Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA

“Identifikasi Kerusakan Pada Struktur Bangunan”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

ROLAND TITIAHY

JUNINCY SHINTA

JOSHUA WERU

KRISTOPOL KASIAHA

POLITEKNIK NEGERI MANADO

TEKNIK SIPIL

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG D-IV

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas penyertaan-Nya
Makalah yang ber judul “Identifikasi Kerusakan Pada Struktur Bangunan” ini
bisa di selesaikan. Semoga dengan adanya makalah ini pembaca bisa lebih
memahami tentang metode-metode yang akan dilakukan pada kerusakan struktur
bangunan gedung.

Dalam penyusunannya makalah ini melibatkan berbagai pihak yang tidak bisa
di sebutkan satu per satu. Untuk itu saya ucapkan terimakasih.

Demikian,semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Manado, 2019

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I .......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

BAB II ......................................................................................................................... 2

2.1 DASAR TEORI ................................................................................................. 2

2.2STUDI KASUS ...................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di
dalam tanah dan / atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian, atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (Permen PU Nomor
30/PRT/M/2006).
Pada Proses pembangunan gedung membutuhkan banyak biaya serta komponen-
komponen yang dibangun. Komponen-komponen yang dimaksud adalah komponen
struktur, arsitektur, maupun mekanikal elektrikal. Bangunan gedung perlu dilakukan
pengecekan dan perawatan secara berkala dari pihak pengelola agar bangunan gedung
tersebut memenuhi syarat administrasi dan teknis sehingga gedung layak fungsi.
Dengan adanya kegiatan evaluasi pemeliharaan gedung, diharapkan gedung menjadi
layak fungsi dan sesuai standar yang ada, baik dari keamanan gedung, kenyamanan
gedung, hingga kenyamanan gedung berdasarkan luasan gedung dan jumlah pengguna
gedung.

1.2 TUJUAN

mengidentifikasi kerusakan serta tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada


bangunan gedung.

1|Page
BAB II

2.1 DASAR TEORI

Pada penelitian ini digunakan panduan untuk mengidentifikasi kerusakan gedung


yang ada. Menurut Ditjen Cipta Karya (2006) mengklasifikasikan kerusakan yang ada
dibagi menjadi 4 (empat) kondisi, yaitu kerusakan ringan non struktur, rusak ringan (Rr),
rusak sedang (Rs), dan rusak berat (Rb).
A. Batasan kriteria kerusakan tersebut didefinisikan sebagai berikut:

1. Kerusakan ringan non struktur

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan non struktur apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
a. retak halus (lebar celah lebih dari 0,075 cm) pada plesteran,
b. serpihan plesteran berjatuhan,
c. mencakup luas yang terbatas.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur tanpa
mengkosongkan bangunan.

2. Kerusakan ringan struktur

Rusak ringan adalah kerusakan pada komponen bangunan struktur yang tidak
mengurangi fungsi layan suatu gedung (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas) struktur
secara keseluruhan. Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur
tingkat ringan apabila terjadi hal-hal berikut:
a. retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding,
b. plester berjatuhan,
c. mencakup luas yang besar,
d. kerusakan bagian-bagian non struktur seperti cerobong, lisplang, dsb
e. kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang,
f. layak fungsi / huni.

2|Page
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar
daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada
struktur dapat dilakukan tanpa mengkosongkan bangunan.

3. Rusak Sedang
Rusak sedang adalah tingkat kerusakan pada komponen struktur yang dapat
mengurangi kekuatan, tetapi kapasitas layan secara umum dalam kondisi aman. Suatu
bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila terjadi
hal-hal berikut:
a. retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding,
b. retak menyebar luas di banyak tempat, seperti dinding pemikul beban, kolom,
cerobong miring, dan runtuh,
c. kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian,
d. layak fungsi/huni

Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi kerusakan struktur tingkat sedang
adalah memperbaiki bagian struktur dan perkuatan untuk menahan gempa dan
perbaikan secara arsitektur. Selama proses perbaikan berlangsung, bangunan
dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses perbaikan selesai.

4. Rusak berat
adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi kekuatannya
sehingga kapasitas layan struktur sebagian atau seluruh bangunan dalam kondisi tidak
aman. Suatu truktur dikatakan mengalami kerusakan tingkat berat apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
a. dinding pemikul beban terbelah dan runtuh,
b. bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat,
c. 50 % (lima puluh persen) elemen bangunan mengalami kerusakan,
d. tidak laik fungsi/huni

Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan atau dilakukan restorasi
dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi
bangunan mengalami kerusakan struktru tingkat berat, bangunan menjadi sangat
berbahaya sehingga harus dikosongkan.

3|Page
5. Kerusakan total

Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan total apabila terjadi hal-hal berikut:
a. bangunan roboh seluruhnya (>65%),
b. sebagian besar komponen utama struktur mengalami kerusakan,
c. tidak laik fungsi/huni

Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi,


dan mendirikan bangunan baru.

B. Jenis Perbaikan

Perbaikan bangunan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga jenis :


1. Perbaikan Arsitektur (Repair)
2. Restorasi (Restoration)
3. Perkuatan (Strengthening)

1 Perbaikan Arsitektur
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan agar semua
perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali. Tindakan-tindakan yang termasuk jenis
ini :

1. Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dll.


2. Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca, dll.
3. Memperbaiki kabel-kabel listrik.
4. Memperbaiki pipa-pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
5. Membangun kembali dinding-dinding pemisah, cerobong, pagar, dll.
6. Memplester kembali dinding-dinding
7. Mengatur kembali genteng-genteng.
8. Mengecat ulang, dll.

2 Restorasi (Restoration)
Tujuannya melakukan perbaikan pada elemen-elemen struktur penahan beban.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
4|Page
1. Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke dalam retak-retak
kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban, balok, maupun kolom. Retak kecil adalah
retak yang mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.
2. Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok, maupun kolom yang
mengalami retak besar kemudian diplester kembali. Retak besar adalah retak yang
mempunyai lebar celah
lebih besar dari 0,6 cm.
3. Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan menggantikannya dengan
dinding baru dengan spesi yang lebih kuat dan dijangkar pada portal.

3 Perkuatan (Strengthening)
Tujuannya meningkatkan kekuatan struktur dibandingkan dengan kekuatan semula.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
1. Menambah daya tahan terhadap beban lateral dengan jalanmenambah dinding,
menambah kolom, dll.
2. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat semua unsur
penahan beban satu dengan lainnya.
3. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan di bagian-bagian tertentu :
a. Penyebaran letak kolom yang tidak simetris.
b. Penyebaran letak dinding yang tidak simetris.
c. Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan yang lainnya.
d. Bukaan-bukaan yang berlebihan.

4. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara memasang tulangan sesuai


dengan detail-detail untuk mencapai daktilitas yang cukup.

5|Page
2.2 STUDI KASUS

1. Kerusakan Kolom
Kolom beton keropos dengan tulangan yang terekspose.

Dari hasil analisa yang dilakukan kelompok, kerusakan terjadi bisa disebabkan oleh
beberapa kemungkinan antara lain :

1. Cor melekat pada bekisting


2. Saat pengecoran tidak dipadatkan.

 Metode Patching
Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan
mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah
penekanan pada saat mortar ditempelkan; sehingga benar-benar didapatkan hasil yang
padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak
jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis),
terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer
mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.

6|Page
2. Kerusakan Pada Balok

Selimut balok sangat tipis sehingga tulangan balok terekspose.

Dari hasil analisa yang dilakukan kelompok, kerusakan kemungkinan diakibatkan karena
saat pengecoran balok tidak menggunakan tahu beton sehingga menyebabkan
penurunan tulangan.

 Dengan Metode Perbaikan Pressure Grouting /Injection (Suntikan)

Untuk beton keropos dengan tulangan yang terekspose, diajukan metode Pressure
Grouting /Injection (suntikan) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.

- Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan
Sikabond NV.

- Untuk area yang cukup besar :

- Pasang bekisting dan cor kembali dengan Sikagrout 215 atau beton dengan mutu
yang sama.

7|Page
- Untuk area yang kecil, sempit dan rapat dengan tulangan, diajukan metode
sebagai berikut :

- Sediakan agregat 20mm dengan kawat ayam dipasang sekililing area yang akan
diperbaiki.

- Tutup dengan bekisting, sediakan selang grouting ( inlet dan outlet ).

- Tambal celah-celah pada bekisting dengan Plug bersetting cepat.

- Lakukan curing selama 1 hari.

- Lakukan suntikan dengan Sikagrout 215.

- Berikan tekanan 1-3 bar dan tahan selama beberapa menit.

- Selang grout dapat dipotong dan dilepaskan pada hari berikutnya.

3. Retak pada Kolom

Dari hasil analisa kelompok, kemungkinan keretakan yang terjadi pada kolom di
sebabkan oleh pembobokan daerah sekitar kolom sehingga terjadi keretakan.

8|Page
 Metode Pressure Grouting/Injection (Suntikan)

Untuk retak dengan lebar > 0.3 mm, diajukan untuk dilakukan suntikan dengan
menggunakan SIKADUR-752 untuk daerah kering, untuk daerah basah menggunakan
Sika Intraplast Z.

Langkah kerjanya adalah sebagai berikut:

- Bersihkan daerah retak

- Lakukan pengeboran dan pemasangan selang suntikan sepanjang retakan


dengan jarak specing 200mm.

- Tambal retakan, terutama area –area sekeliling selang dengan Sikaset


Accelerator.

- Setelah 1 hari curing, dilakukan suntikan melalui selang yang terpasang.

- Grouting menggunakan bahan SIKADUR-752 untuk daerah kering, untuk daerah


basah grouting menggunakan Sika Intraplast Z. Suntikan dilakukan dengan tekanan
yang stabil. Tekanan maksimum akan diberikan sekitar 1- 3 bar dan ditahan selama 1
menit.

- Setelah selesai dilakukan suntikan, lepaskan selang injeksi, bersihkan


permukaan.

4. Kegagalan Pada Sambungan Balok dan Kolom

DAFTAR PUSTAKA

9|Page
Dari hasil analisa kelompok, kegagalan sambungan terjadi karena pada saat proses
pengecoran,campuran beton tidak di padatkan dengan baik sehingga ada rongga
kosong yang tidak terisi campuran beton.

 Pengecoran Ulang
Untuk mengatasi masalah seperti di atas sebaiknya dilakukan pengecoran ulang
karena rongga yang ada sangat besar. Pengecoran menggunakan mutu beton
yang sama atau yang lebih kuat, dan pastikan campuran beton dipadatkan
dengan cara di tusuk dengan menggunakan besi agar tidak ada rongga lagi pada
sambungan.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://jeffryfrankytumatar.blogspot.com/2010/03/perbaikan-dan-perkuatan-struktur-
beton.html

http://metodekonstruksi.blogspot.com/2012/07/metode-perbaikan-repair-pada-
struktur.html

https://www.google.com/search?q=metode+perbaikan+retak+pada+kolom&oq=metode+
perbaikan+retak+pada+kolom&aqs=chrome..69i57.9568j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-
8

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai