Anda di halaman 1dari 2

4.

Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan

a. Republik Indonesia Serikat

Kesepakatan Konferensi Meja Bundar, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS). Republik Indonesia Serikat (RIS) berdiri pada tanggal 27 Desember 1949
dengan Undang-Undang Dasar Sementara sebagai konstitusinya. Sesuai dengan isi konstitusi tersebut,
negara berbentuk federasi dan meliputi seluruh daerah Indonesia.

Yang bergabung dalam federasi :

• Negara bagian yang meliputi : Negara Indonesia Timur, Negara Pasudan, Negara Jawa Timur, Negara
Madura, Negara Sumatra Selatan, Negara Sumatra Timur, dan Republik Indonesia

• Satuan-satuan kenegaraan yang meliputi : Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara,
Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, dan Jawa Tengah.

• Daerah Swapraja yang meliputi Kota Waringin, Sabang, dan Padang.

Sistem pemerintahan RIS dipegang oleh presiden dan menteri-menteri di bawah perdana menteri.

Presiden RIS adalah Ir. Soekarno setelah beliau menjadi calon tunggal dalam pemilihan Presiden RIS pada
tanggal 15 Desember 1949.

Drs. Moh. Hatta diangkat menjadi Perdana Menteri RIS pada tanggal 20 Desember 1949.

b. Kembali Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bentuk negara RIS sudah tidak sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Muncul
gerakan untuk mengubah bentuk negara RIS untuk kembali ke NKRI. Rakyat negara bagian mengadakan
demonstrasi untuk membubarkan RIS.

Pada bulan April 1950, hampir semua negara telah bergabung dengan Republik Indonesia, kecuali Negara
Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur. Akhirnya kedua negara tersebut juga ikut bergabung di
NKRI. Kedua negara tersebut kemudian memberikan madatnya kepada pemerintah RIS guna
mengadakan pembicaraan mengenai pembentukan NKRI pada 12 Mei 1950.

Pada tanggal 19 Mei 1950, ditanda tangani sebuah piagam persetujuan antara Pemerintah RIS dan
Pemerintah RI. RIS bubar dan berganti menjadi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.

c. Gangguan Keamanan

1) Pemberontakan PKI Madiun 1948


Terjadi pada tanggal 18 September 1948 yang dipimpin oleh Muso. Tujuan pemberotakan ini adalah
ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis serta ingin mendirikan Republik Indonesia
Soviet. Pada tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang di
bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur) dan Kolonel
Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur)

2) Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)

Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia adalah suatu gerakan yang menginginkan
berdirinya sebuah negara Islam Indonesia. Pemberontakan ini bermula di Jawa Barat, kemudian
menyebar ke daerah-daerah lain, seperti Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

a) Jawa Barat

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo yang memiliki cita-cita mendirikan
Negara Islam Indonesia. Untuk membentuknya beliau melakukan Proklamasi yang dikumandangkan
pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk mengatasinya pasukan TNI dan rakyat
menggunakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo berhasil
ditangkap.

b) Sulawesi Selatan

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pemberontakan ini disebabkan
oleh Kahar Muzakar yang menempatkan laskar-laskar rakyat Sulawesi Selatan ke dalam lingkungan APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Namun, pada bulan Februari 1965 pemberontakan ini
berhasil ditumpas oleh TNI.

c) Aceh

Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh yang merupakan mantan Gubernur Aceh.
Pemberontakan ini disebabkan oleh status Aceh yang semula menjadi daerah istimewa diturunkan
menjadi daerah kepresidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara. Kebijakan tersebut ditolak oleh Daud
Beureuh, sehingga pada tanggal 21 September 1953, beliau mengeluarkan maklumat tentang penyatuan
Aceh ke dalam Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo. Namun pada tanggal 17-28 Desember
1962 diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dan melalui musyawarah dan berhasil
dicapai penyelesaian secara damai.

d) Kalimantan Selatan

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang menamakan gerakannya
dengan sebutan Kesatuan Rakyat yang tertindas. Pada tahun 1945, Ibnu Hajar secara resmi bergabung
dengan Negara Islam Indonesia dan ditunjuk sebagai panglima tertinggi TII. Pada tahun 1963,
pemerintah Indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini, Ibnu Hajar dan anak buahnya berhasil
ditangkap

Anda mungkin juga menyukai