OLEH:
LENNY ANITA SIGALINGGING,S.Kep
NIM :1402015
OLEH:
LENNY ANITA SIGALINGGING,S.Kep
NIM :1402015
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Praktek Belajar Lapangan Komprehensif di Ruang Bugenville Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau, serta menyelesaikan penyusunan laporan akhir PBLK yang
berjudul Managemen Kasus Pada Gangguan Sistem Endokrin; Diabetes Melitus
Tipe II dengan Ulkus Diabetikum.
Praktek Belajar Lapangan Komprehensif dan adanya pembuatan laporan
akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatra
Utara.
Dalam menyelesaikan laporan akhir ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga
laporan akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam kesempatan yang
baik ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada.
1. Drs.Asman Karo-Karo, MM, Selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara
2. Dr.H. Paul Sirait, SKM, M.Si. Selaku Wakil Ketua Yayasan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
3. Ibu Evawani, SKM, M.Si, Selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik
Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
4. Ibu Rosleni Sitepu, S.Kp, MARS, selaku Ketua Program Studi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara, sekaligus penguji II dalam ujian
Praktek Belajar Lapangan Komprehensif
5. Ibu Rinawati, S.Kep, Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
6. Bapak Kalvin Ginting, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku dosen pembimbing
akademik Praktek Belajar Lapangan Komprihensif
7. Hj. Julida Fatma Utami S.Kep, Ns, selaku Clinical Instruktur Praktek Belajar
Lapangan Komprihensif
8. Ibu Sundari,S.Kep selaku kepala ruangan, beserta seluruh perawat di Ruang
Bugenville Rumah sakit Tingkat II Putri Hijau Medan
9. Kedua Orang Tua yang terkasih yang senantiasa memberikan dukungan
,perhatian dan motivasi selama penulis menyusun laporan akhir Praktek
Belajar Lapangan Komprihensif
10. Kedua Kakak dan kedua adik yang terkasih yang senantiasa memberikan
dukungan ,perhatian dan motivasi selama penulis menyusun laporan akhir
Praktek Belajar Lapangan Komprihensif
11. Teman-teman satu stambuk (Program Studi Ners stambuk 2014), khususnya
buat Remi Masrita Butar-butar,S.Kep,Ns, Susi Herlina Manullang,S.Kep,Ns,
Tomson Sinuraya,S.Kep,Ns, dan Fristiya Gusmi Nanda,S.Kep,Ns yang telah
sama-sama berjuang dan saling memotivasi untuk menyelesaikan laporan
akhir Praktek Belajar Lapangan Komprihensif
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Fungsinya ............................................................................ 5
DAFTAR GAMBAR
- Menstimulasi vaskularisasi
- Progesteron endometrium serta
mempertahankan kehamilan
10. Testis Testosteron Mengontrol fungsi reproduksi dan
karakteristik seks sekunder
11. Traktus - Kolesistokinin - Menstimulasi sekresi enzim
Gastrointestn pankreatik dan empedu dari
al kandung empedu
2.2.3. Etiologi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Disebabkan karena destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut. Penyebab DM tipe I adalah sebagai berikut :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2) Autoimun
Disebabkan kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta
pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.
3) Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas (idiopatik).
(Tjahjadi, 2008)
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Faktor- faktor resiko :
1) Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia di atas 65 tahun. Penurunan ini yang akan
beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.
3) Obesitas/ Kegemukan
Obesitas mengakibatkan sel- sel beta pankreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh pada penurunan hormon insulin.
4) Pola Makan Salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko
diabetes. Malnutrisi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang
tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada
ketidakstabilan kerja pankreas.
5) Kurang Gerak
Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang
semakin memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan manusia makin
sedikit melakukan gerak badan sehingga dapat meningkatkan kadar
glukosa darah akibat berkurangnya pemakaian glukosa untuk metabolisme
otot
(Tjahjadi, 2008)
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita
yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan. (Tjahjadi, 2008)
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1) Umur lebih dari 30 tahun
2) Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3) Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4) Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5) Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6) Adanya glukosuria
4. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe ini terjadi disebabkan oleh cacat genetik sel beta, cacat genetik
kerja insulin, penyakit pankreas atau kondisi pankreas yang rusak dan
kelebihan jumlah hormon karena pengobatan.
2.2.6. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2008), pada Diabetes tipe II terdapat dua
masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada
pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum
terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya,
dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen,
keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah
area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
Defisiensi insulin
menurun BB menurun
Glukogenesis
Glukosuria
Gliserol asam
lemak bebas
Deuresis osmotik Kehilangan elektrolit urin menignkat
coma
f) Kognitif Persepsi
Pada pasien DM dengan gangren cenderung mengalami neuropati/ mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, dan gangguan penglihatan.
g) Persepsi dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
h) Peran Hubungan
Pada pasien DM dengan luka gangren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i) Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
j) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain– lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.
k) Nilai Keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita
4. Pengkajian fisik
a) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
b) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
kulit terasa gatal.
c) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan
JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
e) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) : Pada keadaan lanjut bisa terjadi
adanya kegagalan sirkulasi.
f) Pemeriksaan Abdomen : Dalam batas normal
g) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus : Sering BAK
h) Pemeriksaan Muskuloskeletal : Sering merasa lelah dalam melakukan
aktifitas, sering merasa kesemutan
i) Pemeriksaan Ekstremitas : Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah
bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j) Pemeriksaan Neurologi : GCS :15. Kesadaran Compos mentis
5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a) Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif
c) Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol
d) Hemoglobin glikosilat : meningkat 2 – 4 kali lipat
e) Gas darah arteri : pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik
f) Trombosit darah : peningkatan Ht, leukositosis
g) Ureum/ kreatinin : dapat normal ataupun meningkat
h) Amilase darah : meningkat
i) Insulin darah : menurun sampai tidak ada (pada tipe I) dan meninggi pada
tipe II
j) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
2.2.10.2. Keperawatan NANDA, NOC- NIC
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Kerusakan NOC: Wound care
integritas ja- 1) Tissue integrity : skin and 1) Catat karateristik luka, tentukan
ringan b.d mucous membranes ukuran dan kedalaman luka dan
faktor mekanik 2) Wound healing : primary klasifikasi pengaruh ulcers
: perubahan and secondary intention 2) Catat karateristik cairan secret
sirkulasi, Setelah dilakukan tindakan yang keluar
imobilitas dan keperawatan selama …. 3) Bersihkan dengan cairan
penurunan kerusakan integritas jaringan antibakteri
sensabilitas pasien teratasi dengan kriteria 4) Bilas dengan cairan NaCI 0,9 %
(neuropati). hasil: 5) Lakukan nekrotomi
Perfusi jaringan normal 6) Lakukan tampon yang sesuai
Tidak ada tanda-tanda 7) Dresing dengan kasa steril sesuai
infeksi dengan kebutuhan
Ketebalan dan tekstur 8) Lakukan pembalutan
jaringan normal 9) Pertahankan teknik dressing steril
Menunjukkan ketika melakukan perawatan luka
pemahaman dalam proses 10) Amati setiap perubahan pada
perbaikan kulit dan balutan
mencegah terjadinya
cidera berulang
Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka
Genogram
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Meninggal Dunia
Pasien
Garis Keturunan
Tinggal Dirumah
Data Objektif :
- Sekala nyeri 4
- Pols = 82x/i
1. Kerusakan integritas kulit b/d ganggren dan luka operasi d/d adanya luka
jahitan pada luka pasien dan pada bagian perut pasien
2. Nyeri b/d tindakan operasi pada luka ganggren d/d skala nyeri 5-6, pols 84x/i,
RR 22x/i
3. Resiko Infeksi b/d gangguan metabolisme protein, luka sukar sembuh d/d
Hemoglobin : 11 g/dL, Hematokrit : 35,8%, Leukosit : 9.500/µL, Trombosit :
565.000/µL
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5.1. Kesimpulan
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit kronik yang dapat
diakibatkan oleh keadaan obesitas, faktor usia dan faktor keturunan (herediter),
yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah. Diabetes melitus tipe II
juga memiliki gejala khas yaitu poliphagia, poliuria, polidipsia, lemah dan
penurunan berat badan. Dan tidak sedikit penderita diabetes melitus mengalami
komplikasi ulkus diabetikum.
Tn. M mengalami diabetes melitus pada usia 65 tahun yang diduga
disebabkan oleh faktor herediter. Tn. M juga mengalami komplikasi luka diabetik
pada ekstremitas bawah dextra (daerah femur, tibia, pergelangan kaki). Luka
awalnya hanye bengkak yang pada akhirnya pecah dan mengeluargkan darah dan
nanah.
Prinsip utama dalam pengobatan diabetes melitus adalah mengikuti atau
mematuhi diit yang dianjurkan, olahraga secara teratur sesuai dengan usia dan
pengobatan secara teratur. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin juga
sangat diperlukan oleh penderita diabetes melitus tipe II. Oleh karena itu, sebagai
perawat profesional diharapkan mampu memotivasi, menambah pengetahuan
pasien dan keluarga dalam hal-hal yang perlu diperhatikan, sehingga komplikasi
lebih lanjut dari diabetes melitus dapat dicegah.
5.2. Saran
5.2.1. Untuk Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Bagi ketua komite keperawatan, kepala bidang keperawatan dan manager
pelayanan keperawatan, kiranya laporan kasus ini dapat menjadi gambaran untuk
memberikan tindakan keperawatan bagi pasien diabetes melitus. Dan kiranya
dapat memasukkan terapi posisi elevasi ekstremitas bawah bagi penderita diabetes
melitus tipe II yang emengalami komplikasi ulkus diabetik, untuk membantu
proses penyembuhan luka.
5.2.2. Untuk Institusi Pendidikan (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sumatera Utara)
Bagi institusi pendidikan diharapkan agar terapi elevasi ekstremitas bawah
dekstra dijadikan sebagai salah satu bahan pengembangan metode pembelajaran
untuk management kasus pada penderita diabetes melitus dengan komplikasi
ulkus diabetik.
Badawi. 2009. Melawan dan Mencegah Diabetes : Panduan Hidup Sehat Tanpa
Diabetes. Yogyakarta : Araska..
1.
Memenuhi kebutuhan nutrisi tambahan
Suatu Penyakit Kronik yang
dan penekanan peningkatan kadar gula
ditandai dengan peningkatan
darah dengan mengkonsumsi susu dan
kadar gula darah akibat
gula khusus pasien diabetes
adanya kerusakan pada
pankreas
2.
Tetap Melakukan Posisi elevasi
ekstremitas bawah seperti yang sudah
dilakukan selama pasien menjalani
perawatan dirumah sakit, agar
pembulh darah pada kaki yang luka
tetap baik untuk membantu proses
penyembuhan luka.
Edukasi
3. 5.
Lakukan teknik relaksasi menarik Konsumsi makanan yang banyak persiapan
nafas dalam atau teknik distraksi mengandung protein seperti : Putih pasien pulang
mendengarkan musik jika nyeri akut telur yang sudah direbus, ikan gabus,
timbul kembali. Pilih teknik yang ikan lele, belut, atau makanan lain yang
mampu mengurangi (menghilangkan) banyak mengandung protein. Diabetes Melitus Tipe II
nyeri akut tersebut dengan
Ulkus Diabetikum
4. 6.
Pemeriksaan Kadar Gula Darah secara
Cegah terjadinya luka pada kaki
rutin untuk mencegah terjadinya
dengan cara:
hipoglikemia dan pengontrolan nilai
- Jangan menggunakan sendal jepit
- Jangan menggunakan sepatu yang kadar gula darah.
sempit
- Gunakan kaos kaki
- Cegah kuku kaki panjang
OLEH:
- Hati-hati pada saat menggunting HIDUP SEHAT BERAWAL DARI LENNY ANITA SIGALINGGING
kuku
- Jaga kebersihan dan kelembapan DIRI SENDIRI !!! MAHASISWA PROFESI NERS
kaki (oleskan lotion pada kaki) SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
SUMATERA UTARA
MEDAN
LAMPIRAN 4
RESUME KASUS 1
A. Pengkajian
1. Biodata
NAMA : Ny. S
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 49 Tahun
STATUS KAWIN : Menikah
AGAMA : Islam
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : IRT
ALAMAT : Jln. Pringgan Desa Kedan
TANGGAL MASUK : 04 Februari 2015
NO REGISTRASI : 012027
RUANGAN : VIII (Bugenville)
TANGGAL PENGKAJIAN : 12 Februari 2015
DIAGNOSA MEDIS : Diabetes Melitus Tipe II + HT
2. Penanggung Jawab
NAMA : Tn. T
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Suami
PEKERJAAN : Wiraswasta
ALAMAT : Jln. Pringgan Desa Kedan
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan badanya lemas, oyong. Kakinya terasa nyeri dan
kebas. Skala nyeri 4.
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Meninggal Dunia
Pasien
8. Pemeriksaan Diagnostik
d. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
1. 05 Februari 2015 287 mg/dL
2. 09 Februari 2015 338 mg/dL
3. 16 Februari 2015 337 mg/dL <200 mg/dL
4. 19 Februari 2015 247 mg/dL
f. Pemeriksaan Trigliserida
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
D. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Rencana Keperawatan
o. Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b/d NOC : NIC :
neuropati saraf 1) Level Nyeri 0-1 Management Nyeri
perifer d/d kaki 2) Nyeri terkontrol 1) Lakukan pengkajian
terasakebas- 3) Kenyamanan terpenuhi nyeri secara
kebas, sekala komprehensif
nyeri 4, pasien Setelah dilakukan tindakan 2) Observasi reaksi
mengungkapka keperawatan 3x24 jam, nonverbal dari
n nyeri secara diharapkan nyeri pasien berkurang ketidaknyamanan
verbal atau pada level 0-1, dengan 3) Kurangi faktor
kriteria hasil: presipitasi nyeri
1) Mampu mengontrol nyeri 4) Ajarkan tentang teknik
(tahu penyebab nyeri, mampu non farmakologi:
menggunakan tehnik relaksasi
nonfarmakologi untuk 5) Kolaborasi dalam
mengurangi nyeri, mencari pemrian analgetik
bantuan) untuk mengurangi
2) Melaporkan bahwa nyeri nyeri
berkurang dengan 6) Tingkatkan istirahat
menggunakan manajemen 7) Monitor vital sign
nyeri sebelum dan sesudah
3) Mampu mengenali nyeri pemberian analgesik
(skala, intensitas, frekuensi pertama kali
dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang
normal
6) Tidak mengalami gangguan
tidur
2. Nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan 1) Intake cairan dan nutrisi Nutrition Management
b/d adekuat 1) Anjurkan pasien untuk
glukogenesis 2) Mempertahankan berat badan meningkatkan intake Fe
dan lipofisis yang ideal 2) Anjurkan pasien untuk
d/d tidak nafsu meningkatkan protein
makan, berat dan vitamin C
badan Setelah dilakukan tindakan 3) Monitor jumlah nutrisi
menurun (dari keperawatan 3x24 jam, dan kandungan kalori
50kg menjadi diharapkan kebutuhan nutrisi 4) Berikan informasi
48 kg), pasien terpenuhi, dengan kriteria tentang kebutuhan nutrisi
makanan hasil: 5) Perkirakan BB badan
dihabiskan ½ 1) Mengerti factor yang ideal pasien
porsi meningkatkan berat badan
2) Mengidentfifikasi tingkah laku
dibawah kontrol klien
3) Memodifikasi diet dalam
waktu yang lama untuk
mengontrol berat badan
4) Penurunan berat badan 1-2
pounds/mgg
5) Menggunakan energy untuk
aktivitas sehari hari
2. Penanggung Jawab
NAMA : Ny. H
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Anak Kandung
PEKERJAAN : Wiraswasta
ALAMAT : Jln. Kapten Muslim Gg. Tapanuli
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan badannya sangat lemas. Sering merasa pusing. Pasien
juga mengatakan bahwa badannya gatal.
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Meninggal Dunia
Pasien
Tinggal serumah
Garis Keturunan
7. Riwayat/keadaan Psikososial
Pasien merasa takut dan trauma akibat pernah menjalani perawatan
diruang ICU selama 6 hari. Pasien mengeluhkan takut bahwa ia akan masuk
ruangan ICU kembali.
8. Pemeriksaan Fisik
h. Keadaan Umum
Klien lemas, lemah, Tingkat Kesadaran Kompos Mentis (E4 V5 M6)
i. Tanda-tanda Vital
13) Suhu : 36oC
14) Tekanan Darah : 120/60 mmHg
15) Nadi : 78x/i
16) RR : 18x/i
17) Tinggi Badan : 155 Cm
18) Berat Badan : 53 Kg
j. Pemeriksaan Head To Too (Fokus Pemeriksaan)
5) Pemeriksaan mulut dan faring
Mukosa bibir kering, pecah-pecah. Faring tidak ada masalah atau
kelainan
6) Pemeriksaan Integumen
Kulit terasa gatal. Terdapat luka akibat garukan. Kelembaban kulit
kurang, tugor kulit cukup baik.
7) Pemeriksaan Ekstremitas Atas dan Bawah
Terdapat udem pada daerah ekstremitas atas dan bawah pasien.
8) Pemeriksaan Abdoment : Abdomen ditensi.
k. Pola Istirahat dan Tidur
Klien terkadang terbangun ketika tidur. Masalah tidur yang serius
seperti imsomnia tidak ada.
l. Pola Eliminasi
3) BAB : Pasien menggunakan pempres. BAB 1x/hari dengan frekuensi
sedikit dan karakteristik lunak.
4) BAK : Pasien menggunakan kateter urine, frekuensi BAK
1500cc/hari
m. Polo Makan dan Minum
3) Jenis Diit dirumah sakit DM2. Porsi makan yang dihabiskan +/- ½
porsi. Nafsu makan mengalami perubahan sejak sakit atau sejak
masuk rumah sakit. Berat badan sebelum Sakit +/- 54kg, Setelah
Sakit +/- 53kg.
4) Selain mengkonsumsi air putih, pasien mengkonsumsi susu dan gula
khusus pasien diabetes melitus.
n. Kebersihan Diri dan Pola Kegiatan/Aktivitas Sehari-hari
Dalam hal kebersihan diri dan melakukan aktivitas atau kegiatan pasien
memerlukan bantuan dari keluarganya. Pasien tidak mampu
melakukannya sendiri dikarenakan kondisi yang masih lemah dan
lemas.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, per tanggal 21 Februari 2015 : 255
mg/dL
Data Objektif :
- Ekspresi wajah taku dan koping yang kurang baik
cemas saat mengungkapkan
hal tersebut
Ansietas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi metabolisme menurun d/d
kelemahan dan keletihan yang berat, pols : 78x/i, RR : 18x/i
2. Ansietas b/d pengalaman yang buruk, hospitalisasi, koping yang kurang
baik d/d pasien berulang kali mengungkapkan kata-kata yang
menggambarkan rasa kawatir dan takut pasien
3. Resiko kerusakan integritas kulit b/d ketonemia, pruritus d/d pasien merasa
gatal dan menggaruk badannya yang terasa gatal
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan badanya lemas, oyong dan pandangan mata kabur
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Meninggal Dunia
7. Pemeriksaan Fisik
o. Keadaan Umum
Klien tampak lemah dan pucat. Tingkat Kesadaran Kompos Mentis
(E4 V5 M6)
p. Tanda-tanda Vital
19) Suhu : 37,5oC
20) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
21) Nadi : 102x/i
22) RR : 24x/i
23) Tinggi Badan : 165 Cm
24) Berat Badan : 51 Kg
q. Pemeriksaan Head To Too (Fokus Pemeriksaan)
9) Kepala dan Rambut
Penyebaran rambut merata, rambut kering, mudah rontok. Rambut
putih ada terlihat
10) Mata
Konjungtiva anemis, mata terlihat seperti sedikit melotot akibat
dari penimbunan zat tiroid dalam orbit mata. Kornea Ikhterik
11) Mulut dan Faring
Membran mukosa bibir kering, terkadang pasien merasa sulit
menelan dan sedikit sakit bila menelan.
12) Leher
Adanya pembengkaan pada kelenjar tiroid. Teraba benjolan sebesar
telur ayam kampung pada daerah bagian leher.
13) Pemeriksaan Integumen
Klien selalu berkeringat namun kulit teraba dingin, tugor kulit baik.
14) Pemeriksaan Paru
Terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, RR 24x/i
15) Pemeriksaan Jantung
Terjadi Peningkatan frekuensu denyut Jantung, Pols : 102x/i
r. Pola Istirahat dan Tidur
Tidak ada tanda kesulitan tidur (insomnia), namun ketika bagun
pasien tetap merasa lelah dan tidak pernah merasa segar.
s. Pola Eliminasi
5) BAB : Pasien BAB 1x/2hari dengan konsistensi lembek.
6) BAK : frekuensi +/- 8x selama 1 hari
t. Polo Makan dan Minum
5) Jenis Diit dirumah sakit DM. Porsi makan dihabiskan. Tidak ada
perubahan nafsu makan namun berat badan tetap turun.
6) Pasien mengkonsumsi air putih, +/- 8 gelas/hari.
u. Kebersihan Diri dan Pola Kegiatan/Aktivitas Sehari-hari
Dalam hal kebersihan diri dan melakukan aktivitas atau kegiatan
pasien hanya memerlukan bantuan yang minimal.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Darah Rutin (Per tanggal 24 Februari 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,8 g/dL 13-16 g/dL
Hematokrit 38,3 % 40-48 %
Leukosit 5.300/ưL 5-10. 103/ ưL
Trombosit 210.000/ưL 150-400.103/ ưL
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Kelelahan b/d NOC : NIC :
hipermetabolik pasien mengunkapkan 8. Monitor dan catat pola dan
dan secara verbal tentang jumlah jam tidur pasien
meningkatnya peningkatan hingga 9. Anjurkan pada pasien untuk
kebutuhan lebih banyak istirahat dan tidur
energi akibat Setelah dilakukan tindakan sehingga hipermetabolisme
dari produksi keperawatan 3x24 jam, pada pasien tidak semakin
hormon tiroid diharapkan kelemahan meningkat
meningkat d/d pasien teratasi, dengan 10. Beritahi pasien bahwa fikiran
klien tampak kriteria hasil: yang berat dapat meningkatkan
lemah dan 4. Kemampuan aktivitas peroduksi tiroksi yang akan
gampang adekuat memperpah hipertiroid yang
merasa lelah 5. Mempertahankan diderita
kemampuan untuk 11. Nonitor intake nutrisi pasien
konsentrasi 12. Ajarkan pasien teknik relaksasi
6. Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Gambir Pasar 8, No 17, Tembung
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha (Pedagang)
Tanggal masuk : 11 Februari 2015
Tanggal keluar : 21 Februari 2015
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe II dengan Ulkus Diabetikum