Anda di halaman 1dari 6

BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

JENIS BENCANA :

1.Bencana Alam :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor

2.Bencana non-Alam :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3. Bencana Sosial :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

REHABILITASI adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.

REKONSTRUKSI adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat.

STATUS SIAGA DARURAT BENCANA adalah keadaan terdapat potensi bencana, yang merupakan
peningkatan eskalasi ancaman yang penentunya didasarkan atas hasil pemantauan yang akurat oleh
instansi yang berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata/dampak yang terjadi di masyarakat.
Penetapan status siaga darurat bencana dilakukan oleh pemerintah/pemerintah daerah atas usulan
kepala BNPB/BPBD.

STATUS TANGGAP DARURAT BENCANA adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

STATUS TRANSISI DARURAT BENCANA ke Pemulihan adalah keadaan dimana penanganan darurat bersifat
sementara/permanen (berdasarkan kajian teknis dari instansi yang berwenang) dengan tujuan agar
sarana prasarana vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi, yang dilakukan sejak
berlangsungnya tanggap darurat sampai dengan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai.

STATUS KEADAAN DARURAT BENCANA adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi lembaga yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana
yang dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan.

RISIKO BENCANA adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

TANGGAP DARURAT BENCANA adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Sebelum kita ke topik pembahasan utama, alangkah baiknya kalau kita mengetahui apa itu mitigasi
bencana. Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurasi atau mencegah resiko dari
bencana tersebut, baik itu melalui pembangunan fisik maupun peningkatan dan penyadaran kepada
masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana yang sudah tertera di Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Jadi, mitigasi bencana banjir adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari
bencana banjir. ( baca : Upaya Penanggulangan Banjir )

Jenis-jenis Mitigasi Bencana Banjir

Mitigasi dalam bencana banjir terbagi menjadi 2 macam, yaitu mitigasi secara struktural dan mitigasi
secara non-struktural. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing mitigasi.

1. Mitigasi Struktural

Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir bencana seperti dengan melakukan
pembangunan danal khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan
tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air
nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila bencana tersebut terjadi.
( baca : Cara Mencegah Banjir )

Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi struktural adalah :

Membangun tembok pertahanan dan tanggul – Sangat dianjurkan untuk membangun tembok
pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti
kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari bencana
banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang tidak bisa diprediksi. Misalnya adalah banjir
bandang.

Mengatur kecepatan aliran dan debit air – Diusahakan untuk memperhatikan kecepatan aliran dan debit
air di daerah hulu. Yang dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan keluar air di bagian
hulu serta membangun bendungan / waduk guna membendung banjir. ( baca : Manfaat Waduk )

Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan – Pembersihan sungai sangatlah penting, dimana hal ini
untuk mengurangi sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat diterapkan di sungai yang
memiliki saluran terbuka, tertutup ataupun di terowongan. ( baca : Manfaat Sungai )
2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi struktural seperti dengan
perencanaan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi non-struktural ini sangat mengharapkan dari
perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang dapat memprediksi,
mengantisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu bencana.

Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non-struktural adalah :

Pembentukan LSM – Membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap bencana alam
dan juga mengadakan kampanye peduli bencana alam kepada masyarakat, agar masyarakat lebih sadar
untuk selalu siap apabila bencana alam terjadi.

Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan – Melatih, mendidik dan memberikan pelatihan kepada
masyarakat akan bahaya banjir yang disertai dengan pelatihan lapangan. ( baca : Cara Menghindari Banjir
)

Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA – Dimana dalam kelompok tersebut didalamnya beranggotakan
instansi terkait untuk melakukan dan menetapkan pembagian peran dan kerja untuk penanggulangan
benjana bajir.

Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir – Melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan
banjir, sehingga apabila ada tanggul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki.

Memperbaiki Sarana dan Prasarana – Mengajukan proposal untuk pembangunan perbaikan sarana dan
prasarana yang memang sudah tidak layak.

Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir – Mengevaluasi dan memonitor data curah hujan,
debit air dan informasi yang berkaitan dengan banjir seperti daerah yang rawan banjir dan
mengidentifikasi daerah yang rawan banjir tersebut. Apakah memang ada tanggul yang rusak atau
memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila ditempati. ( baca : Alat Pengukur Curah Hujan )

Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir disertai dengan rute
pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos pengamat banjir.

Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya – Menguji sarana sistem peringatan dini terhadap banjir
serta memikirkan langkah selanjutnya apabila sarana tersebut belum tersedia.

Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan – Mempersiapkan persediaan tanggap darurat
seperti menyediakan bahan pangan, air minum dan alat yang akan digunakan ketika bencana banjir
terjadi. ( baca : Proses Terjadinya Banjir dengan Menggunakan Prinsip Geografi )
Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir – Merencanakan Prosedur Operasi Standar untuk
tahap tanggap darurat yang nantinya melibatkan semua anggota yang bertujuan untuk mengidentifitasi
daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, mepersiapkan peralatan evakuasi dan juga tempat
pengungsian sementara.

Mengadakan Simulasi Evakuasi – Melakukan percobaan pelatihan evakuasi apabila bencana banjir terjadi
dan menguji kesiapan tempat pengungisan sementara beserta perlengkapan dalam pengungsian.

Mengadakan Rapat – Mengadakan rapat koordinasi di berbagai tingkat dan utamanya adalah instansi
pemerintah tentang pencegahan bencana banjir.

Tindakan Ketika Banjir dan Setelah Banjir

Selain mitigasi bencana banjir, kita juga perlu mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan ketika
saat terjadi banjir dan apabila banjir tersebut sudah terjadi.

Tindakan Ketika Saat Terjadi Banjir

Jangan panik dan berusaha untuk bisa menyelamatkan diri.

Pada saat terjadi bencana banjir, warga sekitar dihimbau untuk memantau perkembangan cuaca di
tempat kejadian. Apabila hujan secara terus menerus tidak berhenti dan bertambah lebat, maka warga
sekitar sebaiknya segera pergi ke tempat yang lebih aman yang telah diberitahukan oleh LSM.

Masyarakat yang terkena bencana banjir dihimbau agar tetap menjaga kesehatan mereka agar tidak
menambah korban akibat bencana banjir. Karena ketika bencana banjir datang, nantinya akan dilakukan
evakuasi yang sangat membutuhkan banyak tenaga warga.

Apabila air yang datang lagi, secepat mungkin untuk menjauhinya dan segera mungkin untuk
menyelamatkan diri dengan menuju ke tempat yang aman ataupun ke tempat yang lebih tinggi. ( baca :
Banjir Lahar )

Apabila terjebak dalam rumah atau bangunan ketika bencana banjir terjadi, sebisa mungkin mengambil
benda untuk mengapung agar tidak tenggelam.

Berhati-hatilah dengan listrik kabel yang masih dialiri listrik.

Menyelamatkan dokumen dokumen penting.


Ikut serta aktif dalam tenda pengungsian dengan membantu keperluan yang memang membutuhkan
banyak tenaga seperti membantu mendirikan tenda, membantu dapur umum, membantu mencari air
bersih dan hal yang lainnya. ( baca : Manfaat Air Hujan )

Diusahakan untuk bijak dalam menggunakan air bersih.

Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal dan kesehatan bagi mereka yang memang
terluka akibat bencana banjir tersebut.

Tindakan Setelah Banjir Terjadi

Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti bantuan tempat tinggal, makanan
dan pakaian.

Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir, seperti membersihkan lumpur yang
tergenang di dalam rumah ataupun di lingkungan dekat rumah.

Melakukan kaporitasi sumur gali. ( baca : Manfaat Penampungan Air )

Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah. ( baca : Bahaya Limbah Bauksit Bagi
Lingkungan )

Memberikan bantuan kesehatan lingkungan dengan memberikan obat serta pelayanan kesehatan secara
gratis.

Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan tidak kotor ataupun tersumbat. ( baca
: Cara Pemanfaatan Sampah )

Menjauhi kabel atau listrik agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.

Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bangunan yang sudah tidak layak pakai.

Tidak mempergunakan air bersih secara semena-mena.

Memeriksa ketersediaan air bersih. ( baca : Ciri-ciri Pencemaran Air – Dampak Polusi Air )

Anda mungkin juga menyukai