New Kasus Robekan Perineum
New Kasus Robekan Perineum
PENDAHULUAN
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga
kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya
kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot
dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. (Prawirohardjo, 2007)
Angka kematian ibu dan bayi menjadi tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan
suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi melalui program – program kesehatan. Dalam pelaksanaan
program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga
apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia
bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada digaris terdepan yang
berhubungan laangsung dengan wanita sebagai sasaran program. Dengan peran yang
cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa meningkatkan
kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil
1
Selama penulis melakukan praktek klinik kebidanan di Klinik & RB Cahaya Amalia
didapati 2 ibu bersalin yang diantaranya 1 ibu mengalami robekan perineum dan 1 ibu
Melihat keadaan tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membuat asuhan
kebidanan ibu bersalin Ny.D dengan robekan perineum derajat II di Klinik & RB Cahaya
Amalia.
1.2 Tujuan
derajat II.
derajat II.
3. Menentukan diagnosa potensial dan masalah pada ibu bersalin dengan robekan
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada ibu bersalin dengan robekan
derajat II
derajat II .
2
7. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin dengan
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang
Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan kpada
Semoga dengan adanya presentasi kasus ini dapat dijadikam klarifikasi antara teori
Makalah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari V bab yaitu :
BAB II : Tinjauan Pustaka, meliputi konsep medis dan konsep asuhan kebidanan pada
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Persalinan normal atau spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan kekuatan
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari uterus. (Diktat
Askeb II)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina
dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani. (Saefuddin, 2006)
Robekan perineum derajat II dimana luasnya robekan mulai dari mukosa vagina,
4
2.1.3 Etiologi
7.Pada obstetri operatif pervaginam : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi dan
1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
2. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lender
vagina juga mengenai muskulus perineum transversalis, tapi tidak mengenai sfingter
ani.
3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mngenai
otot-otot sfingter ani. (Sarwono prawirohardjo 2011. Ilmu bedah kebidanan (hal 175)
Pada robekan tingkat I penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika
luka teraposisi secara alamiah. Untuk robekan tingkat II dilakukan penjahitan dan pada
robekan tingkat III dan IV jangan coba menjahit laserasi, segera lakukan rujukan karena
5
2.1.5 Gejala dan Tanda Robekan Jalan Lahir
a. Perdarahan segera.
2. Kadang-kadang ada
a. Pucat.
b. Lemah.
c. Menggigil
hicksAktivitas meningkat
d. Teori prostaglandin
6
2. Proses Persalinan
pembukaan dan penipisan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
Fase laten
Fase aktif
atau lebih).
7
- Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
8
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
- Perubahan bentuk dan tinggi uterus, uterus menjadi bulat dan fundus
Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala
perdarahan atonia uteri masih mengancam, pada kala ini penderita belum
Kuliah Biorep)
9
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Janin
2) Plasenta
d) Psikis (psikologi)
Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan kegembiraan saat
berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas
e) Penolong
10
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung
1. Persiapan Alat
tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catguk No. 2/0
atau 3/0, kasa steril, pinset. 2) Pavidon-iodine. 3) Buka spuit sekali pakai 10 ml
dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT. 4) Patahkan jarum ampul
b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur.
g. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi
i. Gunakan kasa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan povidon iodine
dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama : 2 menit
11
2. Anestesi Lokal
a. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat.
c. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada
darah, tusuk jarum sedikit dan kembali masukkan, ulangi melakukan aspirasi.
d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
e. Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum suntik, bila
robekan alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas, tepi perineum,
Sebelum dilakukan penjahitan pada perineum derajat II, jika dijumpai pinggir
robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut
diratakan dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem
terlebih dahulu, kemudian digunting, setelah pinggir robekan rata baru dilakukan
penjahitan luka perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput
vagina dijahit dengan catgur secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput
lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan
12
4. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat III
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke
dalam vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
f. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
h. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke
dalam vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
f. Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur
g. Jahit asia periretal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu
kembali.
13
h. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama
i. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
k. Selanjutanya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.1 Kala I
Langkah I (Pengkajian)
Ny. D , Umur 30 tahun, suku betawi, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga,
dengan suami yang bernama Tn. S , umur 32 tahun, suku betawi, agama Islam,
bekerja sebagai karyawan dan bertempat tinggal di Bintang Metropol B2/16 Bekasi.
Anamnesa : ibu datang pukul 05.00 WIB dengan keluhan mules-mules dan keluar
lendir bercampur darah pervaginam sejak pukul 21.00 WIB. lokasi ketidaknyamanan :
bagian bawah perut sampai simpisis. Pengeluaran pervaginam : ada lendir bercampur
tanggal 08-08-2014 lamanya 6 hari, siklus 28 hari, ANC teratur. Kelainan atau
gangguan tidak ada. Riwayat imunisasi : 2 kali imunisasi TT pada usia kehamilan 16
minggu dan usia kehamilan 20 minggu. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang
kedua. Riwayat Persalinan : Tahun 2009, Anak pertama lahir spontan jenis kelamin
dan minum terakhir malam pukul 21.00 WIB. Buang air besar terakhir pukul 17.00
WIB, BAB tidak keras. Buang air kecil terakhir pukul 04.00 WIB, BAK warna khas
kuning jernih. Tidur siang ± 2 jam, malam kurang ± 8 jam. Psikologis cemas karena
akan memasuki proses persalinan. tidak ada keluhan lain-lain. Status generalis,
keadaan umum cemas, kesadaran compose mentis, tekanan darah 120/70 Mmhg,
Suhu 36,5˚C, Nadi 82x/menit, Respirasi 20x /menit, TB 157 cm, berat badan sekarang
15
60 kg, berat badan sebelum hamil 47 kg, lingkaran lengan atas 24 cm. Pemeriksaan
sistematis, Kepala, Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe. Muka
tidak pucat, skelera Tidak kuning (ikterik), palpebra Tidak oedema. Hidung Bersih,
tidak ada polip dan tidak ada sinusitis. Telinga Bersih, tidak ada serumen. Mulut tidak
ada stomatitis, pada gigi tidak ada karies dan tidak ada plak pada gusi tidak bengkak.
Pemeriksaan pada leher Kelenjar kondok (Tyroid) Ada namun tidak ada pembesaran,
pembesaran vena jugularis Tidak ada, Tidak ada pembengkakan , kelenjar getah
bening tidak ada pembesaran. Payudara :Membesar , kanan dan kiri, tumor Tidak
ada, simetris, kanan dan kiri, areola Hyperpigmentasi, putting susu Menonjol,
kolostrum Sudah keluar. Pada axila Tidak ada tumor dan nyeri. tungkai Tidak ``ada
kelainan, Tidak ada, varises dan oedem reflek patella (+) kanan kiri dan kelainan
lainnya Tidak ada. Pada pemeriksaan khusus obstetric didapatkan Perut membesar
dengan arah memanjang sesuai usia kehamilan, pelebaran vena Tidak ada, terdapat
striae livide dan linea nigra, kelainan lain Tidak ada. Palpasi pada abdomen ibu
kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik, TFU 30 cm, leopold I: pada
fundus uteri teraba bagian janin yang bulat lunak tidak melenting yaitu bokong janin,
Leopold II : perut ibu sebelah kanan teraba bagian janin yang keras, memanjang
seperti papan yaitu punggung janin dan pada perut ibu sebelah kiri teraba bagian
terkecil janin yaitu ekstermitas janin seperti tangan dan kaki janin, Leopold III bagian
terendah janin teraba bagian janin yang bulat, keras dan melenting yaitu kepala
j1`anin, Leopold IV : kepala janin sudah masuk PAP 2/5 bagian (divergen), TBJ (30
-11) x 155 = 2945 gram. Pungtum maximum terdengar jelas pada satu titik tempatnya
3 jari dibawah pusat sebelah kanan perut ibu dengan frekuensi 145 x/ menit.
Anogenital, periksa dalam vagina tidak ada kelainan, portio tebal, pembukaan 7 cm,
16
ketuban (-) menonjol, tali pusat tidak teraba, presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil
depan, penurunan hodge III. Pada pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya tidak
dilakukan.
Diagnosa : Ibu G2P1A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif., Janin tunggal hidup
Dasar : - ibu mengantakan anak kedua pernah melahirkan sekali dan tidak pernah
cm.Pungtum max terdengar jelas pada disatu titik tempat 2 jari dibawah pusat sebelah
kanan perut ibu dengan frekuensi 145 x/menit, pada saat bidan melakukan palpasi, ibu
tidak merasa nyeri, pada leopold III teraba kepala janin. L IV hodge III. Masalah : Ibu
Langkah V (Rencana)
Bina hubungan baik dengan ibu. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Lakukan inform concent. Anjurkan suami atau keluarga untuk menemani ibu.
Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ajarkan ibu teknik relaksasi.
Anjurkan ibu untuk mobilisasi. Observasi kemajuan persalinan,his, nadi dan DJJ.
Langkah VI (Tindakan)
Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga. Menjelaskan pada ibu tentang
hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum : Baik, kesadaran : compos mentis, tekanan
17
darah 120/70 Mmhg, Suhu 36,5˚C, Nadi 82x/menit, Respirasi 20x /menit, berat badan
sekarang 60kg, His 3x10’30” kekuatan sedang, DJJ 145x/menit, TFU 30 cm,
pembukaan 7 cm. Melakukan inform concent untuk tindakan persalinan normal, dan
memberikan formulir isian kepada keluarga atau suami. Menganjurkan suami atau
keluarga untuk menemani ibu dan memberikan dukungan kepada ibu. Menganjurkan
ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu :
menarik nafas yang panjang dan buang perlahan - lahan lewat mulut jika ada his dan
beristirahat diantara his untuk minum. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan
cara miring kanan atau miring kiri untuk membantu penurunan kepala.
pembukaan setiap 4 jam, TTV, DJJ, setiap 30 menit. Menyiapkan alat partus, APD,
Hubungan sudah terbina baik dengan ibu dan keluarga. Ibu mengerti semua hasil
pemeriksaan. Suami sudah mengisi formulir inform concent. Suami dan keluarga
akan menemani dan memberi dukungan pada ibu. Ibu mengikuti anjuran bidan untuk
berkemih jika ada keinginan buang air kecil. Ibu mengerti dan mengikuti teknik
relaksasi yang di ajarkan bidan. Ibu mengikuti anjuran bidan untuk mobilisasi.
Observasi telah dilakukan , keadaan ibu dan janin baik. Bidan sudah menyiapkan alat
3.1.2 Kala II
Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya bertambah sering dan merasakan rasa ingin meneran dan
18
Objektif
Suhu : 37,1°C. PD : v/v : tidak ada kelainan. Portio : tidak teraba. Pembukaan : 10 cm
( lengkap). Ketuban : negatif. Presentasi: kepala. Posisi : ubun ubun kecil didepan.
Penurunan : Hodge III + Molase: negatife. Bloodslim : positif. Djj 148 x/menit teratur.
His : 5 x 10 ‘45”
Assesment
Planing.
persalinan seperti partus set, hecting set, obat-obatan. Penolong memakai alat
pelindung diri, patahkan oksitosin kemudian mencuci tangan efektif, tangan kanan
memakai sarung tangan steril dan memasukan oksitosin kedalam spuit dengan
menggunakan teknik satu tangan,dekatkan kapas, air DTT, dan bengkok di depan
vulva , lalu tangan kiri memakai sarung tangan untuk melakukan vulva hagine dan PD,
vulva di bersihkan terlebih dahulu dengan 3 kapas DTT , pada vulva dan vagina tidak
ada kelainan, portio tidak teraba pembukaan 10cm, ketuban negatif, persentasi kepala,
posisi ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan H III (+), molase tidak ada. Persiapan
alat sudah lengkap. Cuci tangan untuk pencegahan infeksi, Mencuci tangan dengan 7
langkah efektif dan Mendengarkan Djj (+) 148x/menit. Beritahu ibu hasil
persalinan yaitu : Djj (+) 148x/menit, pembukaan sudah lengkap dan ibu akan segera
memulai persalinan, ibu mengerti dengan penjelasan yang dijelaskan oleh bidan.
19
Hadirkan pendamping persalinan, Menghadirkan pendamping ibu yaitu suami ibu,
suami sudah berada di ruang bersalin. Ajarkan ibu teknik meneran yang benar,
Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar yaitu kedua kaki diangkat dan ditarik
keatas dengan kedua lengan dan mata melihat kearah perut, ibu mengerti dan akan
ibu memilih posisi setengah duduk dengan paha diangkat sampai perut dan kedua
tangan diletakkan kedalam lipatan paha, dekatkan alat, pasang underpet di bokong ibu,
letakan bedongan dan handuk untuk mengeringkan bayi di atas perut ibu, dekatkan
tempat plasenta, lalu pakai handscone steril kemudia. Pada saat ada HIS dan kepala
bayi tampak 5-6 cm didepan vulva, memimpin ibu mengedan, tangan kanan menahan
perineum, tangan kiri dibelakang kepala bayi untuk menahan agar tidak terjadi deflexi
maksimal., memimpin ibu untuk meneran perlahan-lahan, memuji ibu bila mengedan
dengan baik. Maka lahirlah berturut-turut ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut, dagu bayi. Periksa adanya lilitan tali pusat, Memeriksa apakah
ada lilitan tali pusat ternyata tidak ada. Tunggu putaran paksi luar, setelah bayi
melakukan putaran paksi luar, penolong memegang kepala bayi secara biparietal, tarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, tarik keatas untuk melahirkan bahu
belakang, sangga susur dan telusuri badan bayi sampai seluruh badan bayi lahir. Bayi
lahir spontan pukul 06.30 WIB, jenis kelamin laki-laki, BB : 2900 Gram PB : 49 cm.
Nilai bayi segera setelah lahir, Menilai bayi dengan cepat bayi menangis kuat, gerak
aktif ,warna kulit merah, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan
badan bayi dengan handuk, membungkus kepala dan badan bayi . Palpasi apakah ada
janin kedua atau tidak ternyata tidak ada. Beritahu ibu akan dilakukan penyuntikan,
1/3 paha bagian luar. Jepit tali pusat, Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira
20
3 cm dari pangkal pusat bayi, melakukan urutan kearah ibu dan memasang klem kedua
2 cm dari klem pertama kearah ibu, memegang tali pusat dengan satu tangan,
melindungi perut bayi dari gunting dan memotong tali pusat lalu ikat tali pusat dan
bungkus dengan kasa steril, lakukan IMD , melakukan IMD dengan meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi tengkurap seperti katak( skin to skin), sampai bayi
Subjektif
Ibu mengatakan lelah dan senang karena bayinya telah lahir dan Ibu mengatakan
Objektif
compos mentis. palpasi : tidak ada janin ke dua. TFU sepusat. kontraksi uterus baik.
kandung kemih kosong. Tanda dan gejala pelepasan plasenta yaitu: uterus membulat
atau globuler, tali pusat memanjang saat direnggangkan, adanya semburan darah tiba
tiba.
Assesment
Planning
Jelaskan pada ibu akan dilakukan pengeluaran plasenta, Menjelaskan kepada ibu
bahwa akan dilakukan pengeluaran plasenta, ibu mengerti atas penjelasan yang
diberikan. Cek tanda pelepasan plasenta, Mengecek tanda pelepasan plasenta seperti
semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, uterus menjadi globuler, Plasenta
sudah terlepas. Lakukan PTT, Melakukan PTT dengan cara memindahkan klem tali
21
pusat 5-10 cm didepan vulva kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali
dengan tangan kanan dan tangan kiri diatas supra simpisis mendorong uterus keatas
dorso cranial, regangkan tali pusat kebawah mengikuti jalan lahir hingga plasenta
nampak didepan vulva 2/3 bagian, tangkap plasenta kemudian lakukan pemutaran
searah jarum jam sampai plasenta dan selaputnya lahir, plasenta lahir pukul 06.35
WIB. Mengajarkan keluarga ibu memassase perut ibu, dan meminta tolong pada
kelurga ibu untuk membantu Masase fundus uteri ibu. dan mengecek kelengkapan
tebal 2,5 cm tidak terjadi pengapuran). Memeriksa kontraksi uterus, kontraksi baik
dan mengajarkan suami untuk melakukan masase. Periksa luka laserasi, Memeriksa
perinium apakah ada laserasi, terjadi luka laserasi grade II dan dilakukan hecting.
Subjektif
Objektif
Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum ibu baik. Kesadaran: composmentis. Tekanan
Kontraksi uterus baik. TFU 1 jari di bawah pusat. Kandung kemih kosong. Perdarahan
pervaginam ± 50 cc.
Assesment
22
Planning
dalam batas normal, kontraksi baik, perdarahan normal. Ibu mengerti hasil
pemeriksaan. Jelaskan pada ibu tentang rasa mules, Menjelaskan kepada ibu tentang
penyebab rasa mules setelah persalinan adalah merupakan hal yang normal karena
rasa mules tersebut akibat proses pemulihan uterus kebentuk semula. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang dijelaskan oleh bidan. Lakukan masase fundus uteri,
Plasenta dan selaput dan kotiledon lengkap.Periksa robekan jalan lahir, Memeriksa
robekan jalan lahir, Terdapat laserasi derajat II. Lakukan hecting pada luka laserasi,
melakukan hecting yaitu Menjahit luka perineum dengan anestesi, Luka perineum
dijahit 5 jahitan. Ajari ibu cara menilai kontraksi dengan baik, Mengajari ibu cara
menilai kontraksi uterus dan cara melakukan massage uterus jika kontraksi uterus
kurang baik, Respons ibu baik dan mau mengikuti cara untuk melakukan massage
uterus. Bersihkan perineum, Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu
dan mengganti pakaian yang bersih, Ibu merasa nyaman. Observasi ibu,
Mengobservasi TTV, kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan selama 2
jam (15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam kedua),
Terlampir di partograf. Anjurkan ibu untuk makan dan minum, Menganjurkan ibu
untuk makan dan minum serta istirahat, Ibu minum teh manis. Rencanakan pemberian
Melengkapi partograf kala III dan IV. Partograf sudah dilengkapi. Rapikan alat-alat,
merapikan alat-alat dan merendamnya dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Aalat-alat sudah dirapikan. Berikan nutrisi pada ibu, Memberi makan dan minum
23
pada ibu agar ibu tidak terlalu kelelahan. Ibu sudah makan dan minum. Berikan terapi
obat pada ibu, Memberi terapi obat-obatan berupa antibiotik amoxicillin 500mg 3x1
tablet sehari, mefinal 500mg 3x1, cefixime 3x1 dan vitamin penambah darah 2x1
tablet sehari. Ibu sudah diberikn obatnya. Pindahkan ibu keruang perawatan,
Memindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam post partum. Ibu sudah
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan asuhan kebidanan pada Ny. D dengan
kasus robekan perineum derajat II di Klinik & RB Cahaya Amalia, maka dapat melihat ada
terjadi hampir semua persalinan pertama (primigravida) dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Gejala dan tanda robekan jalan lahir yang selalu ada : perdarahan segera dengan
jumlah yang bervariasi banyaknya, darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta baik, sedangkan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin
Ny. D dengan robekan perineum derajat II adalah : ibu hamil kedua, pada robekan perineum,
terdapat pengeluaran darah segar sebanyak kurang lebih 150 cc setelah bayi lahir, kontraksi
uterus baik dan plasenta lahir spontan dan lengkap, serta keadaan baik. Maka tidak ada
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah akibat adanya robekan jalan lahir
dan dapat menyebabkan infeksi dimana suhu badan biasanya meningkat sampai 38 0C, nadi
akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat,
pernafasan bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga menjadi tidak normal. Sedangkan
pada kasus ibu bersalin Ny. D tidak terjadi masalah potensial tersebut di atas. Maka dapat
Menurut (Mochtar, 2002 : 12) bila dijumpai robekan perineum, lakukan penjahitan luka
dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah
vagina (dead space) yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka dan berikan antibiotika yang cukup.
25
Sedangkan pada kasus ibu bersalin Ny. D dengan robekan perineum derajat II dilakukan
penjahitan luka dan diberikan antibiotika yang cukup sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek di lapangan. Tahap evaluasi pada ibu bersalin Ny. D dengan robekan
perineum derajat II antara lain : kemajuan persalinan baik, bayi lahir spontan pukul 06.30
WIB, segera menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, PB : 49 cm, BB : 2900 gram, plasenta
lahir spontan lengkap pukul 06.35 WIB, terdapat robekan perineum derajat II dan sudah
dilakukan penjahitan, perdarahan 150 cc, dan ibu sudah dibersihkan dari darah dan cairan
lain.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina
dan otot perineum transversalis, tetapi tidak sampai mengenai otot sfingter ani dan
biasanya disebabkan karena partus presipitatus, kepala janin besar dan janin besar,
presentasi defleksi (dahi, muka), primigravida, letak sungsang dan after coming head,
Asuhan yang telah dilakukan pada ibu bersalin Ny. D dengan robekan perineum
derajat II yang disebabkan karena perineum kaku, dan ini merupakan kehamilan kedua
dengan keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu tubuh 370C,
dengan memeriksa sumber perdarahan, dimana darah yang keluar berwarna merah dan
segar segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta lahir spontan, lengkap.
robekan perineum segera lakukan penjahitan dengan prinsip aseptik (baik) dan jika
perineum tidak dijahit dengan baik, maka akan menyebabkan lapangnya luka perineum
dan pada ruptur perineum komplete dapat terjadi beser berak (inkontinensia alvi), alat
kemaluan menjadi kurang baik, dan juga menyebabkan perdarahan dan infeksi.
27
5.2 Saran
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang
Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan kpada
Semoga dengan adanya presentasi kasus ini dapat dijadikam klarifikasi antara teori
28
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo.
Rohani dan Reni Saswita. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba
29