Chapter II
Chapter II
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
anak – anak, dan orang dewasa. Masa bayi dimulai dari usia 0 - 12 bulan yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan
perubahan dalam kebutuhan zat gizi.15 Balita (bawah lima tahun) adalah anak
yang berusia 1 – 5 tahun. Pada masa balita ini terdapat usia yang sangat rawan
yaitu anak usia 1 sampai 2 tahun, bahkan sampai 3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Masa balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak
Kulit pada bayi lebih tipis daripada orang dewasa (40-60%), kurang
berambut, dan memiliki perlekatan antara epidermis dan dermis yang lemah. Bayi
memiliki risiko terjadinya luka pada kulit, absorpsi perkutaneus, dan infeksi pada
kulit yang lebih tinggi. Bayi prematur lahir pada kisaran usia kehamilan 32-34
TEWL.16
5
21
ukuran biofisik untuk karakteristik kulit, termasuk TEWL, hidrasi kulit, dan
Kebanyakan peneliti melaporkan nilai TEWL kulit bayi lebih rendah atau
sama dengan pada kulit orang dewasa. Pada periode segera setelah kelahiran,
TEWL yang lebih rendah dapat terjadi karena terdapatnya vernix caseosa, yang
popok.17 Penurunan tajam dijumpai setelah 3 menit membuka popok, dimana hal
anatomi yang berbeda pada bayi usia 3 hari sampai 12 minggu.20 Mereka
menemukan peningkatan pada hidrasi kulit, tidak ada perbedaan yang ditemukan
2.2.1 Definisi
Dermatitis popok (DP) adalah suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh
gangguan kulit akibat faktor fisik, kimia, enzimatik, dan mikrobial yang terjadi
pada daerah popok, seperti di alat kelamin, dubur, bokong, lipat paha, dan perut
bawah.13
yang beragam yang mengenai daerah ini merupakan ciri klinis tunggal, padahal
DP bukan merupakan diagnosis spesifik dan paling baik dilihat sebagai variasi
22
kompleks simptom yang dicetuskan oleh kombinasi berbagai faktor, yang paling
sering disebabkan kontak berkepanjangan dengan urin dan feses, dan pada banyak
kasus, juga infeksi sekunder oleh bakteri atau Candida albicans. Peningkatan pH
penggunaan antibiotik.22,23
daerah ini tidak hanya berkembang menjadi infeksi sekunder dan ulserasi, tetapi
dapat lebih parah dengan penyakit kulit yang mengikuti atau menggambarkan
terhadap kelembaban dan agen iritan lainnya termasuk feses dan enzim feses.22
yang berlangsung lama. Kelembaban ini berasal dari keringat ataupun urin yang
Kulit pada daerah popok berulang kali terpapar air dari keringat, urin, dan
feses, serta dari sifat lingkungan popok yang relatif oklusif. Popok yang dipakai
membuat kulit sensitif bayi rentan terhadap kerusakan oleh karena friksi, enzim
membuat kulit menjadi lebih permiabel terhadap enzim dan bahan kimiawi.12
2.2.2.2 Peningkatan pH
daripada kulit tanpa popok pada neonatus dan bayi yang lebih besar.24,27 Pada uji
klinis mengenai pH kulit, kelembaban dan skor ruam kulit dari total 1.601 bayi
dalam empat uji klinis ditemukan bahwa kelembaban dan pH kulit secara
signifikan lebih tinggi pada kulit dengan popok daripada tanpa popok.12 Bakterial
urease yang berasal dari mikroba feses memecah urea pada urin untuk melepas
lingkungan dari kulit bayi (pH kulit normal 5 – 6) dan pada gilirannya
Enzim feses seperti protease dan lipase memiliki kerja mengiritasi pada
kulit dengan menyerang protein korneosit dan interstitial lipid lamellae dari
feses menyebabkan iritasi pada kulit daerah perianal pada bayi.30 Efek iritan ini
meningkat oleh karena peningkatan pH, juga karena garam empedu. Kombinasi
2.2.2.4 Mikroorganisme
berkontribusi pada penyebab DP, namun hal ini masih belum pasti apakah
oral dan sebuah penelitian menunjukkan pada 30% bayi sehat dan 92% bayi
Dermatitis popok dapat terjadi pada bayi dan anak yang menggunakan
popok baik popok kain maupun popok sekali pakai. Lesinya mengenai permukaan
konveks daerah popok seperti bokong, paha atas, perut bawah, daerah pubis dan
Dua tipe DP yang paling sering adalah dermatitis popok iritan (DPI) dan
berdasarkan jenisnya.
dijumpai. Dermatitis ini terjadi pada orang yang menggunakan popok, tanpa
eritematosa, lembab, dan terkadang plak berskuama pada daerah konveks genitalia
dan bokong, diawali pada daerah yang terdekat kontak dengan popok.30 Erosi
yang dangkal terkadang muncul pada permukaan yang konveks.22,23 Kelainan ini
dapat disebabkan karena kontak dengan enzim proteolitik dari kotoran dan iritan
kimiawi, seperti sabun, detergen, dan preparat topikal. Faktor signifikan lainnya
dapat juga seperti panas, kelembaban, dan retensi keringat yang berhubungan
muncul sebagai makula eritematosa terang, papul, pustul dan plak yang cenderung
mengenai lipatan tubuh. Ditandai dengan lesi satelit. Kandida flora pencernaan
sering kali mengkontaminasi tipe dari dermatitis popok yang muncul lebih dari 3
hari setelah timbul gejala, dan level kandida meningkat bersamaan dengan
dari popok menyebabkan oklusi dari saluran ekrin dari kulit. Pada bayi ditemukan
pada daerah popok, leher, dan daerah intertriginosa. Sering terjadi jika pergantian
cepat ke cuaca hangat, dan anak berpakaian berlebihan. Muncul dengan gambaran
Papul dan nodul pseudoverukosa terjadi pada daerah popok dan perianal
pasien pada usia berapa saja karena kelembaban yang berkepanjangan. Individu
mengalami tipe dermatitis ini. Gambarannya berupa papul dan nodul dengan
diameter 2-8 mm, eritematosa, lembab, puncak datar dengan gambaran histologis
retensi keratosis pada bayi pengguna popok. Terdapat dua pola klinis: plak linier
bilateral pada lipatan inguinal dan plak geometris eritematosa yang didasari
tekanan dari popok. Skuama tebal seperti berlapis - lapis dijumpai pada kedua
dan dapat terjadi pada usia berapapun. Ditandai dengan ulserasi punched out,
berbatas tegas, atau erosi dengan pinggir meninggi. Pada bayi laki – laki, erosi
27
dan krusta glans penis dan meatus urinarius dapat menyebabkan nyeri dan susah
mencetuskan kondisi ini. Hal ini sudah jarang dijumpai sejak ditemukan popok
ditandai dengan nodul merah keunguan yang berukuran (0,5 – 3,0 cm) pada kulit
sela paha, perut bawah, dan paha dalam pada bayi umur 2 sampai 9 bulan.
Merupakan kondisi yang jarang ditemukan. Muncul pada daerah yang terkena
dense, sel plasma, neutrofil, dan eosinofil, tetapi tidak terdapat granuloma.
Muncul sebagai reaksi yang tidak biasa terhadap faktor iritan biasanya.16,23
Berbagai jenis erupsi meradang dapat terjadi pada daerah popok walaupun
jarang. Erupsi yang dapat sembuh sendiri atau secara klinis tidak khas. Kelainan
2.2.4 Diagnosis
pemeriksaan cepat pada daerah popok yang menunjukkan gambaran yang khas
pada perineum. Selain riwayat penggunaan popok (setidaknya 3 hari atau lebih)
28
dan gambaran klinis, terkadang dapat dilakukan pemeriksaan elemen jamur. Pada
spesimen harus dilakukan, terutama pada kasus yang diduga akibat kekerasan.31,32
2.2.5 Penatalaksanaan
memerlukan terapi aktif. Kulit yang sehat adalah kulit yang tidak menggunakan
popok, tetapi susah untuk dilakukan oleh seluruh kalangan sosial, oleh karena itu
Candida sp. lebih sering menyebabkan komplikasi pada ruam popok jika muncul
sebagai berikut33,
A = Air (udara). Popok harus sesering mungkin dibuka saat bayi tidur untuk
mengeringkan kulit
petrolatum, dan campuran lainnya, preparat pelindung yang bukan obat, yang
Pembersih lembut dengan air putih, minyak mineral, atau pembersih lembut tanpa
dilakukan. Agen anti kandida topikal harus ditambahkan pada lesi yang
29
kandidiasis oral.
D = Diapers (Popok). Popok harus diganti sesering dan sesegera mungkin setelah
DPdan pencegahan terjadinya kembali. Berikut ini adalah salah satu langkah
lingkungan yang serupa dengan kulit tanpa popok. Semakin jarang bayi
anak melakukan toilet training sedini mungkin sangat efektif untuk mengurangi
kerusakan kulit; (2) mengobati penyakit yang mendasari; (3) mencegah terjadinya
rekurensi.36
mengobati DP. Agen yang paling diterima adalah salep hidrokortison 1% tunggal,
karena telah terbukti aman dan efektif digunakan di daerah popok, atau
nitrat 0,25% merupakan terapi yang efektif dan aman untuk DP pada bayi.40 Pasta
popok kain dan kulit,sehingga mengurangi mikroba yang terdapat pada kulit yang
menggunakan popok.40
2.2.6 Pencegahan
berkala atau memeriksa kotoran setiap 2 jam dan bahkan lebih sering pada
popok dengan air ditambah kapas kain atau dengan baby wipes dengan zat
mengandung bahan kedap air (seperti zink oksida) dan bahan minimal lainnya
5. Berikan waktu tanpa popok setiap harinya dan hindari penggunaan celana
perawatan bayi, sebelum mereka berlatih buang air, untuk alasan kenyamanan dan
sosial. Popok kain yang dipakai berulang digunakan secara tradisional sampai
tahun 1960, kemudian saat popok sekali pakai diperkenalkan sebagai popok yang
pakaian dan tempat tidur terlindung dari kotoran. Kapasitas untuk menyerap
cairan tergantung dari tipe popok. Popok superabsorben terbaru (PSA) memiliki
Popok yang saat ini digunakan diseluruh dunia meliputi berbagai jenis
bahan dan teknologi. Tipe – tipe popok termasuk (1) popok kain berulang (sering
ditutupi oleh plastik di sepanjang celana), (2) popok sekali pakai dengan inti
selulosa di dalam dan plastik di lapisan luar, (3) popok sekali pakai dengan inti
mencegah air kontak dengan kulit dan terlindung dengan berbagai karakteristik
32
dari plastik (misalnya vapor permeable), dan (4) popok sekali pakai dengan
selulosa dan bahan gel absorben, yang mengandung petrolatum, dan plastik
Meski popok sekali pakai lebih praktis dan tidak repot, tapi, tak sedikit
orang tua yang tetap memilih popok kain untuk bayinya dengan alasan dapat
hiperhidrasi dan maserasi. Juga dibutuhkan perhatian penuh dalam mencuci dan
laundry popok kain, pastikan tidak ada lagi detergenyang tertinggal pada popok,
Popok sekali pakai telah menjadi barang yang sangat diperlukan didalam
juga semakin maju dengan dikenalkannya bahan super absorben (BSA) dan desain
yang lebih baik untuk menjamin terlindung dari kebocoran. Dibandingkan dengan
popok.40 Popok sekali pakai mengandung polimer absorben. Pada sebuah seri uji
33
klinis buta ganda, ternyata bayi yang menggunakan popok sekali pakai yang
dilakukan evaluasi retrospektif dari studi klinis sebelum dan sesudah perkenalan
dapat melindungi kelembaban kulit. Popok sekali pakai menurunkan kulit yang
basah dan menormalkan pH kulit. Koloni kandida berkurang hampir dua per tiga
Sekarang ini, tiga tipe popok telah dirancang untuk menurunkan insidensi
ruam popok.
petrolatum topikal pada kulit. Hal ini telah dapat menurunkan keparahan
konvensional44
dua per tiga koloni kandida. Prevalensi ruam popok pada studi ini secara
uap air, tetapi mencegah kebocoran urin, mempertahankan kulit tetap kering.
34
Pada sebuah studi, popok ini telah menunjukkan dapat menurunkan insidensi
dari dermatitis popok ringan dan berat sebesar masing – masing 18% dan
39%.46
mempertahankan enzim feses dan menyebabkan gesekan pada kulit bayi, sehingga
insidensi dari DP, meskipun sekarang terdapat popok sekali pakai super absorben
tidak lebih baik dari popok kain yang dipakai berulang, tetapi lebih nyaman
digunakan selama kegiatan sosial dan malam hari. Kekurangan utama popok
keparahan DP, seperti pada Tabel 2.1.48 Dimana keparahan dinilai berdasarkan
ruam eritematosa, skuama, papul, pustul, edema, erosi maupun ulserasi dan
dikatakan pH nya netral, dengan pH 7.0 pada suhu 25 °C. Larutan dengan pH
kurang dari 7 dikatakan lebih asam dan larutan dengan pH lebih besar dari 7
dikatakan basa.49
Kulit normal memiliki pH yang asam, dan dilaporkan berkisar 4,5 sampai
6,0. Pada saat lahir, pH kulit dari bayi yang lahir cukup bulan adalah diatas 6,0
dan dilaporkan akan menjadi normal kembali beberapa hari setelah lahir. Diantara
eksogen seperti asam laktat, keringat ekrin, dan asam lemak bebas yang
dihasilkan dari kelenjar lipid sebaseus. pH kulit juga sebagian besar ditentukan
melalui jalur metabolik seperti generasi asam lemak bebas dari fosfolipid melalui
dari histidin, pyrrolidone, asam karboksilat, dan isoform 1 Na+/H+. Produk yang
kerusakan fungsi sawar. Kulit yang terhidrasi cenderung lebih mudah rusak secara
mekanis dan bergesekan dengan kulit, meningkatkan koefisien friksi dan dapat
Urin/Feses
Amonia
Reaktivasi
Peningkatan pH protease & lipase
Menyerang
protein korneosit
Kerusakan
fungsi sawar
- Peningkatan koefisien friksi Mikroorganisme
- Penetrasi iritan ke stratum korneum >> & bahan iritan
Derajat Dermatitis
Keparahan Popok