Anda di halaman 1dari 24

METODE KERJA

PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN

Gambar 1. Peta Lokasi Proyek

1. Pekerjaan Umum
1.1. Pekerjaan Persiapan
a. Rapat Persiapan
Mengadakan rapat persiapan pelaksanaan sebelum melaksanakan pekerjaan di
lapangan guna terciptanya kerjasama yang baik antara semua pihak yang berkaitan
dalam proyek. Pembahasan dalam rapat persiapan ini meliputi:
1. Penyusunan struktur organisasi tim inti proyek.
2. Tata cara pengaturan kerja dan manajemen K3 agar pelaksanaannya efisien dan
aman di lapangan.
3. Jadwal pengadaan material, peralatan kerja, dan tenaga kerja.
4. Meninjau kembali penjadwalan pekerjaan yang sesuai dengan volume, waktu,
dan mutu.
5. Lokasi sumber bahan material, estimasi kuantitas bahan, dan rencana
pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
b. Survey Lokasi Proyek
Survey lokasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi pasti di lapangan
yang akan digunakan sebagai acuan dalam penentuan batas-batas bangunan, pemilihan
metode kerja, pengaturan tata letak lapangan, dan jenis serta sistem mobilisasi alat
berat.

2. Pekerjaan Pengukuran
Sebelum proyek dilaksanakan, haruslah didahului pekerjaan stake out. Hasil pekerjaan
ini akan digunakan untuk keperluan shop drawing dan perhitungan kuantitas aktual
volume pekerjaan.
a. Metode Kerja
 Pekerjaan dilakukan per segmen jalan. Dimana pada ruas 1 panjang jalan 200
meter , ruas 2 panjang jalan 104 meter, ruas 3 panjang jalan 279 meter, ruas 4
panjang jalan 117 meter, ruas 5 panjang jalan 191 meter, ruas 6 panjang jalan
89 meter, ruas 7 panjang jalan 72 meter, dan ruas 8 panjang jalan 349 meter.
Total panjang jalan yaitu 1401 meter.
 Pengukuran koordinat dari titik BM eksisting untuk proses stake out dan
menentukan patok BM proyek. Pekerjaan ini dilakukan dengan Metode Poligon
terbuka sepanjang jalan rencana.

Gambar 2. Pengukuran Koordinat

 Pembuatan patok kayu dipasang tiap jarak 100 meter pada sisi luar di setiap jalur
untuk pembentukan jalan rencana.
 Pengukuran kontrol vertikal dengan sistem beda tinggi pada titik-titik polygon
yang telah ada. Pengukuran ini dilakukan sepanjang sumbu as jalan rencana
untuk mengetahui bentuk profil dari STA awal sampai STA akhir. Profil ini
menunjukkan ketinggian pada setiap titik yang dikontrol di sepanjang sisi
sumbu jalan.

b. Alat yang Digunakan


 1 unit Theodolite Digital
 1 unit tripod/kaki tiga
 1 unit prisma dan unting-unting
 4 unit rambu ukur yang memiliki nivo
 1 pasang roll meter dan meteran baja
 1 unit Waterpass
 1 unit palu
 Patok kayu, paku, dan benang
 Lembar untuk mencatat hasil pengukuran

3. Mobilisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan di
lapangan dalam mendukung kelancaran pekerjaan proyek. Sumber daya ini meliputi
alat, bahan/material dan tenaga kerja.
a. Mobilisasi Alat
Mobilisasi alat berat untuk ditempatkan ke lokasi proyek sesuai kebutuhan
pekerjaan dan penjadwalan alat berat. Mobilisasi alat berat menggunakan truk trailer
dari tempat penyewaan menuju lokasi proyek dengan mempertimbangkan rute jalan
yang dapat diakses.

Gambar 3. Mobilisasi Alat


b. Mobilisasi Bahan/Material
Mobilisasi bahan/material dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan jadwal
pengadaan bahan. Kegiatan ini berlangsung selama pekerjaan proyek. Pendatangan
material dilakukan minimal 1 hari sebelum material digunakan agar dapat melakukan
pengecekan mutu dan kualitas material tersebut.

Gambar 3. Mobilisasi Material

c. Mobilisasi Tenaga Kerja


Tenaga kerja meliputi tenaga kerja ahli dan pekerja (tukang). Mobilisasi tenaga
kerja dilakukan sesuai dengan jadwal proyek dan terkait dengan jumlah dan
kompetensi.

4. Pekerjaan Pembersihan Lahan


a. Metode Kerja
 Pembersihan lahan untuk trase jalan sepanjang 1401 meter dari STA awal
hingga akhir dan selebar 11 m.
 Untuk pembersihan lahan berupa semak belukar dan pohon. Pembersihan ini
dilakukan oleh pekerja secara manual untuk menebang/merobohkan pohon,
kemudian dibersihkan bulldozer dan dikumpulkan pada setiap 50 meter, hasil
pembersihan akan diangkut wheel loader pada setiap disposal ke dalam dump
truck dan dibakar atas persetujuan direksi.

Gambar 4. Pembersihan Lahan

b. Alat yang digunakan


 Bulldozer
 Excavator
 Wheel Loader
 Dumptruck

5. Pemadatan Tanah dan Pembentukan Penampang Jalan


Pekerjaan ini dilakukan bergantian antara pemadatan dan pembentukan penampang
jalan.
a. Metode Kerja
 Tanah dasar pada permukaan rencana jalan dipadatkan sesuai dengan elevasi
yang direncanakan.
 Pekerjaan ini dilakukan berulang dengan beberapa lintasan dan overlay blade
diikuti pengecekan elevasi kemiringan dan kerataan badan jalan.
Gambar 5. Alur Kerja Roller dan Motor Grader

 Pekerjaan ini dilakukan menggunakan motor grader dan vibro roller. Dilakukan
pemadatan dengan vibro terlebih dahulu, kemudian motor grader membentuk
penampang jalan. Setelah itu dipadatkan kembali dengan vibro roller. Begitu
seterusnya hingga terbentuk kemiringan penampang yang direncanakan

Gambar 6. Ilustrasi Pekerjaan Pemadatan Tanah


b. Alat yang digunakan
 Drum Vibratory Roller
 Motor Grader

6. Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Tebal 30 cm


Lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan daya dukung beban, dengan
pendistribusian beban melalui ketebalan tertentu, tebal lapisan pondasi atas pada
proyek ini direncanakan 30 cm. Fungsi dari lapisan Base Course adalah :
1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban roda kelapisan bawahnya;
2. Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah;
3. Sebagai perletakkan terhadap bagian permukaan.
Bahan yang digunakan dalam lapisan ini adalah terdiri dari batu pecah atau kerikil.

a. Metode Kerja

 Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Base A kelokasi pekerjaan menggunakan Dump truck
dan loadingnya dilakukan dengan menggunakqn wheel loader. Pengecekan
dan pencatatan volume material dilakukan pada saat tiba dilokasi pekerjaan
sebelum material di stack. Material diiurunkan dengan jarak dan volume
terlentu untuk memudahkan pada saat penghamparan agar tidak terjadi
kelebihan material disatu tempat dan kekurangan material ditempat lain.
 Penghamparan Material Agregat Lapis Pondasi
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakqn Matar Grader dalam
tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kondisi cuaca yang memungkinkan
2. Panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai dengan
kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi.
3. Material yang tidak dipakai dipisahkan denqan dilempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.

Gambar 7. Proses Peghamparan

 Proses Pelaksanaan Pemadatan Material Agregat Lapis Pondasi


Pemadalan dilakukan dengan menggunakan vibra Roller, dimulai dari bagian
tepi ke bagian tengah. Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
 Asumsi :
1. Pelaksanaan ini menggunakan alat berat {secara mekanik)
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Material aggregat kelas A dicampur di Base Camp Kontraktor

 Prasedur Pelaksanaan :
1. Pencampuran agregat kelas A dicampur di Base Camp dengan
menggunakan alat Wheel Loader
2. Pengisian aggregat kelas A ke Dump Truck dilaksanakan dengan
memakai alat Wheel Laader
3. Proses pekerjaan pemadatan di lapangan yang pertama kali setelah
material di hamparkan secara merata yaitu di padatkan dengan
compactor setelah agak merata kemudian di siram air secara merata
dengan menggunakan water tank dengan kapasitas 5000 liter.
4. Setelah air merata di permukaan agregat yang sudah di padatkan
kemudian agregat lapis pondasi di padatkan lagi dengan vibratory roller
sampi merata dan padat. Fungsi penyiraman ini untuk pemadatan, karena
dengan adanya penyiraman air ini rongga-rongga antara agregat akan
terpadatkan dengan sendirinya dan saling mengunci sehingga tidak ada
rongga udara di dalamnya.

Gambar 8. Proses Pemadatan


Gambar 9. Pekerjaan Penyiraman Air dan Pemadatan

Gambar 10. Hasil Akhir Setelah Selesai Proses Pemadatan

 Uji CBR
CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.
Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu :
1. Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memikul berat
kendaraan yang akan memakainya.
2. Permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari roda-
roda kendaraan, juga terhadap air dan hujan.
Gambar 11. Contoh Pengujian CBR

Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara


keseluruhan, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran,
baik pada perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut
akan bergelombang besar dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak
sama sekali. Sedangkan kalau perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang
kuat, maka permukaan jalan mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang
kecil dan pada akhirnya akan bertambah banyak dan bertambah besar sampai
perkerasan jalan menjadi rusak secara keseluruhan. Jadi untuk menilai kekuatan
dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini digunakan untuk
menilai kekuatan yang juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal lapisan
dari suatu perkerasan.

Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin tinggi
kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun
demikian, hal itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan
kadar air rendah untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air
tidak konstan pada nilai rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan
dapat meresap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar
air mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang disebut
kadar air keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi kering dapat
ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu percobaan pemadatan dan
CBR.

 Uji Sand Cone


Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan
menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat
kering,bersih,keras,tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di lapangan
dengan berat isi kering laboratorium. Gambar proses tes kepadatan lapangan
menggunakan alat sand sone. Dari proses uji CBR dan Sand Cone apabila di dapat
data tidak sesuai spesifikasi maka akan di lakukan perbaikan lapis agregat pondasi
atau pemadatan ulang.

Gambar 11. Contoh Pengujian Sand Cone


7. Pekerjaan Laston Atas (Asphalt Treated Base) Tebal = 5 cm
Salah satu jenis dari Aspal beton campuran panas adalah campuran ATB (Asphalt
Treated Base). Campuran ATB (Asphalt Treated Base) adalah lapis pondasi atas
(Laston Atas) yang terletak di bawah lapis permukaan yang khusus diformulasikan
untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelahan.

a. Bahan
 Agregat
Agregat yang dipergunakan untuk Laston Atas berupa sirtu hasil pecah mesin
(crushed gravel) atau batu pecah (chrused stone) yang bersih dari lempung,
bahan-bahan organik dan bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki, serta
memenuhi persyaratan berikut :
 Kehilangan berat akibat abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
: 40% (MPJB.PB.0206 – 1976).
 Kelekatan agregat terhadap aspal 95% (MPJB.PB.0205 – 1976).
 Indeks kepipihan agregat maksimum 25% (BS)
 Minimum dari agregat kasar yang tertahan saringan no.4 harus mempunyai
satu bidang pecah.
 Peresapan agregat terhadap air maksimum 3% (MPJB.PB.0202 – 1976).
 Berat jenis semu (apparent) (MPJB.PB.0202 – 76) agregat minimum 2,50.
 Gumpalan lempung dalam agregat maksimum 25%.
 Pasir untuk Laston Atas harus non-plastis, (MPJB.PB.0109 – 76 dan
MPJB.PB.0111 – 76) bersih dari bahan-bahan lempung, organik dan bahan-
bahan lainnya yang tidak dikehendaki serta mempunyai Sand Equivalen
minimum 50% (AASHTO T – 176).

b. Bahan Pengikat
 Aspal keras yang digunakan adalah dari jenis Penetrasi 60/70 atau penetrasi
80/100 yang memenuhi persyaratan.
 Aspal cair yang digunakan untuk lapis resap pengikat (Prime Coat) terdiri dari
jenis MC-30, MC-70, MC-250, aspal emulsi dari jenis CMS atau MS yang
memenuhi persyaratan.
 Aspal cair yang digunakan untuk lapisan pengikat (Tack Coat), adalah dari
jenis RC-70, RC-250, aspal emulsi jenis CRS atau RS yang memenuhi
persyaratan.

c. Peralatan
 Peralatan Pencampur :
 Unit peralatan pencampur aspal (AMP)
 Shovel loader
 Sekop, pahat dan alat-alat bantu lainnya
 Peralatan lapangan :
 Mesin penghampar (Asphalt Finisher)
 Mesin gilas tandem atau mesin gilas roda tiga 4 – 6 ton
 Dump Truck
 Mesin penyemprot aspal
 Kompresor
 Sekop, garu, sikat, balok kayu, gerobak dorong, dan alat-alat bantu lainnya.
 Peralatan laboratorium lapangan, disesuaikan dengan jenis-jenis pengujian yang
dipersyaratkan.

d. Metode Kerja
 Produksi Campuran
 Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan rencana campuran.
 Pencampuran harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sampai bahan
tercampur baik dan merata.
 Agregat dipanaskan maksimum 150º C. Temperatur aspal harus lebih
rendah atau sama dengan temperatur agregat, dengan perbedaan maksimum
15º C. Temperatur campuran ditentukan oleh jenis aspal yang
dipergunakan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk pen 60/70 : 130º C – 165º C
Untuk pen 80/100 : 124º C – 162º C
 Persiapan Lapangan
 Bentuk permukaan kearah memanjang dan melintang harus telah
dipersiapkan sesuai dengan gambar rencana.
 Permukaan harus bebas lempung, bahan-bahan organis & bahan lainnya
yang tidak dikehendaki.
 Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus dibuat cukup
lembab (tidak terlalu kering). Permukaan yang menggunakan bahan
pengikat harus kering
 Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat, harus diberi lapis
pengikat (prime coat), sebanyak 0,6 – 1,5 l/m2.
 Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis pengikat
(tack coat), sebanyak maksimum 0,5 l/m2.

 Pengangkutan
 Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat dari
metal, rapat, bersih dan disemprot dengan air sabun, fuel oil, parafin oil,
atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya adspal di bak dump truck.
 Selama pengangkutan, sebaiknya campuran di tutup dengan terpal, untuk
melindunginya dari pengaruh cuaca

 Penghamparan
 Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi tarjauh dari kedudukan unit
peralatan campuran aspal ( AMP – Aspahalt Mixing Plent ) dan berakhir di
posisi terdekat, sesuai yang direncanakan.
 Campuran harus dihampar pada temperatur 115º C.

 Pemadatan
 Pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur
minimum 80º c dengan menggunakan mesin gilas roda besi tandem atau
mesin gilas roda tiga ( 4-6 ton ) sebanyak 2-4 lintasan pada kecepatan 5-10
Km/Jam.
 Segara sesudah pemadatan awal selesai, dilakukan pemadatan antara
(Intermediate rolling), dengan menggunakan mesin gilas roda karet ( 10-12
ton ) dengan tekaqnan ban 70-80 psi, pada kecepatan 5-10 km/jam.
 Terakhir, Pemadatan akhir ( finishing rolling ) dilakukan dengan mesin
gilas besi tandem ( 4-6 ton ) segera sesudah pemadatan antara berkhir
sebnayk 4-6 lintasan, pada kecepatan 5-8 km/jam. Pada temperatur
minimum 60º C atau sedikit di atas titik lelah aspal yang digunakan
pemadatan harus sudah berakhir.

 Cara Pemadatan
 Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari jalan tepi perkerasan sejajar as
jalan menuju ketengah.
 Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejara jalan
menuju kebagian yang tinggi.
 Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah
sejajar as jalan menuju kebagian yang tinggi.
 Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditempatkan dimuka
 Pada waktu pemadatan roda mesin gilas harus di basahi dengan air.
 Laston atas dapat dibuka untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah setelah
pemadatan akhir selesai, dan temperatur sudah turun sampai dibawah titik
lembek aspal (setalah ± 2 jam). Dapat dibuka untuk lalu lintas penuh setelah
empat jam.
Hasil kepadatan harus mencapai minimal 75 % dari kepadatan labolatorium.
Lebar dan tebal lapisan padat harus sesuai dengan gambar rencana dengan
toleransi sebagaimana ditetapakan Direksi.
8. Pekerjaan HRS Hotmix Tebal = 3 cm

a. Metode Kerja
 Proses produksi Hotmix menggunakan AMP (Asphalt Mixing Plant) .
Pengangkutan Hotmix tersebut dilakukan dengan Dump Truck, dan untuk
menjaga temperature dari hotmix maka ditutup dengan terpal.
 Setibanya material Hotmix dilokasi pekerjaan, sebelum dilakukan
penghamparan dengan Asphalt Finisher dilakukan pengecekan suhu dengan
menggunakan thermometer tangan bersama-sama dengan Direksi. ( Suhu
minimal material Hotmix untuk bisa di gelar sesuai persyaratan spesifikasi
teknik dan petunjuk Direksi).
 Setelah suhu material dicek dan masih sesuai dengan Spesifikasi, selanjutnya
memasukkan Hotmix ke alat penghampar.
 Penghamparan Hotmix dilokasi pekerjaan akan dilakukan dengan
menggunakan Asphalt Finisher dan dibantu dengan tenaga orang ( manual )
untuk perapihan tepi-tepinya serta menjaga penyebarannya supaya merata dan
homogen. Hotmix dihampar tidak terlalu panjang agar proses pemadatan dapat
terkontrol dengan baik.
 Pada saat suhu Hotmix yang telah dihampar tersebut telah mencapai minimum
110oC maka dilakukan pemadatan awal dengan menggunakan Tandem Roller.
 Pemadatan awal dengan menggunakan Tandem Roller (breakdown ) dengan
beberapa kali lintasan ( jumlah lintasannya sesuai dengan syarat syarat
pekerjaan ), kemudian pemadatan. akhir dengan Pneumatic Tyre Roller
(intermediate) yang diikuti penyiraman air yang ada pada PTR, dengan
beberapa kali lintasan dan finishing dengan Tandem Roller lagi sehingga
benar benar padat dan terjaga kerapihannya.
 Setelah selesai pemadatan selesai dan dilanjuti oleh pemadatan traffic yang
lewat, dilakukan pengambilan sample dengan mesin core untuk mengetahui
tebal hotmix hasil pekerjaan

9. Pekerjaan Drainase
Pekerjaan saluran samping mencakup pekerjaan penggalian dan pemasangan saluran
samping kanan dan kiri.
a. Metode Kerja
 Pekerjaan ini diawali dengan penggalian tanah menggunakan 2 excavator
masing-masing pada sisi kanan dan kiri rencana jalan sesuai garis dan
kelandaian yang direncanakan. Hasil galian dimuat dan diangkut oleh dump
truck ke tempat pembuangan.
 Untuk merapikan sisi saluran menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu
dan dipadatkan menggunakan stamper.

10. Gambar Layout dan Potongan Jalan


a. Ruas 1 (Panjang Jalan = 200 m)
 Layout

 Potongan
b. Ruas 2 (Panjang Jalan = 104 m)
 Layout

 Potongan

c. Ruas 3 (Panjang Jalan = 279 m)


 Layout

 Potongan
d. Ruas 4 (Panjang Jalan = 117 m)
 Layout

 Potongan

e. Ruas 5 (Panjang Jalan = 191 m)


 Layout
 Potongan

f. Ruas 6 (Panjang Jalan = 89 m)


 Layout

 Potongan
g. Ruas 7 (Panjang Jalan = 72 m)
 Layout

 Potongan

h. Ruas 8 (Panjang Jalan = 349 m)


 Layout
 Potongan

Anda mungkin juga menyukai