Anda di halaman 1dari 31

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat luas. Meliputi pokok
bahasan yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang agak ditakutkan. Para ahli biologi
evolusi sekarang meneliti evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti genetika molekuler,
morfologi dan embriologi. Mereka juga bekerja dengan peralatan yang beragam seperti dengan
larutan kimia di dalam tabung reaksi, tingkah laku hewan di hutan rimba, fosil yang dikoleksi
dari daerah-daerah purbakala dan batu-batu karang atau gunung-gunung batu.

Idea yang mudah dimengerti dan sederhana dari evolusi adalah seleksi alam (natural selection),
karena dapat diuji secara ilmiah dalam semua lingkungan. Idea seleksi alam ini merupakan idea
yang mampu diterima semua ilmu, dan hanya teori ini yang diklaim bisa mempersatukan
pendapat-pendapat berbeda dalam biologi. Dengan teori ini berbagai temuan fakta yang ada di
hutan hujan tropik, perubahan dan macam-macam warna yang terdapat di kebun botani, serta
sekawanan hewan yang sementara bermain di daerah peternakan, dapat dijelaskan. Teori ini juga
dapat digunakan untuk memahami asal mula kehidupan melalui kimia-bumi (geochemistry) dan
proporsi gas yang ada di atmosfer. Sebagaimana dinyatakan oleh

Theodosius Dobzhansky seorang ahli evolusi di abad dua puluh, bahwa: ‘nothing in biology
makes sense expect in the light of evolution’.

Evolusi artinya perubahan-perubahan dalam bentuk dan tingkah laku organisme antara generasi
ke generasi. Bentuk-bentuk organisme, pada semua level dari rantai DNA sampai bentuk
morfologi yang makroskopik dan tingkah laku sosial yang termodifikasi dari nenek moyang
selama proses evolusi. Meskipun demikian, tidak semua perubahan dapat didefenisikan sebagai
evolusi

Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak kontroversi. Kontroversi ini mempunyai
pengaruh bermanfaat pada kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan dengan pandangan-
pandangan yang berbeda bekerja secara intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat
mendukung idea-idea mereka. Teori evolusi organik dan teori seleksi alam (natural selection)
Darwin melandasi setiap aktivitas mereka. Sebagai ilmuan, mereka berusaha mencari data-data
yang dapat mendukung ataupun dapat membuktikan bahwa teori-teori terdahulu itu mungkin saja
tidak benar. Beberapa prinsip yang digunakan Darwin yang dianggap dapat memberikan
petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi di antara individu-individu dalam satu
keturunan, adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil-fosil diberbagai lapisan
batuan bumi yang menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-angsur, adanya homology
antara organ system pada makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai komparatif
perkembangan embrio.
1. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan homologi?


2. Apa yang dimaksud dengan fosil?
3. Bagaimana hubungan antara fosil dengan umur lapisan bumi?
4. Bagaimana data fosil kuda?
5. Bagaimana data fosil primate?
6. Apa yang dimaksud dengan rudimentasi organ?

1. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tentang homologi.


2. Mengetahui tentang fosil.
3. Mengetahui hubungan antara fosil dengan umur lapisan bumi.
4. Mengetahui tentang data fosil kuda.
5. Mengetahui tentang data fosil primate.
6. Mengetahui tentang rudimentasi organ.

BAB II

PETUNJUK EVOLUSI

1. Homologi Organ Tubuh

Petunjuk tentang adanya evolusi dapat dipelajari dari studi tentang organ berbagai mahkluk
hidup yang memiliki kesamaan. Misalnya anggota tubuh yang dimiliki oleh Vertebrata.
Homolog merupakan semua kesamaan fungsi yang berasal dari struktur yang sama contohnya
adalah anggota gerak yang dimiliki oleh vertebrata berupa sepasang tangan, kaki, dan sayap.
Ataupun perbandingan anatomi yang merupakan pembandingan seluruh tubuh karena kerangka
setiap spesies yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda pula yang dinamakan organ homolog.
Dimana anggota gerak tersebut memiliki jari, adanya tulang radius, ulna, dan sebagainya.
Anggota gerak tersebut dimiliki oleh semua kelompok vertebrata. Kesamaan anggota gerak tidak
hanya meliputi tulang tetapi juga otot, saraf, persendian, dan pembuluh darah. Contohnya adalah
anggota gerak depan cicak dan kadal untuk berjalan, sayap burung dan sayap kelelawar untuk
terbang, keseluruhan anggota gerak tersebut homolog dengan kaki depan kuda atau tangan
manusia.(Widodo dkk, 2003).

Sedangkan struktur sayap burung dan kelelawar berbeda dengan sayap serangga maupun kupu-
kupu, meskipun funsinya dapat sama. Hal ini disebabkan karena asal usul organ tersebut tidak
sama. Kesamaan fungsi namun berbeda asalnya disebut analog. Atau disebut juga organ yang
fungsinya sama tapi berbeda spesies.

Contoh informasi dari perbandingan pertumbuhan adalah adanya celah insang pada embrio
vertebrata. Celah insang pada ikan dewasa akan tumbuh menjadi insang, sedangkan pada reptile,
aves dan mamalia dewasa tidak tumbuh menjadi insang, kecuali pada beberapa amphibia terlihat
pada (gambar a). Dan kesamaan lain juga diperlihatkan pada perkembangan embrio vertebrata,
ditunjukkan bahwa hampir semua embrio mempunyai struktur dasar yang sama, hal ini dapat
dilihat dengan homologi (gambar b).

Gambar 1: Perkembangan embrio vertebrata. Semua vertebrata memiliki celah-celah insang


dalam stadium embrional.
Gambar 2. Struktur Homologi pada beberapa vertebrata. Semua tetrapod
moderen mempunyai pentadactyl dasar (lima digit) struktur lengannya.
Misalnya, forelimb pada burung, manusia, ikan paus, dan kelelawar, semuanya
mempunyai struktur dasar yang sama, tetapi mempunyai fungsi yang berbeda.
(Sumber: Ridley, 1996 : 54).
1. Data Fosil

Istilah fosil berasal dari bahasa latin fodere yang berarti menggali. Fosil dapat berupa tulang-
belulang, tubuh, jejak, dan sisa makhluk hidup yang terawetkan dalam batuan sediment.
Sehingga Cuvier menyimpulkan bahwa pada masa tertentu telah diciptakan makhluk hidup yang
berbeda dari masa ke masa lainnya. Misalnya adaptasi kuda, zebra, keledai merupakn suatu
adaptasi makhluk hidup yang jutaan tahun yang lalu merupakan hewan yang lemah, kecil
berangsur-angsur menjadi hewan yang lincah, kuat dan berlari sangat cepat.(Widodo dkk, 2003).

Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang tertimbun oleh tanah,
pasir, lumpur dan akhirnya membatu, kadang-kadang hanya berupa bekas-bekas organisme.
Umumnya fosil yang ditemukan adalah dalam keadaan tidak utuh yaitu hanya suatu bagian atau
beberapa bagian dari tubuh makhluk. Hancurnya tubuh makhluk hidup tersebut disebabakan oleh
pengaruh angin, air, bakteri pembusuk, hewan-hewan pemakan bangkai dan masih banyak yang
lain.(Widodo dkk, 2003).

Fosil dapat ditemukan diberbagai macam lapisan bumi, sehingga penentuan umurnya didasarkan
atas umur lapisan yang mengandung fosil-fosil itu. Umumnya fosil yang terdapat di lapisan yang
paling dalam, mempunyai umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang ditemukan pada
lapisan yang lebih atas mempunyai umur yang lebih muda. Dengan membandingkan fosil yang
ditemukan diberbagai lapisan bumi yaitu mulai dari sederetan fosil yang ditemukan pada lapisan
bumi yang tua sampai yang muda menunjukkan adanya perubahan yang terjadi secara berangsur-
angsur, maka dapat disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi. Ilmu yang
mempelajari tentang fosil yang menggungkapkan banyaknya keterangan yang membenarkan
adanya evolusi adalah Palaentologi.

Fosil binatang paling purba yang ditemukan adalah fosil inventrebata( binatang yang tidak
bertulang belakang) primitive penghuni air. Menurut catatan Dobzhansky, “struktur tubuhnya
sudah amat rumit dan maju”. Ada yang tubuh dan kulitnya bersendi-sendi. Sesungguhnya
binatang ini adalah mahkluk yang baik adaptasinya dengan lingkunganya, yang berupa laut
tenang pada zaman kuno. Kemudian dalam batuan yang terjadi sekitar 450 juta tahun yang lalu
muncullah sisa-sisa mahkluk macam baru. Mahkluk tersebut yaitu ostrakodermata, yang rupanya
mirip ikan sedangkan bentuknya kasar. Ostrakodermata memiliki kerangka dalam, tidak
memiliki rahang dan binatang ini menyusuri dasar laut sambil menghisap makananya. Binatang
ini dikenal sebagai leluhur lampre masa kini.(Moore, R. 1979).

Sementara waktu berlalu, rekaman batuan menunjukkan bahwa mahkluk yang lingkupnya
terbatas ini mulai digantikan oleh ikan berahang yang disebut plakodermata dan akantodi. Ikan
semacam ini tidak perlu menyelam menyusuri dasar laut untuk mencari makan, tetapi pada
tingkat kedalaman manapun binatang ini dapat memakan berbagai macam makanan ataupun
menangkap mangsa. Ikan tuna rahang terlahir dengan busur insang yang sedikit mengalami
perubahan dan berbentuk huruf V yang menghadap ke samping.

Mutasi dan seleksi menghasilkan sirip yang lebih baik untuk berenang. Ikan baru yang sisa-
sisanya ditemukan dalam sedimen laut purba memiliki sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur
sebagai penyeimbang dan ada pula sirip dada dan sirip perut untuk mengendalikan gerakanya.
Ikan tersebut terus memenuhi seluruh permukaanya bumi.

Gambar 3: struktur ikan yang mempunyai sirip lengkap

Tetapi ikan yang amat berbeda dengan semua pendahuluanya muncul dalam batuan yang kira-
kira berumur 390 juta tahun. Bagian depan tengkoraknya dapat diangkat dan diturunkan sedikit,
suatu perubahan yang mengalami guncangan manakal rahang di tutup rapat. Gigi-giginya
runcing tajam dan amat cocok untuk menangkap mangsa. Suatu tulang semacam itu dan struktur
yang berhubungan dengannya pada waktu kemudian dikenal sebagai tulang binatang daratan.
Ikan yang lain dari yang lain ini disebut Crossopterygii (sirip cuping). Kira-kira 365 juta tahun
yang lalu, selama Zaman Devon, beberapa Crossopterygii melangkah ke darat. Mungkin
hidupnya menghuni sungai yang pada musim panas terik mongering menjadi kolam-kolam yang
bertebaran di sana sini.

Selain itu ditemukanya fosil mahkluk hidup yang lebih tinggi tingkatanya dari pada
Crossopterygii adalah amfibi primitif yaitu Ichtyostega. Amfibi tersebut memiliki ekor ikan,
paru-paru dan sekaligus memiliki tungkai serta kaki yang cukup berkembang. Sambil
merangkak-rangkak di sepanjang tepian sungai, ikan ini menangkap serangga yang baru mulai
berkeliaran di sana.

Gambar 4: Fosil transisi dari ikan ke amphibi. (Anonimous c, 2008).

Ketika saatnya tiba, mutasi dan seleksi kembali menunjukkan hasil yang mengagumkan.
Beberapa amfibi menghasilkan telur yang terbungkus belulang kuat dan keras. Dengan demikian
telurnya lebih terlindung dari pada telur lembut ikan dan amfibi lainya. Telur baru yang lebih
baik ini dibuahi di dalam tubuh dan disimpan dalam tempat yang aman hingga menetas. Dengan
kesempurnaan yang ada padanya, binatang petelur ini bebas dari air. Embrio yang terlindung
baik dapat berkembang dalam perairanya sendiri, yakni rongga amnion telur dan terjaga tidak
hanya terhadap kekeringan, melainkan juga terhadap bahaya daratan sekitar. Kelompok baru dan
lebih bebas yang ber-evolusi dari leluhur amfibi dengan cara itu adalah reptil dan dimulailah
abad reptilia.

Rekaman fosil menunjukkan bahwa burung-burung timbul dari leluhur yang sama dengan
leluhur reptilia peterbang, yakni arkosaurus. Dua diantara burung purba itu jatuh di laguna
karang yang sekarang ini adalah Bavaria, Jerman. Binatang tersebut bercirikan kepalanya
panjang dengan gigi-gigi tajam, leher panjang, tungkai belakang yang kokoh dan corak bulunya
yang banyak, tercetak pada batu kapur litografis yang indah. Seandainya bulu terbang yang
panjang dan larikan unik bulunya yang menurun di kedua sisi ekor tidak tercetak pada batu,
maka sedikit orang yang percaya bahwa mahkluk yang begitu serupa reptile dapat berbulu.
Tetapi bulu-bulu tersebut memang bulu sejati burung, dan Archaeopteryx diklasifikasikan
sebagai burung yang paling purba dan paling sederhana yang pada waktu itu mengambil alih
ruang angkasa. (Anonimous c, 2008).

Gambar 5: Fosil Archaeopteryx yang menunjukkan burung yang paling purba. (Anonimous c,
2008).
Gambar 6: Ilustrasi reptil terbang yang diberi nama Darwinopterus modularis, sebagai bentuk
penghormatan mereka terhadap pencetus teori evolusi Charles Darwin. Temuan itu
dipublikasikan dalam jurnal terbitan Inggris, Proceedings of the Royal Society B. Fosil ini
ditemukan di gunung batu, yang terbentuk 160 juta tahun silam di sisi utara China, awal tahun
ini. Masa itu merupakan masa pertengahan dan akhir periode Jurassic. Darwinopterus
menyerupai reptil yang mirip elang dengan kepala dan leher mirip pterosurus yang lebih
maju.(Anonimous, 2009).

Darwin menyatakan bahwa pertumbuhan kehidupan itu seperti pertumbuhan pohon. Tetapi
dengan semakin terisinya catatan fosil, perkembangan kehidupan dapat diusut sepanjang
setengah milyar tahun terakhir sejak adanya bumi. Teori evolusi di dukung dan dibuktikan oleh
sisa-sia binatang yang tak dapat disangkal, yang hidup dan mati selama massa perkembanganya
dari bentuk organic pertama hingga pendahulu terdekat manusia. Satu-satunya yang masih harus
dibuktikan adalah bukti timbulnya manusia sendiri.(Moore, R. 1979).
Gambar 7: Fosil salamander yang hidup pada era Jurasic
Gambar 8: Fosil ikan yang disebut Coelacanth yang berumur 410 juta tahun lalu.

Pada zaman Jura dan Main Zeta. Ditemukan di Lokasi: Eichstatt, Bayern, Jerman.(Yahya, H.
2005).
Gambar 9: Fosil Xiphosura (mimi) yang berumur Umur: 300 juta tahun yang lalu, hidup pada
zaman: Karbon, Pennsylvania, Westphalia A, Duckmantia

Di temukan di lokasi: Crock Hey Open Cast Quarry, Wigan, Lancashire, Inggris.

Gambar 10: Fosil Ngengat yang hidup 45 juta tahun yang lalu dan Lalat Gegas yang hidup 45
juta tahun yang lalu pada Zaman Eosen.
Gambar l1: Fosil lalat yang hidup 50 juta tahun yang lalu, hidup pada Zaman Eosen dan di
temukan di daerah Polandia. (Yahya, H. 2005).
Gambar 12: Fosil tumbuhan Pakis yang hidup 286 hingga 360 juta tahun yang lalu, hidup pada
Zaman Karbon. Ditemukan di daerah Spanyol.

Petunjuk dan bukti tentang adanya evolusi dapat dipelajari dari studi tentang struktur organ
berbagai makhluk hidup yang memiliki kesamaan. Sebagai petunjuk apabila dapat digunakan
untuk mengarahkan menuju adanya evolusi. Sedangkan sebagai bukti apabila terdapat suatu
bukti kebenaran yang telah ditemukan. Petunjuk-petunjuk serta bukti-bukti evolusi ada beberapa
hal, antara lain melalui:

1. Embriolog Perbandingan

Embrio hewan bersel banyak mengalarni kesamaan perkembangan embrio, berawal dari zygot,
blastula, gastrula, kemudian mengalami diferensiasi sehingga terbentuk bermacam-macam alat
tubuh. Ernest Haeckel, mengatakan tentang adanya peristiwa ulangan ontogeni yang serupa
dengan peristiwa filogeninya, dia sebut teori rekapitulasi. Cotoh: adanya rekapitulasi adalah
perkembangan terjadinya jantung pada mamalia yang dimulai dengan perkembangan yang
menyerupai ikan, selanjutnya menyerupai embrio amfibi, selanjutnya menyerupai perkembangan
embrio reptil.(Anonimous a, 2008).

2. Variasi dalam suatu keturunan

Dalam suatu kehidupan tidak ditemukanya mkhluk yang sama persis dengan individunya yang
sejenis. Menurut Darwin variasi dalam suatu keturunan disebabkan oleh factor lingkungan (suhu,
tanah, iklim, dan makanan). Oleh karena itu adanaya variasi menunjukkan adanya evolusi
menuju kearah terbentuknya spesies-spesies baru.

3. Perbandingan Biokimia

Mempelajari Biokimia sangatlah menguntungkan terlebih untuk mengetahui kedekatan


kerabatnya, sehingga kita dengan mudah mengetahui asal-usul berdasarkan ilmu tersebut. Dalam
proses ini menggunakan DNA sebagai pewaris sifat manusia.

4. Organ Tubuh yang Tersisa (Organ Vestigial)

Beberapa organisme seperti manusia mempunyai bagian-bagian tubuh yang tersisa akibat
beradaptasi dengan lingkungannya misalnya tulang ekor, umbai cacing, dan lain-lain. Sehingga
hal ini beranggapan manusia merupakan evolusi dari nenek moyang yang terdahulu.

5. Domestikasi atau Seleksi Buatan


Hal ini merupakan pembudidayaan tentang makhluk hidup. Sehingga setelah disilangkan, kita
dapat memilih varietas yang unggul. Menurut Charles Darwin Semua jenis burung dara berasal
dari satu nenek moyang yaitu berasal dari burung dara batu atau burung dara liar, yang berubah
secara berangsur-angsur karena adanya seleksi alam. (Anonimous, 2007).

1. Organ Yang Mengalami Rudimentasi

Rudimentasi organ merupakan petunjuk adanya evolusi. Organ yang berguna pada suatu
makhluk hidup, namun pada makhluk hidup yang lain kurang berfungsi contohnya adalah tulang
ekor pada manusia yang kurang berfungsi, namun pada kelompok mamalia lain sangat
berkembang dan berfungsi sebagai ekor contohnya adalah pada kucing, kera, kuda, dll.

1. Evolusi Kuda

Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap. Hal ini disebabkan
oleh hidup kuda yang berkelompok dan berjumlah cukup besar, sehingga meninggalkan
sejumlah besar fosil dari masa ke masa. Fosil kuda yang paling primitif dikenal dengan Eohippus
dengan ciri-ciri fosil yaitu kuda ini sebesar kucing/kancil dan tingginya hanya sekitar 30 cm, dari
fosil struktur gigi diperoleh bahwa Eohippus ini pemakan semak belukar, hal ini dikarenakan
giginya berjumlah 22 pasang dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling
makanan. Dengan ukuran tubuh yang pendek sangat menguntungkan, karena dapat menyelinap
di antara semak belukar. Hal ini ditunjukkan pula oleh pola gigi yang sesuai untuk menggigit
semak belukar bukan rumput. Kakinya dilengkapi dengan beberapa jari yang ikut membantu
dalam mengais dan menggali akar-akar yang lunak.(Widodo, dkk. 2003).

Pada masa berikutnya terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi, dimana hutan menjadi
berkurang dan timbul padang rumput yang luas yang merupakan suatu biota yang baru. Gigi
yang sebelumnya cocok untuk merabut semak belukar, kini tidak diperlukan lagi yang
diperlukan adalah suatu gigi yang lebih lebar dan bermahkota email yang cukup tebal untuk
menggigit dan mengunyah rumput hal ini dikarenakan rumput mengandung kadar silikat yang
tinggi. Gigi seri melebar dan pipih untuk menggigit rumput, gigi premolar berubah bentuk
menjadi molar, gigi geraham melebar untuk menggantikan fungsi mengunyah menjadi
menggiling. Perubahan gigi ini mengakibatkan rahang bertambah lebar.

Perubahan alat gerak diperlihatkan pada bertambah panjangnya kaki, jumlah jari yang lebih
sedikit yang cocok untuk kehidupan padang rumput. Kaki depannya terdiri dari empat jari dan
satu jai rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari rudimen. bentuk
jari tengah semakin panjang dan besar dari pada jari nenek moyangnya. Ujung jari setiap kaki
ditutupi oleh kuku.

Dengan berkurangnya jari, postur tubuh yang lebih besar dan tengkorak memanjang yang lebih
streamline, maka hewan ini dapat berlari lebih mudah dan lebih cepat. Hal ini sangat diperlukan
untuk menghindarkan diri dari predator, demikian pula volume otak bertambah besar dan juga
bertambah kompleks.
Evolusi Eohippus sampai menjadi Equus melalui tahapan:
Eohippus borealis Orohippus Epihippus Mesohippus bairdi Miohippus
Parahippus Merychippus paniensia Pliohippus Equus

Hubungan kekerabatan Eohippus dan Equus

E. onager, E. przewalskii, E. asinus, E.


caballus, E. zebra, E. burchelli, E. grevyi

Equus
Recent Jari 2 & 4 rudimen
Equus Hippidium 1 jari
Pleistosen
fungisionil
Jari 2 – 4 rudimen
Hipparion Pliohippus Hypohippus 1/3 jari fungsionil jaari
Pliosen 2 & 4 rudimen / jari 2 &
Neohipparion 4 kecil
Anchitherium Merychippus
3 jari fungsionil, jari 2
Miosen Archaeohippus Parahippus & 4 kecil tidak
menyentuh tanah

Miohippus

3 jari fungsionil
Oligosen
Mesohippus Jari 5 rudimen

Palaeotherium Epihippus Kaki depan 4 jari

Eosen Orohippus kaki belakang 3 jari

Hycotherium (Eohippus) jari 1 – 5 rudimen


Gambar 13 (a) Bentuk gigi dan kaki serta jari kaki yang mengalami
evolusi. (b) Percabangan proses evolusi kuda. (Sumber: Campbell, 1994).
2. Evolusi Gajah
Gambar 14: Evolusi gajah dimulai 34 juta tahun yang lalu di mulai pada era Eocene, Oligocene,
Miocene, Pliocene, Pleistocene dan recent. (Anonimous c, 2008).

3. Evolusi Primata

Berbicara mengenai evolusi manusia dan primate, tidaklah berarti bahwa manusia berasal dari
kera. Ilmu evolusi hanya mempelajari proses perubahanya.”The Descend of Man” merupakan
buku karangan Darwin yang menceritakan tentang evolusi manusia. Dalam buku tersebut
terdapat pernyataan bahwa di bumi ini ada ras-ras manusia yang maju (Darwin menganggap ras
yang paling maju adalah Kaukasid) dan ada yang masih primitif (Negrid), perkembangan
evolutif yang terjadi akan menyingkirkan ras-ras yang kurang bisa bertahan dari muka
bumi.(Anonimous b, 2008).

Thomas Robert Malthus, seorang ahli ekonomi lebih mampu memahami makna “Strugle for the
exsistance dan survival of the fittest”. Dalam sebuah teorinya Malthus menyatakan bahwa
pertumbuhan populasi manusia seperti deret hitung, sedangkan pertumbuhan pangan seperti
deret ukur. Ketidakseimbangan antara jumlah pangan dan jumlah populasi manusia inilah yang
akan menyebabkan tersingkirnya manusia yang tidak mampu menyesuaikan diri (tidak mampu
memperoleh pangan).

Yang menjadi dasar Strugle for the exsistance dan Survival of the fittest di alam adalah
Makanan, lingkungan dan predatorisme. Paus, mamalia terbesar lebih memilih air (laut) sebagai
habitatnya karena paus mencari makanan di air padahal sebelumnya ia hidup di darat. Beruang
kutub melakukan hibernasi (tidur panjang) di musim dingin untuk mengurangi kebutuhan
kalorinya.

Pada kelompok primata adalah membandingkan kelompok primata primitif dengan kelompok
primata modern tentang perubahan struktur dari berbagai organ, yang minimal dapat
memberikan petunjuk yaitu:

1. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang yang besar. Perubahan ini diikuti
dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki manjadi dua kaki. Panggul dan gigi
menjadi kuat, moncong menjadi bertambah pendek, rongga hidung mengecil.
2. Mata yang semula menghadap kesamping menjadi berangsur-angsur menghadap
kedepan, penglihatan berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan
melihat warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan terang dan gelap menjadi
mampu melihat hampir semua spektrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup
dari malam hari menjadi siang hari, Selain itu, matapun diperlukan untuk melihat
makanan di antara ranting-ranting pohon dan untuk dapat menyelinap dengan mudah
diantara dahan
3. Ujung jari bercakar secara berangsur-angsur berubah manjadi kuku. Hal ini terlihat
bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai kuku yang
tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku tipis.
4. kehidupan aboreal menyebabkan fungsi tangan menjadi lebih penting dari pada kaki. Hal
ini terlihat pada bangsa kera yang memiliki tangan yang lebih panjang dan lebih kuat
dibandingkan dengan kaki.
5. Volume otak mengalami perubahan yang pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada
golongan kera manusia. Australopithecus yang hanya mempunyai volume otak 600 cc,
sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih besar.

Ciri-ciri hewan yang diperkirakan termasuk kelompok primata:

1. Fosil Ramaphitecus yang berhasil digali sampai sekarang terbatas hanya pada rahang
atas dan rahang bawah yang di temukan di Punyap, India, dan Afrika selatan.
2. Fosil Australophitecus ditemukan dalam bentuk tengkorak, rahang dan tulang paha
dengan ciri fisik adalah:
3. Tengkorak tebal dengan kapasitas isi sekitar 700 cc yang menunjukkan otaknya kecil
4. Rahangnya masif dengan gigi yang sama bentuk dengan gigi genus homo
5. Gigi taring kecil, gigi premolar bawah mempunyai dau kuspis yang merupakan ciri khas
genus hominidae
6. Foramen oksipital magnum bergeser ke depan (khas bagi genus Homo)
7. Tulang ilium lebar dan datar khas bagi makhluk hidup berkaki dua.
8. Fosil Pithecantropus pertama kali ditemukan oleh Eugne Dubois, pada tahun 1891 di
Tinil Jawa Timur dalam bentuk tengkorak dan sebuah tulang paha. Pithecanthropus
erectus berasal dari bahasa yunani yang berarti: phithekos adalah kera, sedangkan
anthropus berarti manusia. Bagi orang yang tidak mengakui adanya mata rantai dalam
bentuk leluhur anthropoid, Pithecanthropus merupakan hinaan berat. Para pejabat gereja
segera meyakinkan umatnya bahwa Adamlah leluhur manusia yang sejati, bukan
mahkluk liar setengah manusia setengah kera yang besar yang digali di Jawa. Dubois
dicela dari atas mimbar dan tempat kotbah, para ilmuan juga marah. Kombinasi antara
kepala mirip kepala kera dan sikap tegak langsung bertentangan dengan keyakinan,
bahwa yang mula-mula terjadi dalam pemisahan manusia dari anthropoid lebih purba
adalah perkembangan otak menjadi lebih baik dan lebih besar.(Moore, R. 1979).

Dengan sabar Dubois mempertahankan Pithecantropus–nya tetapi tetap mendapat celaan,


akhirnya dengan kecewa Dubois yang pada waktu itu menjadi guru besar geologi pada
Universitas Amsterdam menarik sisa-sisa Pithecantropus itu dari khalayak ramai. Pada tahun
1895 ia menyimpan fosilnya dalam lemari besi Museum teyler di Haarlem, kota kelahiranya, dan
selama 28 tahun berikutnya tidak mengizinkan seorangpun melihatnya.

Pada tahun 1920 penemuan tengkorak kuno di Australia mendorong para ilmuan untuk
mendesak agar Pithecantropus dikeluarkan lagi dari tempat penyimpananya. Dan pada tahun
1923, Pithecantropus di pamerkan lagi yang menunjukkan otak yang isinya sekitar 900
sentimeter kubik, jadi di atas kisaran otak kera yang 325-685 sentimeter kubik isinya, dan di
bawah otak rata-rata manusia modern yang isinya sekitar 1.200 – 1.600 sentimeter kubik.(Moore,
R. 1979).

Fosil yang sama ditemukan di Choukoutien, Cina, Afrika selatan, dan Afrika timur, Aljazair,
Maroko, Perancis, Inggris, Jerman, dan akhir ini ditemukan di megara Eropa timur dan India.
Genus Pithecantropus memiliki ciri sebagai berikut:

1. Tulang tengkorak tebal dan rendah, kapasitas 900 cc karena atapnya datar, bagian terlebar
dari tulang tengkorak berada di daerah temporal. Hal ini berbeda dengan genus homo
lainnya yang bagian terlebarnya terletak berada di daerah pariental.
2. Foramen ocipitale magnum bergeser ke depan (khas bagi genus Homo)
3. Dahinya datar dan miring
4. Tulang alis menonjol ke depan
5. Lubang hidung besar.
6. Fosil manusia neandertal pertama kali ditemukan di lembah Neadertal di daerah
Dusseldorf Jerman. Fosil ini juga ditemukan di seluruh Eropa yaitu Jerman, Perancis,
Belgia, Yugoslavia, Italia, Chekoslavia, Afrika utara, dan Afrika selatan, Israel, Irak,
Uzbekistan, Jawa. Ciri-cirinya adalah:
7. Tulang tengkorak tebal dan rata, lubang hidung besar, rahang masif dan tidak berdagu
8. Tulang belakang kepala memanjang ke belakang dan ujungnya lancip serta menonjol
9. Foramen ocipitale magnum bergeser ke depan (khas bagi genus Homo)
10. Volume tengkorak ± 1450 cc, lebih besar dari volume manusia modern. Volume manusia
modern ± 1300 cc
11. Tulang alis masif dan menonjol
12. Tulang oksipital menonjol, kemungkinan memiliki otot leher yang kuat
13. Wajah lonjong dan lebar dengan rahang yang menonjol
14. Gigi besar tertanam pada rahang
15. Tulang anggota badan bagian bawah relatif besar dan masif.
Gambar 15: Fosil yang memperlihatkan (A) Pan troglodytes, modern chimpanzee; (B)
Australopithecus africanus, 2.6 My; (C) Australopithecus africanus, 2.5 My; (D) Homo habilis,
1.9 My; (E) Homo habilis, 1.8 My; (F) Homo rudolfensis, 1.8 My; (G) primitive Homo erectus,
Dmanisi cranium, 1.75 My; (H) Homo ergaster (late H. erectus), 1.75 My; (I) Homo
heidelbergensis, “Rhodesia man,” 300,000 – 125,000 y; (J) Homo sapiens neanderthalensis,
70,000 y; (K) Homo sapiens neanderthalensis, 60,000 y; (L) Homo sapiens neanderthalensis,
45,000 y; (M) Homo sapiens sapiens, Cro-Magnon, 30,000 y; (N) modern Homo sapiens
sapiens.(Anonimous c, 2008).

1. Teknik Penentuan Umur Fosil

Cara Penghitungan Umur Fosil Dengan Teknik Penanggalan Radiometrik (Radiometric


Dating)

Begitu seekor organisme hidup mati, ia berhenti memproduksi karbon baru. Perbandingan
Karbon-12 dengan Karbon-14 di saat kematian sama untuk setiap mahluk hidup, namun Karbon-
14 meluruh dan tidak tergantikan. Peluruhan Karbon-14 memiliki waktu paruh 5.700 tahun,
sementara jumlah Karbon-12 tetapi dalam sampel. Dengan melihat perbandingan Karbon-12
dengan Karbon-14 pada sampel dan membandingkannya dengan perbandingan dalam
organismee hidup, adalah mungkin menentukan usia mahluk yang dulunya hidup ini dengan
cukup teliti (Rhomdhoni, 2008).

Rumus untuk menghitung seberapa tua sebuah sampel dengan penanggalan Karbon-14 adalah :

t = [ ln (Nf/No) / (-0.693) ] x t1/2

dimana ln adalah logaritma natural, Nf/No adalah persentase Karbon-14 dalam sampel
dibandingkan dengan jumlahnya dalam jaringan hidup, dan t1/2 adalah waktu paruh Karbon-14
(5.700 tahun). Jadi, bila anda menemukan fosil dengan 10 persen Karbon-14 dibandingkan
sampel hidup, maka fosil itu akan berusia:

t = [ ln (0.10) / (-0.693) ] x 5,700 tahun

t = [ (-2.303) / (-0.693) ] x 5,700 tahun


t = [ 3.323 ] x 5,700 tahun

t = 18,940 tahun

Karena waktu paruh Karbon-14 5.700 tahun, ia hanya sah untuk penentuan usia benda hingga
60.000 tahun. Walau demikian, prinsip Karbon-14 berlaku pada isotop lainnya pula. Potassium-
40 adalah unsur radioaktif lainnya yang alami ditemukan dalam tubuh anda dan memiliki waktu
paruh 1,3 miliar tahun. Radioisotop lainnya yang berguna untuk penanggalan radioaktif termasuk
Uranium-235 (waktu paruh = 704 juta tahun), Uranium-238 (Waktu paruh = 4,5 miliar tahun),
Thorium-232 (waktu paruh = 14 miliar tahun) dan Rubidium-87 (waktu paruh = 49 miliar tahun)
(Rhomdhoni, 2008).

Penggunaan beragam radioisotop memungkinkan sampel biologis dan geologis ditentukan


usianya dengan akurat. Walau demikian, penanggalan radioisotop tidak akan bekerja baik di
masa depan, apapun yang mati setelah tahun 1940an, saat bom nuklir, reaktor nuklir dan uji
nuklir udara terbuka mulai merubah segala hal, akan sulit menentukan usia dengan tepat.

Kimia analitis memegang peranan penting dalam banyak disiplin ilmu. Hal ini antara lain karena
kimia analitis mampu memberikan informasi yang krusial kepada para geolog, fisikawan
atmosfer, ataupun arkeolog. Agar dapat benar-benar berguna, tentu saja informasi analitis ini
harus akurat, dan dalam pengukuran apapun, baik pengukuran pH suatu larutan maupun
pengukuran umur arang hasil pembakaran kayu bakar dari zaman manusia purba, kunci untuk
memperoleh akurasi adalah kalibrasi (Rhomdhoni, 2008).

Menurut persamaan reaksi ini, terjadi konversi nitrogen biasa menjadi karbon-14 yang bersifat
radioaktif oleh neutron berenergi tinggi (yang dihasilkan oleh radiasi kosmis). Karbon-14
memiliki waktu-paruh 5.730 tahun, atau, dengan kata lain, 1,0 gram karbon-14 akan
berdekomposisi menjadi tepat 0,5 gram dalam 5.730 tahun. Karbon-14 meluruh dengan
membebaskan partikel beta.

Atom-atom karbon tunggal yang dihasilkan di atmosfer bagian atas ini bersifat sangat reaktif dan
segera bergabung dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida yang digunakan oleh
tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan selanjutnya dimakan oleh hewan, sehingga masuklah karbon-14
ke dalam rantai makanan. Penentuan umur dilakukan dengan mengasumsikan bahwa persentase
karbon-14 di atmosfer adalah konstan dan bahwa radiokarbon dalam semua organisme hidup
berada dalam kesetimbangan dengan atmosfer. Jika asumsi-asumsi ini tepat, persentase karbon-
14 dalam organisme hidup akan sama dengan persentase karbon-14 di atmosfer. Ketika
tumbuhan dan hewan mati, kesetimbangan dengan atmosfer juga berhenti, dan karbon-14 dalam
tubuh organismee mulai meluruh. Jumlah karbon-14 yang tersisa dapat digunakan untuk
memperkirakan umur dari tumbuhan dan hewan yang telah mati tersebut. Yang diperlukan untuk
perkiraan umur tersebut hanyalah pengukuran rasio dan ini dapat dilakukan dengan mudah
menggunakan spektrometri massa (Rhomdhoni, 2008).

Permasalahan dari metode ini adalah proporsi karbon-14 dalam keseluruhan karbon dioksida di
atmosfer tidaklah konstan tetapi bervariasi sedikit dari waktu ke waktu karena tidak konstannya
produksi radiokarbon di atmosfer dari tahun ke tahun. Laju produksi radiokarbon ini dipengaruhi
oleh perubahan ventilasi lautan (misalnya, permukaan laut yang lebih hangat melepaskan lebih
banyak karbon dioksida yang terlarut di dalamnya), atau oleh variasi geomagnetik (neutron
memiliki momen magnetik dan akan dipengaruhi oleh perubahan siklis medan magnetik bumi).
Faktor lain, seperti adanya supernova (ledakan bintang di akhir usianya), dapat menyebabkan
perubahan fluks sinar kosmis (radiasi gamma). Sinar kosmis, ketika berinteraksi dengan atom-
atom di bagian atas atmosfer, menghasilkan neutron dan proton, dan neutron yang dihasilkan
kemudian dapat bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk karbon-14. Adanya variasi level
karbon-14 di atmosfer berarti bahwa kalibrasi diperlukan dalam hal penentuan umur. Kalibrasi
ini dilakukan dengan memanfaatkan objek lain yang telah diketahui umurnya, sehingga dapat
dilakukan koreksi terhadap rasio hasil pengukuran pada objek yang akan ditentukan umurnya.
Dengan demikian, pengaruh berubah-ubahnya laju produksi karbon-14 dapat dihilangkan. Cara
elegan untuk melakukan kalibrasi ini adalah dengan membandingkan umur yang ditentukan oleh
hasil pengukuran karbon-14 dengan usia pepohonan. Usia pepohonan ditentukan dengan
menghitung cincin pertumbuhan tahunan pada pohon-pohon yang berusia sangat tua, seperti
sequoia dan jenis pinus tertentu (beberapa jenis pinus jerman berusia 10.000 tahun). Penentuan
umur dengan radiokarbon memberikan hasil yang akurat selama objek yang akan ditentukan
umurnya masih berada dalam kisaran 10.000 tahun yang telah dikalibrasi. Pada dasarnya,
dimungkinkan untuk menentukan umur objek sampai dengan 50.000 tahun, tetapi dalam
prakteknya, untuk umur yang lebih tua daripada 10.000 tahun, tidak ada metode kalibrasi yang
dapat digunakan, sampai baru-baru ini setelah ditemukannya suatu metode baru. Sebelum itu,
kesalahan (error) dalam menentukan umur diperkirakan bisa mencapai ï½± 3000 tahun.

Metode kalibrasi terbaru tersebut dilakukan oleh Kitagawa dari International Center for Japanese
Studies dan Van der Plicht dari University of Goningen, Netherlands. Mereka menganalisis lebih
dari 250 contoh fosil yang diambil dari deposit sedimen yang terbentuk lapisan demi lapisannya
setiap tahun di Danau Suigetsu di Jepang. Menghitung jumlah lapisan sedimen analog dengan
menghitung cincin pertumbuhan tahunan pada pepohonan. Data yang diperoleh dari sedimen-
sedimen berusia muda sangat cocok dengan data yang diperoleh dari cincin pepohonan. Dengan
menggunakan pengukuran dari banyak percobaan berbeda, kedua peneliti ini mampu memplot
kurva kalibrasi yang membandingkan antara umur yang disimpulkan dari pengukuran proporsi
karbon-14 dengan umur yang disimpulkan dari sumber-sumber lain. Secara umum, umur
sebenarnya (actual age) dari sebuah objek sedikit lebih kecil daripada umur yang diperoleh
dengan metode karbon-14. Perbedaan ini biasanya dapat diabaikan untuk periode yang tercatat
dari sejarah manusia, tetapi bisa berarti diperlukannya koreksi yang signifikan untuk periode-
periode sebelumnya. Kalibrasi ini hasilnya sama dengan hasil dari usaha kalibrasi lain yang
menggunakan data lebih sedikit, selain itu juga memberi hasil yang sama dengan metode
radioisotop lainnya (yang menggunakan uranium dan thorium) dalam suatu penelitian untuk
mengestimasi umur karang laut (Rhomdhoni, 2008).

Diperluasnya kalibrasi karbon-14 ini memiliki arti penting dalam upaya memastikan akurasi
penentuan umur bahan organik, dan juga, lebih dari itu, memungkinkan kita untuk memperoleh
pengertian yang lebih mendalam tentang variasi lautan dan iklim planet bumi dihubungkan
dengan zaman es terakhir, tentang medan magnetik bumi, dan tentang fluktuasi dalam produksi
radioisotop di atmosfer.
1. Teknik Rekonstruksi Fosil

Suatu fosil yang ditemukan dapat diketahui strukturnya dengan melalui berbagai teknik
rekonstruksi. Salah satu cara untuk merekonstruksi suatu fosil yaitu menggunakan teknik
holotomografi.

Struktur tulang dari suatu fosil yang berusia jutaan tahun dapat diketahui kekerabatannya dengan
makhluk hidup masa kini dengan menggunakan holotomografi yaitu holotomografi sinkrotron
atau European Synchrotron Radiation Facility (ESRF), sebuah teknik berdasarkan pada
pencitraan kontras fase sinar X (latar belakang), dan memberikan petunjuk pertama pada
mineralisasi istimewa pada tulang yang ditemukan. Holotomografi adalah teknik pencitraan non
destruktif seperti tomografi computer, dimana sinar x sinkrotron koheren dipakai. Dengan
metode ini, sebuah citra 3 dimensi dari struktur dalam benda sangat kecil dapat dibuat tanpa
merusak bendanya, dengan tingkat kontras dan presisi yang tidak dapat dijangkau teknik lain.
Sinkrotron digunakan untuk mempelajari salah satu dari beberapa tulang dari fosil yang telah
terlestarikan dalam tiga dimensi (sebagian besar telah teremas). Teknik absoprsi mikrotomografi
digunakan untuk mempelajari beragam sampel. Untuk mendapatkan struktur suatu fosil secara
detil, maka digunakan teknik kedua, holotomografi sinar X. Kemudian selanjutnya dengan
rekonstruksi 3D dengan menggunakan komputer (Anonim b, 2009).

Berikut ini dicontohkan suatu cara merekonstruksi fosil yang diambil dari jurnal yang diakses
dengan alamat http://faktaevolusi.blogspot.com/2009/04/ fosil-otak-pertama-kerabat-hiu-
yang.html.
Struktur dari tengkorak (latar depan) dari ikan iniopterygian berusia 300 juta tahun dari Kansas
berkerabat jauh dengan ikan tikus masa kini jelas karena holotomografi, sebuah teknik
berdasarkan pada pencitraan kontras fase sinar X (latar belakang), dan memberikan petunjuk
pertama pada mineralisasi istimewa pada otak (jingga).

Sebuah otak kerabat hiu dan ikan tikus berusia 300 juta tahun telah diungkapkan oleh ilmuan
Perancis dan Amerika memakai holotomografi sinkrotron European Synchrotron Radiation
Facility (ESRF). Ini yang pertama kalinya jaringan lembut fosil otak demikian ditemukan.
Seperti banyak dalam penemuan ilmiah, ia terjadi secara kebetulan. Tim dari National Natural
History Museum di Paris (MNHN dalam bahasa Perancis), ESRF dan American Museum of
Natural History di New York memakai sinkrotron untuk mempelajari salah satu dari beberapa
tengkorak ikan iniopterygian yang telah terlestarikan dalam tiga dimensi (sebagian besar telah
teremas). Inopterygian adalah kerabat hiu dan ikan tikus yang telah punah, dan dulunya hidup di
tanah lautan dangkal dan berlumpur. Mereka tidak sampai lebih dari 50 cm.

Para ilmuan menggunakan teknik absoprsi mikrotomografi untuk mempelajari beragam sampel.
Satu sampel, diambil dari Kansas (AS) mengungkapkan struktur aneh: ia lebih padat daripada
matriks sekitarnya yang memenuhi selubung otak, dan terbuat dari kalsit kristal. Untuk
mendapatkan strukturnya secara detil, mereka memutuskan memakai teknik kedua,
holotomografi sinar X. mengejutkannya, hasil menunjukkan sebuah benda simetris dan berdiri
berada di posisi yang sama dengan otak yang seharusnya ada. Rekonstruksi 3D menunjukkan
bagian berbeda dari otak, seperti serebelum, lengkung spinal atau lobus optik dan saluran-
saluran, diantara banyak yang lainnya. Bagian satu-satunya yang tidak dapat ditemukan ilmuan
adalah otak depan, mungkin terlalu tipis untuk termineralisasi.

Analisis lebih jauh dari fosil menunjukkan kalau daerah dimana struktur mirip otak ini mencapai
permukaan sampel mengungkapkan konsentrasi tinggi kalsium fosfat, dimana matriks sekitarnya
hampir berupa kalsium karbonat murni. Mineralisasi otak, menurut peneliti utama paper, Alan
Pradel, dari MNHN, “karena keberadaan bakteri yang menutupi otak segera sebelum ia meluruh
dan memicu fosfatisasinya”.

Diatas ini, kondisi lingkungan, mungkin terjenuhkan dengan kalsium fosfat, tidak adanya
oksigen di selubung otak dan keberadaan asam lemak di otak mungkin membuat kejatuhan pH
yang juga menggeser kemunculan kalsium karbonat dari kalsium fosfat.

Iniopterygian adalah kerabat ikan tikus modern atau yang juga dikenal sebagai “hiu hantu” atau
chimaera. Chimaera adalah kerabat jelas dari hiu dan pari yang dijelaskan dengan baik oleh
Kurator Museum Bashford Dean tahun 1906 dan terdiri dari sekitar 40 spesies. Namun di zaman
Paleozoikum akhir, kerabat chimaera adalah relatif umum di samudera dunia dengan keragaman
luas dalam bentuk dan ukuran, dan iniopterygia adalah bagian buruk dari radiasi ini. Dikenal
pertama hanya dari fosil yang sepenuhnya gepeng (yang sebagian mengapa penemuan selubung
otak sekarang begitu mengagetkan), ikan-ikan ini memiliki beberapa tampilan yang tidak
bermanfaat: tengkorak masif dengan soket mata besar, gigi mirip hiu yang berderet, ekor dengan
pentungan, sirip pektoral besar yang terdorsalkan atau berada hampir di punggung, dan duri atau
kait mirip tulang di ujung-ujung siripnya. Sebagian besar iniopterygia berukuran kecil, rata-rata
panjangnya 15 cm.
Ilmuan telah tahu kalau iniopterygia mesti memiliki otak, namun penemuan baru ini dapat
memberi petunjuk evolusi otak pada masa transisi evolusi utama, memberi kasus serupa yang
lain kelestarian spesial dalam fosil kunci. Riset ini juga membuktikan kalau, karena teknik
mikrotomografi sumber cahaya seperti ESRF, detil organisasi anatomis dari sistem saraf dalam
otak fosil, sejak kini, tersedia secara potensial.

Tabel 2.1 Ringkasan Perbandingan Dan Analisis

Petunjuk Evolusi

No Petunjuk Dasar Pemikiran Rasional Kelemahan


Adanya kesamaan
Tidak didasarkan pada
Homologi organ gerak (tangan, Dapat diterima akal
1 proses dan pemikiran
organ tubuh kaki, sayap) kelompok secara ilmiah
secara ilmiah
vertembrata
Rasional karena dapat Belum dapat menjelaskan
Bayak data fosil
dibuktikan dengan jenis-jenis fosil yang
2 Data Fosil ditemukan di berbagai
adanya penemuan fosil- ditemukan dengan
lapisan bumi.
fosil. sempurna.
Organ yang berguna Didasarkan pada Perubahan struktur organ
Organ yang
pada suatu mahkluk perubahan struktur dari mahkluk hidup tentu
3 mengalami
hidup, pada mahkluk organ dari mahkluk ada fungsinya masing-
rudimentasi
lain kurang berfungsi. hidup masing.
Terjadinya perubahan Tidak rasiona karena
Evolusi kuda belum dapa
4 Evolusi Kuda ukuran tubuh, gigi,dan tidak dapat dijelaskan
di buktikan secara pasti.
alat gerak pada kuda secara ilmiah
Belum dapat menjelaskan
Adanya perubahan Didasarkan pada
hubungan antara
struktur dari berbagai perubahan dari berbagai
Evolusi perubahan struktur dari
5 organ kelompok segi yang dapat
Primata berbagai organ kelompok
primata primitive memberikan petunjuk
primata primitive dengan
dengan modern mengenai masa lalu.
modern

1. Analisis Kritis terhadap Petunjuk Evolusi

No Petunjuk Kerangka Dasar Pendapat


Bahwa petunjuk tentang adanya Ada kemungkinan benar, karena
evolusi dapat dipelajari dari studi proses yang kejadiannya bukan
tentang organ berbagai mahkluk hidup hanya ribuan atau jutaan tahun
1. Homologi yang memiliki kesamaan. Misalnya yang lalu tetapi miliaran tahun
organ tubuh anggota tubuh yang dimiliki oleh yang lalu. Kemungkinan adanya
Vertebrata. Homolog merupakan perubahan fungsi karena
semua kesamaan fungsi yang berasal kebiasaan.
dari struktur yang sama contohnya
adalah anggota gerak yang dimiliki
oleh vertebrata berupa sepasang
tangan, kaki, dan sayap.
Fosil dapat berupa tulang-belulang,
tubuh, jejak, dan sisa makhluk hidup
yang terawetkan dalam batuan
sediment. Umumnya fosil yang
terdapat di lapisan yang paling dalam,
mempunyai umur yang lebih tua Perlu dilakukan pengamatan
sedangkan umur fosil yang ditemukan yang lebih akurat apakah
pada lapisan yang lebih atas memang ada perbedaan antara
mempunyai umur yang lebih muda. fosil masa lalu dengan fosil pada
Dengan membandingkan fosil yang masa kini, sehingga dapat
2 Data Fosil
ditemukan diberbagai lapisan bumi dikatakan adanya
yaitu mulai dari sederetan fosil yang perubahan/evolusi antar fosil tu
ditemukan pada lapisan bumi yang tua dengan fosil muda.
sampai yang muda menunjukkan
adanya perubahan yang terjadi secara
berangsur-angsur, maka dapat
disimpulkan bahwa fosil merupakan
petunjuk adanya evolusi.
Organ yang Organ yang berguna pada suatu Pada setiap mahkluk hidup
mengalami makhluk hidup, namun pada makhluk setiap organ yang ada tentunya
3 rudimentasi hidup yang lain kurang berfungsi mempunyai fungsi tertentu
Evolusi kuda merupakan suatu contoh
klasik yang datanya cukup lengkap,
Fosil kuda yang paling primitif
dikenal dengan Eohippus dengan ciri-
ciri fosil yaitu kuda ini sebesar
kucing/kancil dan tingginya hanya Secara logika kurang bisa
4 sekitar 30 cm, hingga ada Perubahan diterima karena perubahan yag
Evolusi Kuda alat gerak diperlihatkan pada terjadi tidak masuk akal.
bertambah panjangnya kaki dan
postur tubuh yang lebih besar dan
tengkorak memanjang.
Pada kelompok primata adalah Kemungkinan benar, adanya
membandingkan kelompok primata suatu perubahn organ karena
Evolusi primitif dengan kelompok primata organ tersebt sering di gunakan
5
Primata modern tentang perubahan struktur sehingga beralih fungsi.
dari berbagai organ, Bentuk
tengkorak, mata, ukuran jari, volume
otak.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Petunujuk evolusi meliputi fosil, Variasi dalam suatu keturunan Perbandingan Anatomi
atau Homologi Organ Perbandingan Embryo Perbandingan Biokimia Organ Tubuh yang
Tersisa (Organ Vestigial) dan Domestikasi atau Seleksi Buatan.
3. Homolog merupakan semua kesamaan fungsi yang berasal dari struktur yang sama
contohnya adalah anggota gerak yang dimiliki oleh vertebrata berupa sepasang tangan,
kaki, dan sayap. Kesamaan fungsi namun berbeda asalnya disebut analog.
4. Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap. Dan juga
evolusi dari hewan gajah dan evolusi primata.
5. Evolusi primate memperlihatkan fosil Ramaphitecus, Fosil Australophitecus, Fosil
Pithecantropus, Fosil manusia neandertal.

1. Saran

Dari makalah ini, saran yang yang dapat diberikan:

1. Dapat memberikan contoh petunjuk dan bukti adanya evolusi dari makhluk hidup yang
lain selain kuda dan primata.
2. Dapat menjelaskan lebih detail tentang petunjuk dan bukti adanya evolusi karena pada
makalah ini sumber pustaka sangat terbatas.
DAFTAR RUJUKAN

Amin,M. dkk.2003. Panduan Belajar Evolusi. Jakarta: DEPDIKNAS.

Anonimous. 2006. Horses, Evolution and Transitional Forms. (Online), (http://www.


Darwinisme.org/horse.htm, diakses tanggal 4 Februari 2012)

Anonimous. 2007. Petunjuk Evolusi. (Online),(http://www.kaskus.us/showthread, diakses


tanggal 4 Februari 2012)

Anonimous a.2008. Petunjuk-petunjuk adanya evolusi . (Online),


(http://www.biologi.us/showthread, diakses tanggal 4 Februari 2012)

Anonimous b, 2008. “Strugle for the exsistance dan Survival of the fittest”. (Online),
(http://www.bringyou.to/apologetics/p15.htm, diakses tanggal 4 Februari 2012)

Anonimous c, 2008. Evidence for Evolution and an Old Earth. (Online),


(http://www.bringyou.to/apologetics/p15.htm., diakses tanggal 4 Februari 2012)

Anonimous, 2009. Fosil “Burung Darwin” Ditemukan di China.


(Online),(http://epaper.kompas.com, diakses tanggal 4 Februari 2012).
Moore, Ruth. 1979. Evolusi. Jakarta: pustaka Alam Life, Tira Pustaka Jakarta

Valentine, 2004. On the Origin of Phyla. Univ of Chicago Press.

Widodo, dkk. 2003. Bahan ajar Evolusi. Malang: DIKTI

Anda mungkin juga menyukai