya.
Kesan : kualitas dan kuantitas kurang
Perkembangan
- Tengkurap : usia 5 bulan
- Duduk : usia 7 bulan
- Merangkak : usia 9 bulan
- Berdiri : usia 13 bulan
- Berjalan : usia 16 bulan
Anak tidak tampak kesulitan mengikuti perintah atau permainan seperti sebayanya
serta dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Anak tidak pernah tinggal kelas.
Prestasi anak di sekolah rata-rata diantara teman sebayanya. Anak sering tidak
masuk sekolah, dalam sebulan rata-rata anak akan absen dari kegiatan sekolah
selama 2-3 hari dikarenakan pergi berobat untuk kontrol. Anak tidak pernah
dikucilkan oleh teman sebaya maupun angggota keluarga lain selama ini. Anak
tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga berat seperti lari cepat, sepak bola, basket
seperti teman-temannya dikarenakan mudah mengalami trauma. Kontak sosial
tampak baik, tidak ada perilaku aneh yang ditunjukkan oleh anak .
Kesan : riwayat perkembangan baik
4
PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Tanda vital
Kesadaran : E3M4V2
Tekanan darah : 100/60 mmHg
SpO2 : 98
Status pubertas
: P3
Status antropometri
BB 30 kg, TB 140 cm
BB berdasarkan umur : 30/40 : p5-10 ( underweight)
TB berdasarkan umur : 140/149 : < p10-50 (normal height)
BB berdasarkan TB : 30/35x100% = 85 % ( undernourished)
Usia Tinggi : 11 tahun 4 bulan
Berat Badan Ideal : 35 Kg
LILA : 19 cm
5
Lingkar Kepala : 53 cm
Status gizi : gizi kurang perawakan normal
NI Daya Penghidu N N
N II Daya Penglihatan N N
Medan Penglihatan N N
Pengenalan warna N N
Gerakan Mata B B
Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
Sensibilitas Muka N N
N IX Arkus Faring N N
Arkus Faring N N
Bersuara N N
Menelan N N
Sikap Bahu N N
Motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
Kesan :
ANALISIS AWAL
Berdasarkan data dasar di atas, anak datang dengan keluhan utama pucat
disertai dengan keluhan mengantuk . sebelumnya terdapat riwayat terbentur pada
bagian belakang kepala. Anak merupakan penderita hemofilia A yang telah
terdiagnosa sejak usia 7 tahun. Keluhan yang ditunjukan penderita menunjukan
adanya proses perdarahan akut dan peningkatan intracranial yang disebabkan oleh
cedera kepala.
11
MASALAH AWAL
pucat
tanda peningkatan tekanan intracranial
penyandang hemofilia A sedang
gizi kurang
DIAGNOSIS KERJA
Intra cerebral hemmoragik + anemia+ gizi kurang + hemofilia A
TATALAKSANA
Rencana craniotomi cito
Inj Coate 2x1000 mg IU IV
Persiapan operasi
PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : Dubia
2. Quo ad functionam : Dubia
3. Quo ad sanationam : Dubia
S Anak tampak mengantuk, pucat (+) muntah (+) frek. 2x menyemprot, isi apa yang dimakan
O Keadaan umum:
Keadaan spesifik:
13
Kepala : NCH (-) konjungtiva anemis (+) sklera ikterik (-) pupil
bulat isokor (+) 3mm/3mm reflekls cahaya +/+
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
-fissura baik
-midline baik
-Konsul Bedah
-Konsul Anestesi
Kesan: Penurunan kesadaran GCS 12 ec cedera kepala + ICH lobus frontotemporal
dextra + Hemofilia A.
Saran:
-Perawatan post op di PICU
-Transfusi sampai dengan Hb≥10 gr/dl
-Cek DR post transfusi
-Pemberian faktor VIII sesuai TS anak (≤6 jam sebelum tindakan)
-Puasa 6 jam preoperatif
-Sedia darah (PRC, FFP, TC)
O Keadaan umum:
Sens: E3M5V4 TD 100/60mmHg Nadi 95x/m Laju pernapasan 24x/m Suhu tubuh axilla
36,5oC
Keadaan spesifik:
15
Kepala : NCH (-) konjungtiva anemis (+) sklera ikterik (-) pupil
bulat isokor (+) 3mm/3mm reflekls cahaya +/+
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
Saran:
-NS 3% 2cc/kg/bb/tiap 8 jam jika tidak ada kontraindikasi
-Konsul bedah saraf cito
S Demam (-) pucat (-) anak sadar (+) perdarahan drain ±20 cc pusing (-) mata sebelah kanan
sembab
O Keadaan umum:
KU: Sens: CM Nadi 92x/m Laju pernapasan 24x/m Suhu badan axilla 36,6oC Tekanan
Darah 90/60 mmHg
Keadaan spesifik:
Kepala : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) NCH (-) edema
palpebra occuli dextra
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
A Hemofilia A post craniotomy hari ke 2 a.i ICH a.i GCS 12 + edema palpebra occuli dextra
hari ke I
P -IVFD D5 ½ NS gtt xx/ment makro
-Inj. Ceftriazone 1x2 gr IV (3)
-Inj. Coate 2x2000 IU 2x1500 IU
17
O Keadaan umum:
Anak compos mentis, Nadi 90x/m Laju pernapasan 24x/m Suhu badan aksilla 36,6oC TD
90/60 mmHg
Keadaan spesifik:
Kepala : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) NCH (-) pupil
isokor 3mm-3mm
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
HEMOFILIA
1. Definisi
Hemofilia merupakan suatu penyakit genetik yang telah diketahui sejak
lama. Hemofilia didefinisikan sebagai gangguan perdarahan yang bersifat herediter
akibat kekurangan faktor pembekuan VIII, IX dan XI. Pada saat ini dikenal 3 bentuk
hemofilia, yaitu hemophilia A (kekurangan faktor VIII atau anti-hemophilic factor)
dan hemofili B (kekurangan faktor IX atau chrismast factor). Hemofilia C
belakangan diketahui sebagai salah satu penyebab ganggguan pembekuan darah
lainnya diakibatkan oleh defisiensi faktor XI. Dahulu hemofilia A sering sulit
dibedakan dengan penyakit von Willebrand, karena pada keduanya ditemukan
kekurangan faktor VIII. Akan tetapi pada penyakit von Willebrand didapatkan pula
kekurangan faktor von Willebrand yaitu faktor yang diperlukan dalam agregasi
trombosit.1 (BUKU AJAR HAL 174)
Kata Hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich pada tahun 1828. Menurut ensiklopedia Britanica ,
istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman bernama Johann lukas Sshonlein pada tahun 1793.
Hemophilia berasal dari dua suku kata yaitu, philia yang artinya suka dan hemo
yang artinya darah. Arti nama ini terkait dengan manifestasi utama dari penyakit ini
yaitu penderita yang sangat mudah mengalami perdarahan pada tubuhnya, bahkan
2 (Hemophilia A,Philip Salen; Hani M.
yang disebabkan oleh trauma yang sangat minimal.
Babiker)
Hemofilia juga dikenal sebagai The royal disease atau penyakit kerajaan.
Berawal dari sejarah ratu Victoria (1837-1901) dari Inggris yang merupakan
seorang pembawa sifat hemofilia. Anaknya yang kedelapan, pangeran Leopold
sering mengalamai perdarahan yang hebat bahkan oleh trauma yang sangat ringan.
Diketahui bahwa dia adalah seorang penderita hemofilia. Leopold akhirnya
meninggal dunia pada usia 30 tahun akibat perdarahan otak. Sejak saat itu
20
2. Epidemiologi
3. Klasifikasi
Hemofilia dapat di klasifikasikan berdasarkan derajat keparahan dan
berdasarkan jenis faktor pembekuan darah yang mengalami defisiensi.
Kadar dari faktor pembekuan darah (faktor ke VIII dan IX) yang
dibutuhkan untuk proses pembekuan normal adalah 50% hingga 150%. Perbedaan
21
kadar faktor pembekuan inilah yang selanjutnya akan menentukan klasifikasi dari
hemofilia dan korelasi nya terhadap gejala yang akan muncul.
dari faktor ke XI ini terdapat pada kromosom ke 4 baik pada pria dan
wanita.https://www.hemophilia.ca/factor-xi-deficiency-hemophilia-c/
4. Patofisiologi
Proses koagulasi secara fisiologis terdari dari 2 tahapan utama , yaitu
hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Hemostasis primer melibatkan proses
agregasi platelet pada area yang mengalami trauma. Agregat platelet yang pertama
kali terbentuk akan diperkuat oleh peran dari fibrinogen yang terbentuk melalui
tahapan hemostasis sekunder. Hemostatis sekunder melibatkan jalur koagulasi.
Pada jalur koagulasi, faktor VIII dan faktor IX berperan sebagai faktor intrinsik
yang akan mengubah faktor X menjadi Faktor Xa yang merupakan zat aktif yang
berperan dalam jalur koagulasi, utamnaya pembentukan fibrin. Defisiensi atau
defek dari salah satu faktor inilah yang menjadi dasar terjadinya gangguan
pembekuan darah pada penderita hemofilia.(Bell B, Canty D, Audet M. Hemophilia: An Updated
Review.Pediatrics in Review. 1995;16(8):290-8. Journeycake J, Buchanan,G. Coagulation Disorders. Pediatrics in Review.
2003;24(3):83-91)
23
phenotype. Haematologica 2008;93(5):722–8.[9] Chen YC, Hu SH, Cheng SN, Chao TY. Genetic analysis of haemophilia
A in Taiwan. Haemophilia 2010;16(3):538–44. [10] Xue F, Zhang L, Sui T, Ge J, Gu D, Du W, et al. Factor VIII gene
4.2 Hemofilia B
Hemofilia B merupakan gangguan koagulasi yang diakibatkan defisiensi
dari faktor IX (FIX). Penurunan kadar FIX inilah yang selanjutnya berpengaruh
pada proses pemecahan dan aktivasi dari FX pada jalur pembekuan darah yang
normal. Selanjutnya abnormalitas dari proses ini akan mengakibatkan pemanjangan
waktu perdarahan. FIX merupakan vitamin K-dependent plasma protease yang
berperan pada faktor intrinsik dari jalu pembekuan darah. FIX beredar dalam
sirkulasi darah sebagai zymogen. Pemecahan p.Arg191-Ala192, akan mengubahn
zymogen menjadi zat aktif. Selanjutnya melalui pemecahan at p.Arg182–Ser183
dan p.Arg234–Ile235, FIX akan memperantarai aktivasi dari FX dari jalur
pembekuan darah. Hemofilia B pertama kali dapat dibedakan dengan hemofilia
pada tahun 1950. Kelainan ini pertama kali dinamai sebagai penyakit Chrismast
(Biggs R, Douglas AS, Macfarlane RG, Dacie JV, Pitney WR, Merskey C. Christmas disease – a
oleh Bigss dkk.
condition previously mistaken for haemophilia. Br Med J 1952; 2: 1378–82)
24
4.3. Hemofilia C
Hemofilia C merupakan kelainan faktor pembeku darah yang diakibatkan
defisiensi dari FXI. Kelainan ini ditururankan secara autosomal. Pada beberapa
kasus dengan manifestasi yang berat, kelainan ini dikertahui diturunkan secara
autosomal dominan. Penderita yang hanya memililiki satu salinan dan gene yang
mengalami mutasi akan sangat jarang menunjukkan gambaran klinis yang berat.
Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk mengalami kelainan
ini.https://www.hemophilia.org/Bleeding-Disorders/Types-of-Bleeding-Disorders/Other-Factor-Deficiencies/Factor-XI.
Gen yang berperan dalam memproduksi faktor XI adalah gen F11. Gen ini
mengandung 15 ekson dan 14 yang berlokasi di lengan panjang dari kromosom 4
(4q35). Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada populasi Ashkenazi Jews,
mutasi pada asam amino c.403G>T ( p.Glu135) sering ditemukan. Mutasi ini
dikenal sebagai mutasi tipe 2. Selain itu ditemukan juga jenis mutasi lain yaitu yang
terjadi pada asam amino c.901 T>C (p.Phe301Leu) yang dikenal sebagai mutasi
tipe III.(Simultaneous genotyping of coagulation factor XI type II and type III mutations by multiplex real-time
polymerase chain reaction to determine their prevalence in healthy and factor XI-deficient Italians. Zadra G, Asselta R,
Tenchini ML, Castaman G, Seligsohn U, Mannucci PM, Duga S Haematologica. 2008 May; 93(5):715-2)
5. Manifestasi Klinis
5.1. Hemartrosis
25
5.2. Hematoma
Perdarahan pada otot biasanya terjadi pada 10-25 persen dari penderita
hemofilia yang berat. Hematoma dapat terjadi secara spontan maupun diakibatkan
proses trauma ringan. Penderita hemofilia ini akan mengalami hematoma pada
sepanjang kehidupan. Hematoma biasa diikuti dengan nyeri, spasme pada otot dan
keterbatan gerak pada otot dan sendi yang terkena. Proses yang kronis dan trauma
yang berat dapat mengakibatkan iskemik pada jaringan otot. Pemeriksaan
pencitraan dapat membatu untuk menilai luasnya kerusakan jaringan yang terjadi.
Kondisi yang perlu dihindari adalah hematoma pada regio iliopsoas. Perdarahan
pada region ini dapat sangat berbahaya dikarenakan resiko kehilangan darah yang
Dauty M, Sigaud M, Trossaërt M, Fressinaud E,
masif dan tersembunyi pada area retroperitoneal.
Letenneur J, Dubois C. Iliopsoas hematoma in patients with hemophilia: a single-center study. Joint Bone Spine.
2007;74:179-83. doi: 10.1016/j.jbspin.2006.05.014. PubMed PMID: 17336570. Beyer R, Ingerslev J, Sørensen B. Current
Haematol 152: 211-216)(.Nuss R, Soucie JM, Evatt B, Hemophilia Surveillance Sistem Project Investigators (2001) Changes
in the occurrence of and risk factors for hemophilia-associated intracranial haemorrhage. Am J Hematol 68: 37-42.)
. Dari
beberapa serial kasus yang dilakukan, diketahui kejadian perdarahan saraf pusat
yang terjadi paska trauma dapat terjadi langsung setelah trauma maupun 3 sampai
4 minggu paska-trauma. Manifestasi klinis yang perlu dikenali pada penderita
hemofilia paska-trauma adalah nyeri kepala, mual, muntah, penurunan kesadran
dan kejang. Pada beberapa kasus penderita tidak menunjukkan adanya manifestasi
klinis. Oleh sebab itu Asosiasi Hemofilia Dunia merekomendasikan kepada
penderita hemofila yang mengalami cedera kepala dan leher harus mendapatkan
faktor pembeku darah segera dan dilakukan pemeriksaan pencitraan. Pemberian
faktor pembeku darah harus tetap diberikan segera tanpa menunggu hasil
pencitraan. Perdarahan sistem saraf pusat yang dapat terjadi meliputi intracerebral
hemmoragik (30%), subdural hemmoragik (30%), subaracnoid hemmoragik (10%)
, epidural hemmoragik (10%), perdarahan yang tidak spesifik (10%). Pada kondisi
ini perlu untuk selanjutkan dilakukan tindakan pembedahan dekompresi untuk
mengevakuasi perdarahan yang terjadi (Ingerslev J (2000) Efficacy and safety of recombinant factor VIIa
in the prophylaxis of bleeding in various surgical procedures in hemophilic patients with factor VIII and factor IX inhibitors.
recombinant factor VIIa in patient with inhibitor to factor VIII. Lancet 338: 831-832.)
. Pemberian faktor
rekombinan sangat diperlukan untuk mengontrol perdarahan yang mungkin terjadi
27
inflammatory drugs. Haemophilia. 2007;13:279-86. doi:10.1111/ j .1365-2516. 2007. 01453. x. PubMed PMID: 17498077
E, Löfqvist T, Pettersson H. Twenty-five years’ experience of prophylactic treatment in severe haemophilia A and B. J Intern
Med 1992;232(1):25-32) (Aronstam A, Arblaster PG, Rainsford SG, Turk P, Slattery M, Alderson MR, et al. Prophylaxis in
Table 1.1. Protokol pemberian faktor pembeku darah pada penderita hemofilia
Protokol Definisi
Pemberian secara episodic (on Terapi diberikan jika terdapat manifestasi
demand treatment) perdarahan
**
sendi besar adalah pada pergelangan kaki, lutut, pinggul, siku dan
punggung
1. The Malmö protocol: 25-40 IU/kg per dosis, 3 kali dalam 1 minggu
untuk penderita dengan hemofilia A dan 2 kali dalam seminggu
untuk penderita dengan hemofilia B.
2. The Utrecht protocol: 15-30 IU/kg per dosis, 3 kali dalam 1
minggu untuk penderita dengan hemofilia A dan 2 kali dalam
seminggu untuk penderita dengan hemofilia B.
1. Resiko dan masalah terkait kegiatan sehari-hari dan penanganan jika terjadi
trauma dan perdarahan
2. Perubahan yang akan terjadi terkait petumbuhan dan perkembangan
penderita
3. Masalah terkait sekolah dan lingkunga bekerja
4. Resiko memiliki anak yang menderita hemofilia kedepannya
Haemost 2010;103(3):596-603.) (Su Y, Wong WY, Lail A, Donfield SM, Konzal S, Gomperts
youngadults with haemophilia: interim data from the HGDS Haemophili 2007;13(4):387 90)
Penilaian akhir
tentang signifikansi
kehilangan darah
kembali pada
penilaian dari tim
bedah dan anestesi
fair Perdarahan Dibutuhkan ekstra
Intraoperatif dan atau dosis dari FVIII/FIX
postoperaf meningkat dan peningkatan
25-50% dari prediksi komponen darah
jumlah perdarahan sejumlah 2 kali lipat
yang biasa terjadi pada dari kebutuhan tranfusi
penderita non- dasar yang dibutuhkan
hemofilia
Poor Perdarahan Membutuhkan
Intraoperatif dan atau tindakan (dosis ekstra
postoperatif dari faktor pembeku
meningkat >50% dari darah), perawatan
prediksi jumlah lanjutan di ICU dan
perdarahan yang biasa membutuhkan
terjadi pada penderita komponen darah 2 x
non-hemofilia, kondisi lipat dari jumlah
ini tidak berkaitan komponen darah
dengan sebab lain standard yang
diluar kondisi dibutuhkan
hemofilia nya
8. Desmopressin (DDAVP)
35