Anda di halaman 1dari 54

PELATIHAN VAKSINOLOGI DASAR

SATGAS IMUNISASI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Modul 4

JADWAL IMUNISASI
Tujuan Pembelajaran
Umum
Menjelaskan jadwal imunisasi pada anak

Khusus
1. Menjelaskan prinsip dasar penjadwalan
imunisasi agar respon imun optimal
2. Menjelaskan jadwal imunisasi berdasarkan
panduan PP IDAI dan Kementerian
Kesehatan RI
3. Menjelaskan jadwal imunisasi pada keadaan
yang tertinggal
Tujuan Imunisasi
Melindungi seseorang terhadap
penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit (final goal)


Mengapa Jadwal Imunisasi
harus diatur?

• Mendapat respons imun optimal


• Keseragaman

 Umur berapa vaksin diberikan


 Bagaimana cara pemberian
• Interval
• Imunisasi ulangan (booster)
Faktor-faktor
Yang Perlu Dipertimbangkan
• Antibodi maternal
• Respons antibodi
• Indikasi kontra
• Jenis vaksin
• Cara & dosis vaksin
• Komitmen global
• Keadaan khusus
– Bayi lahir kurang bulan
– Imunokompromais (defisiensi imun)
Pengaruh Antibodi Maternal

Imunitas alami
Kadar Antibodi Vaksinasi
antibodi maternal Ambang antibodi
Perbedaan individu pencegahan

Pengaruh antibodi
maternal pd imunisasi

4 6-7 9-12 Umur (bulan)


Cara Membaca Tabel
1. Umur
Angka (kolom umur)
• Umur dalam bulan: 0 – 29 hari
• Umur dalam tahun: 0 – 11 bulan 29 hari
Contoh: DTP-1 dituliskan umur 2 bulan 
direkomendasikan umur 2 bulan 0 hari
sampai 2 bulan 29 hari
2. Catatan kaki perlu dibaca
Hepatitis B

• Vaksin hepatitis B1 (HBsAg 10ug) dianjurkan


diberikan dalam umur 12 jam, diberikan
setelah vitamin K1
• IM, paha anterolateral (bukan gluteus)
• HBIg disuntikkan pada paha sisi yang
berlainan, utk bayi dari ibu HBsAg positif
• Vaksin hepatitisB ke-2 dan ke-3 (monovalen)
pada 1 dan 6 bulan
Polio
• Vaksin polio 0: polio oral (saat saat bayi pulang) atau
selambatnya pada umur 1 bulan

• Untuk vaksin polio 1, 2, 3 dan booster: polio oral (OPV)


atau polio inaktivasi (IPV)
• Sejak April 2016 tOPV telah diganti dengan bOPV, dan
seluruh tOPV ditarik dan dimusnahkan
• Rekomendasi: paling sedikit diberikan 1 dosis IPV pada
jadwal, dalam masa transisi menuju eradikasi polio
• Diharapkan dunia bebas polio pada 2018

WHO: Indonesia bebas polio 27 Maret 2014


Tahapan
Eradikasi Polio Nasional
Juli 2016
Mei 2016

5-30 April 2016 Introduksi IPV


Validasi Minimal I dosis IPV
4 April 2016 Penarikan dan ke dalam imunisasi
pemusnahan rutin
8 – 14 tOPV
Penggantian
Maret 2016 tOPV ke bOPV

PIN Polio

Penguatan imunisasi rutin tetap dilakukan


ERADIKASI POLIO
Eradikasi Sertifikasi
Eradikasi polio di Indonesia Global
27 Februari 2014

2014-2016 2018-2019

tOPV bOPV Stop OPV


Introduksi IPV Introduksi hexavalen

Aselerasi IPV bOPV untuk imunisasi Hexavalen untuk


rutin+ >1 dosis IPV Program imunisasi
PENARIKAN OPV
• Virus polio liar yang masih bersikulasi
sampai tahun 2015
– virus polio liar tipe 1, tipe 3 terakhir pada
2012.
• Penggantian tOPV ke bOPV di Indonesia
– secara serentak pada 4 April 2016
– penggantian harus dilakukan melalui proses
yang terkoordinasi baik di semua tingkatan
– telah dibuat Pedoman Pelaksanaan
Penggantian tOPV ke bOPV di Indonesia
Apa peran
inactivated polio vaccine (IPV)?
• Mengurangi risiko yang disebabkan oleh
OPV type 2 withdrawl

• Membantu memutuskan transmisi jika


terjadi KLB virus polio tipe 2

• Sebagai booster (imunisas ulangan) untuk


polio tipe 1 & 3
tOPV, bOPV, bOPV + IPV

tOPV: 3 rings of
Type 1 protection against types 1,
2, and 3
Type 2
bOPV
Type 3 2 rings of protection
against types 1 and 3
bOPV
+
IPV
bOPV + IPV
IPV adds protection
against type 2 & boosts
immunity to 1 & 3
(enhancing bOPV effect)
Type 1
Schematic tOPV: 3 rings of protection
description of against types 1, 2, and 3
technical rationale Type 2
for use of at least
one dose of IPV as Type 3 bOPV
part of the +
Endgame Strategy tOPV-bOPV IPV
bOPV + IPV
switch IPV adds protection
bOPV against type 2 & boosts
2 rings of protection immunity to 1 & 3
against types 1 and 3 (enhancing bOPV effect)

Potential Type
2 outbreak
mOPV2 mOPV2
requiring
mOPV2
bOPV + mOPV2
Protection against bOPV + IPV +
type 2 provided by
supplementary use mOPV2
of mOPV2 in the bOPV & mOPV2 effect is
setting of an enhanced in an IPV
outbreak population thus
facilitating outbreak
control
BCG (1)

• BCG = Mycobacterium bovis hidup yang


dilemahkan
• Dapat diberikan: umur 0 - 3 bulan
• Optimal pada umur < 3 bulan (sd 2 bln 29 hr)
• Jika umur > 2 bulan 29 hari  uji tuberkulin
• Jika uji tuberkulin tak ada  observasi local
accelerated reaction
• Dosis 0,05 mL intrakutan (0,1 mL utk anak >1
tahun)
BCG (2)
• Proteksi
– Proteksi didapat 8 – 12 minggu pasca vaksinasi

– Penelitian prospektif 12,5 th: daya proteksi 51%


(RR 0.49, CI 95%: 0.34–0.70)

– Mencegah meningitis TB 64%, TB hematogen 78%

Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia 2014, hal 266-70.


BCG (3)
Indikasi kontra
• Bayi HIV positif dgn/tanpa gejala
• Bayi status HIV ? dgn gejala HIV, ibu
HIV+
• Keganasan (e.g. leukemia, limfoma)
• Imunodefisiensi primer/sekunder
• Dapat imunosupresif
(radio/kemoterapi, steroid)

BCG WHO position paper No. 4, 2004


DTP

• Tiap 1mL: 40 Lf toksoid difteria, 24 IU


pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, Al fosfat 3
mg, thimerosal 0,1 mg
• DTP diberikan pada umur 2-3-4 atau 2-4-6
bulan
• Booster pada umur 18-24 bulan dan 5 tahun
• Umur 10-12 th: vaksin Td (Tdap), diperlukan
booster tiap 10 tahun
DTwP atau DTaP kombinasi
• DTwP + HepB, quadrivalent
DTwP + HepB + Hib, pentavalent
DTwP + HepB + Hib + IPV,
hexavalent

• DTaP + HepB + Hib


DTaP + HepB + Hib + IPV
DT, Td, Tdap
Ket. Huruf kapital = pediatric dose, huruf kecil = adult dose
Campak >> MR

• Tiap 0,5 ml vaksin mengandung:


• 1000 u virus strain CAM 70
• 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
• Imunisasi MR pada anak balita (program nasional)
diberikan 2 kali pada umur 9 dan 18 bulan
(Permenkes RI no 12/ 2017)
• Imunisasi MR ke-3 pada umur 6 tahun (SD kelas 1)
• Dapat juga diberikan MMR umur 15 bulan dan 5-6
tahun
Pneumokokus

• Vaksin yang tersedia PCV 10 dan PCV 13


• PCV diberikan pada umur 2, 4, 6 bulan dan
booster umur 12-15 bulan.
• Istilah ulangan  booster
• Sejak th 2017 diberikan di kab Lombok
Timur dan Barat (Demonstration Program)
dengan jadwal 2-3-12 bulan
Jadwal Imunisasi PCV
Umur dosis
Imunisasi dasar Dosis ulangan*
pertama
2- 6 bulan 3 dosis, interval 6-8 mg 1 dosis pada umur
7-11 bulan 2 dosis, interval 6-8 mg 12-15 bln
12-23 bulan 2 dosis, interval 6-8 mg 1 dosis pada umur
24 bulan 1 dosis 12-15 bln

• Dosis ulangan diberikan minimal 6-8 minggu setelah dosis terakhir


imunisasi dasar (AAP, 2006)
• Pada umur <12 bulan, vaksin dapat diberikan dengan interval minimum
antara 2 dosis adalah 4 minggu (CDC, 2005)
• Setelah umur 5 tahun tidak perlu diberikan PCV, diberikan lagi pada usia
55 tahun
Vaksin Pneumokokus
Kelompok umur 24-59 bulan dengan risiko tinggi

Umur Dosis Keterangan


24-59 3 dosis • 1 dosis vaksin PPV23 pada umur 24 bln, minimal 8 mgg
bulan PCV10 setelah dosis terakhir PCV13
dan/atau • 1 dosis vaksin PPV23, 5th setelah vaksin PPV23 dosis
PCV13 pertama

24-59 < 3 dosis • 2 dosis vaksin PCV13 selang 8 minggu


bulan PCV10 • 1 dosis vaksin PPV23, 8 mgg setelah PCV13 dosis
dan/atau terakhir
PCV13 • 1 dosis vaksin PPV23, 5th setelah vaksin PPV23 dosis
pertama

Advisory Committee on Immunization Practices, 2014


Rotavirus

• Vaksin rotavirus monovalen (RV1)


– Attenuated human rotavirus vaccine: 2,4 bulan
– Dosis 1 : 6-14 minggu 6 hari, interval minimal 4
minggu
• Vaksin rotavirus pentavalen (RV5)
– Bovine-human reassortant rotavirus vaccine: 2,4,6
bulan
– Dosis 1 : 6-14 minggu 6 hari, interval minimal 4-10
minggu
Hepatitis A
• Transmisi melalui oro-fecal route
• Mudah menimbulkan KLB (dari
makanan yang tercemar)
• Vaksin hepatitis A : inactivated vaccine
• Umur 2 tahun : endemis, mulai makan
di luar rumah
• Imunisasi : 2 kali, interval 6-18 bulan
Hepatitis A (2)
No Strain Dosis anak Batas Interval Merk
virus per 0,5 mL umur (bln)
(El.U) (th)
1 GBM 80 15 6-18 Avaxim
2 HM175 720 18 6-12 Havrix
3 CR 326F 25 18 6-18 Vaqta

Vaksin dapat diberikan mulai usia 1 tahun,


tetapi optimal pada usia 2 tahun
Vaksin Influenza
trivalent inactivated influenza (TIV)
• Vaksin influenza (trivalent)
– 2 strain Influenza A
– 1 strain Influenza B
• Vaksin influenza baru
(quadrivalent)
– 2 strain Influenza A
– 2 strain Influenza B
• Dapat diberikan kapan saja
Vaksin Influenza
trivalent inactivated influenza (TIV)

• Jadwal
– Umur 6-35 bulan: 0,25ml
– Umur  3 tahun : 0,50 ml
– Umur < 9 tahun pertama kali harus
mendapat 2 dosis dengan interval minimal
4 minggu
• Diulang tiap tahun
• Cara pemberian: intra muskular di
paha anterolateral atau deltoid
Varisela
• Vaksin varisela: virus hidup varisela-
zoster yang dilemahkan
• Rekomendasi : mulai umur 1 tahun,
terbaik sebelum masuk sekolah TK
• Dosis 0,5 ml secara subkutan, dosis
tunggal
• Pada anak ≥ 13 tahun : diberikan dua
kali selang 4 minggu
Vaksin HPV pada Remaja
• Pemberian vaksin HPV pada
remaja, direkomendasikan sebelum
melakukan aktivitas seksual
• ACIP merekomendasikan vaksin
HPV pada remaja putri umur 11-12
tahun
• Australia : umur 10-45 tahun

ACIP, 2015
Vaksin HPV

Bivalent HPV (type • Diberikan 0,5 mL intra


16+18) adjuvant muskular di deltoid
AS04 • Jadwal: 0, 1, dan 6 bulan

Quadrivalent HPV
(type 6,11,16, 18) • Diberikan 0,5 mL intra
L1 VLP, adjuvant muskular di deltoid
aluminium • Jadwal: 0, 2, dan 6 bulan
Rekomendasi vaksin HPV
Organisasi profesi

• Untuk ♀, ≥ 10 th : 3 dosis.
Vaksin HPV 2 dosis
• Remaja putri : 10 – 13 th
• Penelitian vaksin HPV di India : 2 dosis
vaksin HPV pada remaja usia 9-13 tahun
 antibodi tidak lebih rendah
dibandingkan dengan 3 dosis vaksin
HPV1
• Pemberian vaksin HPV 2 dosis pada anak
usia 10-13 tahun juga telah
direkomendasikan oleh WHO2

1. Mittal S, et al. Int J Cancer. 2017;140:1850-9.


2. 2. WHO position paper. Human papillomavirus vaccines. Wkly Epidemiol Rec. 2014;89:465-91.
Jadwal
Program Imunisasi Nasional
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 42 TAHUN 2013

TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
JENIS DAN JADWAL IMUNISASI (PP no 42 tahun 2013)
Imunisasi Wajib Imunisasi Rutin Imunisasi Dasar

Imunisasi Lanjutan

Imunisasi Tambahan Backlog Fighting

Crash Program

PIN

Sub PIN
Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Catch up Campaign Campak

Imunisasi dalam KLB

Meningitis
Imunisasi Khusus Yellow Fever Rabies
Meningokokus

Imunisasi Pilihan Measles, Mumps, Rubella Tifoid Hepatitis A Pneumokokus

Varisella Influenza Rotavirus Japanese Enscephalitis Human Papilloma Virus


CATATAN:
Backlog fighting: melengkapi imunisasi dasar 3 tahun, pada desa tidak mencapai UCI (berturut-turut 2 tahun); Crash Program: wilayah yang memerlukan
intervensi cepat mencegah terjadinya KLB; PIN: kegiatan imunisasi serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat; sub PIN: menyerupai PIN namun di
wilayah terbatas; Catch up campaign Campak: upaya memutuskan transmisi penularan campak pada anak usia sekolah dasar. Bayi yang telah mendapat
imunisasi dasar DPT-HB-Hib1,2,3 = T2; menyelesaikan imunisasi lanjutan DP-HB-Hib = T3; menyelesaikan DT dan Td sekolah dasar = T4 dan T5.
Imunisasi pada wanita subur diberikan pada saat antenatal, sebelum imunisasi dilakukan skrining imunisasi T, bila status lengkap (T5) dengan bukti, tidak
perlu diimunisasi.
Imunisasi Tambahan
Istilah Pengertian
Backlog fighting Melengkapi imunisasi dasar 3 tahun, pada desa tidak mencapai UCI
(berturut-turut 2 tahun)
Crash program Wilayah yang memerlukan intervensi cepat mencegah terjadinya KLB
Pekan Imunisasi Kegiatan imunisasi serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat
Nasional (PIN)
Sub-PIN Menyerupai PIN namun di wilayah terbatas
MR catch up Upaya memutuskan transmisi penularan campak & rubella pada anak
campaign usia 9 bulan -15 tahun
Skrining TT • Bayi yang mendapat DPT-HB-Hib1,2,3 = T2; menyelesaikan
imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib = T3; menyelesaikan DT dan Td
sekolah dasar = T4 dan T5.
• Imunisasi WUS diberikan saat antenatal: skrining jika status
lengkap (T5) dengan bukti, tidak perlu diimunisasi.
Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.42 Th.2013
Imunisasi booster
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.12
Th.2017

MR MR
Imunisasi Dasar & Lanjutan
Program Nasional Mendatang
Umur Imunisasi
<12 jam HepB-0
1 bulan BCG + OPV-0
2 bulan DPT/HepB/Hib-1 + OPV-1 + PCV-1 (Lombok)
3 bulan DPT/HepB/Hib-2 + OPV-2 + PCV-2 (Lombok)
4 bulan DPT/HepB/Hib-3 + OPV-3 + IPV
9 bulan MR + JE (Bali)
12 bulan PCV-3 (Lombok)
18 bulan DPT/HepB/Hib-4 + OPV-4 + MR
Revisi Permenkes
No. 42 Th 2013
Imunisasi DPT-HB-Hib
dan MR pada usia 18 DT Td Td *HPV
MR
bulan

* Demonstration 1 SD 2 SD 3 SD  5 SD 5 & 6 SD
Program imunisasi HPV
terintegrasi dalam
kegiatan BIAS di DKI
Jakarta (mulai 2016)
dan DI Yogyakarta
(mulai 2017)
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Imunisasi Lanjutan
DPT-HB-Hib 1
Tetanus Toksoid
Skrining
DPT-HB-Hib 2 Status TT1 sampai TT5 :
dihitung sejak
3 tahun imunisasi Dasar pada
bayi
DT (Kelas 1 SD)
5 tahun

Td (Kelas 2 SD)

10 tahun
TT WUS
Td (Kelas 3 SD  5 SD)

25 tahun
X
Program Imunisasi Nasional
Imunisasi Dasar dan Lanjutan
<24 Jam Hepatitis B
1 bulan BCG, OPV-1
2 bulan DPT-HB-Hib (Pentavalen)-1, OPV 2, PCV 1 (Lombok)
3 bulan DPT-HB-Hib (Pentavalen)-2, OPV 3, PCV 2 (Lombok)
4 bulan DPT-HB-Hib (Pentavalen)-3, OPV 4 dan IPV
9 bulan MR, JE (Bali)
12 bulan PCV-3 (Lombok)
18 bulan MR, DPT-HB-Hib (Pentavalen)-4
BIAS (anak SD)
Kelas 1 DT
Kelas 2 Td
Kelas 5 Td, HPV-1 (DKI, DIY, Surabaya)
Kelas 6 HPV-2 (DKI, DIY, Surabaya)
BIAS
Bulan Imunisasi Anak Sekolah
Kelas Vaksin Bulan imunisasi
1 MR Agustus
DT November
2 Td November
5 HPV-1 Agustus
Td November
6 HPV-2 Agustus
Imunisasi Terlambat/
Tidak Teratur (1)
• Segera lanjutkan imunisasi yg tertunda
sesuai jadwal
• Jika status imunisasi diragukan 
dianggap belum pernah  diberikan
• Tidak ada bukti bahwa pemberian vaksin
akan merugikan penerima yang sudah
imun
• Interval vaksinasi tetap/ tidak berubah
Imunisasi Terlambat/ Tidak
Teratur (2)

• Jika terlambat > 1 vaksin  dapat diberikan


beberapa vaksin sekaligus atau vaksin
kombinasi
• Belum pernah mendapat Imunisasi
– Imunisasi harus diberikan kapan saja pada
umur berapa saja
– Untuk vaksin yang harus diberikan beberapa
kali (misal DTP, Polio, Hepatitis B) jumlah
pemberian harus sama dengan jumlah yang
seharusnya diberikan (3 x)
Imunisasi Terlambat/ Tidak
Teratur (3)
Vaksin yang penggunaannya dibatasi oleh
umur,
• Hib diberikan pada umur < 5 th
• Vaksin rotavirus
– RV (monovalen & pentavalen) dosis I umur maks
14 minggu
– RV monovalen dosis ke-2 umur maks 24 minggu
– RV pentavalen dosis ke-3 umur maks 32 minggu
• Vaksin DPT: umur > 7 th diberikan Td
Mengapa Jadwal IDAI berbeda
dengan jadwal Kemkes?

• Kemkes mempertimbangan
epidemiologi, keadaan kesehatan
masyarakat, dan kemudahan dalam
pemberian (dengan hasil optimal)
• IDAI mempertimbangkan jadwal
dengan hasil yang maksimal, sesuai
referensi (uji klinis, safety, efficacy,
effectiveness) yang evidence based
Kesimpulan
• Jadwal imunisasi IDAI dan Jadwal Kemenkes
pada dasarnya memberikan hasil yang
optimal
• Pemilihan jadwal tergantung pada jenis
imunisasi yang akan diberikan
• Maka sangat penting pencatatan imunisasi
harus selalu diisi
• Untuk anak yang terlambat imunisasi, perlu
dilengkapi tanpa mengulang dari awal

Anda mungkin juga menyukai