PKPA Apotek KF Kb. Lama
PKPA Apotek KF Kb. Lama
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Idil Farhan
iii
NPM : 1306343675
Tanda Tangan :
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama No.34 K Jakarta
Selatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Pada penulisan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan,
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Dr. Hayun M.Si., Apt., selaku ketua program profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia dan Pembimbing PKPA yang telah membantu
dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan
dalam penyusunan laporan ini..
3. Wahyu Dwi Purnomo, S.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah
membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
4. Dr. Katrin M.S., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta
arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.
5. Seluruh Pegawai di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama
No.34K Jakarta Selatan yang telah menerima dan membantu penulis selama
melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan
moral dan material kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia.
iv Universitas Indonesia
Penulis
2014
v Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2014
Yang menyatakan
(Idil Farhan)
vi Universitas Indonesia
Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diadakan di Apotek Kimia Farma no. 55
Kebayoraln Lama bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola
apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik kegiatan teknis
kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan
berjudul pelakasanaan strategi pembelian produk, design layout dan
pengelompokan produk di swalayan Apotek Kimia Farma no. 55.
Kata kunci : Apotek Kimia Farma no. 55, Apotek, Self Service
Tugas umum : ix + 71 halaman; 9 gambar; 21 lampiran
Tugas khusus : v + 26 halaman; 8 gambar; 2 tabel; 2 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 10 (1997-2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 (2009-2010)
Pharmacists Practice was being held at Kimia Farma Apotek Kebayoran Lama aims
to understand the duties and functions of pharmacy manager in pharmacies and to
understand the activities in both technical and non-technical pharmacist activity.
Given a special assignment titled activity of product buying, layout design and
produk categorize at self-service section in apotek
vi Universitas Indonesia
LAMPIRAN ..........................................................................................................69
Halaman
Gambar 2.1 Penandaan obat bebas ................................................................. 16
Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas .................................................... 16
Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas ................................ 17
Gambar 2.4 Penandaan obat keras .................................................................. 18
Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika ........................................................... 18
Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan ................................... 28
Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC ........................................................ 30
Gambar 3.1 Logo Kimia Farma ...................................................................... 35
Gambar 5.1 Alur pelayanan resep ................................................................... 61
Halaman
Lampiran 1. Posisi dan struktur organisasi kimia farma pusat.......................... 70
Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi .................................................. 70
Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika .............. 71
Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika ................................... 72
Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri ....................... 73
Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep .......................................................... 74
Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care .................................................... 75
Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien ................................................ 76
Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep
dokter ............................................................................................ 77
Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat ........................... 78
Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi . 79
Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat ......................................................... 80
Lampiran 13. Contoh copy resep ........................................................................ 81
Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ... 82
Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ........ 83
Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran
Lama ............................................................................................. 84
Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ....... 85
Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa ................................................................ 85
Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55
Kebayoran Lama........................................................................... 86
Lampiran 20. Surat pesanan narkotika ................................................................ 86
Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika ........................................................... 87
Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No
55 .................................................................................................. 87
Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma 88
Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) ............................... 90
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
No.55 Kebayoran Lama Jakarta Selatan adalah:
1. Mempelajari kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis yang
menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung di Apotek Kimia Farma
No. 55 Kebayoran Lama.
2. Mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat
jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan
oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat
keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci
tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.
Universitas Indonesia
pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas pelayanan resep, promosi dan
edukasi, serta pelayanan residensial:
1. Pelayanan Resep
a. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
a) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal
penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat,
umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas;
dan informasi lainnya.
b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan Obat
a) Peracikan
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang
benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
d) Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan dan lain lainnya. Metode yang digunakan dalam melakukan pelayanan
swamedikasi yaitu metode WWHAM :
a. Who is it for? Untuk siapa yang sakit?
b. What are the symtoms? Apa gejalanya?
c. How long has symtoms occures? Berapa lama gejala tersebut terjadi?
d. Action being taken already? Tindakan apa yang dilakukan? Minum
obat?
e. Medicines for other conditions? Obat yang dipakai untuk kondisi yang
lain?
3. Pelayanan residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh: Fenobarbital, Diazepam (Depkes RI, 2006).
4. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (hang over) (Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Narkotika ditandai dengan lambang
swastika, contoh : Morfin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut.
d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
e. Cara pemusnahan.
f. Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para
saksi.
Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementerian Kesehatan dengan
tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan arsip.
Universitas Indonesia
dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan
psikotropika. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA dan dilaporkan
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat.
e. Pemusnahan
Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997
tentang psikotropika, yaitu: berhubungan dengan tindak pidana, obat kadaluwarsa,
dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Apoteker wajib membuat berita acara
pemusnahan psikotropika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat:
1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
2. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.
3. Nama seorang saksi dari pemerintah atau seorang saksi dari apotek tersebut.
4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Tanda tangan APA dan para saksi.
Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementrian Kesehatan dengan
tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan arsip.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-
tiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung dengan rumus :
SS = LT x CA
Universitas Indonesia
Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling
ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi
pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu sering
terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek dapat
memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada keluhan
kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa terlalu
sering terjadi kehabisan stok.
g. Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/ Economic Lot Size)
Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada
waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah
persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan
disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar
setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak
menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak
menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk
membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan,
biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan dapat dilakukan
dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus
Economic Order Quality (EOQ) :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. N (Non esensial)
Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya
tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan
penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah
vitamin, suplemen dan lain-lain.
b. Analisis PARETO (ABC)
Disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga
yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah
(volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit).
Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC:
1. Kelas A
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili
sekitar 75-80 % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20
% dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian
khusus dilakukan secara intensif.
2. Kelas B
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini
mewakili sekitar 10-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya
sekitar 15-20 % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat.
3. Kelas C
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili
sekitar 60-80 % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari total
penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.
c. Analisa VEN-ABC
Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya
selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk
pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan. Analisis
VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matriks
sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk
datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal.
c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek
dapat terlihat dari luar.
2. Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk
masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast
moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat
langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat
disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun
berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan bersih
sehingga meningkatkan interest.
3. Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah
menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan
pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan m emberikan harga yang bersaing.
4. Action
Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut
memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap
ini, pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan
yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan
pemberian informasi yang diperlukan.
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN UMUM
32 Universitas Indonesia
Jakarta, PNF Nakula Farma (eks van Gorkom) di Jakarta, PNF Bhineka Kimia
Farma di Jakarta, dan PNF Sari Husada di Yogyakarta.
c. Periode III (Tahun 1969 – 1970)
Departemen Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan farmasi milik
negara tersebut ke dalam Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka
Kimia Farma berdasarkan Instruksi Presiden No. 17/1971.
d. Periode IV (Tahun 1971 – 2001)
Berdasarkan PP No. 16/1971 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Maret
1971, PNF dan Alat Kesehatan Bhineka Kima Farma diubah menjadi BUMN
dengan status sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 16 Agustus
1971. Pada tanggal 14 Oktober 1971, nama Bhineka Kimia Farma diubah menjadi
PT. (Persero) Kimia Farma dengan motto “Tumbuh dan Berkembang Bersama
Kesejahteraan Masyarakat”.
e. Periode V (tahun 2001 – sekarang)
Dalam perkembangannya, pada tanggal 1 Juni 2001, PT. (Persero) Kimia
Farma diubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh publik. Restrukturisasi juga dilakukan sejak tanggal 4 Januari 2003
dengan mengembangkan dua anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan
PT. Kimia Farma Trading & Distributor.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Simbol matahari
1. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.
2. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut
adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
3. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah
barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen
dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan
Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi
kesehatan masyarakat.
5. Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan
nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah
identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.
c. Sifat huruf
1. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2. Dinamis, dengan jenis huruf itallic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
3. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk semua apotek dalam group daerahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya
melaksanakan fungsi pelayanan, tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan
barang, namun barang diperoleh dari Apotek BM sehingga kegiatannya hanya
terfokus pada pelayanan.
Dengan adanya Business Manager (BM) maka dapat ditingkatkan efisiensi
modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek
pelayanan secara terpadu. Selain itu diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari
apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan
dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan
penyelesaian masalah.
Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi tujuh Business Manager, yaitu:
a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta
Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru.
b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara
dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman.
c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi
dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.
d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan
BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang.
e. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
f. Business Manager Bekasi, membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek
Kimia Farma No. 284 Jl. Siliwangi No. 86 A, Bekasi.
g. Business Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur
dengan BM di Jl Veteran II/2, Sukabumi
Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para
Pharmacy Manager (PhM), supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor
inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang
menjalankan perannya masing-masing.
3.2.3 Layanan Plus Apotek Kimia Farma
a. Merespon perubahan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut
peningkatan kesadaran kesehatan, Kimia Farma telah mencanangkan
perubahan paradigma menjadi “Health Care Company”. Hal ini ditandai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
44
barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya dibuat sebagai Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).
Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) melalui Kimia farma Information System (KIS). Di Apotek
Kimia Farma no. 55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jum’at. Jika
barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan
diantarkan langsung pada apotek sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak
tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan mebuat SP ke PBF yg menjual
obat tersebut, barang dari PBF akan disimpan di gudang selanjutnya di drop ke
apotek yang memesan, namun jika pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung
mengirimkan ke apotek yang memesan. Di apotek Kimia Farma no. 55, barang
dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari jum’at. Namun, bila permintaan
barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode pemesanan, maka
dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.
Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan
dilakukan oleh apotek melalui Surat Pemesanan (SP) khusus yang harus
ditandatangani oleh APA. Untuk pemesanan narkotika, satu lembar SP hanya
diperbolehkan untuk memesan satu jenis produk, kemudian barang akan
dikirimkan langsung oleh PBF khusus untuk narkotika yaitu Kimia Farma ke
apotek. Untuk pemesanan psikotropika, satu SP boleh mencantumkan lebih dari
satu jenis produk, kemudian barang dikirimkan langsung oleh PBF yang
diunjuk ke apotek.
Pengadaan yang dilakukan oleh apotek dapat dikelompokkan menjadi
pengadaan rutin, pengadaan mendesak, pengadaan tunai, dan konsinyasi. Untuk
pengadaan yang bersifat sangat mendesak, apotek juga dapat meminta langsung
dari apotek Kimia Farma terdekat yang berada pada naungan BM yang sama,
barang dapat diambil langsung di apotek Kimia Farma tertentu dan stok barang
di masing-masing apotek kimia farma disesuaikan dengan menggunakan sistem
droping.
2. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
45
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
46
swalayan farmasi ini juga menyediakan informasi bagi pasien berupa brosur/
leaflet.
Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri
dari obat golongan G, narkotika, psikotropika dan obat-obat yang
membutuhkan penanganan khusus seperti sediaan supositoria dan insulin. Pada
area farmasi ini obat-obat dikelompokan berdasarkan farmakologinya dan pada
setiap kelompok farmakologi disusun kembali berdasarkan abjadnya.
Pengelompokkan pada area farmasi ini terdiri dari vitamin, generic, antibiotik,
pencernaan, hormon, antidiabetes, kolesterol, kontrasepsi, narkotika, dan
psikotropika, dan in health. Sebagian obat-obat pada area ini juga disusun
berdasarkan bentuk sediaannya yaitu inhaler, tetes mata, tetes hidung, sediaan
semi solid, sediaan cair dan sediaan yang membutuhkan suhu lemari pendingin
dalam penanganannya. Jadi, Penyimpanan sediaan farmasi di apotek kimia
farma No. 55 disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan,
bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Di area farmasi
ini juga terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan,
pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat.
Di area ini juga terdapat lemari penyimpanan sediaan farmasi yang terdiri dari:
1. Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas
terapi dan obat yang sering diresepkan dokter.
2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci
3. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci
4. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci
5. Lemari penyimpanan bahan baku obat
6. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi
7. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion
8. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata
9. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus
10. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti:
suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu.
Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat
yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
47
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
48
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
51
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama
Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah
memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Apotek Kimia Farma no.55 merupakan apotek
pelayanan di bawah Bisnis Manager wilayah Jaya 1. Apotek Kimia Farma no. 55
berlokasi di Jalan Raya Kebayoran Lama no. 34K Jakarta Selatan. Apotek ini
mudah diakses karena terletak di tepi jalan dua arah dan dekat dari pusat aktivitas
masyarakat seperti pasar, stasiun, Bank, dan rumah sakit sehingga lokasi apotek ini
dapat dikatakan strategis.
Apotek Kimia Farma no. 55 berada di sebuah ruko empat lantai, lantai dasar
digunakan untuk apotek itu sendiris dan juga direncanakan untuk ruang praktik
dokter umum, lantai 1 hingga lantai 2A direncanaan diperuntukkan untuk praktik
dokter lainnya (dokter gigi, dokter anak, dokter THT, dokter mata, dan laboratorium
klinik, dan untuk lantai 2B telah diperuntukkan untuk praktik dokter kecantikan.
Untuk ruangan apoteknya sendiri dibagi menjadi dua area utama, yaitu area
swalayan dan area etichal/peresepan. Pada area swalayan ini pasien dapat memilih
sendiri obat atau produk lain yang dibutuhkan. Area ini menyediakan obat golongan
bebas dan obat golongan bebas terbatas, alat kesehatan, dan banyak produk lainnya
yang telah ditata rapi berdasarkan kelompok-kelompok tertentu seperti oral care,
skin care, soap and body wash, medicine yang berisi obat-obat bebas dan bebas
terbatas, tradisional medicine, vitamin dan mineral, personal care, food
supplement, peralatan PPPK, baby and child care, milk and nutrition, dan produk-
produk yang diproduksi oleh kimia farma (marcks, venus, fitocare, enzymfort,
dasabion dan lain-lain).
Area selanjutnya adalah area ethical. Area ini terdiri dari counter
penerimaan resep, pelayanan transaksi (kasir), penyerahan resep, meja konsultasi,
tempat peyimpanan obat, dan tempat peracikan obat. Obat yang disimpan di area
ethical ini adalah obat-obat golongan keras, narkotika, psikotropika, hormon,
vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya
53
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
56
(nama petugas) ada yang bisa dibantu”, kemudian salam ketika mengakhiri
perbincangan di telpon adalah “terimaksih, semoga sehat selalu”.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
57
sekitar 80% walaupun jumlahnya hanya sekitar 20% dari keseluruhan jumlah
produk yang berada di apotek, sedangkan pareto B merupakan barang yang
ketersediannya mewakili 30% poduk yang ada di apotek dengan kontribusi omset
sebesar 15 %. Pareto C merupakan produk yang memberikan kontribusi omset
sekitar 5% dengan jumlah produk yang ada di apotek sekitar 50% dari total produk.
Prioritas pengadaan adalah terlebih dahulu memesan produk yang termasuk dalam
kategori pareto A yang kurang kemudian pareto B yang kurang dan pareto C yang
kurang. Keuntungan dari sistem pareto ini adalah barang yang akan dipesan
merupakan barang yang banyak dicari oleh pasien yang datang ke apotek sehingga
dengan sisitem ini dapat mencegah kekosongan barang yang ada di apotek dan juga
mencegah kelebihan stok barang yang kurang laku di apotek. Keuntungan lainnya
yaitu perputaran barang semakin cepat sehingga aliran keuangan juga akan menjadi
semakin lancar.
Pemesanan barang melalui BPBA juga bisa dilakukan terhadap barang baru
yang belum tersedia di apotek akan tetapi memiliki potensi untuk terjual di apotek.
Barang yang dipersan bisa berupa obat-obatan, alat kesehatan, makanan, minuman,
kosmetik dan barang-barang lainnya. Meskipun barang tersebut tidak ada dalam
laporan pareto akan tetapi bsia dipesankan melalui sistem BPBA. Pengadaan
barang diluar pareto ini dapat meningkatkan omset apotek terutama dari
swalayannya. Akan tetapi pemesanan barang-barang tersebut harus diperhitungkan
dengan matang baik jenis barang maupun jumlahnya sesuai dengan barang yang
banyak diminati oleh konsumen. Perencanaan yang matang dapat mencegah apotek
dari kerugian akibat barang yang diadakan tidak laku terjual.
Untuk obat golongan psikotropika dan narkotika pengadaan tidak dilakukan
dengan sistem BPBA. Pengadaannya tidak terpusat melalui BM melainkan
langsung dari apotek ke PBF yang telah ditunjuk sebagai distributor obat golongan
psikotropika dan narkotika, kemudian PBF pun akan langsung mengantarkan obat
ke apotek yang bersangkutan. Pengadaan narkotik dan psikotropik berbeda karena
kedua macam obat ini peredarannya dipantau secara ketat oleh pemerintah sehingga
pengadaan dalam jumlah besar tidak diperbolehkan. Lembar surat pesanan (SP)
untuk obat Narkotika dan psikotropika merupakan SP khusus yang harus dibuat
dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
58
obat psikotropika satu lembar SP boleh terdiri dari lebih dari satu jenis produk,
sedangkan untuk obat narkotika, satu lembar SP hanya boleh mencantumkan satu
jenis produk dengan satu satuan dosis. Hal ini dilakukan agar pendistribusian obat
psikotropikadan narkotika dapat selalu terawasi dan terkendali, bukti dokumen
seperti Surat Pemesanan menjadi sangat penting untuk pemerintah mengawasi
pendistribusian obat narkotika dan psikotropika dari PBF ke apotek atau Rumah
Sakit. Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma
selaku distributor tunggal.
Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan
persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi
manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi
pengadaan suatu apotek menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan
karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek.
Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP)
yang optimal dan jumlah penolakan resep minimal.
2. Kegiatan Penerimaan
Kegiatan penerimaan barang datang di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh
petugas apotek (AA) yang sedang bertugas pada saat itu. Barang datang dapat
melalui BM dari gudang, langsung dari PBF, atau dari apotek kimia farma lainnya.
Pendistribusian barang dari gudang BM dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu
pada hari rabu dan jumat. Barang yang datang ke apotek harus diperiksa oleh
petugas penerima barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah
memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek,
setelah itu dicek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama
barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang
dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk
pemeriksaan yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kesalahan barang yang datang baik jenis, dosis, atau jumlahnya. Jika sudah
diperiksa, maka diberikan paraf, nama petugas yang menerima barang, tanggal
penerimaan, dan waktu kedatangan barang untuk mempermudah penelusuran
tentang siapa yang bertanggung jawab ketika terdapat kesalahan barang yang
datang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
59
3. Kegiatan Penyimpanan
Setelah dilakukan penerimaan barang dari BM maka barang akan disusun
pada tempat masing-masing. Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada
lemari obat-obat ethical yang terdiri dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik,
pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes, tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga,
inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan dan lemari khusus untuk sediaan sirup.
Masing-masing obat dalam lemari diurutkan berdasarkan abjad sehingga
memudahkan petugas untuk mencari obat-obatan berdasarkan data farmakologis
obat dan urutannya. Selain memudahkan petugas penyusunan tersebut juga berguna
untuk menghindarkan petugas dari kesalahan pengambilan obat akibat nama dan
bentuk yang hampir sama (LASA) serta nama obat yang sama akan tetapi dosis
berbeda. Selain itu obat-obatan dalam lemari yang sama dibedakan lagi dengan
menggunakan warna wadah yang berbeda. Hal ini untuk lebih memudahkan
petugas membedakan golongan obat karena dalam lemari yang sama bisa saja
terdapat dua jenis obat dengan fungsi farmakologi yang berbeda. Penyimpanan obat
dalam kulkas hanya dikhususkan untuk sediaan yang mmerlukan kondisi
penyimpanan pada suhu < 25°C seperti suppositoria, ovula, pulvis dll.
Penyimpanan obat menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) yang berfungsi untuk mengontrol sediaan farmasi.
Pengontrolan barang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kartu
stok dan data yang ada pada sistem komputer. Kartu stok barang digunakan sebagai
catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang
melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Namun dikarenakan proses transaksi
yang disibukkan oleh pelayanan terhadap pasien membuat pencatatan pada buku
stok menjadi jarang dilakukan, padahal hal ini cukup penting karena dapat
memberikan informasi mengenai obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya.
Begitu juga jumlah stok yang tersedia pada sistem komputer terkadang tidak sesuai
dengan jumlah stok yang ada di apotek. Ketidaksamaan ini kemungkinan
diakibatkan oleh jumlah barnag di sistem yang belum di update oleh petugas
ataupun kesalahan yang dilakukan oleh petugas ketika menyesuaikan pilihan antara
barang yang dibeli oleh pasien dengan barang jenis barang yang ada di sistem.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
60
Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan pada sistem
terutama pada penulisan nama dan spesifikasi barang di komputer harus sesuai
dengan barang yang ada di apotek.
Pemberian label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap
kotak obat merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dalam mengelola
expired date obat. Warna label yang diberikan ada tiga macam yaitu hijau, kuning
dan merah. Label warna merah menunjukan bahwa obat masih memiliki rentang
waktu 3 tahun sebelum daluwarsa, warna kuning 2 tahun sebelum daluwarsa dan
merah 1 tahun sebelum daluwarsa. Namun, pelaksanaan pemberian label tersebut
kurang maksimal karena banyak tempat obat yang belum diberi label.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh petugas yang terlalu sibuk melayani pasien
sehingga kekurangan waktu untuk mengecek pelabelan masing-masing wadah obat.
Selain itu obat biasanya tersedia dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak
memerlukan waktu lama untuk terjual. Oleh karena itu pemberian label menjadi
sangat sering dilakukan sehingga akan menambah pekerjaan bagi petugas di apotek.
Namun, mengingat pemerian label ini merupakan suatu upaya yang sangat penting
untuk mencegah barang yang ada di apotek lewat dari masa daluwarsanya maka
sebaiknya pelabelan harus tetap dilakukan akan tetapi hanya diberikan satu jenis
label yang menandakan bahwa obat akan lewat masa daluawarsanya satu tahun lagi.
Dengan demikian semua wadah tidak perlu diberi label, hanya wadah tertentu yang
berisi obat yang jarang dibeli oleh pasien. Untuk perlu juga dilakukan pengecekan
secara berkala tentang jumlah obat dan tanggal daluwarsanya.
4. Kegiatan Pelayanan Apotek
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 adalah
melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC
(Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan
HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal
sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).
Menurut kaidah pelayanan, saat konsumen datang ke suatu apotek guna
memperoleh obat. Dengan demikian, pihak apotek haruslah menjadi terminal
distribusi obat bagi konsumen untuk mendapatkan obat. Jika persediaan obat di
apotek sering terjadi kekosongan/tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
61
konsumen mengalami kecewaan. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan citra
apotek terhadap pandangan konsumen tersebut tetapi juga bagi orang lain yang
mendapat informasi dari konsumen sebelumnya perihal kondisi apotek yang tidak
lengkap. Hasil akhirnya adalah penurunan penjualan apotek karena calon konsumen
berpindah ke apotek pesaing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
63
bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep
disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika
dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan
Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi
Psikotropika ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan arsip untuk apotek.
Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung
jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan
3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal
kadaluarsa.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
64
Karena kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan
terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas
tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank. Sehingga mekanisme
pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang.
Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan
untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung
jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum
fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
65
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
67
DAFTAR PUSTAKA
Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan
Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Daris, Azwar. (2008). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
dalam Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan Kefarmasian.
Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan
Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan
Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun 2010. Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No.
1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Kimia Farma. (2013). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia
Farma Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Managing Director
Business manager
Performance
Swalayan Logistic Management
Accounting &
Farmasi Merchandise Finance
IT
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
71
Faktur + Barang
Barang
SP Narkotika Copy Faktur DO
SP Psikotropika
Distributor
Faktur Asli
Keterangan :
SP : Surat Pesanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
72
Apotek Pelayanan
(APP)
SP/BPBA
Barang
Faktur/DO
Bussiness Manager
Rekap SP
Distributor
Faktur Asli
Keterangan :
SP : Surat Pesanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
73
SP Obat Barang
SP Nark. Faktur/D
SP Psiko
Distributor
Faktur Asli
Keterangan :
SP : Surat Pesanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
77
Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep
dokter
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
79
Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
82
Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
83
Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
84
Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran
Lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
85
Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
86
Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55
Kebayoran Lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
87
Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.
55
No Daftar Obat
1 Codein 10 mg
2 Codein 15 mg
3 Codein 20 mg
5 Codipront Tab
7 Codipront Syrup
8 Coditam Tab
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
88
No Daftar Obat
1 Ativan 0,5 mg
2 Analsik
3 Anafranil 10 mg
4 Amitriptyline 25 mg
5 Alprazolam 0,5 mg
6 Alprazolam 1 mg
7 Alganax 0.25 mg
8 Alganax 0.5 mg
9 Alganax 1 mg
10 Acetram
11 Abilify
12 Ativan 1 mg
13 Ativan 2 mg
14 Braxidin
15 Cetalgin
16 Chlorpromazine 100 mg
17 Clobazam 10 mg
18 Clozaril 25 mg
19 Danalgin
20 Diazepam 2 mg
21 Esilgan 1 mg
22 Esilgan 2 mg
23 Frisium 10 mg
24 Frixitas 1 mg
25 Frixitas 0,5 mg
26 Govotil 5 mg
27 Haloperidol 5 mg
28 Haloperidol 1,5 mg
29 Haloperidol 0,5 mg
30 Hexymer 2 mg
31 Luminal
32 Librax
33 MTX
34 Neurodial
35 Neuropyron
36 Proneuron
37 Patral
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
89
38 Promactil 100 mg
39 Persidal 2 mg
40 Risperdal 2 mg
41 Risperidone 2 mg
42 Riklona 2 mg
43 Rivotril 2 mg
44 Sanmag
45 Stileran
46 Somadril Comp
47 Stelazin 5 mg
48 Stilnox
49 Sizoril 25 mg
50 Stesolid Rect 10 mg
51 Stesolid Rect 5 mg
52 Spasmium
53 Tradosik
54 Tramal 50 mg
55 Tegretol 200 mg
56 Tramal Retard 100 mg
57 Tramadol 50 mg
58 THX 2 mg
59 Ultracet
60 Valisanbe 2 mg
61 Valisanbe 5 mg
62 Xanax 0,25 mg
63 Xanax 0,5 mg
64 Xanax 1 mg
65 Zaldiar
66 Zolastin 1 mg
67 Zoloft
68 Zolmia
69 Zypraz 0,25 mg
70 Zypraz 0,5 mg
71 Zypraz 1 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
90
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
91
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
92
Parta Karya
Sumber Mutiara
Unoson
Utama Bina Farma
24 Merapi Utama Pharma Otsuka
Anugerah Argon Medica
Djembatan Dua
25 Dos Ni Roha Pfizer
Samglorina
Tabah Delca Farina
Antarmitra Sembada
Banyumas
Gafillah Farma
26 Pharos
Galah Djaja Farma
Unoson
Utama Bina Farma
27 Tempo Roche
Banyumas
Bina Putera Husada Jaya
Bina San Prima
Cipta Niaga
28 Dwiputra Medikaindo Sanbe
Ladang Mitabu
Matakar Pantam
Optima Farina
Rifanti Asti
29 Parit Padang Soho
30 Tempo Tempo Scan Pacific
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
ii Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
v ii Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu area yang dapat memberikan keuntungan besar bagi apotek adalah
area swalayan. Untuk memaksimalkan fungsi dari area swalayan ini maka diperlukan
suatu strategi pembelian produk, penataan design layout serta pengelompokan kategori
produk yang tepat sehingga diharapkan akan meningkatkan minat konsumen untuk
datang dan berbelanja di apotik.
1.2 Tujuan
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ada 6 hal yang berhubungan erat dan menjadi faktor penentu keberhasilan
merchandising. Faktor tersebut adalah :
1. Pembelian (Purchasing)
2. Pemberian harga (Pricing)
3. Kategori produk
4. Lay out & shelving
5. Tata letak (Display)
6. Promosi
a. Displai harus beda dan punya nilai seni serta harus menarik perhatian dan minat
pengunjung.
b. Displai harus menyenangkan dan pantas. Semua elemen hendaknya sesuai
sehingga pengaruh produk hanya satu dan unik.
c. Displai harus sederhana. Hendaknya menyajikan sebuah pesan yang sederhana
yang dapat diterima dan dipahami oleh konsumen dengan cepat. Penelitian
menunjukkan secara tepat bahwa pengunjung secara khusus melewati sebuah
displai dalam waktu sepuluh detik atau kurang.
Contoh material POP yang terdapat dia apotek antara lain adalah hanging
mobile, stopper dan wobbler. Hanging mobile merupakan material POP yang
digantungkan pada langit-langit apotek. Stopper merupakan material POP yang
dipasang sedemikian rupa pada rak tempat penatan berang apotek. Sedangkan
wobbler merupakan contoh material POP yang ditempelkan pada rak atau lemari
tempat penataan barang apotek. Contoh materila POP dapat dilihat pada Gambar
2.1.
Universitas Indonesia
a. Semua vitamin golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas
(lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Health.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
n. Botol obat, pot salep, dan wadah bedak serta wadah lain dimasukkan ke dalam
Prescription subkategori war material & anmak
o. Semua minuman kesehatan atau minuman yang berkhasiat obat dimasukkan ke
dalam kategori Household sub kategori minuman.
Perencanaan tata letak produk mempunyai peran yang sangat penting untuk
mengembangkan kesan yang baik dan pengoperasian ritel yang efisien.
Perencanaan tata letak produk setiap toko harus ditujukan untuk hal-hal berikut :
Tahap perencanaan desain tata letak produk mencangkup desain tata letak
produk dengan mempertimbangkan target pasar dan jalur yang dibutuhkan untuk
berjalan sehingga dapat diperoleh area untuk berjualan, area pelayanan dan area
publik. Perencanaan desain juga perlu mempertimbangkan zona terhadap area
penjualan yang terdiri dari tiga zona yaitu :
Universitas Indonesia
a. Area pelayanan resep yang tidak memerlukan pemajangan yang luas maka
lahannya harus lebih kecil daripada area bukan pelayanan resep.
b. Posisi area pelayanan resep berada di titik akhir (paling belakang) dari arah
pintu masuk konsumen sehingga konsumen akan melalui area bukan pelayanan
resep.
c. Area medicine/OTC diletakkan di area yang dekat dengan area pelayanan resep
karena karakter produknya yang dekat dengan obat-obatan yang dapat
digolongkan menjadi produk yang banyak diminati dan memudahkan
pengawasan dan pelayanan oleh karyawan yang bertugas di area penjualan
resep.
d. Area non-medicine diletakkan di bagian terluar atau paling dekat dengan
pintu/arah masuk konsumen untuk menghasilkan kesan yang seimbang atas
kelengkapan apotek yang juga menyediakan produk-produk Personal &
Beauty.
e. Menyusun letak wall dan island gondola sesuai dengan desian tata letak barang.
Sedapat mungkin susunannya adalah sebagai berikut :
1) Island gondola adalah gondola yang berada di area teangah area swalayan.
2) Island gondola disusun sejajar dengan arah konsumen memasuki area
swalayan, jadi tidak bileh menimbulkan kesan menghalangi akses
konsumen ke bagian dalam dan kalau bisa juga diupayakan tegak lurus
terhadap counter pelayanan.
3) Jarak antar island gondola minimal 90 cm untuk memberi keleluasaan
kepada konsumen saat berjalan dan melihat-lihat merchandise pada displai.
4) Penomoran pada island gondola berlaku untuk satu sisi island gondola
berurutan mengikuti alur jalannya kosumen dari pintu/arah masuk menuju
area swalayan. Arah selanjutnya ditunjukkan dalam setiap desain layout.
5) Dalam penyusunan tata letak produk, penomoran dilakukan terhadap setiap
sisi dari island gondola mengikuti arah alur jalannya pelanggan di area
swalayan dari pintu/arah masuk kosumen sehingga akan ditemukan bahwa
banyaknya penomoran sisi island gondola adalah dua kali jumlah island
gondola yang dipasang di ruangan.
Universitas Indonesia
a. Arus pelanggan yang dibuat secara khusus lurus karena letak gondola yang
berjajar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan
Universitas Indonesia
Apabila untuk tipe toko yang telah ditetapkan tetapi jumlah gondola tidak
mencukupi, misalnya untuk community store hanya memiliki 6 wall gondola, maka
semua kategori yang ditetapkan harus disusun di wall yang ada, hanya jenis itemnya
yang menyesuaikan, dilihat dari pareto penjualan. Misalnya, untuk food supplement
tidak terlalu banyak produk yang diminati pelanggan, maka cukup dipasang satu
unit wall saja dengan satu atau dua brand yang memegang penjualan tertinggi.
Pemajangan produk bertujuan agar produk terpajang pada tempat yang baik
untuk mempermudah menemukan apa yang dibutuhkan oeh pelanggan maupun
petugas. Untuk memajang suatu produk maka perlu diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Kebutuhan konsumen
b. Ketersediaan obat
c. Posisi/letak susunan barang
d. Kenyamanan
Pemajangan produk harus dilakukan dengan baik (contoh dapat dilihat pada
Lampiran 1). Dalam memajang produk di toko/apotek seringkali ditemui masalah-
masalah. Masalah tersebut antara lain adalah :
a. Produk yang diminati pelanggan dipajang dalam jumlah yang terlalu sedikit.
b. Produk dipajang dalam jumlah yang berlebihan.
c. Produk habis dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak dipesan lagi.
d. Pemajangan produk tidak beraturan dan saling tidak berhubungan.
e. Produk rusak, kotor dan masa daluwarsa tidak dipantau.
f. Tidak ada edukasi kepada pasien.
g. Produk yang harganya mahal diletakkan di dalam godola bukan di area kasir.
h. End gondola yang semestinya untuk promo, disewakan justru untuk dipakai
untuk produk yang murah dan tampat obat atau vitamin.
i. Produk promo tidak dipajang dengan baik, pada tempatnya dan jumlah stok
yang minimum.
j. Penempatan poster yang tidak sesuai.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Slat wall
Definisi slat wall adalah bentuk pajangan yang menggunakan gantungan yang
diletakkan pada sarana khusus di dinding yang digunakan, misalnya kolom,
dinding kosong, wall/end gondola perforate.
e. Clip strip dan perforated
Definisi dari clip strip adalah bentuk pajangan yang dilakukan dengan cara
menggantung produk pada alat gantungan khusus yang telah disediakan. Fungsi
dari clip strip adalah sebagai sarana pemajangan untuk produk kategori
berlainan dengan kelompok kategori produk disekelilingnya, namun masih
saling berkaitan dan melengkapi dalam penggunaanya.
f. Wing display
Fungsi dari wing display antara lain sebagai sarana pemajangan produk dengan
kuantitas besar dan hendak ditonjolkan, namun kuantitas tidak mencukupi
untuk dipajang di floor display dan tidak punya harga jual promosi. Selain itu
wing display dapat berfungsi sebagai pemecah perhatian di lorong gondola dan
sebagai sarana penggabung kategori produk yang berlainan tetapi masih saling
terkait dan saling melengkapi dalam penggunaannya.
g. Check out counter / counter prescription
Definisi dari check out counter adalah counter penerimaan resep yang pada
prinsipnya digunakan hanya untuk menyimpan persediaan obat resep dengan
menggunakan kotak penyimpanan yang telah ditentukan (kotak mika). Bagian
counter tertentu didekat meja kasir, bila dipergunakan sebagai sarana pajangan
untuk produk nonresep (baik obat maupun bukan) yang mempunyai karakter
sebagai produk utama.
Universitas Indonesia
METODE PELAKSANAAN
14 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
15
BAB 4
15 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
16
pada apotek dan penjualan apotek akan semakin sering yang menyebabkan omzet
apotek dapat terus bertambah.
Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).
Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) melalui Kimia Farma Information System (KIS). Di Apotek Kimia Farma no.
55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jumat. Jika barang yang dipesan oleh
apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan diantarkan langsung pada apotek
sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan
mebuat Surat Pesanan (SP) ke PBF yang menjual obat tersebut, barang dari PBF akan
disimpan di gudang selanjutnya di drop ke apotek yang memesan, namun jika
pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung mengirimkan ke apotek yang memesan.
Di apotek Kimia Farma no. 55, barang dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari
jum’at. Namun, bila permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode
pemesanan, maka dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.
Pengadaan barang yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma no.55 telah
dilakukan dengan cukup baik, namun adakalanya tetap terjadi kekosongan barang di
apotek yang menyebabkan konsumen tidak bisa mendapatkan barang yang mereka
inginkan. Hal ini terjadi keterlambatan kedatangan barang maupun kesalahan jenis
barang yang tidak sesuai dengan pesanan apotik yang dikirim dari BM Jaya 1.
Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan
suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif dan
efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan optimal dan
image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang
ke apotik tersebut. Desain layout Apotek juga harus disesuaikan dengan lokasi apotik
dan tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi target pasar dari apotek tersebut.
Misalnya berada di sekitar daerah padat penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua
arah, atau berada dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
17
Desain layout Apotek Kimia Farma no. 55 dapat dilihat pada gambar 3.1. Dari
gambar desain tersebut dapat kita lihat bahwa Apotek Kimia Farma no 55 telah
memiliki perencanaan layout yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
PT. Kimia Farma TBK.
End G. End G.
Island Gondola
Alur Konsumen
Island Gondola
Wall Gondola
Wall Gondola
End G.
End G. Area Swalayan
End G. End G.
Island Gondola
Island Gondola
End G. End G.
Cooler
TV
Cooler
Penerimaan Konsultasi
Resep Apoteker
Penyer
Obat
ahan
Cooler
Lemari obat
Tunggu
Peneri
maan
Obat
Kursi
Area Ethical
Kursi admin
Ruang Dokter
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
18
Pada desain layout apotek diatas dapat kita lihat secara garis besar apotek dibagi
menjadi 2 area, yaitu area swalayan dan area farmasi (ethical).
Area swalayan apotek telah diatur dengan baik dan mempertimbangkan arus
konsumen di dalam apotek sehingga konsumen yang datang ke apotek tidak akan
merasa sesak. Pada area swalayan ini terdapat beberapa sarana displai yang digunakan
sebagai tempat memajang produk swalayan. Sarana display tersebut antara lain :
a. Empat buah island gondola
b. Delapan buah end gondola.
c. Dua belas buah wall gondola pada sisi kanan kiri apotek.
d. Satu buah floor display.
e. Satu buah slat wall.
f. Tiga buah counter prescription.
g. Tiga buah lemari pendingin (cooler).
Pada masing-masing island gondola juga terdapat top shelving. Island gondola
terletak di tengah-tengah area swalayan apotek dan memiliki jarak antar gondola yang
cukup lebar, hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk
yang diinginkan dengan leluasa. Wall gondola terletak pada sisi kiri dan kanan apotek
sehingga dapat dengan mudah terlihat oleh konsumen yang baru datang. Area swalayan
dan area ethical dibatasi oleh meja kasir dan meja kosultasi apoteker. Area ini berada
paling belakang dari pintu masuk apotek sehingga konsumen yang datang untuk
menebus resep akan melewati area swalayan terlebih dahulu sebelum memasuk area
ethical. Area ethical dibuat lebih kecil daripada area swalayan karena tidak
memerlukan pemajangan yang luas. Pada area ini juga terdapat tempat peracikan obat.
Pada area ini juga disediakan kursi tunggu, televisi dan majalah untuk dibaca oleh
konsumen selama menunggu resep mereka disediakan oleh petugas apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
19
Secara garis besar desain layout Apotek Kimia Farma no.55 telah dibuat dengan
baik. Apotek dibuat sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek, serta juga
mempertimbangkan lokasi apotek yang berada di daerah padat penduduk dan berada
pada tepi jalan raya dua arah, serta dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar,
bank, dan rumah sakit. Tata ruang apotek juga telah dibuat dengan baik dan
memikirkan arus konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap terasa lapang dan
nyaman walaupun ramai oleh konsumen yang datang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
20
dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan kepada pasien dan
meningkatkan kepuasan pasien,. Pengelompokan produk yang baik juga akan
memudahkan pasien dalam mencari obat-obatan yang mereka butuhkan di area
swalayan, sehingga pada akhirnya dengan adanya strategi pengelompokan produk yang
baik pada area swalayan akan meningkatkan keuntungan yang didapat oleh apotek itu
sendiri
Area swalayan merupakan tempat dimana pasien dapat memilih sendiri obat
atau produk lain yang pasien butuhkan. Pada area swalayan seluruh produk disusun
dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah :
a. Skin care,
b. Soap and body wash,
c. Hair care,
d. Oral care,
e. Personal care,
f. Traditional medicine,
g. Medicine,
h. Vitamin and mineral,
i. Topical,
j. First aid,
k. Baby diapers,
l. Baby and child care,
m. Milk and nutrition,
n. Food supplement,
o. Adult diapers dan
p. Paper product.
Pada tiap kategori yang telah ditentukan tersebut produk juga disusun
berdasarkan jenis produk dan abjad dari produk itu sendiri. Walaupun sudah diberikan
tanda yang menyatakan golongan produk-produk tersebut, pasien kadang masih terlihat
kebingungan dan kesulitan untuk mencari produk yang mereka perlukan. Pada area
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
21
swalayan ini juga terdapat SPG yang bertugas untuk mempromosikan produk-produk
yang ada di apotek sekaligus membantu konsumen menemukan obat-obatan yang
mereka butuhkan.
Pada island gondola diletakan produk kategori skin care, soap and body wash,
hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin and
mineral, topical dan first aid. Produk-produk yang dipajang pada end gondola adalah
produk-produk yang dikeluarkan oleh Kimia Farma dan juga produk yang sedang
dalam masa promosi atau produk-produk yang melakukan kerja sama dengan Kimia
Farma Apotek.
Sedangkan untuk produk-produk yang dipajang pada wall gondola antara lain
adalah baby diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement, adult
diapers dan paper product. Pada bagian atas dari wall gondola ini diletakkan duratran
yang digunakan sebagai media iklan atau promosi dari produk-produk principal.
Penyusunan produk pada wall gondola ini kurang tertata dengan rapi, seperti
penyusunan produk yang tidak teratur, penempatan produk yang tidak sesaui dengan
kategorinya dan juga penaataan produk yang tidak baik dimana masih terdapat banyak
ruang kosong yang tidak terisi oleh produk. Sedangkan produk-produk yang dipajang
di end gondola adalah produk-produk promosi dan juga produk-produk keluaran Kimia
Farma.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
22
Pada check out counter juga diletakkan produk-produk promosi maupun produk
kimia farma, hal ini dilakukan. Check out counter merupakan tempat dimana pelanggan
akan membayar barang yang dibelinya, jadi ini merupakan ttik akhir sebelum
pelanggan keluar dari apotik, jadi produk-produk yang dipajang disini
merupakanproduk-produk promosi atau produk yang dirasa bisa menarik hati
pelanggan untuk membelinya.
Pada apotek juga terdapat cooler yang digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan minuman, cooler yang terdapat disini ada 3 buah cooler yang berbeda
dimensinya dan diletakkan disamping kursi tunggu pasien. Namun cooler yang bisa
digunakan hanya dua buah karena ssalah satunya ada yang rusak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
23
Jenis obat yang disimpan pada area ethical adalah obat-obat golongan keras,
narkotika, psikotropika, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam.
Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi (hormon, antidiabetes,
kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi, antibiotik, pernafasan, analgesik), generik,
bentuk sediaan (sirup dan sirup kering antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes
telinga, inhaler), obat-obat untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth)
dan penyimpanan khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing
obat dalam kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan
warna tertentu untuk memudahkan pencarian. Jenis pengelompokan ini memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya adalah memudahkan Apoteker atau AA untuk
menawarkan pilihan dan merekomendasikan obat berdasarkan efek farmakologi obat
tersebut dan menghindari adanya kesalahan pengambilan obat ataupun penyimpanan
obat yang dikarenakan nama atau merek dagang yang hampir sama yang efeknya
farmakologinya jauh berbeda.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
24
Namun tetap saja ada kesalahan pada saat penyusunan dikarenakan banyaknyan jumlah
barang yang datang ke apotek, kesibukan dari petugas apotek maupun petugas apotek
yang belum memahami tata cara penyusunan barang di apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
BAB 5
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
a. Perlu perencanaan pengadaan yang lebih baik pada apotek kimia farma no. 55
untuk mengatasi kekosongan produk yang terjadi pada apotek.
b. Pengelompokan produk harus dilakukan dengan lebih baik lagi seperti dengan
melakukan pelatihan kepada petugas apotek tentang tata cara pengelompokan
produk yang baik dan benar.
25 Universitas indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
26 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
26 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia