Lukman Fauzi Juwono, Ni Putu Yuni Nurmalasari, Titi Dartini, Fajar M. Subhi, Lutfiandra Surjaatmadja
10208058, 10208017, 10208030, 10208046, 10208090
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: lukmanjuwono@yahoo.com
lukman_fauzi@s.itb.ac.id
Abstrak
Tujuan praktikum kali ini adalah membuktikan persamaan gas ideal dan persamaan Van Der Waals.
Kedua persamaan tersebut hanya bisa berlaku pada keadaan vakum. Dengan proses pemvakuman
ini pula, akan diamati perubahan laju pemompaan terhadap tekanan, proses evaporasi, serta laju
kebocoran.
Kata Kunci: vakum, evaporasi, kebocoran
I. Pendahuluan
Vakum adalah keadaan gas yang memiliki
P=( P o−Pr ) exp ( −tV. S )+ P … ( 2)
r
konsentrasi molekul yang lebih rendah dari P adalah tekanan sesaat, V volume total
konsentrasi molekul udara di atmosfer di yang akan dihisap, dan Pr tekanan akhir,
sekitar permukaan bumi. Pengukuran dan Po adalah tekanan awal pemompaan saat
proses fisika biasanya dilakukan dalam t=0.
keadaan vakum untuk memindahkan
partikel-partikel atmosfer sehingga dapat Jika memperhitungkan kebocoran maka
menyebabkan reaksi fisika maupun kimia, didapat persamaan:
untuk mengganggu keadaan setimbang
yang ada pada keadaan ruang normal, dP −S Q
untuk meregangkan jarak tempuh partikel = ( P−P r ) + L … ( 3 )
dt V V
sebelum saling bertumbukan, dan
mengurangi jumlah tumbukan molekular QL −t . S
perdetik sehingga memperkecil
kontaminasi permukaan ruang yang akan
(
P=[P o− Pr +
S ) ( )
]exp
V
+¿
divakumkan.
2. Alkohol 70%
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
7
Q = 0,03010521
6
F = 1/ (1/S-1/Sp) = 0,00246855
9
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a =2.412e-010(-2.942e-009, 3.425e-009)
b = 1.021 (0.5478, 1.495)
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a = 884.7 (779.9, 989.4)
b = -0.04496 (-0.05335, -0.03657)
Pengolahan:
S = b*V = 0,00037631
5
QL = 0,01328392
3. Alkohol 95% Pengolahan:
S = b*V = 0,000380835
QL = 0,015766569
Q = 0,0304668
F = 1/ (1/S-1/Sp) = 0,002676969
4. Gliserin
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence
bounds):
a= 14.42 (-9.152, 37.99) Grafik 4a. Kurva P vs T dengan keadaan cawan
b = 0.1208 (0.06174, 0.1799) petri terisi gliserin
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a = 7.143e-028 (-6.479e-027, 7.908e-027)
b= 2.381 (2.032, 2.73)
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence
bounds):
a= 878.6 (774.8, 982.5) Grafik 4b. Kurva P vs t dengan keadaan cawan petri
b = -0.0455 (-0.05398, -0.03701) terisi gliserin
Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a= 888.7 (787.7, 989.7)
b = -0.04893 (-0.05777, -0.04009)
Pengolahan:
S = b*V = 0,00040954
QL = 0,01691417
Q = 0,02866809 Grafik 5b. Kurva P vs t dengan keadaan cawan petri
F = 1/ (1/S-1/Sp) = 0,0052774 terisi aquades 5 mL
5. Aquades 5 mL Parameter:
General model Exp1:
f(x) = a*exp(b*x)
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a= 862.7 (756.4, 968.9)
b = -0.0408 (-0.04865, -0.03296)
Pengolahan:
S = b*V = 0,000341496
QL = 0,019567721
Q = 0,02731968
F = 1/ (1/S-1/Sp) = 0,001479203
Grafik 5a. Kurva P vs T dengan keadaan cawan
petri terisi aquades 5 mL 6. Perhitungan
Dari seluruh pengolahan data dan
Parameter: seluruh keadaan cawan petri, maka
General model Exp1: dibuat grafik Laju Pemvakuman (S)
f(x) = a*exp(b*x) terhadap Konduktansi Selang (F).
Coefficients (with 95% confidence bounds):
a= 3.281 (-3.932, 10.49)
b= 0.166 (0.08804, 0.2439)
tersebut. Balon yang mengembang ini
disebabkan oleh tekanan di sekitar balon
tersebut lebih rendah dari pada di dalam
balon, sehingga balon tersebut
mengembang.
V. Kesimpulan
Proses pemvakuman terjadi ketika
udara yang ada dalam suatu ruangan
dipompa sehingga keadaan gas di
ruangan itu memiliki konsentrasi
molekul yang lebih rendah daripada
konsentrasi molekul udara di atmosfer
di sekitar permukaan bumi.
Grafik 6. Kurva Laju Pemvakuman terhadap
Laju pemompaan terhadap tekanan
Konduktansi Selang
bergantung pada tekanan yang ada
pada sistem saat di awal dan tekanan
residunya.
IV. Pembahasan
Jika suatu cairan berada pada ruangan
Dari beberapa grafik, dapat dibuktikan yang mengalami pemvakuman, maka
persamaan gas ideal, yaitu tekanan akan terjadi proses evaporasi dimana
berbanding lurus dengan suhu, dan cairan tersebut berubah fasa dari cair
berbanding terbalik terhadap volume. menjadi uap.
Semakin tinggi konduktansi selang maka Pada sistem pemvakuman, bisa saja
semakin cepat pula laju pemvakuman yang diperhitungkan laju kebocoran yang
terjadi. diperhitungkan dari gas-gas yang
terperangkap pada pelumas vakum.
Cairan-cairan yang mengalami
pemvakuman dalam suatu ruang akan VI. Pustaka
berubah menjadi uap, itu disebabkan [1] Zemansky & Dittman (1986). Kalor
karena tekanan udara di luar ruangan lebih dan Termodinamika. Bandung: Penerbit
tinggi dibandingkan dalam ruang ITB (terjemahan)
pemvakuman. [2]http://www.google.co.id/#hl=id&q=ley
bold+vacuum&meta=&fp=1cb050bdb1ab
Anomali alkohol terjadi dalam bantuk 7456
larutannya dengan air mengalami
kontraksi volume. Alkohol yang VII. Lampiran
dicampurkan dengan air akan Ultra-High Vacuum
menghasilkan volume lebih kecil dari pada
volume gabungannya. Semakin tinggi vakum Ultra-tinggi (Uhv) adalah rezim
konsentrasinya maka akan semakin tinggi vakum ditandai dengan tekanan yang
tingkat anomalinya. lebih rendah dari sekitar 10-7 pascal atau
100 nanopascals (10-9 mbar, ~ 10-9 torr).
Balon yang dimasukkan kedalam vakum, Uhv memerlukan penggunaan bahan
maka akan bertambah besar volum balon
yang tidak biasa dalam konstruksi, dan
baking dari seluruh sistem untuk
menghilangkan air dan lainnya jejak gas
yang menyerap pada permukaan
ruangan. Pada tekanan rendah ini jalan
bebas rata-rata molekul gas adalah
sekitar 40 km, sehingga molekul gas akan
bertumbukan dengan dinding kamar
berkali-kali sebelum bertabrakan satu
sama lain. Hampir semua interaksi itu
berlangsung pada berbagai permukaan
ruangan.