Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila

kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga

kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu

bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito

bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. (Prawirohardjo, 2007)

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang

juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan

menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya

kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan

menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot

dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. (Prawirohardjo, 2007)

Angka kematian ibu dan bayi menjadi tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan

suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi melalui program – program kesehatan. Dalam pelaksanaan

program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga

apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia

bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada digaris terdepan yang

berhubungan laangsung dengan wanita sebagai sasaran program. Dengan peran yang

cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa meningkatkan

kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil

sampa nifas serta kesehatan bayi.

1
Selama penulis melakukan praktek klinik kebidanan di Klinik & RB Cahaya Amalia

didapati 2 ibu bersalin yang diantaranya 1 ibu mengalami robekan perineum dan 1 ibu

dengan tanpa robekan.

Melihat keadaan tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membuat asuhan

kebidanan ibu bersalin Ny.D dengan robekan perineum derajat II di Klinik & RB Cahaya

Amalia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan robekan

perineum derajat II dengan pola 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu mahasiswa mampu :

1. Melakukan pengkajian menyeluruh pada ibu bersalin dengan robekan perineum

derajat II.

2. Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum

derajat II.

3. Menentukan diagnosa potensial dan masalah pada ibu bersalin dengan robekan

perineum derajat II.

4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada ibu bersalin dengan robekan

perineum derajat II.

5. Merencanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum

derajat II

6. Melaksanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum

derajat II .

2
7. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin dengan

robekan perineum derajat II .

1.3 Manfaat Penulisan Kasus

1. Untuk Penulis / Mahasiswa

Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang

diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah wawasan khususnya asuhan

kebidananan , serta dapat mempelajari kesenjangan yang terjadi di masyarakat.

2. Untuk Lahan Praktek

Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan kpada

mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan pendidikan.

3. Untuk Instansi Pendidikan

Semoga dengan adanya presentasi kasus ini dapat dijadikam klarifikasi antara teori

dikampus dengan dilahan.

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari V bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka, meliputi konsep medis dan konsep asuhan kebidanan pada

ibu bersalin dengan robekan perineum derajat II.

BAB III : Tinjauan Kasus, meliputi pendokumentasian dengan SOAP.

BAB IV : Pembahasan, meliputi pengkajian, interpretasi data, identifikasi masalah /

diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi,

merencanakan pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan normal atau spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir. (Diktat Biosep)

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2007)

Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang

cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari uterus. (Diktat

Askeb II)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke

dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar

melalui jalan lahir. (Saifuddin, 2006)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin. (Saifuddin, 2006)

2.1.2 Pengertian Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang

juga pada persalinan berikutnya. (Prawirohardjo, 2007)

Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina

dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani. (Saefuddin, 2006)

Robekan perineum derajat II dimana luasnya robekan mulai dari mukosa vagina,

fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. (APN, 2007)

4
2.1.3 Etiologi

Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei (perineum) :

1. Partus presipitatus (persalinan cepat < 3 jam).

2. Kepala janin besar (hidrosefalus) dan janin besar (makrosomi).

3. Pada presentasi defleksi (dahi, muka).

4. Pada primigravida (para).

5. Pada letak sungsang dan after coming head (kepala macet).

6. Pimpinan persalinan yang salah.

7.Pada obstetri operatif pervaginam : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi dan

ekstraksi, serta embriotomi. (Mochtar, 1998)

2.1.4 Tingkatan Robekan Perineum

Robekan perineum dibagi atas 4 tingkat :

1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa

menegenai kulit perineum sedikit.

2. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lender

vagina juga mengenai muskulus perineum transversalis, tapi tidak mengenai sfingter

ani.

3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mngenai

otot-otot sfingter ani. (Sarwono prawirohardjo 2011. Ilmu bedah kebidanan (hal 175)

Pada robekan tingkat I penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika

luka teraposisi secara alamiah. Untuk robekan tingkat II dilakukan penjahitan dan pada

robekan tingkat III dan IV jangan coba menjahit laserasi, segera lakukan rujukan karena

laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus. (APN, 2004 : 5 – 19

5
2.1.5 Gejala dan Tanda Robekan Jalan Lahir

1. Yang selalu ada

a. Perdarahan segera.

b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.

c. Kontraksi uterus baik. d. Plasenta baik.

2. Kadang-kadang ada

a. Pucat.

b. Lemah.

c. Menggigil

2.1.6 Patofisiologi Kehamilan aterm (cukup bulan)

1. Persalinan Sebab-sebab terjadinya persalinan

a. Teori Keregangan Rahim

membesar & merenggang Iskemia otot-otot rahim Sirkulasi utero plasenter

b. Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta Produksi progesteron menurun, Otot rahim sensitif

terhadap oksitosin, Otot rahim berkontraksi

c. Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteronKontraksi braxton

hicksAktivitas meningkat

d. Teori prostaglandin

Meningkat dari minggu ke 15 hingga atermKontraksi otot rahim

e. Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus

frankenhauserGanglion digeser dan ditekan Kontraksi uterus Proses persalinan

6
2. Proses Persalinan

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

pembukaan dan penipisan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan pada serviks.

a. Tanda dan gejala inpartu, termasuk :

 Penipisan dan pembukaan serviks.

 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

 Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina

b. Pembagian fase / kala dalam persalinan :

 Kala I (Kala Pembukaan)

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dibagi lagi menjadi :

 Fase laten

- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

- Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

- Biasanya berlangsung < 8 jam.

 Fase aktif

- Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi

dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3x atau lebih

dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih).

7
- Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan

kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukaan

lengkap (10 cm).

- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

- Berlangsung < 6 jam.

 Kala II (Kala Pengeluaran)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Tanda dan gejala kala II :

 Adanya dorongan untuk meneran dari ibu.

 Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada anus.

 Perineum terlihat menonjol.

 Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

 Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan

dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya

bagian kepala bayi pada introitus vagina.

 Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

 Fisiologi kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran

tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin

8
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan

menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus, setelah

lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.

 Tanda-tanda pelepasan plasenta

- Perubahan bentuk dan tinggi uterus, uterus menjadi bulat dan fundus

berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).

- Tali pusat memanjang.

- Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang

plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu

oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan

bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta

dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter) keluar

melalui tepi plasenta yang terlepas.

 Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala

ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena

perdarahan atonia uteri masih mengancam, pada kala ini penderita belum

dipindahkan ke kamarnya tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. (Diktat

Kuliah Biorep)

9
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Power, Passage, Passanger,Physcian,Psikologi

a) Power (kekuatan ibu untuk mendorong janin keluar)

1) HIS (kontraksi otot rahim)

2) Kontraksi otot dinding perut

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

b) Passanger (keadaaan janin atau bagian yang ada didalam uterus)

1) Janin

2) Plasenta

c) Passage (keadaan jalan lahir yang dilalui oleh passenger)

1) Jalan lahir lunak (otot-otot, sendi ligamen)

2) Jalan lahir keras (tulang)

d) Psikis (psikologi)
Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan kegembiraan saat

merasa kesakitan di awal menjelng kelahiran bayinya. Perasaan positif ini

berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas

“kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau

meproduksi anak.faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut :


1. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual.
2. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.
3. Kebiasaan adat.
4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

e) Penolong

10
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung

dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam mengahadapi proses persalinan.

(Rohani , dkk 2011)

2.1.8 Penatalaksanaan Robekan Perineum

1. Persiapan Alat

a. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan. 1) Wadah DTT berisi sarung

tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catguk No. 2/0

atau 3/0, kasa steril, pinset. 2) Pavidon-iodine. 3) Buka spuit sekali pakai 10 ml

dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT. 4) Patahkan jarum ampul

lidokain (lidokain tanpa epinefrin). Perkiraan jumlah lidokain yang akan

digunakan (sesuaikan dengan luas/dalamnya robekan perineum).

b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur.

c. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu.

d. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva/perineum ibu.

e. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun

dan air mengalir.

f. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan.

g. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi

tabung suntik dengan lidokain 1% tanpa epinefrin dan letakkan kembali ke

dalam wadah DTT.

h. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.

i. Gunakan kasa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan povidon iodine

dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama : 2 menit

sebelum menyuntikkan lidokain 1%.

11
2. Anestesi Lokal

a. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat.

b. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum

suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.

c. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada

darah, tusuk jarum sedikit dan kembali masukkan, ulangi melakukan aspirasi.

Anestesi yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan detak

jantung yang tidak teratur.

d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.

e. Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum suntik, bila

robekan alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas, tepi perineum,

dalam luka, mukosa vagina.

f. Lakukan langkah No. 2 – 5 di atas kedua tepi robekan.

g. Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil

optimal dari anestesi lokal.

3. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat II

Sebelum dilakukan penjahitan pada perineum derajat II, jika dijumpai pinggir

robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut

diratakan dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem

terlebih dahulu, kemudian digunting, setelah pinggir robekan rata baru dilakukan

penjahitan luka perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput

vagina dijahit dengan catgur secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput

lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan

benang secara terputus-putus. (Wiknjosastro, 2002)

12
4. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat III

a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.

b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke

dalam vagina.

c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.

d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.

e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.

f. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan

menggunakan peon lurus.

g. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 – 3 jahitan

angka 8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.

h. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada

robekan perineum tingkat II.

5. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat IV

a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.

b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke

dalam vagina.

c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.

d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.

e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.

f. Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur

menggunakan catgut kromik No. 2/0.

g. Jahit asia periretal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu

kembali.

13
h. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama

sehingga bertemu kembali.

i. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan

menggunakan peon lurus.

j. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 – 3 jahitan

angka 8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.

k. Selanjutanya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada

robekan perineum tingkat II.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

3.1.1 Kala I

Tanggal masuk : 08 Agustus 2014 Pukul :05.00 WIB

Langkah I (Pengkajian)

Ny. D , Umur 30 tahun, suku betawi, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga,

dengan suami yang bernama Tn. S , umur 32 tahun, suku betawi, agama Islam,

bekerja sebagai karyawan dan bertempat tinggal di Bintang Metropol B2/16 Bekasi.

Anamnesa : ibu datang pukul 05.00 WIB dengan keluhan mules-mules dan keluar

lendir bercampur darah pervaginam sejak pukul 21.00 WIB. lokasi ketidaknyamanan :

bagian bawah perut sampai simpisis. Pengeluaran pervaginam : ada lendir bercampur

darah. Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 01-11-2013, haid bulan sebelumnya

tanggal 08-08-2014 lamanya 6 hari, siklus 28 hari, ANC teratur. Kelainan atau

gangguan tidak ada. Riwayat imunisasi : 2 kali imunisasi TT pada usia kehamilan 16

minggu dan usia kehamilan 20 minggu. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang

kedua. Riwayat Persalinan : Tahun 2009, Anak pertama lahir spontan jenis kelamin

laki-laki, BB : 2900gram, PB : 48cm. Pergerakan janin 10 kali dalam 24 jam. Makan

dan minum terakhir malam pukul 21.00 WIB. Buang air besar terakhir pukul 17.00

WIB, BAB tidak keras. Buang air kecil terakhir pukul 04.00 WIB, BAK warna khas

kuning jernih. Tidur siang ± 2 jam, malam kurang ± 8 jam. Psikologis cemas karena

akan memasuki proses persalinan. tidak ada keluhan lain-lain. Status generalis,

keadaan umum cemas, kesadaran compose mentis, tekanan darah 120/70 Mmhg,

Suhu 36,5˚C, Nadi 82x/menit, Respirasi 20x /menit, TB 157 cm, berat badan sekarang

15
60 kg, berat badan sebelum hamil 47 kg, lingkaran lengan atas 24 cm. Pemeriksaan

sistematis, Kepala, Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe. Muka

Bersih, tidak oedema. Sedangkan pemeriksaan pada mata didapatkan Konjungtiva

tidak pucat, skelera Tidak kuning (ikterik), palpebra Tidak oedema. Hidung Bersih,

tidak ada polip dan tidak ada sinusitis. Telinga Bersih, tidak ada serumen. Mulut tidak

ada stomatitis, pada gigi tidak ada karies dan tidak ada plak pada gusi tidak bengkak.

Pemeriksaan pada leher Kelenjar kondok (Tyroid) Ada namun tidak ada pembesaran,

pembesaran vena jugularis Tidak ada, Tidak ada pembengkakan , kelenjar getah

bening tidak ada pembesaran. Payudara :Membesar , kanan dan kiri, tumor Tidak

ada, simetris, kanan dan kiri, areola Hyperpigmentasi, putting susu Menonjol,

kolostrum Sudah keluar. Pada axila Tidak ada tumor dan nyeri. tungkai Tidak ``ada

kelainan, Tidak ada, varises dan oedem reflek patella (+) kanan kiri dan kelainan

lainnya Tidak ada. Pada pemeriksaan khusus obstetric didapatkan Perut membesar

dengan arah memanjang sesuai usia kehamilan, pelebaran vena Tidak ada, terdapat

striae livide dan linea nigra, kelainan lain Tidak ada. Palpasi pada abdomen ibu

kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik, TFU 30 cm, leopold I: pada

fundus uteri teraba bagian janin yang bulat lunak tidak melenting yaitu bokong janin,

Leopold II : perut ibu sebelah kanan teraba bagian janin yang keras, memanjang

seperti papan yaitu punggung janin dan pada perut ibu sebelah kiri teraba bagian

terkecil janin yaitu ekstermitas janin seperti tangan dan kaki janin, Leopold III bagian

terendah janin teraba bagian janin yang bulat, keras dan melenting yaitu kepala

j1`anin, Leopold IV : kepala janin sudah masuk PAP 2/5 bagian (divergen), TBJ (30

-11) x 155 = 2945 gram. Pungtum maximum terdengar jelas pada satu titik tempatnya

3 jari dibawah pusat sebelah kanan perut ibu dengan frekuensi 145 x/ menit.

Anogenital, periksa dalam vagina tidak ada kelainan, portio tebal, pembukaan 7 cm,

16
ketuban (-) menonjol, tali pusat tidak teraba, presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil

depan, penurunan hodge III. Pada pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya tidak

dilakukan.

Langkah II (Interpretasi Data)

Diagnosa : Ibu G2P1A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif., Janin tunggal hidup

intra uterin presentasi kepala.

Dasar : - ibu mengantakan anak kedua pernah melahirkan sekali dan tidak pernah

keguguran, HPHT tanggal 01-11-2013, TP tanggal 08-08-2014, pembukaan 7

cm.Pungtum max terdengar jelas pada disatu titik tempat 2 jari dibawah pusat sebelah

kanan perut ibu dengan frekuensi 145 x/menit, pada saat bidan melakukan palpasi, ibu

tidak merasa nyeri, pada leopold III teraba kepala janin. L IV hodge III. Masalah : Ibu

merasa cemas menghadapi persalinan. Kebutuhan: Persiapan pertolongan persalinan.

Langkah III (Masalah Pontensial)

Untuk saat ini tidak ada

Langkah IV (Tindakan Segera)

Untuk saat ini tidak ada

Langkah V (Rencana)

Bina hubungan baik dengan ibu. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.

Lakukan inform concent. Anjurkan suami atau keluarga untuk menemani ibu.

Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ajarkan ibu teknik relaksasi.

Anjurkan ibu untuk mobilisasi. Observasi kemajuan persalinan,his, nadi dan DJJ.

Siapkan alat partus. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

Langkah VI (Tindakan)

Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga. Menjelaskan pada ibu tentang

hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum : Baik, kesadaran : compos mentis, tekanan

17
darah 120/70 Mmhg, Suhu 36,5˚C, Nadi 82x/menit, Respirasi 20x /menit, berat badan

sekarang 60kg, His 3x10’30” kekuatan sedang, DJJ 145x/menit, TFU 30 cm,

pembukaan 7 cm. Melakukan inform concent untuk tindakan persalinan normal, dan

memberikan formulir isian kepada keluarga atau suami. Menganjurkan suami atau

keluarga untuk menemani ibu dan memberikan dukungan kepada ibu. Menganjurkan

ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu :

menarik nafas yang panjang dan buang perlahan - lahan lewat mulut jika ada his dan

beristirahat diantara his untuk minum. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan

cara miring kanan atau miring kiri untuk membantu penurunan kepala.

Mengobservaasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf yaitu

pembukaan setiap 4 jam, TTV, DJJ, setiap 30 menit. Menyiapkan alat partus, APD,

untuk tindakan persalinan normal. Mendokumentasikan hasil pmeriksaan.

Langkah VII (Evaluasi)

Hubungan sudah terbina baik dengan ibu dan keluarga. Ibu mengerti semua hasil

pemeriksaan. Suami sudah mengisi formulir inform concent. Suami dan keluarga

akan menemani dan memberi dukungan pada ibu. Ibu mengikuti anjuran bidan untuk

berkemih jika ada keinginan buang air kecil. Ibu mengerti dan mengikuti teknik

relaksasi yang di ajarkan bidan. Ibu mengikuti anjuran bidan untuk mobilisasi.

Observasi telah dilakukan , keadaan ibu dan janin baik. Bidan sudah menyiapkan alat

partus. Pendokomentasian telah di lakukan

3.1.2 Kala II

Pada Tanggal : 08 Agustus 2014 Pukul : 06.00 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan mulesnya bertambah sering dan merasakan rasa ingin meneran dan

buang air besar.

18
Objektif

Pada pemeriksaan di dapatkan: Keadaan umum: tampak kesakitan, kesadaran:

compos mentis, TD: 120/90 mmHg, Nadi 89 kali/menit, Respirasi: 26 kali/menit,

Suhu : 37,1°C. PD : v/v : tidak ada kelainan. Portio : tidak teraba. Pembukaan : 10 cm

( lengkap). Ketuban : negatif. Presentasi: kepala. Posisi : ubun ubun kecil didepan.

Penurunan : Hodge III + Molase: negatife. Bloodslim : positif. Djj 148 x/menit teratur.

His : 5 x 10 ‘45”

Assesment

Ibu P2A0 inpartu kala II

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

Planing.

Periksa kembali alat-alat yang akan digunakan, Memeriksa kembali alat-alat

persalinan seperti partus set, hecting set, obat-obatan. Penolong memakai alat

pelindung diri, patahkan oksitosin kemudian mencuci tangan efektif, tangan kanan

memakai sarung tangan steril dan memasukan oksitosin kedalam spuit dengan

menggunakan teknik satu tangan,dekatkan kapas, air DTT, dan bengkok di depan

vulva , lalu tangan kiri memakai sarung tangan untuk melakukan vulva hagine dan PD,

vulva di bersihkan terlebih dahulu dengan 3 kapas DTT , pada vulva dan vagina tidak

ada kelainan, portio tidak teraba pembukaan 10cm, ketuban negatif, persentasi kepala,

posisi ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan H III (+), molase tidak ada. Persiapan

alat sudah lengkap. Cuci tangan untuk pencegahan infeksi, Mencuci tangan dengan 7

langkah efektif dan Mendengarkan Djj (+) 148x/menit. Beritahu ibu hasil

pemeriksaan, Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki tahap

persalinan yaitu : Djj (+) 148x/menit, pembukaan sudah lengkap dan ibu akan segera

memulai persalinan, ibu mengerti dengan penjelasan yang dijelaskan oleh bidan.

19
Hadirkan pendamping persalinan, Menghadirkan pendamping ibu yaitu suami ibu,

suami sudah berada di ruang bersalin. Ajarkan ibu teknik meneran yang benar,

Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar yaitu kedua kaki diangkat dan ditarik

keatas dengan kedua lengan dan mata melihat kearah perut, ibu mengerti dan akan

melaksanakannya. Beritahu ibu posisi-posisi untuk persalinan, Pada saat persalinan

ibu memilih posisi setengah duduk dengan paha diangkat sampai perut dan kedua

tangan diletakkan kedalam lipatan paha, dekatkan alat, pasang underpet di bokong ibu,

letakan bedongan dan handuk untuk mengeringkan bayi di atas perut ibu, dekatkan

tempat plasenta, lalu pakai handscone steril kemudia. Pada saat ada HIS dan kepala

bayi tampak 5-6 cm didepan vulva, memimpin ibu mengedan, tangan kanan menahan

perineum, tangan kiri dibelakang kepala bayi untuk menahan agar tidak terjadi deflexi

maksimal., memimpin ibu untuk meneran perlahan-lahan, memuji ibu bila mengedan

dengan baik. Maka lahirlah berturut-turut ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,

mata, hidung, mulut, dagu bayi. Periksa adanya lilitan tali pusat, Memeriksa apakah

ada lilitan tali pusat ternyata tidak ada. Tunggu putaran paksi luar, setelah bayi

melakukan putaran paksi luar, penolong memegang kepala bayi secara biparietal, tarik

curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, tarik keatas untuk melahirkan bahu

belakang, sangga susur dan telusuri badan bayi sampai seluruh badan bayi lahir. Bayi

lahir spontan pukul 06.30 WIB, jenis kelamin laki-laki, BB : 2900 Gram PB : 49 cm.

Nilai bayi segera setelah lahir, Menilai bayi dengan cepat bayi menangis kuat, gerak

aktif ,warna kulit merah, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan

badan bayi dengan handuk, membungkus kepala dan badan bayi . Palpasi apakah ada

janin kedua atau tidak ternyata tidak ada. Beritahu ibu akan dilakukan penyuntikan,

Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan oxytosin 10 IU IM di

1/3 paha bagian luar. Jepit tali pusat, Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira

20
3 cm dari pangkal pusat bayi, melakukan urutan kearah ibu dan memasang klem kedua

2 cm dari klem pertama kearah ibu, memegang tali pusat dengan satu tangan,

melindungi perut bayi dari gunting dan memotong tali pusat lalu ikat tali pusat dan

bungkus dengan kasa steril, lakukan IMD , melakukan IMD dengan meletakan bayi di

atas perut ibu dengan posisi tengkurap seperti katak( skin to skin), sampai bayi

mencari puting ibu.

3.1.3 Kala III

Pada Tanggal : 08 Agustus 2014 Pukul : 06.30 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan lelah dan senang karena bayinya telah lahir dan Ibu mengatakan

masih terasa mules.

Objektif

Pada pemeriksaan di dapatkan: keadaan umum ibu : tampak kelelahan,. kesadaran :

compos mentis. palpasi : tidak ada janin ke dua. TFU sepusat. kontraksi uterus baik.

kandung kemih kosong. Tanda dan gejala pelepasan plasenta yaitu: uterus membulat

atau globuler, tali pusat memanjang saat direnggangkan, adanya semburan darah tiba

tiba.

Assesment

Ibu P2A0 partus kala III.

Planning

Jelaskan pada ibu akan dilakukan pengeluaran plasenta, Menjelaskan kepada ibu

bahwa akan dilakukan pengeluaran plasenta, ibu mengerti atas penjelasan yang

diberikan. Cek tanda pelepasan plasenta, Mengecek tanda pelepasan plasenta seperti

semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, uterus menjadi globuler, Plasenta

sudah terlepas. Lakukan PTT, Melakukan PTT dengan cara memindahkan klem tali

21
pusat 5-10 cm didepan vulva kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali

dengan tangan kanan dan tangan kiri diatas supra simpisis mendorong uterus keatas

dorso cranial, regangkan tali pusat kebawah mengikuti jalan lahir hingga plasenta

nampak didepan vulva 2/3 bagian, tangkap plasenta kemudian lakukan pemutaran

searah jarum jam sampai plasenta dan selaputnya lahir, plasenta lahir pukul 06.35

WIB. Mengajarkan keluarga ibu memassase perut ibu, dan meminta tolong pada

kelurga ibu untuk membantu Masase fundus uteri ibu. dan mengecek kelengkapan

plasenta. (bagian maternal : selaput utuh kotiledon lengkap(18-20), diameter 15cm,

tebal 2,5 cm tidak terjadi pengapuran). Memeriksa kontraksi uterus, kontraksi baik

dan mengajarkan suami untuk melakukan masase. Periksa luka laserasi, Memeriksa

perinium apakah ada laserasi, terjadi luka laserasi grade II dan dilakukan hecting.

3.1.4 Kala IV (Observasi 2 jam post partum)

Pada Tanggal : 08 Agustus 2014 Pukul : 06.40 WIB

Subjektif

Ibu merasa cemas saat mau dilakukan penjahitan

Objektif

Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum ibu baik. Kesadaran: composmentis. Tekanan

darah :110/80 Mmhg. Nadi: 82 x/menit. Pernafasan: 22 x/menit. Suhu: 37˚C.

Kontraksi uterus baik. TFU 1 jari di bawah pusat. Kandung kemih kosong. Perdarahan

pervaginam ± 50 cc.

Assesment

Ibu P2A0 partus kala IV

22
Planning

Infromasikan hasil pemeriksaan, Meninformasikan hasil pemeriksaan yaitu TTV

dalam batas normal, kontraksi baik, perdarahan normal. Ibu mengerti hasil

pemeriksaan. Jelaskan pada ibu tentang rasa mules, Menjelaskan kepada ibu tentang

penyebab rasa mules setelah persalinan adalah merupakan hal yang normal karena

rasa mules tersebut akibat proses pemulihan uterus kebentuk semula. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang dijelaskan oleh bidan. Lakukan masase fundus uteri,

Melakukan massage uterus, Sudah dilakukan dan kontraksi uterus baik.Periksa

kelengkapan plasenta, Memeriksa kelengkapan plasenta selaput dan kotiledon,

Plasenta dan selaput dan kotiledon lengkap.Periksa robekan jalan lahir, Memeriksa

robekan jalan lahir, Terdapat laserasi derajat II. Lakukan hecting pada luka laserasi,

melakukan hecting yaitu Menjahit luka perineum dengan anestesi, Luka perineum

dijahit 5 jahitan. Ajari ibu cara menilai kontraksi dengan baik, Mengajari ibu cara

menilai kontraksi uterus dan cara melakukan massage uterus jika kontraksi uterus

kurang baik, Respons ibu baik dan mau mengikuti cara untuk melakukan massage

uterus. Bersihkan perineum, Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu

dan mengganti pakaian yang bersih, Ibu merasa nyaman. Observasi ibu,

Mengobservasi TTV, kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan selama 2

jam (15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam kedua),

Terlampir di partograf. Anjurkan ibu untuk makan dan minum, Menganjurkan ibu

untuk makan dan minum serta istirahat, Ibu minum teh manis. Rencanakan pemberian

vit A, Merencanakan pemberian vitamin A, Vitamin A diberikan. Lengkapi partograf,

Melengkapi partograf kala III dan IV. Partograf sudah dilengkapi. Rapikan alat-alat,

merapikan alat-alat dan merendamnya dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Aalat-alat sudah dirapikan. Berikan nutrisi pada ibu, Memberi makan dan minum

23
pada ibu agar ibu tidak terlalu kelelahan. Ibu sudah makan dan minum. Berikan terapi

obat pada ibu, Memberi terapi obat-obatan berupa antibiotik amoxicillin 500mg 3x1

tablet sehari, mefinal 500mg 3x1, cefixime 3x1 dan vitamin penambah darah 2x1

tablet sehari. Ibu sudah diberikn obatnya. Pindahkan ibu keruang perawatan,

Memindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam post partum. Ibu sudah

dipindahkan keruang perawatan. Dokumentasikan hasil pemeriksaan,

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang telah dilakukan . Hasil

pemeriksaan telah didokumentasikan.

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan asuhan kebidanan pada Ny. D dengan

kasus robekan perineum derajat II di Klinik & RB Cahaya Amalia, maka dapat melihat ada

atau tidaknya kesenjangan antara tinjauan teori dengan praktek di lapangan.

Berdasarkan pengkajian data menurut (Prawirohardjo, 2005 : 665) robekan perineum

terjadi hampir semua persalinan pertama (primigravida) dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Gejala dan tanda robekan jalan lahir yang selalu ada : perdarahan segera dengan

jumlah yang bervariasi banyaknya, darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir,

kontraksi uterus baik, plasenta baik, sedangkan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin

Ny. D dengan robekan perineum derajat II adalah : ibu hamil kedua, pada robekan perineum,

terdapat pengeluaran darah segar sebanyak kurang lebih 150 cc setelah bayi lahir, kontraksi

uterus baik dan plasenta lahir spontan dan lengkap, serta keadaan baik. Maka tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah akibat adanya robekan jalan lahir

dan dapat menyebabkan infeksi dimana suhu badan biasanya meningkat sampai 38 0C, nadi

akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat,

pernafasan bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga menjadi tidak normal. Sedangkan

pada kasus ibu bersalin Ny. D tidak terjadi masalah potensial tersebut di atas. Maka dapat

ditarik kesimpulan ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.

Menurut (Mochtar, 2002 : 12) bila dijumpai robekan perineum, lakukan penjahitan luka

dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah

vagina (dead space) yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan

menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka dan berikan antibiotika yang cukup.

25
Sedangkan pada kasus ibu bersalin Ny. D dengan robekan perineum derajat II dilakukan

penjahitan luka dan diberikan antibiotika yang cukup sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek di lapangan. Tahap evaluasi pada ibu bersalin Ny. D dengan robekan

perineum derajat II antara lain : kemajuan persalinan baik, bayi lahir spontan pukul 06.30

WIB, segera menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, PB : 49 cm, BB : 2900 gram, plasenta

lahir spontan lengkap pukul 06.35 WIB, terdapat robekan perineum derajat II dan sudah

dilakukan penjahitan, perdarahan 150 cc, dan ibu sudah dibersihkan dari darah dan cairan

lain.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina

dan otot perineum transversalis, tetapi tidak sampai mengenai otot sfingter ani dan

biasanya disebabkan karena partus presipitatus, kepala janin besar dan janin besar,

presentasi defleksi (dahi, muka), primigravida, letak sungsang dan after coming head,

pimpinan persalinan salah, obstetri operatif pervaginam.

Asuhan yang telah dilakukan pada ibu bersalin Ny. D dengan robekan perineum

derajat II yang disebabkan karena perineum kaku, dan ini merupakan kehamilan kedua

dengan keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu tubuh 370C,

pernafasan 20 x/menit. Adapun penanganan robekan perineum derajat II dilakukan

dengan memeriksa sumber perdarahan, dimana darah yang keluar berwarna merah dan

segar segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta lahir spontan, lengkap.

Kemudian setelah diketahui penyebab perdarahan tersebut dilakukan penjahitan dengan

anestesi. Sehingga penulis mengambil kesimpulan apabila ibu bersalin mengalami

robekan perineum segera lakukan penjahitan dengan prinsip aseptik (baik) dan jika

perineum tidak dijahit dengan baik, maka akan menyebabkan lapangnya luka perineum

dan pada ruptur perineum komplete dapat terjadi beser berak (inkontinensia alvi), alat

kemaluan menjadi kurang baik, dan juga menyebabkan perdarahan dan infeksi.

27
5.2 Saran

Adapun saran-saran yang akan kami berikan antara lain :

1. Untuk Penulis / Mahasiswa

Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang

diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah wawasan khususnya asuhan

kebidananan , serta dapat mempelajari kesenjangan yang terjadi di masyarakat.

2. Untuk Lahan Praktek

Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan kpada

mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan pendidikan.

3. Untuk Instansi Pendidikan

Semoga dengan adanya presentasi kasus ini dapat dijadikam klarifikasi antara teori

dikampus dengan dilahan.

28
DAFTAR PUSTAKA

 Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

 Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

 Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka –

Sarwono Prawirohardjo.

 Saefuddin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBP – SP

 Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

pMaternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.

 Rohani dan Reni Saswita. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.

Jakarta : Salemba

29

Anda mungkin juga menyukai