Anda di halaman 1dari 34

LO 1.

Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter keluarga

Struktur Organisasi dan Fungsional Klinik Dokter Keluarga



Struktur Organisasi Manajemen Klinik Dokter Keluarga
Ø Man
1. Medis : Dokter Keluarga, Spesialis, Paramedis
2. Non Medis : Administrasi,Teknisi, Operator komputer, dll
3. Lin-lain
Ø Money
1. Sistem Pra Upaya
2. Sistem Sharing, individu, kolektif, dll
3. Sistem Fee for services
Ø Material
Produk Pelayanan Dokkel : 10 paket pelayanan kesehatan dokter keluarga
Ø Machine
Sentra : - Peralihan pelatihan/pendidikan dokter keluarga
- Pelayanan kesehatan : sub klinik DK, klinik DK type I,II
Ø Methode
1. Organisasi : Struktur, job discription, alur kerja
2. Standarisasi : - Produk Yankes-dokter keluarga
- Fasilitas-klinik DK
- Prosedur-pelayanan+rujukan+report
- Sistem informasi-komunikasi/data
- Biaya
- Evaluasi
- Intervensi
Ø Organisasi : - Intraklinik
Interklinik
- Ekstra klinik : 1. Dr. Spesialis
2. Rumah sakit/klinik rujukan

1

3. Apotik/Lab
medis
4. Org. Profesi kesehatan lain
Ø Standarisasi : Module, Form : Hidup sehat, panduan, SOP, Software.

Jenis Klinik Dokter Keluarga :
a. Klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic)
- Dapat dilaksanakan secara solo
- Bersama – sama dalam satu kelompok
b. Klinik keluarga merupakan bagian dari rumah sakit (satelite family clinic)

Hal – hal essensial yang harus dipenuhi :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer
b. Terletak ditempat strategis (mudah dicapai dengan kendaraan umum)
c. Bangunannya memenuhi syarat untuk pelayanan kesehatan
d. Dilengkapi dengan sarana administratif yang memenuhi syarat
e. Dilengkapi dengan sarana komunikasi
f. Mempunai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
g. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedi telah lulus
pelatihan pembantu DK

Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan
objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki
mutu pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)
Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :
1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus menerus.
Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan, program menjaga mutu
sering pula disebut dengan nama program meningkatkan mutu berkelanjutan
(continous quality improvement program).

2

2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur
kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya penyelesaian masalah,
untuk kemudian diakhiri dengan melakukan penilaian serta menyusun saran-saran
untuk tindak lanjut. Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan
yakni lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah penyebab masalah
dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar
data yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar
dan indikator.
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan program
menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan, bukanlah
program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga
mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).

Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :


1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang disatu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dari
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah
tenaga pelaksana, sarana dan dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan yang
terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization) serta
sistem manajemen (management) yang diterapkan.

3

c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses disini adalah semua tindakan
yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum dapat
dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical procedure)
mulaidari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan nonmedis (non
medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan medis,
penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud denganunsur keluaran adalah yang menunjukan
pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Penampilan
pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :
a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan
penyakit, kecacatan dan atau kematian.
b) Penampilan aspek nonmedis (non mediacal performance) seperti misalnya
kepuasan dan keluhan pasien.

Fungsi dasar manajemen :

Perencanaan (Planning) merupakan tahap awal dalam langkah - langkah untuk


mencapai suatu tujuan, visi, misi, program, dsb. Selanjutnya adalah dengan membentu
kepanitian (Organizing) untuk mengatur waktu, biaya, SDM ataupun SDA. Tahap
berikutnya adalah dengan melakukan aksi (Actuating) atas apa yang sudah kita rencanakan
serta mengontrolnya (Controling) sehingga berjalan dengan baik. Langkah terakhir adalah
dengan melakukan peninjauan (Evaluation) kegiatan untuk mengetahui kekurangan

4

ataupun kesalahan sehingga kita dapat memperbaikinya. Semua hal inilah yang disebut
dengan POACE.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa POACE merupakan suatu konsep
yang terdiri dari langkah - langkah yang digunakan sebagai acuan untuk menjalankan
sesuatu kegiatan sesuai yang dikehendaki. Langkah - langkahnya terdiri dari : Planning,
Organizing, Actuating, Controling dan Evaluation.
Namun apa kaitannya dengan Lingkungan Hidup ? POACE akan sangat berguna
karena dalam Lingkungan Hidup tentu membutuhkan tujuan untuk menumbuhkan
kesadaran - kesadaran pada manusia tentang pentingnya kehidupan yang ada di muka bumi
sehingga bisa merubah perilaku atau pola kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.
Dalam hal ini tentu diperlukan adanya suatu program untuk mengendalikan / mengubah
pemikiran masyarakat sehingga bisa lebih menghargai Lingkungan Hidup. Program -
program Lingkungan Hidup terikat oleh tempat dan waktu sehingga disinilah peran
POACE akan terjadi.

Berikut langkah - langkah dalam POACE untuk pengembangan program Lingkungan


Hidup.
1. Planning
" Sebuah kebaikan yang tidak terencana akan kalah dengansebuah kejahatan yang
terencana dengan baik. "
Suatu kegiatan mustahil dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat
program diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan,
hambatan, tujuan dan manfaat dari program tersebut. Agar suatu program dapat
berjalan dengan sukses diperlukan perencanaan dengan pertimbangan yang matang.
Perencanaan membutuhkan suatu konseptor yang benar - benar memiliki kemampuan
dan pemahaman terhadap kegiatan yang akan diadakan. Planning juga berperan dalam
pembuatan jadwal kegiatan agar suatu program berjalan sesuai yang diharapkan.
Dalam program Lingkungan Hidup. Planning membutuhkan sarana manajemen
yang terdiri dari 6 M, yakni :
- Men : SDM yang dimiliki oleh suatu program/organisasi. Tanpa ada manusia
tidak ada proses kerja. Oleh karena itu manajemen timbul karena adanya orang
- orang bekerja untuk mencapai tujuan. Dalam program Lingkungan Hidup

5

perlulah direkrut orang - orang yang memang berkomitmen untuk menciptakan
suatu tujuan yang baik dan bermanfaat
- Money : Uang merupakan suatu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
digunakan untuk menggaji tenaga kerja dan membeli alat - alat yang dibutuhkan
selama menjalankan Program Lingkungan Hidup. Dalam hal ini sebagai
program yang bergerak secara independen ataupun dibawah naungan
pemerintah. Dana dapat dicari dalam bentuk hibah maupun diajukan dalam
bentuk proposal untuk mendapatkan sponsor. Dari ke-6M sarana manajemen,
Uang merupakan sesuatu hal yang paling rumit dalam proses mewujudkan
Planning
- Material : Bahan Program Lingkungan Hidup terdiri dari bahan setengah jadi
(raw material) dan bahan jadi. Dalam Program Lingkungan Hidup untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.
Bahan dapat didapatkan dengan menemukan bahan yang telah tersedia.
- Machine : Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menciptakan
efesiensi kerja dalam Program Lingkungan Hidup.
- Metode : Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya Program
Lingkungan Hidup. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan
waktu, serta uang dan kegiatan Program Lingkungan Hidup. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam langkah ini tetap manusianya sendiri.
- Market : Memasarkan bukan hanya dalam bentuk produk, namun juga dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai terbentuknya suatu program
sehingga bisa ditujukan kepada orang - orang yang tepat. Pelaksanaan Program
Lingkungan Hidup haruslah diketahui masyarakat karena tujuan program ini
diadakan adalah untuk masyarakat itu sendiri. Penyebarluasan informasi

6

tentang Program Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan cara sosialisasi
yang sudah terjadwal.

2. Organizing
" Jika anda gagal dalam memepersiapkan, maka anda mempersiapkan untuk
kegagalan."
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-
tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan
pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Actuating
" Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan
memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan yang
lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan lancar
dan sukses.

Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber
daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program
kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah
disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling

7

" Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya banyak orang yang tidak
tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka memutuskan untuk
menyerah. "
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan
efisien serta bernilai guna dan berhasil guna dalam program Lingkngan Hidup.
5. Evaluating
" Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru yang baik. "
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau
kekurangan yang terjadi dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga pada
kegiatan serupa yang selanjutnya dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan untuk
kegiatan yang selanjutnya tidak terulang permasalahan yang serupa. Evaluasi minimal
dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga dilakukan evaluasi dipertengahan
pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan. Evaluasi juga merupakan
salah satu sarana “controling” ketika kegiatan berlangsung.

Klinik Dokter Keluarga


a. Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)
b. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis)
c. Mempunyai bangunan yang memadai, d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi,
d. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
e. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan
khusus pembantu KDK
f. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
g. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah
h. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan
berkesinambungan
i. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
j. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.

8

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )

Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga
yang terdiri atas komponen :
a. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik Dokter Keluarga
(KDK)
b. Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik Dokter
Spesialis (KDSp)
c. Rumah sakit rujukan
d. Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaan
e. Seperangkat peraturan penunjang.
Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang
selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika
dipandang perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder,
pasien segera dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata

9

selenggarapelayanan seperti ini akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam
skema JPKM/asuransi.

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan
diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.


Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,


serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan
oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit
terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk
merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama
antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu
daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan

10

pasien di rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul
kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan
dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang
mengunjungi tempat praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan
kedokteran yang dibutuhkan.
Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga
tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan
sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan
untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter
keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat
perawatan dan jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.
Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak
sama, perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan tetap tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan
sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit.
Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus
mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga harus
mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek
dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit
saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Standar Pemeriksaan Kedokteran Keluarga

1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

11

Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional,
efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding


Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien
berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence
based).

5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan
untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap
perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.

7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

12

8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan
tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional
pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi
kepentingan pasien.

10) Pengobatan rasional


Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,
berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.

11) Pembinaan keluarga


Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Rujukan

Definisi
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara
horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).Hal yang dirujuk bukan hanya
pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan
laboratorium, dan sebagainya.

Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :


Ø Rujukan medik

13

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-
bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status
kesehatan pasien

1. Rujukan pasien (transfer of patient)


Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel.kes. Yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan
diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)
Pengiriman bahanbahanpemeriksaan bahan laboratorium daristrata pelayanan
kesehatan yangkurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk
tindak lanjut.

Ø Rujukan kesehatan masyarakat


Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
Tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada
di masyarakat.
1. Rujukan tenaga,
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu
ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
2. Rujukan sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

14

3. Rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Rujukan kesehatan:
Ø Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat
Ø Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan
Ø Jalur: Dinas Kesehatan secara bertingkat

2. Karakteristik

a. Ruang lingkup kegiatan


Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada
pihak ketiga
b. Kemampuan dokter
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman.Pada
rujukan hal ini tidak mutlak.
c. Wewenang dan tanggung jawab
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi.Pada rujukan sebaliknya.

3. Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
§ Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
§ Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
§ Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan
b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

15

§ Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang
§ Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
§ Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
§ Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama
§ Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu

4. Tata Cara
Tata cara rujukan
• Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab


1. Interval referral
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan
untuk jangka waktutertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut
menanganinya
2. Collateral referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk
satumasalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada
dokter lain untuk selamanya
4. Split referral

16

menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran USU

LO 4. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran


keluarga

Sumber pembiayaan praktek keluarga


Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan
bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan
praupaya maupun sistem pembiayaan fee for service.

Manajemen Pembiayaan Klinik Doga

17

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya


Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1) Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem
pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan
kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka
waktu jaminan.
2) Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem

18

pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan.
Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama,
mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula
dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group)
yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
3) Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini,
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

PELAKSANAAN DOGA DI INDONESIA


Mekanisme dan jenjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan
oleh masyarakat. Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Tingkat Primer
Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang selama ini dikenal
dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini merupakan kontak pertama pasien dengan dokter
yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama, Puskesmas, Balai
Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit, dsb.
2. Pelayanan Tingkat Sekunder
Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter
praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan kepada tenaga kesehatan yang
lebih ahli, dalam hal ini dokter spesialis.
3. Pelayanan Tingkat Tersier

19

Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh pelayanan di
tingkat sekunder maka pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pasien akan
dirujuk kepada dokter konsultan atau subspesialis.

Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu BUMN
yang digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu pada
pola perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:
a) Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayan yang
dimiliki
b) Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter Keluarga
tersebut (Community Rating by Class)

Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan bila Kantor
Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok seperti di atas
Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang
dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi kembali
PPK (re-credentialing) dengan memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:
a) Hasil penilaian sarana dan prasarana
b) Ketersediaan tenaga perawat
c) Ketersediaan tenaga administrasi
d) Kemampuan penyediaan sarana laboratorium
e) Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas

Pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:


• Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indicator
(indicator penentu point (1)-(4) point c). besaran kapitasi yang ditetapkan adalah
maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa
• Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi minimal
2 (dua) indicator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal sebesar
Rp 6000,00 per jiwa

20

• Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi indicator
sarana dan prasarana sedangkan indicator penentu lainnya tidak terpenuhi. Besarnya
kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00

Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter Keluarga untuk
masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
• Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri dari: jasa
medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah
biaya obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).
• Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah
rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya
adalah biaya obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin).
• Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana). Besaran jasa
medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah pelayanan obat (tanpa
pelayanan laboratorium sederhana)

Jenis sistem pembiayaan

Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain :

1. Penataan Terpadu (managed care)


Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan
kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat
dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed
care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.

Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara
lain:

21

a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa
kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab
individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya
obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu
memerlukan life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini
memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang
dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh
karyawan maupun provider layanan kesehatan.

3. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang
diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan
kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut
menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada
pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).

4. Pemberian Tunjangan Kesehatan


Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan
kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk
uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini
digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance).
Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan

22

lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal – hal lain yang
malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit Perusahaan


Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan
apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga
pegawai yang ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit
perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu
dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang
didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan
jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang
dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa
senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk
membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di


Indonesia :

• Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)


Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan
berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :


a) Keikutsertaan bersifat wajib
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi
kerja dan tenaga kerja

23

f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan
pada resiko kelompok
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya
asuransi kesehatan sosial di Indonesia
• Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health
Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli
preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah
ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai
berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis
tanggungan yang dipilih
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor
usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
e) Santunan diberikan sesuai kontrak
f) Peranan pemerintah relatif kecil

• Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health


Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk
kelompok masyarakat
d) Santunan diberikan sesuai kontrak
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal

24

f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang

Tujuan pembiayaan kesehatan


Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:

a. Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat


pusat dan daerah
b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan
pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin
dan rentan melalui pengembangan jaminan
c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

LO 5. Memahami dan menjelaskan peran dokter keluarga dengan mitra kerjanya

Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra kerjanya

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan


suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage
Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha
penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray
(1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang
terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi
dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat
dilakukan. American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai
dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
merawat individu, keluarga dan masyarakat.

25

Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang
lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam
kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan
perawat dan dokter.

Komunikasi dokter – Profesi lain :

Kolaborasi dokter –perawat

Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi à Prinsip : Perencanaan

Pengambilan keputusan bersama

Berbagi saran / ide

Kebersamaan

Tanggung gugat

• Pendekatan Praktik Hirarkis


Dokter à Registerd nurse à Pemberi pelayanan lain à Pasien

Ø Menekankan komunikasi satu arah


Ø Kontak Dokter dengan pasien terbatas
Ø Dokter merupakan tokoh yang dominan
Ø Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD
Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia

• Model kolaboratif tipe II :

26

Registerd
DOKTER
nurse
PASIEN

Pemberi
pelayanan
lain

Ø Lebih berpusat pada pasien


Ø Semua pemberi pelayanan harus bekerjasama
Ø Ada kerja sama dengan pasien
Ø Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

Hubungan dokter-Apoteker

McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja Kolaboratif
antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working Relationship.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain disebutkan:
a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor demografi
seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal dididik untuk dapat
bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah menerima konsep
hubungan dokter-Apoteker.
b. Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah tunggal
atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan menentukan seberapa
intensif hubungan yang akan terjalin.
c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara
profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang, penilaian
terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang pertukaran antara
kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang lebih baik.
3. Termasuk mitra kerja dokter
27

Mitra kerja dokter ialah Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun puskesmas
serta klinik, pasien dan petugas lainnya


LO 6. Memahami dan Menjelaskan Adab Dokter Merawat Pasien Sakit Menurut Islam

Ø 5S
Aa Gym mengatakan 5S merupakan kunci keberhasilan menuju kepribadian yang
menawan. Seperti halnya Rasul yang tersenyum kepada umatnya. begitu juga segala
tingkah laku, tindak tanduk beliau membiaskan pesona yang tembus ribuan kilometer,
ribuan tahun sampai hari kiamat.
Untuk itu sudah selayaknya kita umat manusia meneladeni kepribadian beliau.
Dengan cara mengamalkan 5S tersebut.
- Pertama adalah Senyum, setiap orang dapat tersenyum, macamnyapun
beragam, ada yang karena senyuman orang menjadi teriris hatinya. Ada juga
'senyum menggoda' yang membuat orang yang melihatnya terjerumus ke
lembah maksiat. Tetapi ada juga senyuman yang membuat hati kita tergetar
melihatnya yaitu 'senyum ketabahan' . Serta ada senyum yang sebaiknya
diamalkan setiap saat yaitu 'senyum tulus' yang lahir dari hati yang paling
dalam, lahir dari kerinduan ingin membahagiakan. Dalam hal ini Rasulullah
saw, telah mempraktekkan senyuman yang tulus di hadapan para sahabat.
Keuntungan senyum ada banyak seperti dapat menambah daya tarik seseorang,
dari segi kesehatan orang yang murah senyum akan jauh dari stress, jantungnya
akan berdetak normal, ketiga dari hubungan sosial, bagi yang ahli senyum
pergaulan akan terasa menyenangkan.
- S kedua dari 5S adalah 'Salam' . Bagi orang Islam salam mengandung makna
yang dalam, selain merupakan doa yang tulus dari seorang muslim kepada
muslim lainnya, salam oleh sebagian ulama diartikan dengan, "Semoga engkau
dalam penjagaan Allah" atau ada juga yang mengartikan "Selamat. Semoga
keselamatan dari Allah tetap bagimu."
- S ketiga yiatu 'Sapa.' Aa Gym mengatakan mengapa, untuk menyapa orang
yang berada di samping kita terasa berat sekali. Padahal kalau kita melihat

28

kenyataan, saat kita duduk bersebelahan dalam bis, saat naik kereta api, itu
merupakan kesempatan untuk bertegur sapa. Dengan menyapa secara hangat
kebekuan akan mencair dan kita akan merasa nyaman sepanjang perjalanan
- Kemudian S Keempat adalah 'Sopan.' Orang yang sopan akan dapat mencuri
hati siapapun yang melihatnya. setidaknya kita menjadi hormat pada orang
yang bersikap sopan. Selain itu kesopanan merupakan sikap menentukan nilai
orang tersebut, semakin tinggi nilai sikap kesopanan, maka makin tinggi
derajatnya. Serta kesopanan yang muncul dari kemuliaan akhlak merupakan
tanda-tanda kedalaman pemahaman agama seseorang. Jadi apalah artinya jika
mempunyai ilmu agama yang luas, gelar yang panjang, kedudukan yang tinggi,
kalau memiliki sikap yang tidak sopan. Oleh karena itu adabaiknya kita evaluasi
kembali kesopanan sikap kita, kata Aa Gym.
- Terakhir adalah 'Santun.' Penyantun adalah orang yang bisa memaafkan atau Ia
bisa membalas keburukan dengan kebaikan. Dalam arti orang yang penyantun
adalah orang yang mampu menekan ego dirinya untuk mengalah demi
kemashlahatan bersama. Jadi bila ingin mempunyai pribadi yang simpatik lagi
menawan, harus menjauhi sekuat-kuatnya sikap egois

Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:

1. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya
dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan
preventif bagi yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya)
pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
2. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.
Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah
penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :

29

" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah
penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).
3. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah
Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.Nabi sholallohu
'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR.
Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
4. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya
atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.
5. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.
Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya
untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien
atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah
pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung
dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam
Islam. Allah Ta'ala berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat
penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
6. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya hendaknya
betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ash-
shahiihah 635).
7. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan bagi
para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.

30

Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas
kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :

1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun
perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari
ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah
bentuk ta'awun dalam kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang
tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien
tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang
sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda
beliau tentang wabah penyakit menular : "Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu
negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).
6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya,
sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam : "Jangan menghadap kiblat tatkala
buang air besar dan kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144,
Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).
7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat,
berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda
: "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat."
(HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-
Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib
(3085) ).

Adab pemeriksaan terhadap pasien

31

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih
mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang
dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter
tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau
menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya,
dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak
ada masalah.
Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang
saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter harus
mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan lebih
daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-
laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.
Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para
terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi
pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang
haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah
ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.
Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Ja’far yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan
lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah
SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut
(mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia
tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika
tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya
sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam
Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

‫ﺼ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻣﺎ َﺣ ﱠﺮ َم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ إِﻻ َﻣﺎ اﺿْ ﻄُ ِﺮرْ ﺗُ ْﻢ إِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬


‫َوﻗَ ْﺪ ﻓَ ﱠ‬

32

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti
untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti
rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah
keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus
bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat
pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh
yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita,
meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain
perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat
di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:

a. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis


Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman:
Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-
Nur: 30-31)
b. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan
wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada
pemimpin).” (HR. Bukhari)

33

Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu
perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Seandainya kepala
seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita
yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

34

Anda mungkin juga menyukai