Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

ROLE PLAY PENERIMAAN TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN


PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BEDAH EDELWEIS (PPJT LANTAI 2)
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
PERIODE 28 APRIL 2019 – 25 MEI 2019

Oleh:

Lutvi Choirunnisa’, S.Kep 131813143001


Natalia Haris Krisprimada, S.Kep 131813143012
Navisa Khoirunisa, S.Kep 131813143031
Nuzulia Azizi Islamia, S.Kep 131813143096
Oktaviana Ristya Anggraini, S.Kep 131813143071
Rachmad Aziz Supriyadi, S.Kep 131813143102
Dwida Rizki Pradiptasiwi, S.Kep 131813143008
Santi Dwi Lestari, S.Kep 131813143055
Siti Solihah, S.Kep 131813143007
Vonny Nurul Khasanah, S.Kep 131813143036
Wahyu Dwi Septiningtyas, S.Kep 131813143103

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat TuhanYang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga laporan timbang terima pada praktek profesi manajemen keperawatan diruang

Bedah Edelweis PJT Lantai 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya telah selesai. Proposal ini dibuat

untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi manajemen keperawatan dalam

penerapan model asuhan keperawatan profesional pada profesi manajemen.

Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu

pula laporan yang kami buat, baik dari isi maupun penulisan. Kritik dan saran dari pembaca

sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan kami selanjutnya.

Kami juga berterimakasih pada pembimbing klinik Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga, pembimbing klinik di RSUD Dr.Soetomo, pasien dan keluarga serta

teman-teman kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan timbang

terima. Penyusun berharap agar laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan bermanfaat

bagi semua calon perawat dan masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 29 April 2019

Tim Praktik Manajemen Keperawatan


Ruang Bedah Edelweis PJT Lantai 2
RSUD Dr.Soetomo, Surabaya

ii
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka ................................................................................................................................. iii


BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................................................. 5
2.1 Konsep Timbang Terima ........................................................................................... 5
1. ISBAR ...................................................................................................................... 13
2. ISOBAR ................................................................................................................... 16
3. SBAR ....................................................................................................................... 16
BAB 3 PERENCAAN ROLEPLAY............................................................................................ 19
3.1 Rencana Pelaksanaan Timbang Terima ................................................................... 19
3.2 Struktur Perorganisasian .......................................................................................... 19
3.3 Metode ..................................................................................................................... 20
3.4 Media ....................................................................................................................... 20
3.7 Kriteria Evaluasi ...................................................................................................... 22
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 24
Roleplay Timbang Terima Keperawatan ..................................... Error! Bookmark not defined.
Di Ruang Bedah Edelweis PPJT Lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya .. Error! Bookmark not
defined.
Roleplay Nursing Handover ........................................................................................................ 25
In Edelweis Surgery Room, PPJT 2nd Floor, RSUD Dr. Soetomo Surabaya ............................. 25

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbang terima pasien adalah komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien. Rushton (2010) mengatakan timbang terima pasien dirancang

sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian

shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien,

tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. Timbang

terima akan berjalan dengan lancar jika perawat dapat berkomunikasi secara efektif.

Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat

membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan

pasien. Prinsip komunikasi efektif dalam timbang terima menurut Cahyono (2008)

adalah komunikasi interaktif yang memungkinkan pemberi informasi dan penerima

informasi memperoleh kesempatan untuk saling bertanya, pesan yang disampaikan

bersifat terkini (update) yang berisi tentang perawatan pasien, pengobatan, pelayanan,

kondisi serta perubahan-perubahan yang baru saja dialami dan perlu diantisipasi, terjadi

proses verifikasi informasi yang diterima dengan cara mengulang kembali (read back)

setepat mungkin, ada kesempatan bagi penerima informasi untuk melakukan

peninjauan kembali data historis pasien yang meliputi data keperawatan dan terapi

sebelumnya, dan interupsi harus diminimalkan agar pesan dapat dilakukan seoptimal

mungkin tanpa menimbulkan kesalahan.

Hasil pengumpulan data melalui validasi dan observasi yang dilakukan tanggal 29

Mei 2019 kepada perawat Ruang Bedah Edelweis PJT Lantai 2 didapatkan timbang

terima dilaksanakan 3 kali sehari sesuai pergantian shift.

1
2

. Timbang terima dilakukan di ners station dan dihadiri oleh seluruh perawatyang

bertugas. Seluruh perawat menyatakan sudah terdapat buku khusus untuk mencatat

hasil laporan timbang terima dan mengetahui yang harus dipersiapkan dalam

pelaksanaan timbang terima, serta mengetahui teknik pelaporan timbang terima ketika

di depan pasien. Sebagian besar perawat mengetahui waktu yang diperlukan saat

validasi ke pasien pada waktu timbang terima, yaituselama 5-10 menit. Acara timbang

terima dimulai dengan pembukaan dan pembacaan do’a yang di pimpin oleh wakil

kepala ruangan Bedah Edelweis PJT Lantai 2 yang kemudian dilanjutkan dengan

melaporkan kondisi pasien pada perawat yang bertugas pada shift berikutnya.

Mahasiswa perlu untuk mempelajari konsep hand over sekaligus mempraktikanya

dalam bentuk role play keperawatan di ruang perawatan. Berdasarkan hal itu kami

mahasiswa praktik profesi keperawatan manajemen di Ruang Bedah Edelweis PJT

Lantai 2 menyelenggarakan role play keperawatan timbang terima.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi timbang terima?

2. Apa tujuan timbang terima?

3. Apa langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam timbang terima?

4. Bagaimana prosedur timbang terima?

5. Bagaimana alur timbang terima?

6. Apa kriteria evaluasi dalam proses timbang terima?

7. Bagaimana contoh nyata pelaksanaan proses timbang terima dalam bentuk role

play?
3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa praktik profesi manajemen dan

perawat Bedah Edelweis PJT Lantai 2 mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan

asuhan keperawatan klien dengan baik, sehingga kesinambungan informasi mengenai

keadaan klien dapat dipertahankan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi timbang terima pasien.

2. Mengetahui tujuan dilaksanakan timbang terima pasien

3. Mengetahui manfaat dilakasanakan timbang terima pasien

4. Mengetahui prosedur timbang terima

5. Mengetahui alur timbang terima pasien

6. Mengetahui peran perawat dalam timbang terima pasien

7. Mengetahui kriteria evaluasi dalam proses timbang terima pasien

8. Mengetahui simulasi pelaksanaan proses timbang terima dalam bentuk role play

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Perawat

Perawat diharapkan mampu;

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.

2. Menjalin hubungan kerjasama dan meningkatkan rasa tanggung jawab antar

perawat. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkelanjutan.

3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara menyeluruh

4. Tidak terjadi kekeliruan dalam pemberian tindakan keperawatan


4

1.4.2 Bagi Pasien

1. Klien dapat menyampaikan keluhan secara langsung bila ada yang belum

disampaikan sebelumnya

2. Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Klien merasa aman karena meningkatna kepercayaan terhadap kinerja perawat.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

1. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh.

1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Timbang Terima

Menurut Nursalam (2016) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.

Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan

rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada

perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam

berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan

layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical

Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab

profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau

kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau

permanen.

Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat

melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu

mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan

sebelumnya.

2.1.1 Tujuan Timbang Terima

Tujuan utama komunikasi timbang terima adalah untuk memberikan informasi

yangakurat mengenai keperawatan, pengobatan, pelayanan, kondisi terkini

pasien,perubahan yang sedang terjadi, dan perubahan yang dapat diantisipasi. Informasi

5
6

harusdijamin akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian pelayanan

bagi pasien (Cahyono 2008). Nursalam (2016) membagi tujuan timbang terima menjadi

a. Tujuan umum:

Mengkomunikasikan kepada pasien dan menyampaikan informasi yang penting.

b. Tujuan khusus:

1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).

2. Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam

asuhankeperawatan kepada pasien.

3. Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas

berikutnya.

4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima yang terjadi dalam tatanan pelayanan kesehatan termasuk

keperawatanbertujuan untuk mengakurasi informasi, reliabilitas komunikasi dalam

perpindahaninformasi yang relevan tentang tugas dan tanggung jawab yang

digunakan untukkesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan bekerja, kondisi

terkini pasien,perubahan yang sedang terjadi dan perubahan yang dapat diantisipasi.

Timbang terimayang dilakukan oleh perawat memungkinkan terjadinya suatu forum

diskusi untukbertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat.

(Angood2007, Payne2008).

2.1.2 Manfaat Timbng Terima

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:

1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,

penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat

membahayakan kondisi pasien.


7

2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah

kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima

mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang

terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan selanjutnya.

3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan

beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan

emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada

perawat berikutnya pada pergantian dinasdan tidak dibawa pulang. Dengan kata

lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada

perawat.

4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan

motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan

pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan

terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi

antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar

perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.

5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan

masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,

timbang terima dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara

komprehensif.

Menurut Nursalam (2016) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat dan

bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan kemampuan

komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
8

perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan,

perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi

pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila

ada yang belum terungkap.

2.1.3 Prinsip Timbang Terima

Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang

terima pasien, yaitu :

1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien

Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang

terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima

pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari

proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera

harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.

2. Pemahaman tentang timbang terima pasien

Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima

pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari

dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk

menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal

dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang

terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat

pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.

3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien

Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan

berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus

hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan
9

sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam timmultidisiplin,

timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi

hadir untuk pasiennya yang relevan.

4. Waktu timbang terima pasien

Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima

pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk

dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada

pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya

ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.

Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses

perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.

5. Tempat timbang terima pasien

Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur

pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk

memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk

komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari

gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat

telekomunikasi.

6. Proses timbang terima pasien

a. Standar protokol

Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,

kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling

penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian

dan tindakan yang perlu dilakukan.

b. Kondisi pasien memburuk


10

Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara

cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.

c. Informasi kritis lainnya

Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa,

rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja

atau tekanan yang dialami oleh staf.

2.1.4 Jenis Timbang Terima

Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan

dengan perawat, antara lain:

1. Timbang terima pasien antar dinas

Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di

samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat

menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori.

2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan

Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka

tinggal di rumah sakit.

3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik.

Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama

rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah

dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.

4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan

Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi

antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah

sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.


11

5. Timbang terima pasien dan obat-obatan

Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang

obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan

cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap

kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

2.1.5 Macam-macam Timbang Terima

Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:

1. Timbang terima secara verbal

Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas

aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.

2. Rekaman timbang terima

Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat

merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr

(2002) bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi

pendukung.

3. Bedside timbang terima

Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:

a. Persiapan (pasien dan informasi)

b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan, dan

penjelasan kepada pasien.

c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.

4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanbedside

timbang terima adalah:

a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak hadir

pada timbang terima untuk mengakses informasi.


12

b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu

disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota

keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas

di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.

5. Timbang terima secara tertulis

Scovell (2010) menyatakan bahwa timbang terima tertulis diperkirakan dapat

mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang

terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi

pertanyaan tertentu.

2.1.6 Langkah-Langkah Timbang Terima

Menurut Nursalam (2016) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima adalah:

1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.

2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal

apa yang akan disampaikan.

3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang selanjutnya

meliputi:

a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.

b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.

c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.

d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-

buru.

e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung

melihat keadaan pasien.

2.1.7 Pelaksanaan Timbang Terima

Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya:
13

1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang

cukup panjang agar tidak terburu-buru.

2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan

darurat yang mengancam kehidupan pasien.

3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk

mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.

4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga

perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.

5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas

penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan.

6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan

ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen

untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi

berlibur.

2.1.8 Prosedur Timbang Terima

Organisasi perawatan pasien, kontinuitas, konsistensi dan keselamatan adalah

fungsi penting dalam bidang praktik keperawatan klinis (Athanasakis 2013). JCI

memperkirakan 80% kematian karena kesalahan medis melibatkan unsur

miskomunikasi (Neese 2015). Jci membutuhkan organisasi kesehatan untuk

menerapkan pendekatan standar untuk komunikasi timbang terimadengan maksud

memperkuat komunikasi antara penyedia layanan kesehatan selama proses timbang

terima(Petersen dkk 2013). Teknik timbang terima yang bisa diterapkan yaitu:

1. ISBAR

ISBAR merupakan pendekatan standar untuk komunikasi yang dapat

digunakan dalam situasi apapun. ISBAR merupakan singkatan dari Introduction


14

(Pendahuluan), Situation (Situasi), Background (Latar Belakang), Assessment

(Pengkajian) dan Recomendation (Rekomendasi).

Tabel 1 Tabel Penjelasan ISBAR


Abbr Explanation
I Identification :
1. Identitas diri (nama, jabatan)
2. Lokasi anda
3. Dengan siapa berbicara
a. Nama pasien, konsultan
b. Usia
c. Tanggal MRS
d. Jenis kelamin
e. Lokasi
S Situation:
a. Jelaskan tujuan anda
b. Apabila mendesak, berikan keterangan mendesak
B Background:
a. Menceritakan kronologi
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Hasil pemeriksaan kesehatan yang relevan seperti hasil lab, radiologi,
USG, MRI, CT Scan
e. Pengobatan yang didapat pasien
A Assessment:
f. Keluhan utama:
g. Tanda-tanda vital terbaru
h. Status kesehatan lain seperti : Level kesadaran (AVPU) , MEWS ,
Saturasi O2
R Recomendation;
a. Jika diperlukan segera mengatakannya dan alasan mengapa
b. Kondisi apa yang akan harapkan
c. Mengajukan pertanyaan:
d. Apakah ada tes yang diperlukan? Misalnya. CXR, EKG dll
15

e. Apakah ada obat apapun/cairan yang diperlukan?


f. Apa perubahan dalam rencana pengobatan yang dibutuhkan?
g. Seberapa sering Anda mengobservasi tanda-tanda vital?
h. Apakah titik pemicu untuk MEWS skor perlu disesuaikan untuk pasien?
i. Jika pasien tidak membaik apakah ada penanganan lagi?

Karena berfokus pada masalah yang dihadapi, maka setiap orang dari disiplin

ilmu yang sama atau berbeda harus menggunakan pola komunikasi yang sama

untuk menciptakan komunikasi yang efektif. ISBAR menciptakan model mental

bersama untuk transfer yang relevan, faktual, informasi ringkas antara tim

kesehatan. Ini merupakan dasar hirarki dan menghilangkan perbedaan kekuatan

yang dapat menghambat arus informasi, yaitu:

1. Dokter ke dokter,

2. Perawat ke perawat,

3. Perawat ke dokter,

4. Untuk dan antara staf, rumah tangga dan administrasi staf

Keuntungan menggunakan ISBAR:

1. Memastikan kelengkapan informasi dan mengurangi kemungkinan kehilangan

data;

2. Cara mudah dan difokuskan untuk menetapkan tujuan untuk apa yang akan

dikomunikasikan;

3. Memastikan rekomendasi yang jelas dan profesional

4. Memberikan kepercayaan dalam komunikasi

5. Tidak berfokus pada orang-orang yang berkomunikasi tetapi pada masalah itu

sendiri.
16

2. ISOBAR

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat Timbang terima sesuai dengan

iSoBAR, yaitu :

Tabel 2 Tabel Penjelasan ISOBAR

I Identify Introduce yourself and your patient

S Situation Describe the reason for handing over

O Observe Include vital signs and assessments

B Background Pertient patient information

A Agree a plan Given the situation, what needs to happen

R Readback Confirm shared understanding

1. Perawat yang melakukan timbang terima saat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas.

2. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.

3. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.Pelaporan

untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan

oleh perawat.

4. Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.

5. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama

secara langsung melihat keadaan klien.

3. SBAR

Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR)

dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser

Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antaradokter dan


17

perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam situasi

beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik oleh pimpinan unit kerja, mengirim

pesan via email atau voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah (JCI 2010).

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Subjective, Objective, Assessment,

Planning . Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan

dan tidak terpecah sendiri-sendiri, sehingga dokumentasi catatan perkembangan

pasien dapat terintegrasi dengan baik. Dengan demikian semua tenaga kesehatan yang

terlibat dapat mengetahui perkembangan pasien dengan baik.

1. Situation: Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?

a) Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;

b) Diagnosa medis

c) Apa yang terjadi dengan pasien.

2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan

situasi?

a) Obat saat ini dan alergi;

b) Tanda-tanda vital terbaru;

c) Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya

untuk perbandingan.

d) Riwayat medis

e) Temuan klinis terbaru.

3. Assessment: Berbagai hasil penilaian klinis perawat

a) Apa temuan klinis?

b) Apa analisis dan pertimbangan perawat?

c) Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?


18

a) Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?;

b) Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;

c) Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?;

d) Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi.

2.1.9 Hambatan Dalam Pelaksanaan Timbang Terima

Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan

bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang

terima, diantaranya adalah:

1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima

2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk

pada saat pelaksanaan timbang terima

3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi

kebutuhan pasien mereka saat ini


BAB 3

PERENCAAN ROLEPLAY

3.1 Rencana Pelaksanaan Timbang Terima

Hari/tanggal : Rabu, 8 Mei 2019

Waktu : 07.30 WIB

Pelaksana : Kepala Ruangan, Perawat Primer, Perawat Associate

Tempat : Ruang Bedah Edelweis PJT Lantai 2 RSUD Dr. Soetomo,

Surabaya

3.2 Struktur Perorganisasian

Penanggung jawab : Rachmad Aziz Supriyadi, S.Kep

Kepala Ruangan : Lutv Choirunnisa’i, S.Kep

PP1 (shift pagi) : Natalia Haris Krisprimada, S.Kep

PP2 (shift pagi) : Nuzulia Azizi Islamia, S.Kep

PA1 (shift pagi) : Wahyu Dwi Septinengtyas, S.Kep

PA 2 (shift pagi) : Navisa Chirunnisa, S.Kep

PP3 (shift siang) : Siti Sholihah,S.Kep

PA3 (shift siang) : Oktaviana Ristya Anggraini, S.Kep

Pembimbing Pendidikan : 1. Dr. Ninuk Dian K., S.Kep.Ns.,M.ANP

2. Laily Hidayati, S.Kep.Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik : 1. Nina Asminatin, S.ST

2. Bambang Subagjo, S.Kep.Ns., M.M.Kes

3. Muzhidah, S.Kep., Ns

19
3.3 Metode

Pelaksanaan timbang terima menggunakan metode simulasi/praktik langsung oleh

mahasiswa

3.4 Media

Media yang digunakandalam timbang terima pasien yaitu :

1. File dokumentasi pasien (rekam medis)

2. Kertas

3. Pena / Ballpoint

3.5 Mekanisme Timbang Terima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap 20 Nurse PP, PA
pergantian shift / operan Menit Station
2. Prinsip timbang terima semua pasien baru
masuk dan pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum teratasi serta
membutuhkan observasi lebih lanjut
3. PA/PP menyampaikan timbang terima
kepada PP berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam timbang terima;
a. aspek umum yang meliputi M1s/d M5
b. jumlah pasien
c. identitas pasien dan diagnosa
d. data (keluhan/subjektif/objektif)
e. masalah keperawatan yang muncul
f. intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan
g. intervensi kolaborasi dan dependen
h. rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan

20
21

Pelaksanaan Nurse station 10 Nurse Karu, PP,


1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift Menit Station PA
jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruangan membuka acara timbang
terima
4. Penyampaian yang jelas, singkat, dan padat
oleh perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shif selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang
telah di timbang terimakan dan berhak
menanyakn mengenai hal-hal yang kurang
jelas

Di bed pasien
Ruang
6. Kepala ruangan menyampaiakan salam dan
Bed
PP menanyakan kebutuhan dasar pasien
Pasien
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara
penuh terhadap maslaah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang telah / belum
terlaksana serta hal penting lainnya
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya di catat ecara khusus untuk
diserahterimakan

Post 1. Diskusi 10 Nurse Karu, PP,


Timbang 2. Pelaporan untuk tmbang trima dituliskan Menit Station PA
Terima secara langsug pada format timbang terima
yang ditandatangani oleh PP yang aga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya
3. Ditutup oleh kepala ruangan
22

3.6 Alur Timbang Terima

Situation

Data Demografi
Diagnosis Medis Diagnosa Keperawatan
(Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment:
KU; TTV; GCS; Skala Nyeri; Skala
Resiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)

Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi

3.7 Kriteria Evaluasi

3.7.1 Struktur

1. Penanggung jawab timbang terima telah ditentukan

2. Teknik timbang terima disusun bersama-sama dengan staf keperawatan

3. Materi timbang terima ditentukan dengan jelas

4. Status pasien disiapkan sebelum timbang terima dimulai

5. Buku laporan dan buku pesanan khusus telah disiapkan.

3.7.2 Proses

1. Timbang terima dilaksanakan bersama dengan kepala ruangan, perawat primer dan

perawat pelaksana pada pergantian shift.

2. Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai penanggung jawab shift
23

3. Timbang terima diikuti oleh perawat yang berdinas dan perawat yang akan

memulai berdinas

4. Timbang terima dilaksanakan di nurse station paling lama 30 menit dan 3 menit di

setiap pasien dengan keadaan istimewa

3.7.3 Hasil

1. Perawat mampu menyelesaikan dokumentasi secara lengkap yang berisi (identitas,

diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum

dilaksanakan, intervensi kolaboratif, rencana umum pasien).

2. Perawat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

3. Peningkatan kemampuan komunikasi antar perawat.

4. Terjalin hubungan kerja sama yang bertanggung jawab antarperawat.

5. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan


24

DAFTAR ISI

Baron, M., Erlenbusch, B., Moran, C.F., O’Connor, K., Rice, K., & Rodriguez, J., 2008. Best
Practices Manual for Discharge Planning: Mental Health & Subtance Abuse Facilities,
Hospital, Foster care, Prisons and Jails. Los Angeles: Coalition to Hunger & Homelessness.

Hariyati, T.S, Afifah, E. Handiyani, H. 2008. Evaluasi Model Perencanaan Pulang Yang Berbasis
Teknologi Informasi dalam Makara Vol. 12, No. 2, Desember 2008: 53-58.

Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Chicago, IL : Silverberg Press

Lees, Liz. 2012. Timely Discharge from Hospital. m&k publishing: England NHS Foundation Trust,
BirminghamManuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Ed.2. Jakarta: EGC.

Muhiddin, Triyono dan Sukorini 2013, Indikator Kualitas PelayananDarah Bank Darah RSUP Dr.
Wahidin SudirohusodoMakassar, Fakultas Kesehatan-Universitas Makassar Nency, YM dan
Sumanti, D. 2011.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.

New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a discharge planning
coordinator. Author: Fredericton, NB

Punamasari, L.D, Ropyanto, C.B. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pulang dalam Jurnal
Nursing Studies Vol 1 Nomor 1 2012 Hal.213-218.

Samsiarah H 2011, A comparison study on the blood transfusion reaction between the elective and the
emergency operation’s patients.

Swansburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Alih Bahasa Suharyati
Samba. Editor Monica Ester. Jakarta : EGC.
Lampiran Naskah Roleplay
25

Roleplay Nursing Handover

In Edelweis Surgery Ward, PPJT 2nd Floor, RSUD Dr. Soetomo Surabaya

-------------------------------------------- Session I, in Nurse Station -------------------------------------------

Friday, May 10th, 2019 at 2pm. Morning shift nurses and afternoon shift nurses all
gathered in front of nursing station, they’ll do a handover. The Nursing Unit Manager open
the handover with salaam

NUM (Lutvi) : Good afternoon everybody.

Ners (all) : good afternoon ners.

NUM (Lutvi) : Have everyone already gathered?

PN3 (Licha) : All of us is here ners

NUM (Lutvi) : Allright I’ll open this handover then, Assalamualaikum wr wb

Ners (all) : Wa’alaikumussalam wr wb

NUM (Lutvi) : Before we began this handover, first let us pray to Allah for our
health, our family and our patient. May Allah bless all of us. Pray
begin (all starts to pray). Pray finished (all stop praying).

Please ners Natalia, ners Zizi as primary nurse with ners Septi dan
ners Navisa as associate nurse give your report of patient condition to
the next shift nurses.

PN1 (Nata) : Good afternoon everyone,

Our morning shift nurses in charge was 4 nurses, me myself as PN1,


ners Zizi as PN2, ners Septi as AN1, and ners Navisa as AN2. We
have .... patient in total, there is 8 bed, discharge patient is .... , patient
who still in operation room is ...., patient with infuses ...., patient with
urinary cath is ...., patient pro check lab is ...., patient pro surgery is
...., patient who passed away is ....

PN1 (Nata) : Now I’ll giving brief report of the patient medical status from room
205
26

Bed SBAR

205A Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

205B Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

205C Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

205D Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

PN1 (Nata) : That's the report for room 205,


PN2 (Zizi) : I will continue to report patient in room 206

Bed SBAR

206A Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

206B Situation:
27

Background:

Assessment:

Recomendation:

206C Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

206D Situation:

Background:

Assessment:

Recomendation:

NUM (Lutvi) : Thank you for the report, any question of clarification or information
need to be given?

AN1 (Septi) : I’ll add an information for patient number 205D Mrs. R she had
traction with 6kg mass, need to evaluate risk of decubitus.

NUM (Lutvi) : Anymore information?

AN2 (Navisa) : For patient number 206C Mrs.S she said if her vission sometimes
blurry..

NUM (Lutvi) : Finished? Then, let’s do a validation on patients

---------------------------------------- Sesi II, in Patient’s room -------------------------------------

Entering the room.


NUM (Lutvi) : Selamat siang ibu, saya ners Lutvi Choirunnisa’ selaku kepala
ruangan di bedah E, dan ini ners Oktaviana, disebelahnya adalah ners
Solihah yang bertugas pada siang hari ini mulai dari jam 15.00
sampai jam 22.00 . Apabila ada keluhan silahkan menghubungi Ners
Oktaviana atau ners Solihah di nurse station atau dengan memencet
28

bel yang ada di dinding atas bed ibu.


PN1 (Nata) : ini adalah pasien 205D, atas nama Ny. R dengan Close fracutre femur
1/3 distal, terpasang traksi dengan beban 6kg, pasien mengeluhkan
nyeri apabila kakinya digerakkan atau di geser atau apabila beban
traksinya tersenggol.
PA3 (Okta) : Selamat siang ibu, bagaimana kabarnya hari ini? Masih terasa nyeri
Pasien : Iya Ners Okta. Kaki saya masih sedikit terasa nyeri
PA3 (Okta) : Dari 1 sampai 10 kira-kira nyerinya nomor berapa bu?
Pasien : Kira-kira ...... ners
PA3 (Okta) : Ada beberapa cara untuk mengurangi nyerinya, salah satunya adalah
dengan mengusap-usap kaki sebelahnya, cara ini disebut distraksi
atau pengalihan nyeri. Cara kedua yakni dengan menghipnotis diri
sendiri yakni menghitung dari 1 sampai 100 secara terus menerus
sambil meyakinkan diri bahwa nyerinya akan segera hilang
Pasien : Baik Ners Okta, nanti saya akan mencoba cara tersbeut. Semoga saja
nyeri saya berkurang
NUM (Lutvi) : Mari kita lanjutkan ke pasien lain. Silahkan ibu beristirahat kembali.

All ners and NUM go to room 206, to do a validation.

PN2 (Zizi) : Nomor 206A atas nama Ny.... , pasien mengeluhkan nyeri pada area
WSD, pasien menggunakan nasal kanul 4 lpm.
NUM (Lutvi) : Selamat siang ibu, saya ners Lutvi selaku kepala ruangan bedah E, ini
adalah ners Okta dan ners Licha yang akan dinas siang, saat ini kami
sedang melakukan timbang terma atau operan untuk pelaporan
kondisi pasien. Maaf bu saya ingin tanya apakah posisi begini
nyaman bagi ibu?
Patient : Sudah cukup nyaman ners
PN3 (Licha) : Masih terasa nyeri bu?
Patient : Iya ners masih terasa di dada sebelah ..... dan di tempat pemasangan
selang ini.
PN3 (Licha) : Apakah sebelumnya sudah pernah di ganti dressing / kasa penutup
selang WSD nya?
NUM (Lutvi) : Apakah ibu sudah diberitahu kenapa harus di pasang selang WSD?
29

Patient : Maaf ners saya tidak tahu


PN3 (Licha) : Jadi pemasangan selang WSD ini bertujuan untuk mengurangi ....
yang ada di paru-paru ibu, awal pemasangan pasti terasa nyeri bu
karena ada benda yang harus masuk ke paru-paru ibu. Apakah
sekarang masih juga terasa nyeri?
After they validate their report, NUM and nurses back to nurse station to discuss if there’s
something need to be clarification

------------------------------------- Session III, in Nurse Station --------------------------------------

NUM (Lutvi) : Allright guys, who want to do a clarification after we validated it with
patient condition? No one?
Ners (all) : Nothing nurse
NUM (Lutvi) : So, please the night shift nurses and morning shift nurses come
forward to signing the handover form and for night shift nurses give
the patient medical record to the morning shift nurses.
I said thank you to ners Natalia, ners Navisa, ners Zizi and ners Septi
who already done their duty with full of resposibility. So I’ll say do
your best for Ners Okta and Ners Sholihah.
I’ll end this hand over, Wassalamualaikum wr wb
Ners (all) : Waalaikumsalam wr wb

Anda mungkin juga menyukai