Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan,
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada
jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan
melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian
tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam.

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.

Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui
evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana diagnosa keperawatan dalam kebutuhan eliminasi urin ?

1.3 Tujuan

1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari eliminasi urin

2 Tujuan Khusus

1 Menjelaskan anatomi fisiologisistem perkemihan

2 Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine

3 Menjelaskan proses perkemihan

4 Menjelaskan masalah eliminasi urin

5 Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine

6 Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yan berupa urin
maupun fekal.
Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah
di glomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk di filterisasi, hanya 1-2 liter
saja yang dapat berupa urin sebagian besar hasil filterisasi akan di serap kembali di tubulus
ginjal untuk di manfaatkan oleh tubuh.

B. FISIOLOGI DAN ANATOMI ELIMINASI URIN


Urin di produksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat berfariasi antara 0,5-2ml/menit.
Aliran urin masuk ke kandung kemih di kontrol oleh gelombang parasteltik yang terjadi
setiap 10-150 detik. Aktifitas saraf parasimpatis meningkatkan frekwensi peristaltic dan
stimulasi simpatis menurunkan frekwensi. Organ-organ tubuh yang barperan dalam proses
eliminasi urin yaitu :

Ginjal
Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 12 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dan tebalnya 2,5
cm dan beratnya sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di area
retroporitonial pada bagian belakang dinding abdomen di samping depan vertebra, setinggi
torakal 12 sampai lumbal ke 3. Ginjal di sokong oleh jaringan adiposa dan jaringan
penyokong yang di sebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal yang berguna
untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah dan kelenjar adrenal terhadap adanya
trauma. Ginjal terdiri atas tiga area yaitu korteks, medulla dan pelvis.
Nefron merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung 1 sampai 4
juta nefron yang merupakan unit pembentukan urin. Proses filtrasi, absorbsi dan sekresi di
lakukan oleh nefron. Filtrasi terjadi di glomerulus yang merupakan gulungan kapiler di
kelilingi oleh kapiler dan di kelilingi oleh kapsul epitel berbanding ganda yang di sebut
kapsul bowman. Filtrasi gromerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
gromerular. Glomerular Filtrasi Rate(GFR) adalah jumlah filtrate yang terbentuk per menit
dari semua nefron pada kedua ginjal. GFR merupakan indikasi jumlah filtrasi yang terjadi.
Rata-rata jumlah GFR normal pada orang dewasa adalah 125ml/menit atau 180 liter/24 jam.

Fungsi utama ginjal


1. Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
2. Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.
3. Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta asam dan
basa.
4. Menghasilkan rennin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.
5. Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstimulasi pembentukan sel-sel darah
merah di sum-sum tulang.
6. Membantu dalam pembentukan vitamin D.

Ureter
Setelah urin terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu ke bladder melalui
ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai dengan 30 cm dengan diameter 4
sampai 6 mm. setelah meninggalkan ginjal ureter berjalan ke bawah di belakang
peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih. Lapisan tengah ureter terdiri atas
otot-otot yang distimulasi oleh transmisi impuls elektrik berasal dari saraf otonom. Akibat
gerakan peristaltik ueter maka urin di dorong ke kandung kemih.

Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urin. Terletak di dasar panggul pada
daerah retroperitoneal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil. Kandungan kemih
terdiri atas dua bagian yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot lingkar, tersusun
dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher
kandung kemih terdapat spinter interna. Spinter ini di control oleh system saraf otonom.
Kandung kemih dapat menampung 300 sampai 400 ml urin.

Uretra
Merupakan saluran pembuangan urin yang langsung keluar dari tubuh. Kontrol pengeluaran
urin terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter eksterna yang dapat di control oleh
kesadaran kita. Poanjang uretra wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada pria 20
cm sehingga pada wanita lebih beresiko terjadinya infeksi saluran kemih. Bagian paling luar
dari urtra di sebut meatus urinary. Pada wanita meatus urinari terletak antara labio minora,
di bawah clitoris dan di atas vagina

C. KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI URINE

Karakteristik urin
Urin normal mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Volume. Pada orang dewasa rata-rata urin yang di keluarkan setiap berkemih berkisar
250-400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika pengeluaran urin kurang dari
30 ml/jam, kemungkinan terjadi tidak adekuatnya fungsi ginjal.
2. Warna. Urin normal warnanya kekuning-kuningan jernih warna inii terjadi akibat adanya
urobilin. Warna lain separti kuning gelap ataw kuning gelap atau warna coklat dapat terjadi
pada dehidrasi. Obat-obatan juga dapat mengubah warna urin separti warna merah atau
oranye gelap.
3. Bau bervariasi tergantung komposisi. Bau urin aromataik yang menyengat atau
memusingkan timbul karena mengandung ammonia.
4. pH sedikit asam antara 4,5 – 8 atau rata-rata 6,0. Namun demikian pH di pengaruhi
oleh intake makanan. Misalnya urin vegetarian menjadi sedikit basa.
5. Berat Janis 1.003-1.030.
6. Komposisi air 93-97%.
7. Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335.
8. Bakteri tidak ada.

Komposisi urin
Lebih dari 99% dari 180 liter filtrate di filtrasi oleh glomerolus dan kemudian
direabsorsi kembali dalam darah.urin mempunyai komposisi di antaranya :
1. Zat buangan nitrogen separti urea yang merupakan hasil daeminasi asam amino oleh hati dan
ginjal.
2. Hasil nutrient dan metabolisme separti karbohidrat, keton, lemak dan asam amino.
3. Ion-ion seperti natrium, klorida, kalium, kalsium dan magnesium.
Prosedur Bedah Usia Konsumsi obat

Pemberian Tidak mampu


Menurunnya Obat diuretik
analgesik narkotik merasa berkemih
fungsi sfingter
dan anastesi

Melambat laju Mencegah


Otot sfingter tidak Otot sfingter tidak
filtrasi glomerulus reabsorpsi air
merespon keinginan merespon keinginan
berkemih berkemih

Urin menumpuk
Mengurangi haluan
Urine keluar tanpa dikantong kemih
urine
disadari

Retensi Urine Inkontinensia Urine


Refleks
Inkontinensia Urine
Fungsional

Gangguan Eliminasi Urine


D. PERUBAHAN POLA BERKEMIH
1. Frekwensi: meningkatnya frekwensi berkemih tanpaa intake ciaran yang meningkat,
biasanya terjadi pada sistitis, stress dan wanita hamil.
2. Urgensi: perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan sfingter untuk mengontrol kurang.
3. Disuria: rasa sakit dan kesulitan untuk berkemih. Baiasanya terjadi pada infeksi
saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
4. Poliura (Diuresis): produksi urin melibihi normal tanpa peningkatan intake cairan
misalnya terjadi pada pasien diabetes mellitus.
5. Urinary suppression: keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urin secara tiba-tiba.
Anuria (urin kurang dari 100 ml/24 jam) dan oliguria (urin berkisar 100-500 ml/24 jam).

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URIN


1. Pertumbuhan dan perkembangan. Usia dan berat badan dapat mempengaruhi
jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut, volume kandung kemih berkurang.
2. Sosiokultural. Budaya mssyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi
pada tempat tertutup, dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi
terbuka.
3. Psikologis. Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkamih.
4. Kebiasaan seseorang. Misalnya seseorang hanya bisa berkemih hanya di toilet,
sehingga ia tidak dapat berkemih dengan pot urin.
5. Tonus otot. Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot
abdomen dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang.
6. Intake cairan dan makanan. Alcohol menghambat antideuretic hormone(ADH) untuk
meningkatkan pembuangan urin. Kopi, the, coklat dan kola yang mengandung kafein
dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.
7. Kondisi penyakit. Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin
karena banyak cairan yang di keluarkan melalui kulit.
8. Pembedahan. Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerolus sehingga
produksi urin akan menurun.
9. Pengobatan. Penggunaan deuretik meningkatkan output urine; antikolinergik
dan antihipertensi menimbulkan retensi urine.
10. Pemeriksaan diagnostik. Sitoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra
dan spasme pada sfingter kandung kemih sehingga dapat menimbulkan urin.

F. MASALAH-MASALAH ELIMINASI URIN


1. Retensi urin. Merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih dan
keridakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi
kandung kemih adalah urin yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml.
Normalnya adalah 250-400 ml.
2. Inkontinensia urin. Adalah ketidakmamapuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urin. Ada dua jenis inkotinensia yaitu: inkotinensia
stress dan ikontinensia urgensi.
3. Enuresis. Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak
atau orang jompo.

NOC
Urinary elimination 0503
- Intake dan output cairan seimbang
- Rasa nyeri hilang
- Pasien merasa tenang dan tidak stress
- Frekwensi urin normal
- Bau urin normal

NIC
Urinary elimination management 0590
- Ukur intake dan output cairan
- Bantu mempertahankan normal berkemih
- Berikan obat-obat yang mengurangi nyeri
- Tenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang bisa menimbulkan stress
- Tingkatkan intake cairan
- Pasang kateter
G. Macam-macam gangguan eliminasi

1. Bowel incontinence (p. 22) atau inkontinensia alvi/faeces.

Perubahan pola kebiasaan defekasi. Bisa diakibatkan oleh diare kronis, pola
makan, immobilisasi, stres, pengobatan, kurang kebersihan pada saat toileting, dll.
Bedakan dengan diagnosis “Diare”. Pada diagnosis ini, faeces biasa, hanya polanya saja
yang berubah. Misalnya rutin sehari sekali, karena faktor-faktor yang berhubungan,
menjadi dua atau tiga hari sekali.

2. Diarrhea (p. 71) atau diare.

Data utamanya adalah faeces tidak berbentuk sampai dengan cair. Indokator
utamanya adalah buang air besar (cair) minimal tiga kali dalam satu hari. Hasil auskultasi
abdomen, kram perut dan nyeri perut merupakan tanda-gejala yang lainnya. Faktor yang
berhubungan dibagi menjadi tiga kelompok; fisiologis, psikologis dan situasional.
Misalnya karena kecemasan, tingkat stres tinggi, proses peradangan, iritasi, malabsorpsi,
keracunan, perjalanan jauh, konsumsi alkohol dan pengaruh radiasi.

3. Impaired urinary elimination (p. 234) atau gangguan eliminasi urin.

Karakteristiknya: disuria, frekuensi buang air kecil meningkat, hesitansi,


inkontinensia, nokturia. Di NANDA memang agak sedikit rancu. Salah satu karakteristik
yang disebutkan untuk diagnosis ini adalah “retention”. Padahal sudah ada diagnosis
“Retensi urine”. Sehingga disarankan kalau pasien memang mengalami retensi urin,
langsung diangkat saja menjadi diagnosis “Retensi urin”. Untuk mengangkat diagnosis
keperawatan “Gangguan eliminasi urin”, perlu dijelaskan gangguan yang mana. Jika
pasien mengeluh sering terbangun untuk kencing di malam hari, maka bisa diambil
“Gangguan eliminasi urin: nokturia”. Jika pasien beser (buang air kecil tidak terkontrol
dan terus menerus), bisa diangkat menjadi “Gangguan eliminasi urin: inkontinensia”. Dan
seterusnya, sesuai data yang diperoleh dari pengkajian.

4. Readiness for enhanced urinary elimination (p. 235) atau potensial peningkatan eliminasi
urine (diagnosis sejahtera).
5. Urinary retention (p. 236) atau retensi urin.

Tidak dapat mengosongkan urin secara lampias. Karakteristiknya: palpasi blader


terasa tegang, sakit saat buang air kecil, sampai dengan tidak keluarnya urin sama sekali.
Faktor yang berhubungan: kekuatan spincter, tekanan tinggi pada uretral dan adanya
hambatan (harus dibuktikan dengan adanya hasil pemeriksaan).

6. Constipation (p. 44) atau konstipasi


7. Perceived constipation (p. 46) atau perkiraan konstipasi (klien mendiagnosis dirinya
sendiri menderita konstipasi, biasanya faktor yang berhubungan adalah kepercayaan
budaya, kepercayaan keluarga, pemahaman yang salah atau gangguan proses pikir)
8. Risk for constipation (p. 47) atau resiko konstipasi.
BAB III
Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan
(1) Pola berkemih
(2) Gejala dari perubahan berkemih
(3) Faktor yang memengaruhi berkemih
b) Pemeriksaan fisik
(1) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri
tekan, tenderness, bising usus.
(2) Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
(3) Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
c) Intake dan output cairan
(1) Kaji intake dan ouput cairan dalam sehari (24 jam)
(2) Kebiasaan minum dirumah
(3) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT
(4) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
(5) Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
(6) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d) Pemeriksaan diagnostik
(1) Pemeriksaan urine (urinalisis)
(a) Warna : (N : jernih)
(b) Penampilan : (N : jernih)
(c) Bau (N : beraroma)
(d) pH : (N : 4,5-8,0)
(e) Berat jenis (N : 1,005 – 1,030)
(f) Glukosa (N : negatif)
(g) Keton (N : negatif)
(2) Kultur urine (N: kuman patogen negatif)
2) Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan Ketidakmampuan saluran kemih


akibat anomaly saluran urinaria.
Tujuan yang diharapkan :
(a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
(b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
(c) Klien berkemih dalam keadaan rileks

b) Retensi urine berhubungan dengan Adanya hambatan pada afingter akibat penyakit
struktur, BPH, dll.

Tujuan :
1. Memahami arti eliminasi urine.
2. embantu mengosongkan kandung kemih secara penuh.
3. Mencegah infeksi.
4. Mempertahankan integritas kulit.
5. Memberi rasa nyaman.
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih.
7. Memberikan asupan cairan secara cepat.
8. Mencegah kerusakan kulit.
9. Memulihkan self esteem/ mencegah tekanan emosional.
3. Intervensi

Diagnosa I
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Rasional : membantu mencegah distensi
atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi Rasional : meningkatkan kekuatan otot
dokter/fisioterapi ginjal dan fungsi bladder.
3. Kolaborasi dalam bladder training Rasional : menguatkan otot dasar pelvis
4. Hindari faktor pencetus inkontinensia Rasional : mengurangi / menghindari
urine seperti cemas inkontinensia

5. Kolaborasi dengan dokter dalam Rasional : mengatasi faktor penyebab


pengobatan dan kateterisasi

6. Jelaskan tentang : Rasional : meningkatkan pengetahuan dan


· Pengobatan diharapkan pasien lebih kooperatif.
· Kateter
· Penyebab
· Tindakan lainnya
Diagnosa II

Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Rasional : Menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 Rasional : memonitor keseimbangan cairan
jam
3. Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan Rasional : menjaga defisit cairan
kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam Rasional : mencegah nokturia

5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit Rasional : membantu memonitor


dan berat badan keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan
bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih Rasional : relaksasi pikiran dapat
meningkatkan kemampuan berkemih.
8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi Rasional : menguatkan otot pelvis
dokter/fisioterapi
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter Rasional : mengeluarkan urine
DAFTAR PUSTAKA

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC, 1997.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson.Nursing Out Comes (NOC), United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai