Anda di halaman 1dari 143

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55
JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN
PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

IDIL FARHAN, S.Farm.


1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55
JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN
PERIODE 03 APRIL – 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

IDIL FARHAN, S.Farm.


1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014

ii

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juni 2014

Idil Farhan

iii

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua baik yang dikutip atau dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Idil Farhan

NPM : 1306343675

Tanda Tangan :

Tanggal : Juni 2014

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


iii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama No.34 K Jakarta
Selatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Pada penulisan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan,
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Dr. Hayun M.Si., Apt., selaku ketua program profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia dan Pembimbing PKPA yang telah membantu
dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan
dalam penyusunan laporan ini..
3. Wahyu Dwi Purnomo, S.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah
membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
4. Dr. Katrin M.S., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta
arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.
5. Seluruh Pegawai di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama
No.34K Jakarta Selatan yang telah menerima dan membantu penulis selama
melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan
moral dan material kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia.

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada
kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2014

v Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Idil Farhan


NPM : 1306343675
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan kerja praktek profesi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farman no. 55


Kebayoran Lama Periode 3 April – 10 Mei 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2014

Yang menyatakan

(Idil Farhan)

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Idil Farhan, S.Farm


NPM : 1306343675
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia
FArma no. 55 Kebayoran Lama periode 3 April – 10 Mei
2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diadakan di Apotek Kimia Farma no. 55
Kebayoraln Lama bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola
apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik kegiatan teknis
kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan
berjudul pelakasanaan strategi pembelian produk, design layout dan
pengelompokan produk di swalayan Apotek Kimia Farma no. 55.

Kata kunci : Apotek Kimia Farma no. 55, Apotek, Self Service
Tugas umum : ix + 71 halaman; 9 gambar; 21 lampiran
Tugas khusus : v + 26 halaman; 8 gambar; 2 tabel; 2 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 10 (1997-2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 (2009-2010)

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


ABSTRACT

Name : Idil Farhan, S.Farm


NPM : 1306343675
Program Study : Apothecary profession
Title : Report of Apothecary Profession Internship at Kimia Farma
Apotek no. 55 Kebayoran Lama on April 3rd - May 10th
2014

Pharmacists Practice was being held at Kimia Farma Apotek Kebayoran Lama aims
to understand the duties and functions of pharmacy manager in pharmacies and to
understand the activities in both technical and non-technical pharmacist activity.
Given a special assignment titled activity of product buying, layout design and
produk categorize at self-service section in apotek

Keywords : Kimia Farma Apotek, Pharmacy, self-service


General Assignment : ix + 71 pages; 9 pictures; 21 appendices
Specific Assignment : v + 26 pages; 8 pictures; 2 table; 2 appendices
Bibliography of General Assignment: 10 (1997-2013)
Bibliography of Specific Assignment: 2 (2009-2010)

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN UMUM .................................................................................3


2.1 Definisi Apotek ..................................................................................3
2.2 Landasan Hukum Apotek ..................................................................3
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ..................................................................4
2.4 Persyaratan Pendirian Apotek............................................................4
2.5 Tata Cara Perizinan Apotek ...............................................................5
2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek ...........................................................6
2.7 Tenaga Kerja Apotek .........................................................................9
2.8 Apoteker Pengelola Apotek ...............................................................9
2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ...........................................11
2.10 Pengelolaan Apotek .........................................................................12
2.11 Pelayanan di Apotek ........................................................................12
2.12 Perbekalan Farmasi ..........................................................................15
2.13 Pengelolaan Narkotika .....................................................................18
2.14 Pengelolaan Psikotropika.................................................................22
2.15 Pengadaan Persediaan di Apotek .....................................................23
2.16 Pengendalian Persediaan di Apotek.................................................25
2.17 Strategi Pemasaran di Apotek ..........................................................30

BAB 3. TINJAUAN UMUM ...............................................................................32


3.1 PT. Kimia Farma Tbk ........................................................................32
3.1.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk .................................32
3.1.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk .......................33
3.1.3 Budaya Perusahaan ..................................................................34
3.1.4 Logo PT. Kimia Farma (Persero) Tbk .....................................35
3.2 PT. Kimia Farma Apotek ...................................................................37
3.2.1 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek ..................................37
3.2.2 Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek ...............................37
3.2.3 Layanan Plus Apotek Kimia Farma ........................................38

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS ...........................................................................40


4.1 Legalitas Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ..................40

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran
lama ....................................................................................................40
4.3 Struktur Organisasi dan Personalia di Apotek Kimia Farma No.55
Kebayoran Lama ................................................................................41
4.3.1 Apoteker Pengelola Apotek .....................................................41
4.3.2 Apoteker Pendamping .............................................................42
4.3.3 Asisten Apoteker .....................................................................42
4.4 Kegiatan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ..................43
4.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian .................................................43
4.4.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian .........................................51

BAB 5. PEMBAHASAN ......................................................................................53


5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran
Lama ..................................................................................................53
5.2 Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama .............................54
5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Kimia Farma
No.55 Kebayoran Lama .....................................................................56
5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan .................................................62
5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan ...............................................63

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................65


4.1 Kesimpulan ........................................................................................65
4.2 Saran ..................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67

LAMPIRAN ..........................................................................................................69

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Penandaan obat bebas ................................................................. 16
Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas .................................................... 16
Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas ................................ 17
Gambar 2.4 Penandaan obat keras .................................................................. 18
Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika ........................................................... 18
Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan ................................... 28
Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC ........................................................ 30
Gambar 3.1 Logo Kimia Farma ...................................................................... 35
Gambar 5.1 Alur pelayanan resep ................................................................... 61

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Posisi dan struktur organisasi kimia farma pusat.......................... 70
Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi .................................................. 70
Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika .............. 71
Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika ................................... 72
Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri ....................... 73
Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep .......................................................... 74
Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care .................................................... 75
Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien ................................................ 76
Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep
dokter ............................................................................................ 77
Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat ........................... 78
Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi . 79
Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat ......................................................... 80
Lampiran 13. Contoh copy resep ........................................................................ 81
Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ... 82
Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ........ 83
Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran
Lama ............................................................................................. 84
Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ....... 85
Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa ................................................................ 85
Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55
Kebayoran Lama........................................................................... 86
Lampiran 20. Surat pesanan narkotika ................................................................ 86
Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika ........................................................... 87
Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No
55 .................................................................................................. 87
Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma 88
Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) ............................... 90

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pekerjaan
Kefarmasian adalah berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Salah
satu sarana pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek.
Apotek merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan yang turut
berperan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Apotek berfungsi sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman,
bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga
berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang
benar tentang obat dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Selain sebagai tempat pengabdian apoteker, apotek juga berfungsi sebagai
lahan bisnis. Apotek yang dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang
cukup besar. Oleh karena itu, apoteker perlu mengetahui konsep managemen dan
bisnis di apotek.
Agar dapat mengelola apotek dengan baik, maka apoteker harus memahami
pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan
kefarmasian. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk
meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 3 – 30 April 2013.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


2

calon apoteker mengenai peranan apoteker, kegiatan manajerial serta pelayanan


kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
No.55 Kebayoran Lama Jakarta Selatan adalah:
1. Mempelajari kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis yang
menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung di Apotek Kimia Farma
No. 55 Kebayoran Lama.
2. Mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam
pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
yang dimaksud dengan apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker
(Peraturan Pemerintah No.51, 2009).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009,
pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009).

2.2 Landasan Hukum Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
c. Undang – Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


4

f. No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin


Apotek.
g. Undang – Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
i. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun
1965 tentang apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek


Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi
apotek adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek


Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6 adalah sebagai berikut (Daris,
2008):
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya
yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


5

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1027, 2004):
a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan
penyerahan.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,
serangga.
g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek


Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI
kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Izin apotek diberikan oleh Menteri yang
melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(Peraturan Pemerintah No.51, 2009).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara
Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002):
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.
b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


6

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima


permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh
formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan
menggunakan contoh formulir APT-5.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan
surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model
APT-7.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


7

2.6 Pencabutan Surat Ijin Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1332/Menkes/SK/X/2002, 2002)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002
Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin,
pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu
setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut
surat izin apotek apabila:
a. Apoteker tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek.
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan
dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena
sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan
dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari
2 (dua) tahun secara terus menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang – Undang No.22 tahun 1997 tentang
Narkotika, Undang– Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang –
Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, serta ketentuan perundang − undangan lain yang berlaku.
e. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan
di bidang obat.
g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik
merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek adalah :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


8

a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan


secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan Formulir
Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya
6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13.
b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan
memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan
contoh Formulir Model APT-14.
c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim
Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada
Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala
Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti
tata cara sebagai berikut :
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras
tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya,
tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud
dalam poin (a).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


9

2.7 Tenaga Kerja Apotek


a. Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari
Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek.
c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten
Apoteker di bawah pengawasan apoteker.
Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek
terdiri dari :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan
serta pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan
membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

2.8 Apoteker Pengelola Apotek


Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker
adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. APA
adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas permohonan SIA,
ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk kemudian
menjadi APA:
a. Fotokopi SIPA;
b. Fotokopi KTP;
c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau
APA di apotek lain;
d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI);
e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


10

f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA.


Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.
Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek,
puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang
apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotek,
atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat
fasilitas kefarmasian.
SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat
pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila
pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang
tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki
(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55):
a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas
c. kesehatan yang memiliki izin;
d. Rekomendasi dari organisasi profesi.
Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi
persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan
(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40):
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
APA memegang peranan penting dalam perkembangan apotek, berikut
beberapa fungsi APA dalam beberapa aspek:
a. Fungsi Pengabdian Profesi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


11

1. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses penggunaan


produk farmasi.
2. Memilih bentuk sediaan yang digunakan.
3. Memilih dan menjamin penyediaan produk.
4. Menyediakan & menyerahkan sediaan farmasi untuk penggunaan
masyarakat.
5. Memonitor kepatuhan penggunaan produk.
6. Memonitor interaksi & efek samping .
7. Mengontrol bagian peracikan.
8. Menyelenggarakan informasi tentang obat.
9. Mengontrol pelayanan R/ yang telah diserahkan kepada pasien.
b. Fungsi Administratif
1. Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan apotek.
2. Membuat laporan dan surat-menyurat.
3. Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan aktiva apotek.
c. Fungsi Kewirausahaan
1. Merencanakan & mengatur kebutuhan barang.
2. Mengatur & mengawasi penjualan.
3. Menentukan kebijakan harga.
4. Meningkatkan permintaan.
5. Memupuk hubungan baik dengan pelanggan.
6. Mencari pelanggan baru.
7. Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.

2.9. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker


Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu :
a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping.
b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti
adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


12

tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat
jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan
oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat
keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci
tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

2.10 Pengelolaan Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi :
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi pelayanan
informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan, baik
kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta
pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya dan
atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.

2.11 Pelayanan di Apotek (Depkes RI, 2004)


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


13

pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas pelayanan resep, promosi dan
edukasi, serta pelayanan residensial:
1. Pelayanan Resep
a. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
a) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal
penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat,
umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas;
dan informasi lainnya.
b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan Obat
a) Peracikan
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang
benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
d) Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


14

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan


konseling kepada pasien.
e) Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan
dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
f) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma
dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling
secara berkelanjutan.
g) Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
Didalam melakukan pelayanan resep, maka peran apoteker dalam hal ini
adalah melakukan 3 Prime Questions kepada pasien, yaitu :
a. Apa yang dokter katakan tentang obat anda?
b. Apa yang dokter katakan tentang cara pakai obat anda?
c. Apa yang dokter katakan tentang harapan setelah anda menggunakan
obat?
Dengan metode ini, maka akan memberikan arahan kepada petugas apotek
dalam menyeleksi pasien yang akan diberikan informasi terkait obat dan sedalam
apa informasi yang diberikan.
2. Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan
edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


15

penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan dan lain lainnya. Metode yang digunakan dalam melakukan pelayanan
swamedikasi yaitu metode WWHAM :
a. Who is it for? Untuk siapa yang sakit?
b. What are the symtoms? Apa gejalanya?
c. How long has symtoms occures? Berapa lama gejala tersebut terjadi?
d. Action being taken already? Tindakan apa yang dilakukan? Minum
obat?
e. Medicines for other conditions? Obat yang dipakai untuk kondisi yang
lain?
3. Pelayanan residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record).

2.12 Perbekalan Farmasi


Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional,
alat kesehatan, dan kosmetika (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 922, 1993). Dalam mengawasi dan mengendalikan keamanan, ketepatan
penggunaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi terutama obat maka
pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan tentang tanda atau simbol untuk
membedakan antara satu jenis obat dengan jenis obat lainnya yang beredar di
masyarakat. Berdasarkan ketentuan pemerintah, maka obat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras daftar G,
psikotropika, dan narkotika.
1. Obat Bebas (Golongan B)
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi
lingkaran berwarna hitam, contoh : Parasetamol (Surat Keputusan Menteri

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


16

Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983; Depkes, 2006).

[Sumber: Umar, 2012]


Gambar 2.1 Penandaan obat bebas

2. Obat Bebas Terbatas (Golongan W)


Obat bebas terbatas adalah obat-obatan untuk jenis penyakit yang
pengobatannya dianggap dapat ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak begitu
membahayakan, terlebih bila mengikuti cara pemakaiannya. Obat ini dapat dibeli
di apotek dan toko obat tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan
lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : CTM
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983).

[Sumber: Umar, 2012]


Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas

Penyerahannya harus dalam bungkus aslinya untuk mencegah pemalsuan


atau penukaran dan disertai tanda peringatan khusus (perhatian). Tanda-tanda
peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


17

[Sumber: Umar, 2012]


Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1−P6)

3. Obat Keras dan Psikotropika (Golongan G)


Obat keras adalah bahan-bahan yang disamping berkhasiat menyembuhkan,
membunuh hama, menguatkan atau mempunyai khasiat pengobatan lainnya
terhadap tubuh manusia, juga berbahaya terhadap kesehatan dan kehidupan
manusia apabila digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang benar (Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat-obat ini
hanya dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat-obat yang termasuk antara lain
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986):
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pabrik disebutkan “Hanya Boleh
Diserahkan dengan Resep Dokter”
b. Semua obat yang digunakan secara parenteral
c. Semua obat baru (yang belum tercantum dalam Farmakope Indonesia)
d. Semua obat yang dinyatakan obat keras oleh Menteri Kesehatan.
Tandanya berupa lingkaran berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi, contoh: Asam Mefenamat (Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986).
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


18

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh: Fenobarbital, Diazepam (Depkes RI, 2006).

[Sumber: Umar, 2012]


Gambar 2.4 Penandaan obat keras

4. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (hang over) (Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Narkotika ditandai dengan lambang
swastika, contoh : Morfin.

[Sumber: Umar, 2012]


Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika

2.13 Pengelolaan Narkotika


Dalam Bab III Pasal 6 Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya
adalah tanaman Papaver somniferum L (kecuali bijinya), opium, tanaman koka,
kokain, tanaman ganja, heroin, desmorfina, dan tiofentanil.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


19

b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan


sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadon, petidin, dan
morfin.
c. Narkotika golongan III, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah
kodein dan etil morfin.
Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan
wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan
narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan
mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat
narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan.
Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan,
pelaporan, dan pemusnahan.
a. Pemesanan
Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis
melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor
SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap
empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika.
b. Penerimaan dan Penyimpanan
Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA
yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas,
nomor Surat Izin Apotek, dan stempel apotek.
Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan
khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14
ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009. Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


20

tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk


menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci yang kuat.
3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika
yang digunakan sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari
40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa.
7. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
c. Pelayanan
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat
diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, 2009).
Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI
(sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa resep yang
mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali, disebutkan bahwa:
1. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
2. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep
yang mengandung narkotika.
d. Pelaporan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


21

Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan


bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan
lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada
dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Dinas Kesehatan
setempat (Kota/Kabupaten) selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya,
dengan tembusan kepada Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Propinsi setempat,
PT Kimia Farma, dan arsip. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan
bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.
Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). SIPNAP adalah sistem
yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit
Layanan (Puskesmas, RS dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat
yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Diten Binfar dan Alkes) melalui mekanisme
pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet (Depkes, 2010).
e. Pemusnahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
28/MENKES/PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi
syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan
penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut:
a. Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawasan Obat
dan Makanan setempat.
b. Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan tingkat II.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus
membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga,
yang memuat:
a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
b. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


22

c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut.
d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
e. Cara pemusnahan.
f. Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para
saksi.
Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementerian Kesehatan dengan
tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan arsip.

2.14 Pengelolaan Psikotropika


Pengelolaan psikotropika juga meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan,
pelaporan, dan pemusnahan.
a. Pemesanan
Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan
untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No.5
Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa
penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep
dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh
APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor
sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip.
b. Penyimpanan
Obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka penyimpanan obat-obat
golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus dan
membuat kartu persediaan psikotropika.
c. Pelayanan
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya,rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada
pengguna/pasien berdasarkan resep dokter.
d. Pelaporan
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan
psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


23

dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan
psikotropika. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA dan dilaporkan
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat.
e. Pemusnahan
Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997
tentang psikotropika, yaitu: berhubungan dengan tindak pidana, obat kadaluwarsa,
dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Apoteker wajib membuat berita acara
pemusnahan psikotropika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat:
1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
2. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.
3. Nama seorang saksi dari pemerintah atau seorang saksi dari apotek tersebut.
4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Tanda tangan APA dan para saksi.
Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementrian Kesehatan dengan
tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan arsip.

2.15 Pengadaan Persediaan di Apotek


Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran.
Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan
ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu:
a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai
kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.
b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


24

c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan


ketentuan yang berlaku.
Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,
1997):
a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun.
b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu
tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.
c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan
rendah.
d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual
purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti
cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat
impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama,
atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam
setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara
reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan
obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal
maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.
Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan
frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu:
d. Pembelian kontan
Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat
yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka
karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan
kemampuannya dalam menjual.
e. Pembelian kredit
Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada
waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima
apotek.
f. Pembelian konsinyasi (titipan obat)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


25

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,


dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila
barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu
kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat
dikembalikan pada pemiliknya.

2.16 Pengendalian Persediaan di Apotek


Pengendalian persediaan merupakan hal sangat penting bagi sebuah apotek.
Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan
persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara
efektif dan efisien. Selain itu, pengendalian persediaan obat yang tepat memliki
pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek.
Parameter- parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah
konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan
maksimum, dan perputaran persediaan.
a. Konsumsi Rata-rata
Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan
yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang
menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipanen. Walaupun banyaknya
permintaan dapat diprediksi, barang dapat menjadi stok mati dapat terjadi apabila
salah memperkirakan lead time barang tersebut.
b. Lead Time
Lead time merupakan waktu tenggang yang dibutuhan mulai dari pemesanan
sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah ditentukan.
Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier. Faktor-faktor yang dapat
berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek, jumlah
pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997).
c. Buffer Stock (Safety stock)
Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau
untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


26

permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-
tiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung dengan rumus :

SS = LT x CA

Keterangan : SS = Safety stock


LT = Lead Time
CA = Konsumsi rata-rata
d. Persediaan Maksimum
Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika kita telah
mencapai nilai persediaan maksimum ini maka kita tidak perlu lagi melakukan
pemesanan untuk menghindari terjadinyastok mati yang dapat menyebabkan
kerugian.
e. Persediaan Minimum
Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila
penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka langsung dilakukan
pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia
jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok
kosong.
f. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran persedian ini disebut juga Inventory Turnover (ITOR). ITOR
mengindikasikan efisiensi persediaan yang digunakan. Rasio ini mengukur
seberapa cepat barang dibeli, terjual, dan tergantikan. Dua kelebihan dari
peningkatan ITOR yaitu menurunkan investasi persediaan untuk aktivitas di apotek
dan mempercepat pengembalian investasi. Jika suatu barang memiliki angka
perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai
barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang
terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Rumus untuk
menghitung perputaran persediaan yaitu :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


27

Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling
ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi
pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu sering
terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek dapat
memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada keluhan
kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa terlalu
sering terjadi kehabisan stok.
g. Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/ Economic Lot Size)
Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada
waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah
persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan
disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar
setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak
menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak
menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk
membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan,
biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan dapat dilakukan
dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus
Economic Order Quality (EOQ) :

h. Re Order Point (ROP/ Titik Pemesanan)


Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali
sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah
tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol. Pada
keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus
menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan suplier.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


28

Rumus perhitungan ROP:


ROP = SS + LT
Keterangan : ROP = Reorder point
SS = Safety stock
LT = Lead time

[Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali]


Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan
Dalam penentuan prioritas persediaan, ada dua analisis yang digunakan
dalam penentuan prioritas pengadaan. Penyusunan prioritas dapat dilakukan
dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)
Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat berdasarkan
nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani
permintaan untuk pengobatan. Semua jenis obat dalam daftar obat dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. V (Vital)
Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life
saving drugs) atau untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. Contoh: obat diabetes dan hipertensi.
2. E (Esensial)
Kelompok obat yang efektif untuk obat-obat yang banyak diminta untuk
digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Oleh
karena itu, obat-obat golongan ini adalah obat yang fastmoving.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


29

3. N (Non esensial)
Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya
tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan
penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah
vitamin, suplemen dan lain-lain.
b. Analisis PARETO (ABC)
Disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga
yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah
(volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit).
Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC:
1. Kelas A
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili
sekitar 75-80 % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20
% dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian
khusus dilakukan secara intensif.
2. Kelas B
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini
mewakili sekitar 10-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya
sekitar 15-20 % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat.
3. Kelas C
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili
sekitar 60-80 % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari total
penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.
c. Analisa VEN-ABC
Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya
selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk
pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan. Analisis
VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matriks
sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


30

[Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali]


Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC

Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk


menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat
vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam
kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya
disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997).

2.17 Strategi Pemasaran Apotek


Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis
AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu
rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli
memutuskan untuk membeli di apotek.
1. Attention
Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian
pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:
a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan
nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang
lewat.
b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi
ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada
di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih
mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat
yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek
didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


31

perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk
datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal.
c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek
dapat terlihat dari luar.
2. Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk
masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast
moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat
langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat
disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun
berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan bersih
sehingga meningkatkan interest.
3. Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah
menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan
pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan m emberikan harga yang bersaing.

4. Action
Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut
memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap
ini, pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan
yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan
pemberian informasi yang diperlukan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


32

BAB III
TINJAUAN UMUM

3.1. PT. Kimia Farma Tbk


3.1.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
Sejarah PT. Kimia Farma tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah
bangsa, dan khususnya perkembangan dunia kefarmasian di Indonesia. Setelah
proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, perusahaan-perusahaan swasta
milik Belanda masih beroperasi di wilayah Republik Indonesia. Meskipun Undang-
Undang No.74/1975 sudah dikeluarkan, tetapi proses nasionalisasi perusahaan-
perusahaan tersebut baru dilaksanakan pada tahun 1958. Berdasarkan SK Penguasa
Perang Pusat No. Kpb/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No. 58041/Kab/1958
maka terbentuklah BAPPHAR (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi
Belanda). Selain itu, BAPPIT (Badan Pusat Penguasaan Industri dan Tambang-
Departemen perindustrian) juga turut menerima penyerahan beberapa perusahaan
Belanda. Proses berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., melalui beberapa
tahap sesuai fungsi dan perannya dalam mendukung perekonomian bangsa seiring
dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, diantaranya:
a. Periode I (Tahun 1957 – 1959)
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda, meliputi N.V.
Chemicalien Handel Rathkamp di tahun 1887, N.V. Pharmaceutische Handel
Vereneging J. Van Gorkom di tahun 1865, N.V. Bavosta di tahun 1899, N.V.
Bandoengschee Kinine Fabriek di tahun 1896, dan N.V Onderneming Jodium di
tahun 1926.
b. Periode II (tahun 1960 – 1968)
Perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda diubah statusnya menjadi
Perusahaan-perusahaan Negara Farmasi (PNF) berdasarkan PP No. 69/1961 di
bawah koordinasi Badan Pimpinan Umum (BPU). PNF yang didirikan yaitu PNF
Radja Farma (eks Rathkamp) di Jakarta, PNF Nurani Farma (eks Bavosta) di

32 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


33

Jakarta, PNF Nakula Farma (eks van Gorkom) di Jakarta, PNF Bhineka Kimia
Farma di Jakarta, dan PNF Sari Husada di Yogyakarta.
c. Periode III (Tahun 1969 – 1970)
Departemen Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan farmasi milik
negara tersebut ke dalam Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka
Kimia Farma berdasarkan Instruksi Presiden No. 17/1971.
d. Periode IV (Tahun 1971 – 2001)
Berdasarkan PP No. 16/1971 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Maret
1971, PNF dan Alat Kesehatan Bhineka Kima Farma diubah menjadi BUMN
dengan status sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 16 Agustus
1971. Pada tanggal 14 Oktober 1971, nama Bhineka Kimia Farma diubah menjadi
PT. (Persero) Kimia Farma dengan motto “Tumbuh dan Berkembang Bersama
Kesejahteraan Masyarakat”.
e. Periode V (tahun 2001 – sekarang)
Dalam perkembangannya, pada tanggal 1 Juni 2001, PT. (Persero) Kimia
Farma diubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh publik. Restrukturisasi juga dilakukan sejak tanggal 4 Januari 2003
dengan mengembangkan dua anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan
PT. Kimia Farma Trading & Distributor.

3.1.2. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk


a. Visi
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi
bisnis yang strategis.
b. Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang:
1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan
produk yang inovatif
2. Perdagangan dan jaringan distribusi
3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan titel farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


34

4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha


perusahaan.
3.1.3. Budaya Perusahaan
Dalam menjalankan usaha, PT. Kimia Farma mengacu pada nilai-nilai
perusahaan yaitu:
a. Inovative, yaitu memiliki budaya berfikir “out of the box”, smart, dan kreatif
untuk menghasilkan produk unggulan berkualitas. Berpikir inovatif tercermin
dalam tindakan :
1. Selalu mencari ide-ide baru yang dapat di implementasikan bagi
perkembangan perusahaan.
2. Melakukan perbaikan berkala dan berkelanjutan.
3. Selalu proaktif dalam memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan
solusi bagi mereka.
4. Melakukan peningkatan kompetensi, ketrampilan, dan kreatifitas
berkesinambungan.
5. Mengembangkan budaya ingin mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
6. Berani mengambil keputusan inovatif dengan mempertimbangkan resiko
dan kajian yang tepat.
b. Customer first, yaitu mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra. Nilai
customer first tercermin pada tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan terbaik dan konsisten kepada semua kalangan
pelanggan.
2. Selalu memberikan pelayanan dengan tepat waktu, tepat isi dan tepat guna.
3. Selalu sabar dalam mendengarkan keluhan dan sedapat mungkin
memberikan solusi pada saat itu juga.
c. Accountabile, yaitu memegang teguh amanah perusahaan dengan bekerja
profesional, memelihara integritas dan membangun kerjasama. Nilai
accountability tercermin dalam tindakan sebagai berikut :
1. Menjaga perilakuk dan etika kerja untuk menjaga kestabilan suasana kerja
kondusif.
2. Berani mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan yang dilakukan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


35

3. Selalu mendahulukan kerjasama tim di atas kepentingan pribadi.


4. Bersedia melakukan tugas di luar pekerjaan utama jika dieprlukan untuk
kepentingan tim kerja dan perusahaan.
5. Selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang dapat
diaplikasikan ke perusahaan.
6. Mengontrol dan memastikan seluruh proses kerja maupu keputusan yang
telah ditetapkan dan dijalankan sesuai dengan target dan ketentuan.
d. Responsibile, yaitu bertanggungjawab bekerja tepat waktu, tepat target, dan
menyerahkan hasil kerja berkualitas dengan menyertakan semangat pantang
menyerah dan bijaksana saat menghadapi masalah. Nilai responsible tercermin
dalam tindakan sebagai berikut :
1. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sesuai SOP.
2. Mengatasi masalah tanpa ditunda.
3. Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi dan
melakukan perbaikan.
4. Menyelesaikan target kerja sesuai KPI.
5. Berperilaku positif untuk menjaga reputasi perusahaan.
e. Eco-friendly, yaitu membangun sistem dan perilaku ramah lingkungan. Nilai
eco-friendly tercermin dalam tindakan sebagai berikut :
1. Bekerja dengan penuh kepedulian untuk keberlangsungan keseimbangan
lingkungan.
2. Peka terhadap lingkungan sekitar dan memberikan solusi terhadap masalah
lingkungan.
3. Berkerja efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya.
4. Kepedulian terhadap pengelolaan limbah dengan benar.
5. Menghasilkan output yang aman bagi kelangsungan hidup bersama.
3.1.4. Logo PT. Kimia Farma

Gambar 3.1 Logo Kimia Farma

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


36

a. Simbol matahari
1. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.
2. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut
adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
3. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah
barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen
dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan
Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi
kesehatan masyarakat.
5. Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan
nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah
identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.
c. Sifat huruf
1. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2. Dinamis, dengan jenis huruf itallic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
3. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


37

3.2. PT. Kimia Farma Apotek


PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan dari PT. Kimia Farma
Tbk yang bergerak dibidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek didirikan pada
4 Januari 2020, dengan tujuan pengelolaan apotek-apotek milik perusahaan yang
ada, sebagai upaya peningkatan konstribusi penjualan untuk memperbesar
penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma (Persero). PT. Kimia Farma Apotek
membawahi 37 Unit Bisnis dan 512 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tiap-tiap Unit Bisnis membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di
wilayah usahanya.

3.2.1. Visi dan Misi PT Kimia Farma Apotek


a. Visi
Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan
kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masayarakat
di Indonesia.
b. Misi
Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai
perusahaan melalui:
1) Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek, klinik,
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2) Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal
3) Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee
Based Income).

3.2.2. Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek


PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Managing Director yang
membawahi dua direktur, yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan,
Umum dan SDM. Direktur operasional membawahi Business Manager (BM).
Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam
suatu wilayah dan bertugas melaksanakan kegiatan administrasi yang
mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam satu
group daerah. Selain itu, BM juga melaksanakan kegiatan pengadaan dan
penyimpanan barang, pendistribusian barang serta pengumpulan data kegiatan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


38

untuk semua apotek dalam group daerahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya
melaksanakan fungsi pelayanan, tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan
barang, namun barang diperoleh dari Apotek BM sehingga kegiatannya hanya
terfokus pada pelayanan.
Dengan adanya Business Manager (BM) maka dapat ditingkatkan efisiensi
modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek
pelayanan secara terpadu. Selain itu diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari
apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan
dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan
penyelesaian masalah.
Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi tujuh Business Manager, yaitu:
a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta
Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru.
b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara
dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman.
c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi
dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.
d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan
BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang.
e. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
f. Business Manager Bekasi, membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek
Kimia Farma No. 284 Jl. Siliwangi No. 86 A, Bekasi.
g. Business Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur
dengan BM di Jl Veteran II/2, Sukabumi
Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para
Pharmacy Manager (PhM), supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor
inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang
menjalankan perannya masing-masing.
3.2.3 Layanan Plus Apotek Kimia Farma
a. Merespon perubahan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut
peningkatan kesadaran kesehatan, Kimia Farma telah mencanangkan
perubahan paradigma menjadi “Health Care Company”. Hal ini ditandai

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


39

dengan pengembangan usaha baru dilayanan laboratorium klinik dan klinik


kesehatan.
b. Apotek Kimia Farma yang berjumlah ± 400 Apotek Pelayanan yang
berorientasi “One Stop Service Provider” untuk komunitas disekitarnya.
Dengan demikian, apotek Kimia Farma tentunya tidak lagi sekedar
menyediakan obat, tetapi juga menawarkan penunjang diagnosa dan
pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
c. Paradigma baru menyangkut pelayanan kesehatan itu terus dikembangkan,
antara lain dengan terus meningkatkan jumlah layanan swalayan farmasi di
apotek serta penambahan ruang praktek dokter dan kenyamanan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


BAB 4
TINJAUAN KHUSUS

4.1 Legalitas Apotek Kimia Farma No. 55


Apotek Kimia Farma No. 55 merupakan satu dari 17 apotek pelayanan yang
berada di bawah koordinasi unit Business Manager Jaya I. Apotek ini didirikan
dengan aspek legal berupa SIPA (Surat Izin Pengelolaan Apotek) dan SIA (Surat
Izin Apotek) yang dikeluarkan oleh suku dinas kesehatan Jakarta Selatan. Apotek
Kimia Farma No. 55 berdiri dengan SIA 114/2013 dengan seorang APA (Apoteker
Pengelola Apotek) atas nama Dewi Yuliyanti, S.Far., Apt. yang memiliki SIPA
8780/1.777.13.

4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek

Apotek Kimia Farma No.55 terletak di Jalan Kebayoran Lama No. 34 K


Jakarta Selatan. Apotek ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar,
peserta jaminan BPJS, dan pelayanan obat bagi asuransi kesehatan karyawan
seperti perusahaan Bank Mandiri dan Gramedia. Apotek berada di lokasi yang
strategis dan mudah dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak di tepi jalan
raya dua arah yang mudah dijangkau kendaraan umum dan kendaraan pribadi.
Selain itu, apotek ini berada di daerah yang cukup ramai dimana terdapat praktek
dokter, rumah sakit, perkantoran, dan pemukiman penduduk yang dapat turut
menunjang keberhasilan apotek.
Desain luar apotek Kimia Farma No. 55 dibuat sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek dimana bagian depan apotek
dilengkapi dengan papan nama apotek Kimia Farma dengan warna biru tua dan logo
jingga dengan tulisan Kimia Farma. Hal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat
lebih mudah untuk menemukan apotek. Selain itu, juga tersedia area parkir yang
cukup luas, yang dikhususkan untuk pengunjung apotek.
Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai yang dilengkapi dengan pendingin
ruangan. Lantai dasar terdiri dari apotek, swalayan farmasi, dan direncanakan akan
dipersiapkan untuk klinik umum. Lantai 1 direncanakan akan dipersiapkan untuk
klinik spesialis anak, spesialis kandungan, laboratorium klinik dan mushola. Lantai

40
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
41

2A direncanakan akan dipersiapkan untuk spesialis mata, spesialis THT, spesialis


penyakit dalam, poli gigi dan laboratorim klinik. Lantai 2B dikhususkan untuk
klinik kecantikan. Ruangan yang ada di apotek juga dilengkapi dengan pendingin
udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan baik bagi
petugas apotek maupun pasien.

4.3 Struktur Organisasi dan Personalia


Struktur organsisasi Apotek Kimia Farma berpedoman pada ketentuan yang
telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Secara umum, struktur
organisasi di semua Apotek Kimia Farma sama, namun masing-masing apoteker
pengelola apotek (APA) memiliki wewenang untuk menyesuaikan struktur
organisasi dengan kondisi dan sarana yang dimiliki.
Apotek Kimia Farma No. 55 dipimpin oleh seorang APA yang dibantu oleh
1 orang apoteker pendamping, dan 15 orang asisten apoteker. Semua karyawan di
apotek bertanggung jawab sepenuhnya kepada APA. Sedangkan APA
bertanggungjawab kepada BM atas semua kegiatan kefarmasian yang dilakukan di
apotek. Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan
tanggung jawab di setiap bagian, sebagai berikut :

4.3.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Apoteker pengelola apotek bertanggungjawab terhadap semua kegiatan
yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian, administrasi, maupun
bidang ketenagakerjaan.
Tugas dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek adalah :
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggungjawab terhadap
pengembangan serta kelangsungan hidup apotek.
b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan
target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang
dibutuhkan serta mengusahakan kebijaksanaan dan strategi kerja agar program
yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik.
c. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui pelayanan
teknis farmasi dan informasi.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
42

d. Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi


administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan personalia.
e. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang
berlaku, seperti pelaporan bulanan narkoti ka.
f. Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan merencanakan
usaha pengembangan apotek, meningkatkan pelaksanaan dan kegiatan usaha di
bidang manajemen apotek.
g. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM Jaya I.

4.3.2 Apoteker Pendamping


Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apotek
ini mempunyai satu orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan
kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

4.3.3 Asisten Apoteker (AA)


Dalam melaksanakan kegiatan di apotek AA bertanggung jawab langsung
kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang asisten apoteker meliputi:
1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan mengemas, etiket)
sesuai permintaan resep.
2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien meliputi bentuk
sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian obat.
3. Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang perlu diulang,
obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan atau atas
permintaan pasien.
4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.
5. Mengontrol persediaan obat diruang racik.
6. Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis.
7. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan informasi lain yang diperlukan.
8. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir, melayani penjualan
obat bebas dan menggantikan juru resep.
9. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
43

10. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaaan dan sanitasi atau


kebersihan di ruang peracikan.

4.4 Kegiatan Apotek


Apotek Kimia Farma No. 55 memberikan pelayanan setiap hari selama 24
jam. Jam kerja pegawai terbagi dalam 3 shift yaitu shift pagi dimulai dari jam 08.00
– 15.00 dan shift siang jam 15.00 – 22.00 serta shift malam jam 22.00 – 08.00.
Sebagai apotek pelayanan, kegiatan utama yang dilakukan meliputi kegiatan
kefarmasian baik yang bersifat teknis maupun non teknis.
4.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan teknis kefarmasian yaitu terkait pengelolaan perbekalan farmasi
yang meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pemusnahan perbekalan
farmasi.
1. Pengadaan Perbekalan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin
tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi
mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi
di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan secara selektif menggunakan sistem
pareto, yaitu sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku
atau berdasarkan nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada
kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain
dari sistem pareto adalah perputaran modal menjadi cepat, menghindari
kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Selain
berdasarkan analisis pareto, pengadaan perbekalan farmasi di apotek juga di
dasarkan pada musim, pola penyakit di wilayah sekitar apotek dan frekuensi
permintaan dokter terhadap perbekalan farmasi tersebut. Obat, alat kesehatan,
dan barang-barang HV (Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis
dicatat pada buku defekta dan statusnya tertulis pada data shaf di komputer,
kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan pada data shaf. Jumlah
yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya. Barang-

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
44

barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya dibuat sebagai Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).
Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) melalui Kimia farma Information System (KIS). Di Apotek
Kimia Farma no. 55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jum’at. Jika
barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan
diantarkan langsung pada apotek sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak
tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan mebuat SP ke PBF yg menjual
obat tersebut, barang dari PBF akan disimpan di gudang selanjutnya di drop ke
apotek yang memesan, namun jika pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung
mengirimkan ke apotek yang memesan. Di apotek Kimia Farma no. 55, barang
dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari jum’at. Namun, bila permintaan
barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode pemesanan, maka
dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.
Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan
dilakukan oleh apotek melalui Surat Pemesanan (SP) khusus yang harus
ditandatangani oleh APA. Untuk pemesanan narkotika, satu lembar SP hanya
diperbolehkan untuk memesan satu jenis produk, kemudian barang akan
dikirimkan langsung oleh PBF khusus untuk narkotika yaitu Kimia Farma ke
apotek. Untuk pemesanan psikotropika, satu SP boleh mencantumkan lebih dari
satu jenis produk, kemudian barang dikirimkan langsung oleh PBF yang
diunjuk ke apotek.
Pengadaan yang dilakukan oleh apotek dapat dikelompokkan menjadi
pengadaan rutin, pengadaan mendesak, pengadaan tunai, dan konsinyasi. Untuk
pengadaan yang bersifat sangat mendesak, apotek juga dapat meminta langsung
dari apotek Kimia Farma terdekat yang berada pada naungan BM yang sama,
barang dapat diambil langsung di apotek Kimia Farma tertentu dan stok barang
di masing-masing apotek kimia farma disesuaikan dengan menggunakan sistem
droping.
2. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
45

Perbekalan farmasi yang datang dari BM akan diterima oleh petugas


apotek yang ada. Hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas penerima barang
adalah memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke
apotek, mengecek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan
nama barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya
barang yang dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga
dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Jika sudah maka paraf ttd,
nama petugas yang menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu
kedatangan barang, untuk obat golongan psikotropika dan narkotika disertakan
juga SIK APA. Setelah proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan
proses Droping dengan menggunakan sistem KIS untuk memasukkan stok
barang yang terkini setelah barang ditambahkan. Jika barang berasal dari PBF
langsung, apabila barang yang diterima telah sesuai, faktur diberi stempel blok
penerimaan barang, dan faktur diberi nomor. Faktur yang asli diserahkan ke
PBF sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat tagih. Dua
salinannya ditinggal di apotek untuk arsip, dan untuk diserahkan ke apotek
administrator. Kemudian seluruh transaksi pembelian dimasukkan ke dalam
data komputer pada kolom administrasi pembelian. Jika barang yang datang
dari PBF tidak sesuai dengan surat pesanan, maka dibuat surat “retur” untuk
kemudian barangnya dikembalikan ke distributor yang bersangkutan untuk
selanjutnya ditukar. Namun, bila barang tersebut berasal dari BM maka di buat
retur ke BM.
3. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Secara garis besar apotek kimia farma No. 55 dibagi menjadi 2 Layout
utama, yaitu area swalayan dan farmasi (ethical). Area swalayan terdiri dari
golongan obat-obat bebas dan bebas terbatas, alat kesehatan serta produk
kesehatan lainnya. Secara detail, pada area swalayan seluruh produk disusun
dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah skin care,
soap and body wash, hair care, oral care, personal care, traditional medicine,
medicine, vitamin and mineral, topical, first aid, baby diapers, baby and child
care, milk and nutrition, food supplement, adult diapers dan paper product.
Kemudian pada tiap kategori tersebut, produk disusun berdasarkan abjad. Pada

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
46

swalayan farmasi ini juga menyediakan informasi bagi pasien berupa brosur/
leaflet.
Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri
dari obat golongan G, narkotika, psikotropika dan obat-obat yang
membutuhkan penanganan khusus seperti sediaan supositoria dan insulin. Pada
area farmasi ini obat-obat dikelompokan berdasarkan farmakologinya dan pada
setiap kelompok farmakologi disusun kembali berdasarkan abjadnya.
Pengelompokkan pada area farmasi ini terdiri dari vitamin, generic, antibiotik,
pencernaan, hormon, antidiabetes, kolesterol, kontrasepsi, narkotika, dan
psikotropika, dan in health. Sebagian obat-obat pada area ini juga disusun
berdasarkan bentuk sediaannya yaitu inhaler, tetes mata, tetes hidung, sediaan
semi solid, sediaan cair dan sediaan yang membutuhkan suhu lemari pendingin
dalam penanganannya. Jadi, Penyimpanan sediaan farmasi di apotek kimia
farma No. 55 disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan,
bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Di area farmasi
ini juga terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan,
pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat.
Di area ini juga terdapat lemari penyimpanan sediaan farmasi yang terdiri dari:
1. Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas
terapi dan obat yang sering diresepkan dokter.
2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci
3. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci
4. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci
5. Lemari penyimpanan bahan baku obat
6. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi
7. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion
8. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata
9. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus
10. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti:
suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu.
Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat
yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
47

obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang


harus selalu diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok,
meliputi tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang
yang diisi/ diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/
pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi
serta diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang.
4. Penyaluran Barang
Penyaluran perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 meliputi:
a. Penjualan obat atas resep tunai
Alur prosedur pelayanan resep tunai dimulai dengan diterimanya resep
oleh petugas apotek (Asisiten Apoteker), selanjutnya dilakukan pemeriksaan
kelengkapannya, kemudian diperiksa stok barangnya. Bila barang tersedia,
maka petugas akan menghitung dan menginformasikan harga obat kepada
pasien. Bila pasien setuju, pasien akan membayar harga obat, kemudian
masing-masing resep dimasukkan ke dalam komputer, meliputi nomor urut
resep, nama dokter, nama pasien, alamat pasien, harga dan jumlah obat yang
dibeli. Kemudian obat disiapkan oleh bagian peracikan dan diberi etiket beserta
aturan pakainya yang jelas. Setelah semuanya siap, maka dilakukan
pemeriksaan ulang sebelum diserahkan kepada pasien. Obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan informasi yang dibutuhkan serta salinan resep/kuitansi
apabila diperlukan. Petugas yang melakukan peracikan, masing-masing harus
menandatangani kolom-kolom harga, timbang/ racik, periksa, etiket,
kwitansi/copy resep, ambil dan serah yang tersedia dalam print-out resep, sesuai
dengan tugas yang dikerjakannya.
b. Pelayanan obat tanpa resep dokter
Pelayanan ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung dari pasien.
Biasanya terdiri dari obat-obat wajib apotek yang dapat diberikan tanpa resep
dokter atau obat-obat Untuk Pengobatan Diri Sendiri (UPDS), asisten apoteker
terlebih dahulu akan menanyakan keluhan, gejala penyakit, dan juga
menanyakan nama serta alamat pasien. Pada print-out pembayarannya
ditempelkan formulir UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) yang kemudian
dikumpulkan dan diarsipkan setiap hari.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
48

c. Pelayanan obat-obat narkotika dan psikotropika


Pelayanan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep
asli dari dokter. Resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter, alamat,
nomor SIP (Surat Izin Praktek), serta nama dan alamat pasien secara lengkap.
Resep tersebut harus dipisahkan penyimpanannya, dan dibawah nama obatnya
harus diberi tanda merah. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya, maka harus
dibuatkan salinan resepnya dan hanya dapat ditebus kembali di apotek yang
sama. Pengadaan dan penyerahan obat-obat narkotika harus dilaporkan setiap
bulannya.
d. Penjualan obat dengan resep kredit
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu
instasi atau perusahaan untuk pasien dari instasi yang telah mengadakan kerja
sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS), dimana
pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui
faksimili, telepon, selanjutnya dibuat salinan resep atau pasien datang sendiri
membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan. Prosedur
pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai,
hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:
4. Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka tidak
dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien tetapi langsung
dikerjakan oleh petugas apotek.
5. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep diberi nomor
secara urut dalam lembar pemeriksaan proses resep.
6. Pada saat penyerahan obat, diminta tanda tangan pasien pada lembar tanda
terima obat.
7. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan
dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansinya dan dibuatkan
lembar atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan
dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama.
e. Pelayanan obat di swalayan farmasi untuk produk OTC (Over The Counter)

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
49

Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang


dapat dibeli secara bebas namun petugas apotek memiliki kewajiban untuk tetap
memberikan pengarahan, solusi terkait pemilihan serta informasi mengenai
obat. Informasi yang diberikan biasanya meliputi dosis, cara, dan waktu
pemberian yang benar, adanya kemungkinan efek samping, dan kontraindikasi
obat bila ada.
f. Pelayanan PRB (Program Rujuk Balik)
Mulai bulan maret 2014, Apotek Kimia Farma No. 55 melayani resep
untuk pasien peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Resep yang dilayani
didasarkan pada Formularium Nasional yang diterbitkan oleh BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) tahun 2014.
g. Pelayanan Delivery Order
Apotek Kimia Farma No. 55 juga memiliki layanan pesan antar.
Pemesanan dilakukan via telpon ke nomer 7226444. Dalam sistem delivery ini
ada persyaratan yang harus diperhatikan oleh pemesan adalah bahwa sistem ini
hanya berlaku untuk pembeliaan obat atau produk di Apotek Kimia Farma No.
55 dengan minimal pembeliaan Rp. 100.000. Radius yang bisa dilayani berada
dalam jarak 3 km pada jam 08.00 sd 16.00. Sistem pembayaran yang
diberlakukan oleh sistem delivery order ini adalah COD (Cash On Delivery).
5. Standard Pelayanan
Apotek Kimia Farma No.55 memiliki standard pelayanan yang telah
mengakar menjadi etika dalam memperhatikan pelanggan. Standard pelayanan
tersebut tercermin dalam bentuk costumer first, yaitu greeting kepada
pelanggan saat pelanggan masuk dan keluar dari apotek. Begitu juga greeting
saat menerima telepon dan mengakhirinya. Greeting saat pelanggan masuk ke
dalam apotek “Selamat datang di Kimia Farma” (kedua telapak tangan
dirapatkan dan diletakan di depan dada). Greeting saat pelanggan keluar apotek
“Terimakasih, semoga sehat selalu” (tangan kanan diletakan di dada sebelah
kiri). Greeting saat menerima telepon “Selamat pagi/ siang/ sore/ malam…..
Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama, dengan (sebut nama)…. Ada yang bisa
dibantu?”. Greeting saat mengakhiri telepon “Terimakasih (sebut nama
penelpon jika mengenal) Semoga sehat selalu.”

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
50

6. To Achieve GPP (Good Pharmaceutical Practice)


Dalam mewujudkan apotek yang berkualitas, Apotek Kimia Farma
No.55 terus senantiasa meningkatkan kualitas sarana prasarana, pelayanan dan
managerialnya sesuai standard GPP yang dibuat oleh Kimia Farma Apotek.
Standard GPP yang diterapkan mengacu kepada standard GPP internasional
perapotekan. Tujuan dari penerapan ini adalah untuk menjadikan Apotek
Kimia Farma yang memenuhi standard Apotek internasional yang baik
suasananya, pelayanan dan managemennya.
Aspek-aspek yang dijadikan penilaian meliputi :
1. Aspek gedung/bangunan (bangunan, ruangan, peralatan, dan alat bantu
layanan).
2. Aspek tenaga kerja (ketenagaan, mutu proses, dan pembelajaran).
3. Aspek pelayanan (layanan resep, layanan UPDS, monitoring dan home
care), legalitas (hokum, etika dan regulasi) dan KIE (informasi obat dan
edukasi masyarakat, serta mencegah obat yang tidak rasional).
Penilaian GPP ini dilakukan melalui audit internal dari pihak Apotek Kimia
Farma No.55 yang independen. Hasil audit ini berupa skor 1-8. Jika skor sudah
mencapai 8 maka apotek tersebut siap untuk dilakukan audit eksternal oleh
pihak suku dinas kesehatan Jakarta Selatan.
7. Sistem pelaporan narkotika dan psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara
terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program
SIPNAP. Sistem pada program ini memiliki bagian-bagian yang terintegrasi,
yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2009). Program SIPNAP ini dapat diakses melalui komputer yang telah
terhubung internet dengan memasuki website http://sipnap.binfar.depkes.go.id
menggunakan username dan password yang sudah terdaftarkan.
Unit pelayanan kesehatan dalam hal ini Apotek Kimia Farma No.55
mengunduh terlebih dahulu format laporan penggunaan narkotika atau

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
51

psikotropika melalui menu import narkotika atau import psikotropika setelah


login. Unit pelayanan kesehatan melakukan pengisian laporan tersebut,
kemudian memasukkannya ke program SIPNAP melalui menu import,
submenu import narkotika atau import psikotropika.
Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota akan mendapatkan
username dan password dari pusat untuk dapat login ke dalam program ini.
Pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melihat data-
data unit pelayanan kesehatan yang telah mendaftar pada menu data unit
layanan, submenu data unit layanan. Selain itu, pada menu ini pihak pengelola
SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota juga dapat mengubah apabila ada
perubahan data atau kesalahan pada data yang telah diisi oleh unit-unit tersebut
pada saat mendaftar atau menghapus data-data tersebut. Pada menu import,
submenu import narkotika atau import psikotropika juga dapat dilakukan
pengubahan atau penghapusan data. Persetujuan registrasi/pendaftaran unit
pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada menu approval unit layanan,
kemudian pilih unit layanan yang akan disetujui.

4.4.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian


Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan berupa administrasi harian
dalam bentuk :
1. Administrasi keuangan
a. Bukti Setoran Kas (BSK)
Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atas hasil penjualan
tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh
APA.
b. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk
pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan
OTC, UPDS, HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh
APA. Khusus untuk laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per
supplier serta direkap tiap bulan.
c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
52

Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil


(petty cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk
pembayaran listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat
oleh bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya
laporan ini divalidasi tiap 2 minggu.
2. Administrasi barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian
(faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat
Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan stock
opname dan lain-lain.
3. Administrasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja,
absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama
Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah
memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Apotek Kimia Farma no.55 merupakan apotek
pelayanan di bawah Bisnis Manager wilayah Jaya 1. Apotek Kimia Farma no. 55
berlokasi di Jalan Raya Kebayoran Lama no. 34K Jakarta Selatan. Apotek ini
mudah diakses karena terletak di tepi jalan dua arah dan dekat dari pusat aktivitas
masyarakat seperti pasar, stasiun, Bank, dan rumah sakit sehingga lokasi apotek ini
dapat dikatakan strategis.
Apotek Kimia Farma no. 55 berada di sebuah ruko empat lantai, lantai dasar
digunakan untuk apotek itu sendiris dan juga direncanakan untuk ruang praktik
dokter umum, lantai 1 hingga lantai 2A direncanaan diperuntukkan untuk praktik
dokter lainnya (dokter gigi, dokter anak, dokter THT, dokter mata, dan laboratorium
klinik, dan untuk lantai 2B telah diperuntukkan untuk praktik dokter kecantikan.
Untuk ruangan apoteknya sendiri dibagi menjadi dua area utama, yaitu area
swalayan dan area etichal/peresepan. Pada area swalayan ini pasien dapat memilih
sendiri obat atau produk lain yang dibutuhkan. Area ini menyediakan obat golongan
bebas dan obat golongan bebas terbatas, alat kesehatan, dan banyak produk lainnya
yang telah ditata rapi berdasarkan kelompok-kelompok tertentu seperti oral care,
skin care, soap and body wash, medicine yang berisi obat-obat bebas dan bebas
terbatas, tradisional medicine, vitamin dan mineral, personal care, food
supplement, peralatan PPPK, baby and child care, milk and nutrition, dan produk-
produk yang diproduksi oleh kimia farma (marcks, venus, fitocare, enzymfort,
dasabion dan lain-lain).
Area selanjutnya adalah area ethical. Area ini terdiri dari counter
penerimaan resep, pelayanan transaksi (kasir), penyerahan resep, meja konsultasi,
tempat peyimpanan obat, dan tempat peracikan obat. Obat yang disimpan di area
ethical ini adalah obat-obat golongan keras, narkotika, psikotropika, hormon,
vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya

53
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
54

(misalnya di dalam lemari es). Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek


farmakologi (Hormon, antidiabetes, kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi,
antibiotik, pernafasan, analgesik), generik, bentuk sediaan (sirup dan sirup kering
antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes telinga, inhaler, nebule), obat-obat
untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth) dan penyimpanan
khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing obat dalam
kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan warna
tertentu untuk memudahkan pencarian.
Ruang racik terletak dibagian dalam dari ruang ethical. Ruang racik ini
tertutupi oleh lemari penyimpanan obat yang menyebabkan pasien tidak dapat
melihat proses peracikan. Keuntungan dari ruang racik yang tersembunyi ini adalah
petugas dapat dengan leluasa meracik tanpa khawatir diperhatikan oleh pasien yang
menunggu, obat dan alat racikan pun dapat lebih terjaga kebersihannya karena
dengan ruangan yang lebih tertutup dapat meminimalisir debu dan udara dari luar,
namun ada juga kekurangannya yaitu pasien yang menunggu lama terkadang sering
komplain karena tidak mengetahui proses peracikan.

5.2 Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Petugas di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebaoran Lama berjumlah 18 orang


yang terdiri dari apoteker, apoteker pendamping, asisten apoteker (AA), dan juru
racik, petugas keuangan dan juru parkir. Selain itu terdapat pihak lain yang bekerja
sama dengan apotek seperti Sales Promotion Girl (SPG) produk-produk tertentu
yang bekerja sama dengan Kimia Farma dan dokter beserta asistennya. Apotek
Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama melayani pasien selama 24 jam dengan
sistem pembagian jam kerja 3 shift, dimana shift pertama adalah pukul 08.00 –
15.00 WIB, shift kedua pukul 15.00 – 22.00 WIB, dan shift ketiga pukul 22.00 –
08.00 WIB.
Masing-masing petugas telah diberi peran dan fugsi masing-masing dalam
menjalankan kegiatan operasional di apotek. Apoteker bertugas bertanggung jawab
dalam memimpin dan mengatur seluruh kegiatan di apotek. Dalam kegiatan sehari-
hari apoteker mengawasi kinerja petugas yang lain, mengevaluasi kinerja mereka
dan menetapkan target-target yang harus dicapai oleh apotek seperti tingkat

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
55

pelayanan pasien, ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan, kebersihan apotek,


omset yang harus dicapai dan mengatur hubungan apotek dengan pihak luar seperti
dokter yang melakukan praktik kerja di apotek maupun petugas gudang dan logistik
di BM Jaya 1. Ketika apoteker tidak ada di tempat maka posisi apoteker digantikan
oleh apoteker pendamping. Apoteker pendamping dalam kesehariannya bertugas
melakukan pelayanan sehari-hari di apotek seperti pelayanan resep, konseling, PIO,
membantu mengkoordinasi petugas apotek lainnya serta melakukan pekerjaan
lainnya seperti membuat laporan BPBA. Petugas lainnya adalah asisten apoteker
(AA). AA memiliki peran yang cukup penting sebagai tenaga teknis praktek
kefarmasian. Dalam kegiatan operasional di apotek, AA bertugas untuk membantu
apoteker maupun apoteker pendamping untuk melayani resep, menyiapkan obat,
dan penyerahan resep kepada pasien. Setiap AA juga diberikan tanggung jawab
masing-masing untuk melakukan tugas-tugas tertentu, diantaranya membuat
laporan psikotropik dan narkotik, pembuatan BPBA, pengarsipan piutang dan
hutang, dan tugas lainnya dimana semuanya masih dalam pengawasan apoteker.
Untuk mempersiapkan resep dalam bentuk racikan, AA dibantu oleh juru racik
yang selain itu bertugas juga sebagai petugas yang mobile (mengantarkan pesanan
obat, mengambil obat di apotek KF lainnya, mengantarkan setoran, dan lainnya).
Tugas sebagai kasir baisanya dirangkap oleh apoteker pendamping maupun AA
yang telah diberi pelatihan.
Dalam melakukan tugasnya masing-masing anggota telah diberi pelatihan
ssuai dengan masing-masing tugasnya. Pelatihan yang diberikan meliputi
pelayanan resep, peracikan obat, dropping obat, pengelolaan perbekalan farmasi
seperti pembuatan data shaf, laporan pareto, dan BPBA, serta pelatihan teknis
meliputi pengucapan salam ketika ada pasien datang ke apotek, pasien
meninggalkan apotek dan saat menerima dan mengakhiri percakapan di telpon. Saat
pasien datang ke apotek setiap petugas harus memberikan salam yaitu “Selamat
datang di Kimia Farma, ada yang bisa dibantu” sambil menangkupkan tangan di
depan dada ketika pasien datang, dan ucapan “Terima Kasih, semoga sehat selalu”
sambil menempatkan telapak tangan kanan di dada bagian kiri ketika pasien keluar
dari apotek. Pada saat menerima telpon maka petugas harus mengucapkan salam
“Selamat pagi/siang/sore/malam, apotek kimia farma kebayoran lama dengan

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
56

(nama petugas) ada yang bisa dibantu”, kemudian salam ketika mengakhiri
perbincangan di telpon adalah “terimaksih, semoga sehat selalu”.

5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55
Kebayoran Lama meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan
pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan.
1. Kegiatan Perencanaan & Pengadaan
Kegiatan perencanaan dan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma baik
obat-obatan maupun alat kesehatan dilakukan secara terpusat melalui bagian
pembelian Distribution Centers (DCs) di Business Manager (BM). Tujuannya
adalah agar mempermudah pengadaan di apotek serta bisa mendapatkan diskon
yang lebih banyak akibat dari pemesanan barang dalam jumlah yang besar sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan berlebih untuk apotek atau penurunan
harga barang yang ditujukan untuk promosi. Pemesanan secara terpusat juga dapat
menjamin bahwa barang dapat dibeli dari PBF yang dapat dipercaya, sehingga
keaslian, keamanan, dan kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan
Di Apotek Kimia Farma NO. 55 Kebayoran Lama, perencanaan barang
dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari Jum’at. Tujuan dilakukan sekali dalam
seminggu adalah agar pemesanan bisa disiapkan dengan baik oleh apotek
berdasarkan jumlah barang yang banyak dibeli dalam satu minggu (data pareto).
Selain itu, dengan sistem tersebut akan memudahkan BM dalam mengkoordinir dan
mengatur perencanaan, pengadaaan dan distribusi ke masing-masing apotek yang
ada di bawah wilayahnya. BM akan menampung semua BPBA dari apotek
pelayanan yang berada dalam satu wilayah, kemudian memprosesnya dan
memesankan produk yang diperlukan oleh apotek pelayanan ke PBF, PBF akan
mengantarkannya langsung ke gudang yang berada di BM, yang selanjutnya akan
didistribusikan ke apotek pelayanan sesuai dengan jadwal. Barang akan tiba di
apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama pada hari rabu dan jum’at.
Pembuatan BPBA didahului oleh pembuatan pareto oleh apoteker atau
asisten apoteker. Dari anlisis secara pereto diperoleh data pareto A, pareto B dan
pareto C. Pareto A merupakan produk yang memberikan kontribusi omset hingga

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
57

sekitar 80% walaupun jumlahnya hanya sekitar 20% dari keseluruhan jumlah
produk yang berada di apotek, sedangkan pareto B merupakan barang yang
ketersediannya mewakili 30% poduk yang ada di apotek dengan kontribusi omset
sebesar 15 %. Pareto C merupakan produk yang memberikan kontribusi omset
sekitar 5% dengan jumlah produk yang ada di apotek sekitar 50% dari total produk.
Prioritas pengadaan adalah terlebih dahulu memesan produk yang termasuk dalam
kategori pareto A yang kurang kemudian pareto B yang kurang dan pareto C yang
kurang. Keuntungan dari sistem pareto ini adalah barang yang akan dipesan
merupakan barang yang banyak dicari oleh pasien yang datang ke apotek sehingga
dengan sisitem ini dapat mencegah kekosongan barang yang ada di apotek dan juga
mencegah kelebihan stok barang yang kurang laku di apotek. Keuntungan lainnya
yaitu perputaran barang semakin cepat sehingga aliran keuangan juga akan menjadi
semakin lancar.
Pemesanan barang melalui BPBA juga bisa dilakukan terhadap barang baru
yang belum tersedia di apotek akan tetapi memiliki potensi untuk terjual di apotek.
Barang yang dipersan bisa berupa obat-obatan, alat kesehatan, makanan, minuman,
kosmetik dan barang-barang lainnya. Meskipun barang tersebut tidak ada dalam
laporan pareto akan tetapi bsia dipesankan melalui sistem BPBA. Pengadaan
barang diluar pareto ini dapat meningkatkan omset apotek terutama dari
swalayannya. Akan tetapi pemesanan barang-barang tersebut harus diperhitungkan
dengan matang baik jenis barang maupun jumlahnya sesuai dengan barang yang
banyak diminati oleh konsumen. Perencanaan yang matang dapat mencegah apotek
dari kerugian akibat barang yang diadakan tidak laku terjual.
Untuk obat golongan psikotropika dan narkotika pengadaan tidak dilakukan
dengan sistem BPBA. Pengadaannya tidak terpusat melalui BM melainkan
langsung dari apotek ke PBF yang telah ditunjuk sebagai distributor obat golongan
psikotropika dan narkotika, kemudian PBF pun akan langsung mengantarkan obat
ke apotek yang bersangkutan. Pengadaan narkotik dan psikotropik berbeda karena
kedua macam obat ini peredarannya dipantau secara ketat oleh pemerintah sehingga
pengadaan dalam jumlah besar tidak diperbolehkan. Lembar surat pesanan (SP)
untuk obat Narkotika dan psikotropika merupakan SP khusus yang harus dibuat
dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
58

obat psikotropika satu lembar SP boleh terdiri dari lebih dari satu jenis produk,
sedangkan untuk obat narkotika, satu lembar SP hanya boleh mencantumkan satu
jenis produk dengan satu satuan dosis. Hal ini dilakukan agar pendistribusian obat
psikotropikadan narkotika dapat selalu terawasi dan terkendali, bukti dokumen
seperti Surat Pemesanan menjadi sangat penting untuk pemerintah mengawasi
pendistribusian obat narkotika dan psikotropika dari PBF ke apotek atau Rumah
Sakit. Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma
selaku distributor tunggal.
Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan
persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi
manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi
pengadaan suatu apotek menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan
karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek.
Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP)
yang optimal dan jumlah penolakan resep minimal.
2. Kegiatan Penerimaan
Kegiatan penerimaan barang datang di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh
petugas apotek (AA) yang sedang bertugas pada saat itu. Barang datang dapat
melalui BM dari gudang, langsung dari PBF, atau dari apotek kimia farma lainnya.
Pendistribusian barang dari gudang BM dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu
pada hari rabu dan jumat. Barang yang datang ke apotek harus diperiksa oleh
petugas penerima barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah
memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek,
setelah itu dicek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama
barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang
dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk
pemeriksaan yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kesalahan barang yang datang baik jenis, dosis, atau jumlahnya. Jika sudah
diperiksa, maka diberikan paraf, nama petugas yang menerima barang, tanggal
penerimaan, dan waktu kedatangan barang untuk mempermudah penelusuran
tentang siapa yang bertanggung jawab ketika terdapat kesalahan barang yang
datang.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
59

3. Kegiatan Penyimpanan
Setelah dilakukan penerimaan barang dari BM maka barang akan disusun
pada tempat masing-masing. Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada
lemari obat-obat ethical yang terdiri dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik,
pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes, tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga,
inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan dan lemari khusus untuk sediaan sirup.
Masing-masing obat dalam lemari diurutkan berdasarkan abjad sehingga
memudahkan petugas untuk mencari obat-obatan berdasarkan data farmakologis
obat dan urutannya. Selain memudahkan petugas penyusunan tersebut juga berguna
untuk menghindarkan petugas dari kesalahan pengambilan obat akibat nama dan
bentuk yang hampir sama (LASA) serta nama obat yang sama akan tetapi dosis
berbeda. Selain itu obat-obatan dalam lemari yang sama dibedakan lagi dengan
menggunakan warna wadah yang berbeda. Hal ini untuk lebih memudahkan
petugas membedakan golongan obat karena dalam lemari yang sama bisa saja
terdapat dua jenis obat dengan fungsi farmakologi yang berbeda. Penyimpanan obat
dalam kulkas hanya dikhususkan untuk sediaan yang mmerlukan kondisi
penyimpanan pada suhu < 25°C seperti suppositoria, ovula, pulvis dll.
Penyimpanan obat menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) yang berfungsi untuk mengontrol sediaan farmasi.
Pengontrolan barang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kartu
stok dan data yang ada pada sistem komputer. Kartu stok barang digunakan sebagai
catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang
melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Namun dikarenakan proses transaksi
yang disibukkan oleh pelayanan terhadap pasien membuat pencatatan pada buku
stok menjadi jarang dilakukan, padahal hal ini cukup penting karena dapat
memberikan informasi mengenai obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya.
Begitu juga jumlah stok yang tersedia pada sistem komputer terkadang tidak sesuai
dengan jumlah stok yang ada di apotek. Ketidaksamaan ini kemungkinan
diakibatkan oleh jumlah barnag di sistem yang belum di update oleh petugas
ataupun kesalahan yang dilakukan oleh petugas ketika menyesuaikan pilihan antara
barang yang dibeli oleh pasien dengan barang jenis barang yang ada di sistem.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
60

Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan pada sistem
terutama pada penulisan nama dan spesifikasi barang di komputer harus sesuai
dengan barang yang ada di apotek.
Pemberian label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap
kotak obat merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dalam mengelola
expired date obat. Warna label yang diberikan ada tiga macam yaitu hijau, kuning
dan merah. Label warna merah menunjukan bahwa obat masih memiliki rentang
waktu 3 tahun sebelum daluwarsa, warna kuning 2 tahun sebelum daluwarsa dan
merah 1 tahun sebelum daluwarsa. Namun, pelaksanaan pemberian label tersebut
kurang maksimal karena banyak tempat obat yang belum diberi label.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh petugas yang terlalu sibuk melayani pasien
sehingga kekurangan waktu untuk mengecek pelabelan masing-masing wadah obat.
Selain itu obat biasanya tersedia dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak
memerlukan waktu lama untuk terjual. Oleh karena itu pemberian label menjadi
sangat sering dilakukan sehingga akan menambah pekerjaan bagi petugas di apotek.
Namun, mengingat pemerian label ini merupakan suatu upaya yang sangat penting
untuk mencegah barang yang ada di apotek lewat dari masa daluwarsanya maka
sebaiknya pelabelan harus tetap dilakukan akan tetapi hanya diberikan satu jenis
label yang menandakan bahwa obat akan lewat masa daluawarsanya satu tahun lagi.
Dengan demikian semua wadah tidak perlu diberi label, hanya wadah tertentu yang
berisi obat yang jarang dibeli oleh pasien. Untuk perlu juga dilakukan pengecekan
secara berkala tentang jumlah obat dan tanggal daluwarsanya.
4. Kegiatan Pelayanan Apotek
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 adalah
melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC
(Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan
HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal
sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).
Menurut kaidah pelayanan, saat konsumen datang ke suatu apotek guna
memperoleh obat. Dengan demikian, pihak apotek haruslah menjadi terminal
distribusi obat bagi konsumen untuk mendapatkan obat. Jika persediaan obat di
apotek sering terjadi kekosongan/tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
61

konsumen mengalami kecewaan. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan citra
apotek terhadap pandangan konsumen tersebut tetapi juga bagi orang lain yang
mendapat informasi dari konsumen sebelumnya perihal kondisi apotek yang tidak
lengkap. Hasil akhirnya adalah penurunan penjualan apotek karena calon konsumen
berpindah ke apotek pesaing.

Selama pengamatan di Apotek Kimia Farma No. 55 jarang terjadi


penolakan resep karena tidak tersedianya obat. Namun jika terjadi kekosongan
barang untuk memenuhi permintaan konsumen maka ditawarkan obat lain sebagai
pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien
tersebut. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan
aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba, selain itu obat yang
kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian.

Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah


melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta
diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga telah
menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa
yang baik. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta mambantu
mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus
obat, maka dicarikan obat yang sama dengan harga yang lebih terjangkau. Keadaan
tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena
keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan
minat pelanggan sehingga melaksanakan pembelian.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan komitmen setiap pagi berupa


pertemuan rutin pada pagi hari yang berisi pembacaan janji petugas untuk melayani
pasien dengan maksimal, pembahasan masalah yang terjadi kemarin dan ditutup
dengan do’a bersama.

Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Asisten Apoteker


(AA), maupun oleh Apoteker. Selain itu disediakan juga program Upaya
Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS) yang dibimbing oleh Apoteker sehingga
Apoteker tidak hanya aktif melayani pasien dalam menyediakan produk obat, tetapi
juga disertai dengan informasi dan penjelasan yang cukup tentang obat yang

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
62

diterima. UPDS merupakan salah satu bentuk swamedikasi dimana Apoteker


berwenang memberikan obat keras dengan pertimbangan tertentu seperti pasien
sudah pernah memakai obat sebelumnya atau pasien memakai obat tersebut untuk
waktu yang lama. Harga obat UPDS lebih murah dari obat resep karena obat UPDS
tidak dikenakan biaya servis. Oleh karena itu, copy resep dari apotek lain juga
memakai harga obat UPDS sehingga menimbulkan persepsi di mata pelanggan
bahwa harga obat di apotek ini lebih murah, ini merupakan salah satu strategi untuk
menarik pelanggan.

Swalayan farmasi juga merupakan salah satu pelayanan yang diberikan di


Apotek Kimia Farma No. 55, swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, perlengkapan
bayi dan lain-lain. Dengan adanya swalayan ini diharapkan dapat memberikan
penghasilan tambahan apotek dan dapat membantu mengalihkan perhatian pasien
selama menunggu obatnya selesai disamping di sediakannya juga televisi.

5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan


Kegiatan pengarsipan resep di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran
Lama telah dilakukan secara rutin. Resep asli dikumpulkan, diurutkan dan disimpan
sesuai dengan tanggal penerimaan dan nomor urut resep. Resep dibendel sesuai
dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau
narkotika & psikotropika), tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang
dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas
jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep tersebut disimpan dalam
lemari khusus selama 3 tahun untuk kemudian dimusnahkan sesuai dengan
prosedur.
Pengelolaan resep BPJS berbeda dengan resep biasa. Resep BPJS
dikumpulkan , diurutkan dan disimpan sesuai dengan tanggal dan nomor urut resep.
Akan tetapi resep ini tidak disimpan oleh apotek akan tetapi setiap bulan sekali
disetorkan ke BPJS sebagai bukti pelayanan resep tersebut di apotek.
Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan
penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
63

bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep
disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika
dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan
Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi
Psikotropika ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan arsip untuk apotek.
Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung
jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan
3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal
kadaluarsa.

5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan


Sebagai pengelola apotek, APA bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup apotek sehingga di samping ilmu kefarmasian yang menjadi
dasar di bidang pelayanan kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan,
pelayanan atau penjualan dan pelayanan informasi obat, diperlukan pula ilmu
pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan,
ketenagakerjaan dan pemasaran agar apotek dapat memberikan keuntungan
tersendiri dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap apotek tersebut.

Melalui konsep Bisnis Manajer maka terjadi efisiensi pada beberapa


bagian termasuk struktur organisasi seperti halnya pada bagian Administrasi dan
keuangan yang tidak dimiliki lagi oleh apotek pelayanan. Semua urusan
administrasi dan keuangan ditangani oleh Bisnis Manajer.

Secara umum proses pelaksanaan fungsi pencatatan/administrasi di Apotek


Kimia Farma No. 55 yang ditangani oleh Bisnis Manajer Jaya 1 telah berjalan
dengan baik. Hal ini terutama ditunjang oleh adanya sistem informasi manajemen
yang baik dan terkomputerisasi yaitu program SIMKA (Sistem Informasi
Manajemen dan Keuangan Apotek) yang dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma
yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan
dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan memungkinkan
kontrol terhadap apotek-apotek pelayanan yang berada di wilayah BM tersebut.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
64

Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab


langsung kepada Bisnis Manajer. Untuk wilayah Jaya 1, BM-nya berada di Apotek
Kimia Farma No. 42. Petugas kasir kecil (kasir di apotek pelayanan) dapat
menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran
kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan
Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh petugas apotek sebelum diserahkan
kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH
harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada
transaksi yang belum dientry dan sebagainya.

Karena kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan
terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas
tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank. Sehingga mekanisme
pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang.
Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan
untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung
jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum
fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ditetapkan.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.


55 Kebayoran Lama meliputi pemberian informasi obat, edukasi pasien,
pelayanan swamedikasi dan konseling. Pelayanan kefarmasian yang
dilakukan berbasis kepada pasien dengan tujuan untuk membantu pasien
agar memperoleh pengobatan yang maksimal sesuai dengan standar Good
Pharmaceutical Practices. Sedangkan kegiatan non-teknis kefarmasian
meliputi kegiatan manajerial apotek, promosi, pengelolaan perbekalan
farmasi yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, penyerahan
dan dokumentasi, pelaporan, administrasi dan keuangan.
2. Mahasiswa calon apoteker telah mempraktekkan kegiatan pelayanan
kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama dengan baik.
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan antara lain pelayanan resep yang
meliputi penerimaan resep, skrining, peracikan, pembuatan copi resep,
penyerahan obat serta pemberian informasi obat dan konseling, pelayanan
swamedikasi, penanganan obat narkotika dan psikotropika, dan promosi
kesehatan kepada masyarakat terutama pembeli yang datang ke apotek.

5.2 Saran

4. Jadwal pembelian perlu lebih diperhatikan, lebih mengoptimalkan sistem


buffer stock, serta lebih meningkatkan kedisiplinan dalam monitoring stok
obat di apotek, sehingga dapat menjamin kelengkapan obat dan alat
kesehatan di apotek, agar setiap yang dibutuhkan pasien senantiasa tersedia.
5. Kualitas petugas apotek sebagai pemberi informasi obat perlu ditingkatkan,
salah satunya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan yang dilakukan
secara berkala sehingga pemberian informasi obat yang diberikan tidak
hanya sebatas cara pakai namun juga efek samping obat dan hal-hal lain
yang terkait dengan pasien.

65
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
66

6. Kebersihan apotek perlu lebih diperhatikan termasuk kebersihan lemari


etalase obat maupun kebersihan toilet, dengan cara pembersihan secara
periodik untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.
7. Untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang tunggu sebaiknya
disediakan air minum gratis, dan bacaan (koran, majalah, tabloit) agar
pelanggan tidak bosan.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
67

DAFTAR PUSTAKA

Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan
Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Daris, Azwar. (2008). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
dalam Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan Kefarmasian.
Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan
Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan
Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun 2010. Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No.
1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Kimia Farma. (2013). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia
Farma Apotek.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
68

Quick, Jonathan D. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement,


Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed. Connecticut: Kumarian
Press. Hal. 629-639.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


70

Lampiran 1. Posisi dalam struktur organisasi kimia farma pusat

Managing Director

Operation Director Finance, HC & GA


Director

Bussiness Operating Logistic & Merchandise Finance HC & GA


Manager & PMS Purchasing & Product

Comm & Inf Bussiness & Unit Clinic


Tech Market Dev
Comm & Inf
Tech

Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi

Business manager

PhM Logistic/Supply Performance


Chain Management &
Support

Performance
Swalayan Logistic Management

Accounting &
Farmasi Merchandise Finance

IT

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
71

Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika

Bussiness Manager Apotek Pelayanan

Faktur + Barang

Barang
SP Narkotika Copy Faktur DO
SP Psikotropika
Distributor
Faktur Asli

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
72

Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika

Apotek Pelayanan
(APP)

SP/BPBA
Barang
Faktur/DO
Bussiness Manager

(Gudan dan logistik)

Rekap SP

Distributor
Faktur Asli

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
73

Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri

Apotek Kimia Farma


Berdiri Sendiri

SP Obat Barang
SP Nark. Faktur/D
SP Psiko

Distributor
Faktur Asli

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
74

Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
75

Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
76

Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
77

Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep
dokter

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
78

Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
79

Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
80

Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
81

Lampiran 13. Contoh copy resep

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
82

Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
83

Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
84

Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran
Lama

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
85

Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
86

Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55
Kebayoran Lama

Lampiran 20. Surat pesanan narkotika

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
87

Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika

Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.
55

No Daftar Obat

1 Codein 10 mg

2 Codein 15 mg

3 Codein 20 mg

4 Codipront Cum Exp Tab

5 Codipront Tab

6 Codipront Cum Exp Syrup

7 Codipront Syrup

8 Coditam Tab

9 MST (Morfin Sulfat) Cont 10 mg

10 MST (Morfin Sulfat) Cont 15 mg

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
88

Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma


No.55

No Daftar Obat
1 Ativan 0,5 mg
2 Analsik
3 Anafranil 10 mg
4 Amitriptyline 25 mg
5 Alprazolam 0,5 mg
6 Alprazolam 1 mg
7 Alganax 0.25 mg
8 Alganax 0.5 mg
9 Alganax 1 mg
10 Acetram
11 Abilify
12 Ativan 1 mg
13 Ativan 2 mg
14 Braxidin
15 Cetalgin
16 Chlorpromazine 100 mg
17 Clobazam 10 mg
18 Clozaril 25 mg
19 Danalgin
20 Diazepam 2 mg
21 Esilgan 1 mg
22 Esilgan 2 mg
23 Frisium 10 mg
24 Frixitas 1 mg
25 Frixitas 0,5 mg
26 Govotil 5 mg
27 Haloperidol 5 mg
28 Haloperidol 1,5 mg
29 Haloperidol 0,5 mg
30 Hexymer 2 mg
31 Luminal
32 Librax
33 MTX
34 Neurodial
35 Neuropyron
36 Proneuron
37 Patral

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
89

38 Promactil 100 mg
39 Persidal 2 mg
40 Risperdal 2 mg
41 Risperidone 2 mg
42 Riklona 2 mg
43 Rivotril 2 mg
44 Sanmag
45 Stileran
46 Somadril Comp
47 Stelazin 5 mg
48 Stilnox
49 Sizoril 25 mg
50 Stesolid Rect 10 mg
51 Stesolid Rect 5 mg
52 Spasmium
53 Tradosik
54 Tramal 50 mg
55 Tegretol 200 mg
56 Tramal Retard 100 mg
57 Tramadol 50 mg
58 THX 2 mg
59 Ultracet
60 Valisanbe 2 mg
61 Valisanbe 5 mg
62 Xanax 0,25 mg
63 Xanax 0,5 mg
64 Xanax 1 mg
65 Zaldiar
66 Zolastin 1 mg
67 Zoloft
68 Zolmia
69 Zypraz 0,25 mg
70 Zypraz 0,5 mg
71 Zypraz 1 mg

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
90

Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi)

No Nama PBF Nama Pabrik


Hamelin Pharma
Hana Anugerah
Kalalim Putera Utama
1 Abbot
Merapi Utama Pharma
Panca Niaga
Uni Lion Farma
Anugrah Arcon Medica
Borwita Indah
Djembatan Dua
Mensa Bina Sukses
2 Actavis
Multi Husada
Penta Valent
Sawah Besar Farma
Taner
3 Tempo Alcon
4 Anugerah Pharmindo Lestari Astellas
5 Parit Padang Astrazaneca
6 Mendjangan Baxter
Combi Putra
Dos Ni Roha
Gelora Fadjar Farma
7 Great Mataram Bayer
Guna Abut Wisesai
Multi Husada
Rejeki Mitra Farma
Bali Bima Sakti
Borwita Indah
Eva Surya Pratama
8 Bernofarm
Farmasi Djamaludin Djaja
Gelora Fadjar Farma
Kersatamna Mukti Lestari
9 Anugerah Pharmindo Lestari Biochemie
Tempo
10 Bohringer Ingelheim
Wigo-Hoslab
11 Kalista Bristol-Myers Squibb
Indomarta Prirnatama
Mestika Sakti
12 Corsa
Multi Husada Farma
Sawah Besar Farma

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
91

13 Wigo Distributor Farmasi Darya-Varia


Anugerah Argon Medica
Djembatan Dua
14 Eva Surya Pratama Dexa Medica
Samgloria
Tabah Delca Farma
Bina Putra Husada Jaya
Cipta Niaga
Kebayoran Pharma
15 Fahrenheit
Optima Pharma
Rifanti Asti
Success Pitroni
Muvira
Mestika Sakti
Nitra
16 Font Valent Galenium
Perdana Indonesia
Farina
Tabah Delca Farina
Anugerah Argon Medica
17 Glaxosmithkline
Anugerah Pharmindo Lestari
18 Kimia Farma Kimia Farma
19 Enseval Putera Mitra Gading Kalbe Farma
20 Mensa Bina Sukses Landson
Banyumas
Berwita Indah
Mestika Sakti
21 Milenium Pharmacon Merck
International Tbk
Multi Husada
Tempo
22 Sumber Pangan Segar Nestle
Anugerah Pharmindo Lestari
Novell Pharma
Antarmitra Senbada Banyumas
Eva Surya Pratama
23 Gafiliah Farma Novartis Indonesia
Galoeh Husada Farma
Glorienta Panca Honna
Multi Husada Farma
Natsepa Murni

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
92

Parta Karya
Sumber Mutiara
Unoson
Utama Bina Farma
24 Merapi Utama Pharma Otsuka
Anugerah Argon Medica
Djembatan Dua
25 Dos Ni Roha Pfizer
Samglorina
Tabah Delca Farina
Antarmitra Sembada
Banyumas
Gafillah Farma
26 Pharos
Galah Djaja Farma
Unoson
Utama Bina Farma
27 Tempo Roche
Banyumas
Bina Putera Husada Jaya
Bina San Prima
Cipta Niaga
28 Dwiputra Medikaindo Sanbe
Ladang Mitabu
Matakar Pantam
Optima Farina
Rifanti Asti
29 Parit Padang Soho
30 Tempo Tempo Scan Pacific

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELIAN PRODUK,


DESIGN LAYOUT DAN KATEGORI PRODUK DI SWALAYAN
APOTEK KIMIA FARMA NO.55 KEBAYORAN LAMA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55
JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN
PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

IDIL FARHAN, S.Farm.


1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
2.1 Konsep Merchandising ....................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Merchandising ........................................................ 2
2.1.2 Point of Purchase Display........................................................ 3
2.2 Struktur Merchandising dan Penataan Produk ................................... 4
2.3 Display Manual .................................................................................. 6
2.3.1 Desain Layout ........................................................................... 6
2.3.2 Pengelompokan Produk............................................................ 8
2.4 Pemajangan Produk ............................................................................ 11
2.4.1 Jenis-jenis Sarana Display........................................................ 12
BAB 3 METODE PELAKSANAAN ................................................................. 14
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 14
3.2 Metode Pelaksanaan ........................................................................... 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 15
4.1 Pembelian (Purchasing) ..................................................................... 15
4.2 Design Layout .................................................................................... 16
4.3.Kategori Produk .................................................................................. 19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 25
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 25
5.2 Saran ................................................................................................... 25

DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 26


LAMPIRAN ......................................................................................................... 27

ii Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh material POP ...................................................................... 4


Gambar 4.1 Desain Layout Apotek Kimia Farma no.55.................................... 17
Gambar 3.2 Kondisi Area Swalayan.................................................................. 19
Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical) ...................................................... 19
Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola................................................... 21
Gambar 4.5 Wall Gondola .................................................................................. 22
Gambar 4.6 Check out counter ............................................................................ 22
Gambar 4.6 Cooler .............................................................................................. 23

iiiii Universitas Indonesia


Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek ........................ 9


Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan .... 10

iiiv Universitas Indonesia


Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola ....................................... 28


Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk ................................................... 29

v ii Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai


peran penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fungsinya adalah sebagai sarana
distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau
harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian
informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga mereka
mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat-obatan sehingga akan
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

Dalam menjalankan suatu apotek dibutuhkan strategi bisnis dan manajerial


yang baik agar apotek dapat berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan yang
diiginkan. Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia
Farma TBK. Kimia Farma Apotek menggunakan sistem retailer dalam pelaksaan bisnis
apoteknya. Tujuannya adalah agar mampu menjual barang atau jasa semaksimal
mungkin dan mengasilkan keuntungan bagi perusahaan

Salah satu area yang dapat memberikan keuntungan besar bagi apotek adalah
area swalayan. Untuk memaksimalkan fungsi dari area swalayan ini maka diperlukan
suatu strategi pembelian produk, penataan design layout serta pengelompokan kategori
produk yang tepat sehingga diharapkan akan meningkatkan minat konsumen untuk
datang dan berbelanja di apotik.

1.2 Tujuan

Mengetahui cara pelaksanaan strategi pembelian produk, design layout dan


kategori produk di swalayan Apotek Kimia Farma no.55 Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan.

1 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Merchandising

2.1.1 Pengertian Merchandising

Secara umum, merchandising adalah aktivitas untuk mendapatkan barang


atau jasa tertentu dan menjadikannya tersedia pada waktu, tempat, harga serta
jumlah yang bertujuan agar produk secara cepat sampai ke tangan konsumen. Jadi
merchandising merupakan suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun
pengaturan dan penempatan produk serta promosi produk sekaligus evaluasi
produk yang dijual di toko agar produk bisa cepat terjual.

Ada 6 hal yang berhubungan erat dan menjadi faktor penentu keberhasilan
merchandising. Faktor tersebut adalah :

1. Pembelian (Purchasing)
2. Pemberian harga (Pricing)
3. Kategori produk
4. Lay out & shelving
5. Tata letak (Display)
6. Promosi

Setiap swalayan aptotek mempunyai program merchandising masing-


masing. Swalayan apotek merumuskan sebuah program merchandising yang
menyeluruh dan dikembangkan untuk merespons kebutuhan pelanggan dan kondisi
pasar di mana apotek tersebut berada.

Bagi para pengecer, merchandising berarti sebuah perencanaan untuk


memasarkan produk yang tepat pada tempat, waktu, jumlah serta harga yang tepat.
Merchandising yang efektif menuntut agar seorang retiler untuk dapat merencakan
pembelian produk, mengelola persediaan, dan mengembangkan program
merchandising yang meliputi product assortment, pricing, promotion dan display
management. Bagi retail farmasi, istilah merchandising berarti sebuah kombinasi
2 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


3

teknik-teknik untuk meletakkan, menyusun, dan promosi sebuah produk di dalam


sebuah swalayan apotek sedemikian rupa sehingga para pelanggan termotivasi
untuk membeli setiap saat.

2.1.2 Point of Purchase Display

Point of Purchase Display (POP) merupakan suatu penataan barang dalam


suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada konsumen
untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. POP
mempunyai jenis dan bentuk beragam antara lain adalah signage, hanging poster,
shelf talker dan lain-lain. Displai POP adalah displai interior yang menyediakan
informasi, tambahan untuk iklim apotek, dan menyajikan sebuah peran promosi
penting kepada konsumen yang akan berdampak positif terhadap penjualan produk.
POP ini digunakan untuk program penjualan rutin maupun dalam rangka
mempromosikan barang dagangan. Karakteristik displai POP yang baik adalah :

a. Displai harus beda dan punya nilai seni serta harus menarik perhatian dan minat
pengunjung.
b. Displai harus menyenangkan dan pantas. Semua elemen hendaknya sesuai
sehingga pengaruh produk hanya satu dan unik.
c. Displai harus sederhana. Hendaknya menyajikan sebuah pesan yang sederhana
yang dapat diterima dan dipahami oleh konsumen dengan cepat. Penelitian
menunjukkan secara tepat bahwa pengunjung secara khusus melewati sebuah
displai dalam waktu sepuluh detik atau kurang.

Contoh material POP yang terdapat dia apotek antara lain adalah hanging
mobile, stopper dan wobbler. Hanging mobile merupakan material POP yang
digantungkan pada langit-langit apotek. Stopper merupakan material POP yang
dipasang sedemikian rupa pada rak tempat penatan berang apotek. Sedangkan
wobbler merupakan contoh material POP yang ditempelkan pada rak atau lemari
tempat penataan barang apotek. Contoh materila POP dapat dilihat pada Gambar
2.1.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


4

Gambar 2.1. Contoh material POP

2.2 Struktur Merchandising dan Penataan Produk

Struktur merchandise dan penataan produk merupakan suatu cara untuk


menata produk sesuai standar yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menarik
minat konsumen. Pelaksanaan penataan yang bagus merupakan salah satu cara
untuk memperoleh keberhasilan pelayanan dalam menjual produk. Ketentuan
dalam menentukan struktur marchendise dan penataan produk-produk di apotek
antara lain :

a. Semua vitamin golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas
(lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Health.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


5

a. Khusus vitamin yang mengandung bahan alami/ekstrak tidak dimasukkan ke


dalam kategori Traditional Medicine tetapi masuk ke dalam kategori Vitamin
& Mineral.
b. Semua jenis obat kumur (bahan alami/obat/kesegaran) dimasukkan ke dalam
kategori Beauty Care.
c. Obat gosok yang berupa jamu seperti minyak gosok (minyak tawon, minyak
kayu putih dll) tidak dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine akan
tetapi masuk ke dalam kategori Medicine.
d. Obat panas dalam dimasukkan ke dalam kategori Household.
e. Bedak dan lotion untuk gatal atau biang keringat atau antijamur dimasukkan ke
dalam kategori Baby Product.
f. Shampoo antiseptik atau antijamur dimasukkan ke dalam kategori Personal &
Beauty.
g. Sabun kesehatan atau antiseptik dimasukkan ke dalam kategori Personal &
Beauty.
h. Semua produk sediaan oral yang mengandung ekstrak bahan alam yang
diproduksi oleh non-perusahaan jamu maka dimasukkan ke dalam kategori
Food Supplemet sedangkan apabila diproduksi oleh perusahaan jamu maka
dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine.
i. Yang termasuk ke dalam kategori Traditional Medicine adalah sediaan oral,
selain sediaan oral maka dimasukkan ke dalam kategori Medicine.
j. Semua obat batuk, pilek, analgesik, dan antipiretik golongan oabt bebas
(lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam
kategori Medicine sedangkan obat keras dimasukkan ke dalam kategori
Prescription.
k. Produk fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan alami yang telah
ada uji klinis.
l. Semua obat pencernaan golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan bebas
terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Medicine sedangkan
oabt keras dimasukkan ke dalam kategori Prescription.
m. Produk pemutih dimasukkan ke dalam kategori Skin Helath.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


6

n. Botol obat, pot salep, dan wadah bedak serta wadah lain dimasukkan ke dalam
Prescription subkategori war material & anmak
o. Semua minuman kesehatan atau minuman yang berkhasiat obat dimasukkan ke
dalam kategori Household sub kategori minuman.

2.3 Display Manual


2.3.1 Desain tata letak produk

Perencanaan tata letak produk mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengembangkan kesan yang baik dan pengoperasian ritel yang efisien.
Perencanaan tata letak produk setiap toko harus ditujukan untuk hal-hal berikut :

a. Efektifitas dalam melayani pelanggan sehingga memudahkan pelanggan


mencapai semua bagian di dalam apotek.
b. Efisiensi apotek dengan meminimalkan kegiatan atau pekerjaan untuk
menangani produk ke seluruh bagian apotek dengan tetap memastikan
tercapainya sasaran merchandising.
c. Memaksimalkan penjualan dan produktifitas apotek dengan mengoptimalkan
penyajian produk kepada pelanggan.
d. Membantu meningkatkan citra apotek melalui pengaturan lahan yang optimal
untuk penyajian kategori yang hendak ditawarkan kepada pelanggan.
e. Membantu menjaga keamanan apotek.

Tahap perencanaan desain tata letak produk mencangkup desain tata letak
produk dengan mempertimbangkan target pasar dan jalur yang dibutuhkan untuk
berjalan sehingga dapat diperoleh area untuk berjualan, area pelayanan dan area
publik. Perencanaan desain juga perlu mempertimbangkan zona terhadap area
penjualan yang terdiri dari tiga zona yaitu :

a. Area destination product (medicine)


b. Area image product (non-medicine)
c. Area impulse product

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


7

Beberapa pertimbangan dan ketentuan dalam memajang produk adalah :

a. Area pelayanan resep yang tidak memerlukan pemajangan yang luas maka
lahannya harus lebih kecil daripada area bukan pelayanan resep.
b. Posisi area pelayanan resep berada di titik akhir (paling belakang) dari arah
pintu masuk konsumen sehingga konsumen akan melalui area bukan pelayanan
resep.
c. Area medicine/OTC diletakkan di area yang dekat dengan area pelayanan resep
karena karakter produknya yang dekat dengan obat-obatan yang dapat
digolongkan menjadi produk yang banyak diminati dan memudahkan
pengawasan dan pelayanan oleh karyawan yang bertugas di area penjualan
resep.
d. Area non-medicine diletakkan di bagian terluar atau paling dekat dengan
pintu/arah masuk konsumen untuk menghasilkan kesan yang seimbang atas
kelengkapan apotek yang juga menyediakan produk-produk Personal &
Beauty.
e. Menyusun letak wall dan island gondola sesuai dengan desian tata letak barang.
Sedapat mungkin susunannya adalah sebagai berikut :
1) Island gondola adalah gondola yang berada di area teangah area swalayan.
2) Island gondola disusun sejajar dengan arah konsumen memasuki area
swalayan, jadi tidak bileh menimbulkan kesan menghalangi akses
konsumen ke bagian dalam dan kalau bisa juga diupayakan tegak lurus
terhadap counter pelayanan.
3) Jarak antar island gondola minimal 90 cm untuk memberi keleluasaan
kepada konsumen saat berjalan dan melihat-lihat merchandise pada displai.
4) Penomoran pada island gondola berlaku untuk satu sisi island gondola
berurutan mengikuti alur jalannya kosumen dari pintu/arah masuk menuju
area swalayan. Arah selanjutnya ditunjukkan dalam setiap desain layout.
5) Dalam penyusunan tata letak produk, penomoran dilakukan terhadap setiap
sisi dari island gondola mengikuti arah alur jalannya pelanggan di area
swalayan dari pintu/arah masuk kosumen sehingga akan ditemukan bahwa
banyaknya penomoran sisi island gondola adalah dua kali jumlah island
gondola yang dipasang di ruangan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


8

6) Ukuran lorong/gang antar gondola minimal 90 cm agar memudahkan


posisi konsumen dalam mengambil produk atau berpapasan.
7) Jarak antara counter pelayanan dengan island gondola yang terdekat
minimal 150 cm atau disesuaikan dengan luas area apotek. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bisa menimbulkan suasana aman dan nyaman.
8) Wall gondola diusahakan diletakkan pada sisi yang dapat dilihat dengan
mudah.
9) Posisi wall gondola diusahakan dekat dengan kasir/counter pelayanan.
10) Wall gondola nomor 1 adalah wall gondola pertama dari pintu masuk ke
area swalayan.
11) Pada sisi yang berdinding kaca hanya boleh meletakkan wall gondola
rendah dengan tinggi 120 cm.
f. Check out counter (COC) adalah tempat di mana pelanggan akan membayar
barang yang dibelinya yang merupakan titik terakhir sebelum pelanggan keluar
apotek. Dalam hal ini COC di apotek adalah area seputar kasir swalayan
ataupun kasir di counter perscription.
g. Tiang atau unsur bagian bangunan yang tidak standar pada bangunan disiasati
untuk digunakan sebagai area pemajangan produk atau informasi produk.
h. Tempat duduk pasien saat menunggu diperiksa dokter atau saat menunggu obat
sedapat mungkin menghadap ke area swalayan.
i. Floor display untuk alat-alat kesehatan disarankan diletakkan pada dinding
kaca bagian depan apotek.

2.3.2 Pengelompokan Produk

Pengelompokan produk merupakan komponen yang paling penting yang


akan berdampak terhadap efektifitas penyajian produk di dalam apotek.
Pengelompokan produk yang tidak tepat dapat membuat pelanggan bingung atau
bersusah payah untuk menemukan produk yang dicari. Pengelompokan produk di
dalam apotek perlu memperhatikan hal-hal berikut :

a. Arus pelanggan yang dibuat secara khusus lurus karena letak gondola yang
berjajar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


9

b. Tipe pengelompokan produk berdasarkan fungsi produk dan tujuan untuk


menimbulkan motivasi pelanggan untuk masuk dan membeli.
c. Dalam penyajian atau pemajangan produk perlu diperhatikan penentuan letak
pejangan masing-masing kategori produk sesuai dengan karakter produknya.

Pedoman tata cara untuk pengelompokan produk di swalayan dapat dilihat


pada Tabel 2.1

Kategori produk Wall Island Lainnya


gondola gondola
Medicine cabinet x 1
Vitamin dan mineral x 1
Food supplement 1 x
Milk & nutrition 1 x
Traditional medicine x 1
First aid x 1
Home diagnostics x x Lemari kaca dekat counter atau di
rak belakang counter
Medical supplies x x Lemari kaca floor display
(walkersm wheelchairs, etc)
Laboratory tools x x Lemari kaca
Personal care x 1 Pembalut wanita dan adult
diapers bisa digabung dengan
paper product di wall
Soap & body wash x 1
Skin care x 1
Hair care x 1
Oral care x 1
+
perforated
panel
Men’s grooming x 1
Cosmetics x 1 Tenant

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


10

Bath, skin and hair care 1 2


Baby diapering 1 x Pada tipe drugs store apt
digabung dengan paper product,
adult diapers di wall
Feeding & accessories 1 2
Cleaning and freshener x 1
Food and snack 2 1 2 (gondola COC)
Drinks x 1 1 cooler
Paper prducts 1 x Pembalut wanita, adult diaper,
baby diaper bisa digabung dalam
1 wall dengan paper product
Insectisida & veterinary x 1
Miscellaneous x 1
Keterangan : 1 = prioritas, 2 = alternatif, x = tidak diperbolehkan

Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek

Jumlah sarana display yang digunakan pada area swalayan berbeda-beda


tergantung tipe toko apotek itu sendiri. Pedoman untuk menentukan jumlah sarana
displai tiap swalayan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

No Tipe toko Wall Island Floor Wall Lemari kaca Cooler


display rendah medical
medical dekat floor equipment
equipment display
1 Mega store 10 14 √ √ √ √
2 Superstore 10 12 √ √ √ √
3 Community 8 8 √ x √ √
store
4 Drug store 4/6 4 √(*) x √ √
Keterangan (*) : untuk drug store hanya produk walkers dan wheelchairs

Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


11

Apabila untuk tipe toko yang telah ditetapkan tetapi jumlah gondola tidak
mencukupi, misalnya untuk community store hanya memiliki 6 wall gondola, maka
semua kategori yang ditetapkan harus disusun di wall yang ada, hanya jenis itemnya
yang menyesuaikan, dilihat dari pareto penjualan. Misalnya, untuk food supplement
tidak terlalu banyak produk yang diminati pelanggan, maka cukup dipasang satu
unit wall saja dengan satu atau dua brand yang memegang penjualan tertinggi.

2.4 Pemajangan Produk

Pemajangan produk bertujuan agar produk terpajang pada tempat yang baik
untuk mempermudah menemukan apa yang dibutuhkan oeh pelanggan maupun
petugas. Untuk memajang suatu produk maka perlu diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :

a. Kebutuhan konsumen
b. Ketersediaan obat
c. Posisi/letak susunan barang
d. Kenyamanan

Pemajangan produk harus dilakukan dengan baik (contoh dapat dilihat pada
Lampiran 1). Dalam memajang produk di toko/apotek seringkali ditemui masalah-
masalah. Masalah tersebut antara lain adalah :

a. Produk yang diminati pelanggan dipajang dalam jumlah yang terlalu sedikit.
b. Produk dipajang dalam jumlah yang berlebihan.
c. Produk habis dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak dipesan lagi.
d. Pemajangan produk tidak beraturan dan saling tidak berhubungan.
e. Produk rusak, kotor dan masa daluwarsa tidak dipantau.
f. Tidak ada edukasi kepada pasien.
g. Produk yang harganya mahal diletakkan di dalam godola bukan di area kasir.
h. End gondola yang semestinya untuk promo, disewakan justru untuk dipakai
untuk produk yang murah dan tampat obat atau vitamin.
i. Produk promo tidak dipajang dengan baik, pada tempatnya dan jumlah stok
yang minimum.
j. Penempatan poster yang tidak sesuai.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


12

k. Ada pembatas menuju OTC sehingga membuat pasien canggung.


l. Masih ada penjualan produk-produk yang kemasannya kecil akan tetapi
menghabiskan ruangan.
m. Produk dipajang terlalu menjorok ke dalam dan tidak sejajar dengan garis muka
shelving.
2.4.1 Jenis-jenis Sarana Display
Sarana displai digunakan untuk memajang barang-barang yang terdapat
pada area swalayan apotek. Jenis dan jumlah sarana displai yang dipakai pada area
swalayan dipikirkan dengan baik sehingga area swalayan dapat memajang barang
dalam jumlah yang banyak tanpa menggangu tata ruang apotek maupun arus
pelanggan yang datang ke apotek. Jenis-jenis sarana displai (dapat dilihat pada
Lampiran 1) yang digunakan di apotek antara lain adalah :
a. Island gondola
Island gondola merupakan area pajangan secara umum yang digunakan untuk
memajang semua produk bukan resep, baik yang termasuk kategori medicine
maupun non-medicine. Fungsi regular gondola adalah untuk menempatkan dan
memajang semua produk yang dijual yang tidak termasuk kategori obat resep.
b. End gondola
Definisi dari end gondola adalah bentuk pajangan dimana gondola diletakkan
di bagian ujung. End gondola ini mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah
digunakan untuk menonjolkan suatu produk tertentu atau untuk promosi, serta
bisa juga digunakan sebagai sarana pajangan yang disewakan dalam periode
waktu tertentu kepada pihak yang menyewa
c. Floor display / offer block
Definisi dari floor display / offer block adalah bentuk pemajangan produk
dengan cara menata produk di atas palet dengan ukuran tinggi sekitar 15 cm
yang diletakkan di area tertentu di dalam swalayan apotek. Fungsinya adalah
sebagai sarana pemajangan produk promosi, terutama produk yang sedang
digemari dan punya harga jual promosi khusus dan untuk pemajangan produk
khusus dari pihak yang menyediakan rak khusus (kosmetik milik Kimia Farma)
atau juga untuk pemajangan produk alat-alat kesehatan yang berukuran besar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


13

d. Slat wall
Definisi slat wall adalah bentuk pajangan yang menggunakan gantungan yang
diletakkan pada sarana khusus di dinding yang digunakan, misalnya kolom,
dinding kosong, wall/end gondola perforate.
e. Clip strip dan perforated
Definisi dari clip strip adalah bentuk pajangan yang dilakukan dengan cara
menggantung produk pada alat gantungan khusus yang telah disediakan. Fungsi
dari clip strip adalah sebagai sarana pemajangan untuk produk kategori
berlainan dengan kelompok kategori produk disekelilingnya, namun masih
saling berkaitan dan melengkapi dalam penggunaanya.
f. Wing display
Fungsi dari wing display antara lain sebagai sarana pemajangan produk dengan
kuantitas besar dan hendak ditonjolkan, namun kuantitas tidak mencukupi
untuk dipajang di floor display dan tidak punya harga jual promosi. Selain itu
wing display dapat berfungsi sebagai pemecah perhatian di lorong gondola dan
sebagai sarana penggabung kategori produk yang berlainan tetapi masih saling
terkait dan saling melengkapi dalam penggunaannya.
g. Check out counter / counter prescription
Definisi dari check out counter adalah counter penerimaan resep yang pada
prinsipnya digunakan hanya untuk menyimpan persediaan obat resep dengan
menggunakan kotak penyimpanan yang telah ditentukan (kotak mika). Bagian
counter tertentu didekat meja kasir, bila dipergunakan sebagai sarana pajangan
untuk produk nonresep (baik obat maupun bukan) yang mempunyai karakter
sebagai produk utama.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Kimia
Farma No. 55 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mulai dari tanggal 03 April 2014
sampai dengan 10 Mei 2014.

3.2 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan tugas khusus ini terfokus pada produk-produk yang dipajang


di swalayan apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama. Terdapat dua metode
pengkajian yang dilakukan selama menyelesaikan proyek PKPA yaitu metode
observasi langsung di lapangan dan metode diskusi. Observasi langsung di
lapangan dilakukan dengan cara membandingkan ketentuan penataan dan promosi
produk dari PT. Kimia Farma Apotek dengan pelaksanaan penataan dan promosi
produk di swalayan apotek. Sedangkan diskusi dilakukan dengan cara melakukan
tanya jawab secara langsung baik dengan asisten apoteker maupun apoteker
mengenai permasalahan yang ditemui selama melakukan observasi.

14 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
15

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembelian (Purchasing)

Pembelian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma dimaksudkan untuk


menjamin tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi
mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan, baik untuk area swalayan maupun area
farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan
secara selektif dengan menggunakan sistem pareto. Sistem pareto merupakan suatu
sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku atau berdasarkan
nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada kebutuhan dan seringnya
barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain dari sistem pareto adalah
perputaran modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil
kemungkinan barang hilang. Obat, alat kesehatan, dan barang-barang HV
(Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis dicatat pada buku defekta dan
statusnya tertulis pada data di komputer, kemudian pemesanan dan pembelian barang
didasarkan pada data tersebut. Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan
kebutuhan sebelumnya. Barang-barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya
dibuat sebagai Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Pengadaan yang efektif penting dilakukan karena dengan tersedianya produk
farmasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan jumlah yang sesuai, akan timbul rasa
percaya masyarakat pada apotek, sehingga akan terus mencari obat atau produk farmasi
lain yang mereka butuhkan di apotek. Keuntungan lainnya adalah secara tidak langsung
pasien yang sudah merasa percaya dapat merekomendasikan apotek ini ke masyarakat
lainnya. Pada akhirnya jika obat atau produk farmasi yang masyarakat butuhkan selalu
ada maka apotek semakin dipercaya oleh masyarakat sehingga terbentuknya kesetiaan

15 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
16

pada apotek dan penjualan apotek akan semakin sering yang menyebabkan omzet
apotek dapat terus bertambah.
Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).
Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) melalui Kimia Farma Information System (KIS). Di Apotek Kimia Farma no.
55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jumat. Jika barang yang dipesan oleh
apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan diantarkan langsung pada apotek
sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan
mebuat Surat Pesanan (SP) ke PBF yang menjual obat tersebut, barang dari PBF akan
disimpan di gudang selanjutnya di drop ke apotek yang memesan, namun jika
pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung mengirimkan ke apotek yang memesan.
Di apotek Kimia Farma no. 55, barang dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari
jum’at. Namun, bila permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode
pemesanan, maka dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.
Pengadaan barang yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma no.55 telah
dilakukan dengan cukup baik, namun adakalanya tetap terjadi kekosongan barang di
apotek yang menyebabkan konsumen tidak bisa mendapatkan barang yang mereka
inginkan. Hal ini terjadi keterlambatan kedatangan barang maupun kesalahan jenis
barang yang tidak sesuai dengan pesanan apotik yang dikirim dari BM Jaya 1.

4.2 Design Lay Out

Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan
suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif dan
efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan optimal dan
image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang
ke apotik tersebut. Desain layout Apotek juga harus disesuaikan dengan lokasi apotik
dan tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi target pasar dari apotek tersebut.
Misalnya berada di sekitar daerah padat penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua
arah, atau berada dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
17

Desain layout Apotek Kimia Farma no. 55 dapat dilihat pada gambar 3.1. Dari
gambar desain tersebut dapat kita lihat bahwa Apotek Kimia Farma no 55 telah
memiliki perencanaan layout yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
PT. Kimia Farma TBK.

End G. End G.
Island Gondola
Alur Konsumen

Island Gondola

Wall Gondola
Wall Gondola

End G.
End G. Area Swalayan
End G. End G.
Island Gondola
Island Gondola

End G. End G.

Cooler
TV
Cooler
Penerimaan Konsultasi
Resep Apoteker
Penyer

Obat
ahan

Cooler

Lemari obat
Tunggu

Peneri
maan
Obat
Kursi

Area Ethical

Kursi admin

Ruang Dokter

Gambar 4.1. Desain Layout Apotek Kimia Farma no.55

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
18

Pada desain layout apotek diatas dapat kita lihat secara garis besar apotek dibagi
menjadi 2 area, yaitu area swalayan dan area farmasi (ethical).

Area swalayan apotek telah diatur dengan baik dan mempertimbangkan arus
konsumen di dalam apotek sehingga konsumen yang datang ke apotek tidak akan
merasa sesak. Pada area swalayan ini terdapat beberapa sarana displai yang digunakan
sebagai tempat memajang produk swalayan. Sarana display tersebut antara lain :
a. Empat buah island gondola
b. Delapan buah end gondola.
c. Dua belas buah wall gondola pada sisi kanan kiri apotek.
d. Satu buah floor display.
e. Satu buah slat wall.
f. Tiga buah counter prescription.
g. Tiga buah lemari pendingin (cooler).
Pada masing-masing island gondola juga terdapat top shelving. Island gondola
terletak di tengah-tengah area swalayan apotek dan memiliki jarak antar gondola yang
cukup lebar, hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk
yang diinginkan dengan leluasa. Wall gondola terletak pada sisi kiri dan kanan apotek
sehingga dapat dengan mudah terlihat oleh konsumen yang baru datang. Area swalayan
dan area ethical dibatasi oleh meja kasir dan meja kosultasi apoteker. Area ini berada
paling belakang dari pintu masuk apotek sehingga konsumen yang datang untuk
menebus resep akan melewati area swalayan terlebih dahulu sebelum memasuk area
ethical. Area ethical dibuat lebih kecil daripada area swalayan karena tidak
memerlukan pemajangan yang luas. Pada area ini juga terdapat tempat peracikan obat.
Pada area ini juga disediakan kursi tunggu, televisi dan majalah untuk dibaca oleh
konsumen selama menunggu resep mereka disediakan oleh petugas apotek.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
19

Gambar 4.2 Kondisi Area Swalayan

Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical)

Secara garis besar desain layout Apotek Kimia Farma no.55 telah dibuat dengan
baik. Apotek dibuat sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek, serta juga
mempertimbangkan lokasi apotek yang berada di daerah padat penduduk dan berada
pada tepi jalan raya dua arah, serta dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar,
bank, dan rumah sakit. Tata ruang apotek juga telah dibuat dengan baik dan
memikirkan arus konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap terasa lapang dan
nyaman walaupun ramai oleh konsumen yang datang.

4.3 Kategori Produk

Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan


karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri.
Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari obat yang

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
20

dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan kepada pasien dan
meningkatkan kepuasan pasien,. Pengelompokan produk yang baik juga akan
memudahkan pasien dalam mencari obat-obatan yang mereka butuhkan di area
swalayan, sehingga pada akhirnya dengan adanya strategi pengelompokan produk yang
baik pada area swalayan akan meningkatkan keuntungan yang didapat oleh apotek itu
sendiri

Area swalayan merupakan tempat dimana pasien dapat memilih sendiri obat
atau produk lain yang pasien butuhkan. Pada area swalayan seluruh produk disusun
dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah :

a. Skin care,
b. Soap and body wash,
c. Hair care,
d. Oral care,
e. Personal care,
f. Traditional medicine,
g. Medicine,
h. Vitamin and mineral,
i. Topical,
j. First aid,
k. Baby diapers,
l. Baby and child care,
m. Milk and nutrition,
n. Food supplement,
o. Adult diapers dan
p. Paper product.

Pada tiap kategori yang telah ditentukan tersebut produk juga disusun
berdasarkan jenis produk dan abjad dari produk itu sendiri. Walaupun sudah diberikan
tanda yang menyatakan golongan produk-produk tersebut, pasien kadang masih terlihat
kebingungan dan kesulitan untuk mencari produk yang mereka perlukan. Pada area

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
21

swalayan ini juga terdapat SPG yang bertugas untuk mempromosikan produk-produk
yang ada di apotek sekaligus membantu konsumen menemukan obat-obatan yang
mereka butuhkan.

Pada island gondola diletakan produk kategori skin care, soap and body wash,
hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin and
mineral, topical dan first aid. Produk-produk yang dipajang pada end gondola adalah
produk-produk yang dikeluarkan oleh Kimia Farma dan juga produk yang sedang
dalam masa promosi atau produk-produk yang melakukan kerja sama dengan Kimia
Farma Apotek.

Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola

Sedangkan untuk produk-produk yang dipajang pada wall gondola antara lain
adalah baby diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement, adult
diapers dan paper product. Pada bagian atas dari wall gondola ini diletakkan duratran
yang digunakan sebagai media iklan atau promosi dari produk-produk principal.
Penyusunan produk pada wall gondola ini kurang tertata dengan rapi, seperti
penyusunan produk yang tidak teratur, penempatan produk yang tidak sesaui dengan
kategorinya dan juga penaataan produk yang tidak baik dimana masih terdapat banyak
ruang kosong yang tidak terisi oleh produk. Sedangkan produk-produk yang dipajang
di end gondola adalah produk-produk promosi dan juga produk-produk keluaran Kimia
Farma.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
22

Gambar 4.5 Wall Gondola

Pada check out counter juga diletakkan produk-produk promosi maupun produk
kimia farma, hal ini dilakukan. Check out counter merupakan tempat dimana pelanggan
akan membayar barang yang dibelinya, jadi ini merupakan ttik akhir sebelum
pelanggan keluar dari apotik, jadi produk-produk yang dipajang disini
merupakanproduk-produk promosi atau produk yang dirasa bisa menarik hati
pelanggan untuk membelinya.

Gambar 4.6 Check Out Counter

Pada apotek juga terdapat cooler yang digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan minuman, cooler yang terdapat disini ada 3 buah cooler yang berbeda
dimensinya dan diletakkan disamping kursi tunggu pasien. Namun cooler yang bisa
digunakan hanya dua buah karena ssalah satunya ada yang rusak.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
23

Gambar 4.7 Cooler

Jenis obat yang disimpan pada area ethical adalah obat-obat golongan keras,
narkotika, psikotropika, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam.
Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi (hormon, antidiabetes,
kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi, antibiotik, pernafasan, analgesik), generik,
bentuk sediaan (sirup dan sirup kering antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes
telinga, inhaler), obat-obat untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth)
dan penyimpanan khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing
obat dalam kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan
warna tertentu untuk memudahkan pencarian. Jenis pengelompokan ini memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya adalah memudahkan Apoteker atau AA untuk
menawarkan pilihan dan merekomendasikan obat berdasarkan efek farmakologi obat
tersebut dan menghindari adanya kesalahan pengambilan obat ataupun penyimpanan
obat yang dikarenakan nama atau merek dagang yang hampir sama yang efeknya
farmakologinya jauh berbeda.

Pengelompokan produk pada Apotek Kimia Farma no.55 telah dilakukan


dengan baik. Setiap produk dipajang pada sarana dislpai yang yang tepat dan sesuai
dengan konsep dari Kimia Farma Apotek. Produk yang ada di apotek telah disusun
berdasarkan jenis dan kategori produknya, baik itu produk obat-obatan, alat kesehatan
maupun produk lainnya. Penyusunan pada tiap kategori juga telah dilakukan dengan
baik seperti penyusunan produk yang diurutkan berdasarkan abjad dan bentuk sediaan.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
24

Namun tetap saja ada kesalahan pada saat penyusunan dikarenakan banyaknyan jumlah
barang yang datang ke apotek, kesibukan dari petugas apotek maupun petugas apotek
yang belum memahami tata cara penyusunan barang di apotek.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya


perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi mencakup obat,
bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia
Farma No. 55 dilakukan secara selektif dengan menggunakan sistem pareto
b. Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan
suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif
dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan
optimal dan image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan
tertarik untuk datang ke apotik tersebut.
c. Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan
karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri.
Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari
obat yang dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan
kepada pasien dan meningkatkan kepuasan pasien.

4.2 Saran

a. Perlu perencanaan pengadaan yang lebih baik pada apotek kimia farma no. 55
untuk mengatasi kekosongan produk yang terjadi pada apotek.
b. Pengelompokan produk harus dilakukan dengan lebih baik lagi seperti dengan
melakukan pelatihan kepada petugas apotek tentang tata cara pengelompokan
produk yang baik dan benar.

25 Universitas indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Logistik & Merchandising Direktorat Operasional PT. Kimia Farma
Apotek. (2010). Merchandise Structure & Display Manual, Pedoman
Pengelompokan dan Penyajian Produk di Store Apotek Kimia Farma.
Jakarta : PT. Kimia Farma Apotek

26 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
26 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


28

Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


29

Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014


30

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai