METODOLOGI PENELITIAN
lengkap untuk mengevaluasi efek diuretik EnHPT, EEAPT dan EEPT pada
tikus hipertensi yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon serta kelompok
yang dinduksi L-Name secara in vivo, peningkatan kontraksi dan denyut jantung
3.1.1 Alat
evaporator, neraca analitis, alat gelas (beaker glass, cawan petri, batang
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun puguntano, etanol
bidestilata, baku natrium, baku kalium, CMC-Na (Merck), gel USG (Ultra
46
Timbal (II) asetat sebanyak 15,17 g dilarutkan dalam aquadesta bebas CO2
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida, dilarutkan dalam aquadest hingga 60 ml.
47
diambil dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml (Depkes RI, 1978).
RI, 1978).
larutan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai garis tanda.
48
ml.
Pereaksi Griess terdiri dari pereaksi asam sulfanilat 1% dan pereaksi NED
0,1%.
Sebanyak 0,1 g NED dilarutkan ke dalam 100 ml asam asetat glasial 15%v/v.
Sebanyak 118 g NaCl; 4.7 g KCl; 1.28 g NaH2PO4; 25.0 g NaHCO3; 1.2 g
MgCl2; 2.52 g CaCl2; 5.55 g glucose dilarutkan dalam 1 L aqua bidestilata hingga
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus galur Wistar berat
150-200 gram yang diperoleh dari Balitbang Depkes RI. Hewan diaklimatisasi
49
pengekstraksian.
(Stepwise maceration) menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol 96%
sebanyak 800 gram serbuk simplisia direndam dalam pelarut n-heksan selama 5
50
glikosida, alkaloid, flavonoid dan saponin (Harborne, 1987; Depkes RI, 1995,
Ghayur, 2007).
penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh
Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau kekeruhkan pada paling
menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrate ditambahkan 0,1
g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alcohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoida dinyatakan positif jika terjadi warna merah
atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Fransworth, 1996).
campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks
aquadest dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu
51
Pekerjaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Sari air diuapkan pada temperatur tidak
lebih dari 50٥C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan
tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air
asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cicin berwarna ungu pada
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
52
heksana 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya
merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukan adanya
Uji dilakukan untuk mengetahui efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap
peningkatan volume urin (diuresis) dan kadar eletrolit tikus. Sebanyak 56 ekor
sebagai loading dose. Kelompok pertama diberi Na CMC 0,5% secara oral
dan etanol puguntano dengan dosis bervariasi. Setelah pemberian obat dan
dalam vial kemudian diukur voleme urin tersebut selama 6 jam. Total urin yang
53
volume urin kelompok kontrol, UVr = rata-rata volume urin kelompok kontrol
3.7.2 Uji Efek Ekstrak Daun Puguntano Terhadap Elektrolit Urin Tikus
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda
Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet (2,5; 5; 10; 15;
dan 20) ml dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu
tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides larutan ini
mengandung (0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0) µg/ml dan diukur absorbansinya pada
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda
54
µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet (4,0; 8,0;
12; 16; 20) ml dari larutan baku 2,5 µg/ml (LIB), masing-masing dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides
(larutan ini mengandung (0,20; 0,40; 0,60; 0,80; 1,00)) µg/ml dan diukur
dicukupkan dengan akuades sampai 50 ml. Isi labu tentukur dipindahkan ke dalam
labu erlemeyer dan ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan beberapa butir batu didih.
hingga volume urin total tinggal 20 ml, saring. Filtrat dimasukkan ke dalam labu
pengenceran untuk penentuan kadar natrium pada urin adalah 25 kali, faktor
pengenceran untuk penentuan kadar kalium pada urin adalah 12,5 kali.
Uji dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan dari fraksi n-heksan, etil
asetat dan etanol puguntano. Uji toksisitas akut dilakukan menggunakan 35 ekor
mencit jantan. Mencit dibagi atas 7 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri
kemudian diberi fraksi puguntano dosis 2000 - 5000 mg/kg bb secara oral.
Parameter yang diamati selama uji toksisitas antara lain jumlah makanan, berat
55
Jaringan difiksasi dalam larutan Buffer Netral Formalin (BNF) 10% minimal
b. Dehidrasi
Proses dehidrasi dimaksudkan untuk menarik air dari jaringan dan mencegah
(70%, 80%, 90%, 95%, dan alkohol absolut). Proses perendaman masing-
c. Clearing
d. Infiltrasi
agar mudah dipotong dengan pisau mikrotom. Parafin yang digunakan adalah
parafin histoplast®.
56
f. Sectioning
dari dalam organ yang telah dipotong, kemudian organ diambil menggunakan
object glass dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
g. Pewarnaan Haematoxyllin-Eosin
dengan larutan xylol (I dan II) selama 2 menit. Kemudian dilakukan proses
dalam alkohol 95% dan 80% dilakukan selama 1 menit. Kemudian sediaan
dicuci dengan air yang mengalir (air kran) selama 1 menit. Sediaan diwarnai
vi. dicuci dengan air mengalir (air kran) selama 30-60 detik
vii. preparat dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95% dan alkohol absolut
57
Program Labchart dibuka pada komputer yang telah terhubung dengan alat
NIBP, atur parameter yang akan diukur dengan cara klik channel settings lalu
pulse yaitu denyut listrik TD tikus, channel 2 menyatakan pressure yaitu pump
controller alat NIBP dan channel 3 menyatakan denyut jantung tikus. Kalibrasi
alat NIBP dengan cara menekan tombol start pada ujung taskbar lalu tekan
tombol pump controller pada alat. Tekanan akan mulai meningkat sampai 300
mmHg pada spighnomanometer. Tekan stop pada ujung taskbar jika tekanan
sudah turun sampai 100 mmHg. Tikus yang akan diukur dimasukkan ke dalam
restrainer, dioleskan gel USG pada ekor tikus. Lalu letakkan sensor NIBP dan
pump detektor pada ekor tikus. Tunggu pulse tikus stabil lalu tekan kembali pump
controller. TDS dan TDD dapat dilihat pada channel 1 dan DJ pada channel 3
Perangkat alat NIBP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Lampiran 20.
Sebanyak 28 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi 7 kelompok dosis.. Tiap
kelompok terdiri dari 4 ekor tikus jantan. Hewan dikelompokkan sebagai berikut:
58
menggunakan NIBP melalui vena ekor. Tiap kelompok diberi perlakuan secara
oral selama 14 hari. TD diukur kembali pada hari ke 7 dan 14. Dari hasil
perlakuan akan diperoleh data TDS, TDD, DJ, dan TAR. TDS, TDD, dan DJ
dapat langsung diperoleh dari hasil pengukuran alat sedangkan nilai TAR dihitung
2TDD + TDS
TAR =
3
Setelah diperoleh TDS, TDD, DJ, dan TAR kemudian dihitung persentase
% penurunan TD hari X=
Sebanyak 36 ekor tikus jantan Wistar diukur TD awalnya dengan alat NIBP
melalui vena ekor, kemudian diinduksi dengan larutan NaCl 2,5% dan suspensi
metilprednisolon 1,5 mg/kg BB setiap hari selama 14 hari . Lalu diukur kembali
59
Tikus jantan Wistar hipertensi yang telah diinduksi selama 14 hari dibagi menjadi
9 kelompok dosis. Tiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus jantan. Hewan
Ekstrak diberikan secara oral setiap hari mulai hari ke 15 sampai hari ke-21. TD
diukur kembali pada hari ke-17, 19 dan ke-21. Parameter yang diukur meliputi
Sebanyak 20 ekor tikus jantan Wistar diukur TD awalnya dengan alat NIBP
melalui vena ekor, kemudian diinduksi dengan L-Name 75 mg/kg BB. TD diukur
% kenaikan TD hari X =
60
Ekstrak diberikan secara oral mulai heri ke 15 sampai hari ke-21. TD diukur
kembali pada hari ke-17, 19 dan ke-21. Parameter yang diukur meliputi TDS,
aktif terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, LDL, ALT, AST, Ureum
dan kreatinin tikus hipertensi yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon
Prinsip:
61
sebanyak 1000 µl, lalu dihomogenkan menggunakan vortex, dan diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 10 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang 546 nm
serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
C kolesterol total = x C st
A = Serapan,
Prinsip:
62
H2 O
Tabel 3.2 Jumlah sampel, standar dan reagensia trigliserida yang dibutuhkan
dalam pengukuran kadar trigliserida
pada suhu 37ºC selama 10 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang 546
menggunakan rumus:
C trigliserida = x C st
A = Serapan
63
Prosedur Presipitasi
Sampel/ standar 200 µl
Reagensia pengendapan 500 µl
Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 200 µl lalu ditambahkan
selama 10 menit pada suhu 25ºC. Kemudian disentrifuge selama 20 menit dengan
Tabel 3.4 Jumlah sampel, standar, dan reagensia kolesterol yang dibutuhkan
dalam pengukuran kadar HDL
menggunakan vortex. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37ºC selama 10 menit.
C kolesterol-HDL = x C st
A = Serapan
rumus Friedewald:
64
Penyiapan plasma darah tikus dilakukan untuk mengukur kadar nitrit dan nitrat
tikus hipertensi yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon serta diberi
fraksi n-heksan dan tikus hipertensi yang diinduksi L-Name serta diberi fraksi etil
Serbuk natrium nitrit dikeringkan pada suhu 110°C selama satu jam,
volumenya sampai garis tanda (C = 1000,0 µg/ml) (larutan induk baku I = LIB
I). Dipipet 1 ml LIB I di atas dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu
diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda (C = 10,0 µg/ml) (LIB II).
ditambahkan 2,5 ml pereaksi NED 0,1% b/v dan dicukupkan dengan aquadest
65
2; 3; 4; 5 dan 6 ml (0,05 µg/ml; 0,1 µg/ml; 0,15 µg/ml; 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6
µg/ml; 0,8 µg/ml; 1,0 µg/ml; 1,2 µg/ml). Masing-masing larutan dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml. Ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat 1% b/v
pada setiap labu tentukur kemudian dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml
pereaksi NED 0,1% b/v, dikocok dan diencerkan sampai garis tanda dengan
aquadest dan dihomogenkan. Diukur serapan setelah menit ke-12 pada panjang
ditambahkan 2,5 ml pereaksi NED 0,1% b/v, dikocok dan diencerkan sampai garis
tanda dengan aquadest dan dihomogenkan. Diukur serapan setelah menit ke-12
66
pereaksi NED 0,1% b/v, dikocok dan diencerkan sampai garis tanda dengan
3.12 Uji Efek Fraksi Puguntano Terhadap Kontraktilitas dan Denyut Isolat
JantungTikus
Uji ini dilakukan untuk mengetahui efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap
kontraksi dan denyut isolat otot jantung tikus. Tikus dianestesi terlebih dahulu
dengan ketamin dosis 10 mg/Kg bb dan heparin dosis 5000 UI/ kg bbsecara
intraperitoneal. Tikus dibedah dan dengan cepat dada dibuka untuk melepaskan
jantung dari aorta. Jantung tikus yang telah diisolasi dan diletakkan dalam
petridish yang berisi larutan fisiologi krebs-Henseleit dingin (NaCl, 118; KCl, 4.7;
NaH2PO4, 1.28; NaHCO3, 25.0; MgCl2, 1.2; CaCl2, 2.52; glucose, 5.55; pH 7,4)
bagian lemak dan perikardium. Setelah bersih, jantung diletakan dalam alat
merekam pergerakan dari otot jantung. Setelah dicapai kondisi stabil (15 menit),
isolat jantung diberikan fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol daun Puguntanoh
dan dilihat efek kontraksi dan denyut yang terjadi pada jantung melalui rekaman
67
data perbedaan rerata antar kelompok dianalisis menggunakan uji ANAVA Jika
terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tuckey dengan tingkat
kepercayaan 95%.
68
(Lampiran 1).
mutu simplisia dan fraksi terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi
meliputi uji makroskopik, mikroskopik, kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar
sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam (Ditjen
POM, 2000).
suatu tumbuhan seperti bentuk, ukuran, bau dan rasa yang berguna untuk
daun puguntano diperoleh daun berwarna hijau muda sampai hijau tua, berbentuk
bulat telur, tepi daun beringgit, ukuran daun ±2x4 cm, dengan tekstur permukaan
kristal kalsium oksalat dan stomata tipe diasitik dan anomositik (Lampiran 3).
69
abu total dan kadar abu yang tidak larut asam pada serbuk simplisia dan ekstrak
n-heksan (EnHPT), etil asetat (EEAPT) dan etanol daun puguntano (EEPT)
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dan fraksi daun puguntano
(Picria felterrae. Lour.)
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Penurunan mutu atau kerusakan simplisia dapat dicegah
enzimatik tidak berlangsung lagi jika kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
Selain itu, penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan maksimal
kandungan air yang masih dapat ditolerir di dalam simplisia dan ekstrak. Hal ini
dosis pemakaian. Hasil penetapan kadar air simplisia, EnHPT, EEAPT dan EEPT
standarisasi kadar air simplisia dan ekstrak kental secara umum memenuhi
persyaratan yaitu tidak melebihi 10% untuk simplisia dan kurang dari 30% untuk
70
pertumbuhan bagi bakteri, jamur dan serangga. Hal ini mengakibatkan bahan aktif
yang terkandung didalamnya dapat terurai (Trease dan Evans, 1983; WHO, 1992).
Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan etanol.
Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa kimia
bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut
dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol, baik
senyawa polar maupun non polar. Kadar sari larut air diperoleh sebesar 26,36%;
0,68%; 13,94%; 65,05% dan senyawa larut etanol sebesar 16,19%; 2,58%;
internal (abu fisiologis) yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, dan
eksternal (abu non-fisiologis) yang merupakan residu dari luar seperti pasir dan
tanah yang terdapat di dalam sampel (Ditjen POM 2000; WHO, 1992). Kadar abu
tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada
pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO,
1992). Hasil penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dari serbuk
simplisia, EnHPT, EEAPT dan EEPT berturut-turut adalah 4,49%; 0,53%; 0,57%;
1,85% dan 0,55%; 0,09%; 0,12%; 0,30%. Kadar logam berat yang tinggi dapat
membahayakan kesehatan, oleh sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu
total dan kadar abu tidak larut asam untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena
71
4.2).
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia, EnHPT, EEAPT dan EEPT
Simplisia Fraksi
No Skrining
n-heksan Etil asetat Etanol
1 Alkaloid - - - -
2 Flavonoid + - + -
3 Glikosida + - + +
4 Saponin + - + +
5 Antrakuinon - - - -
glikosida
6 Tanin + - + -
7 Triterpenoid/Steroid + + - -
4.4 Efek Diuretik Fraksi n-Heksan, Etilasetat, dan Etanol Daun Puguntano
parameter volume urin, kadar natrium, kadar kalium dalam urin, rasio Na+/K+ dan
72
ginjal dan kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Volume urin berkaitan erat
Diuretika adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan volume urin.
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan pengeluaran zat-zat
terlarut dalam urin (Junior, 2012). Hasil pengukuran volume urin tikus setelah
pemberian EnHPT dosis 100, 200, 400 dan 800 mg/kg bb/hari menunjukkan
(dose dependent). Hal ini menunjukkan bahwa EnHPT memiliki efek diuretik
Gambar 4.1 Efek EnHPT terhadap volume urin setiap jam selama 6 jam
EnHPT dosis 800 mg/kg bb paling baik dalam pengeluaran urin. Hal tersebut
kuat golongan loop henle, memiliki waktu paruh yang singkat (15 menit) dengan
73
EnHPT dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb menunjukan efek diuretika yang lebih
Pengukuran volume urin pada jam ke-6 dinyatakan sebagai urin total. Rerata
volume urin total kelompok kontrol negatif adalah 2,13 ± 0,49 ml, furosemid 7,23
± 2,08, EnHPT 100 mg/kg bb 1,60 ± 1,53, EnHPT 200 mg/kg bb 1,88 ± 1,53,
EnHPT 400 mg/kg bb 2,55 ± 2,14 , EnHPT 800 mg/kg bb 6,75 ± 4,14.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, EnHPT dosis 100 , 200, 400 dan 800 mg/kg bb
menunjukkan efek diuretika terhadap volume urin. Dari keempat dosis, EnHPT
800 mg/kg bb mempunyai efek diuretika yang sama dengan furosemid (p > 0,05).
Efek diuretik EnHPT dosis 100 mg/kg bb lebih kecil bila dibandingkan dengan
dosis 200 mg/kg bb dan dosis 400 mg/kg bb namun volume urin total ketiga
kelompok tidak berbeda secara signifikan (p > 0,05) (Gambar 4.2). Hal ini
Gambar 4.2 Efek EnHPT terhadap volume total urin pada tikus putih jantan
Peningkatan volume urin yang terjadi sesuai dengan prinsip diuretika yaitu
garam dan air dalam kompartemen ekstraseluler akibat gagal jantung, sirosis hati,
peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik tingkat sel, jaringan,
utama dalam darah dan cairan ekstraseluler. Elektrolit natrium akan membantu
pengeluaran urin yang disebut efek diuresis (Ravishankar and Priya, 2012).
Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan
kalium secara pasif mengikuti natrium dan air pada tubulus proksimal dan
Kadar Natrium dan kaliun dalam urin diukur menggunakan alat SSA
persamaaan garis regresi yaitu Y = 0,0009 x + 0,0009 dengan nilai r = 0,9998. Hal
ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara
peningkatan kadar natrium dengan adanya peningkatan dosis namun kadar kalium
75
Gambar 4.3 Efek EnHPT terhadap Kadar elektrolit pada urin tikus putih jantan
EnHPT 100, 200, 400 dan 800 mg/kg bb menunjukkan efek diuretika
terhadap kadar natrium dalam urin. Dari keempat dosis tersebut, EnHPT 800
mg/kg bb menunjukkan efek pengeluaran natrium yang paling baik. Hal ini sesuai
dengan volume urin total yang dikeluarkan oleh tikus selama 6 jam. Pemberian
EnHPT dosis 100, 200, 400 mg/kg bb mempunyai efek diuretika terhadap
76
tinggi dosis ekstrak yang diberikan maka semakin tinggi pengeluaran volume urin
dibandingkan EnHPT 100, 400 dan 800 mg/kg bb namun lebih rendah
kontrol (P > 0,05) tetapi berbeda secara signifikan dengan furosemid (P < 0,05).
Hal ini sesuai dengan sifat furosemid, yaitu diuretika kuat dengan pengeluaran
800 mg/kg bb menunjukan sifat diuretik yang baik karena dapat meningkatkan
triterpenoid dan steroid. Salah satu senyawa triterpenoid yang terkandung dalam
triterpenoid tetrasiklik yang memiliki rasa pahit dan beracun (Saboo, et.al., 2013).
diuresis diduga akibat penghambatan reabsorpsi air dan anion di tubular (Pantoja
et.al, 1991). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
(Deng and Xu, 1992; Feng, et.al.,2013). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
77
aldosteron.
Rerata volume urin tikus meningkat setiap jam setelah pemberian EEAPT .
Peningkatan volume urin EEAPT dosis 100,200, 400 dan 800 mg/kg bb tidak
Gambar 4.4 Efek EEAPT terhadap volume urin setiap jam selama 6 jam
Rerata volume urin total kontrol negatif adalah 2,13 ± 0,49 ml, furosemid
7,23 ± 2,08, EEAPT 100 mg/kg bb 1,93 ± 0,26, EEAPT 200 mg/kg bb 2,68 ±
1,33, EEAPT 400 mg/kg bb 2,55 ± 0,50 , EEAPT 800 mg/kg bb 1,98 ± 0,43
(Gambar 4.5). Rerata volume urin total EEAPT lebih rendah dibandingkan
Gambar 4.5 Efek EEAPT terhadap volume total urin pada tikus putih jantan
78
signifikan dengan kelompok kontrol negatif dan furosemid (P< 0,05). Kadar
kalium dosis 100, 200, 400 dan 800 mg/kg bb lebih rendah dibandingkan kontrol
negatif dan furosemid (P<0,05). Hal ini menujukkan bahwa EEAPT memiliki efek
diuretik yang lebih rendah dibandingkan furosemid ( Tabel 4.4 ; Gambar 4.6).
Tabel 4.4 Efek EEAPT terhadap kadar natrium dan kalium dalam urin tikus
No Perlakuan (n=4) Elektrolit (mEq/L) ± Saliuretik Na+/K+
SEM
Na+ K+ Na+ K+
1 169,84± 145,09± - -
CMC-Na 1%
30,26 16,45 1,17
2 Furosemid 10 mg/kg 235,48± 298,68± 1,39 2,06
bb 15,39 45,45 0,79
3 197,64± 109,83± 1,16 0,76
EEAPT 100 mg/kg bb
54,91 14,21 1,79
4 244,69± 73,45± 1,44 0,51
EEAPT 200 mg/kg bb
118,79 8,11 3,33
5 161,45± 66,76± 0,95 0,46
EEAPT 400 mg/kg bb
31,56 8,62 2,42
6 109,78± 92,29± 0,65 0,64
EEAPT 800 mg/kg bb
22,68 21,13 1,19
Gambar 4.6 Efek EEAPT terhadap Kadar natrium dan kalium pada urin tikus
putih jantan
79
glikosida, saponin dan tannin. Senyawa polar meningkatkan sirkulasi ginjal dan
et.al., 2013). Flavonoid juga dapat meningkatkan pengeluaran volume urin dan
elektrolit pada tikus dengan cara menghambat reabsorpsi Na+, K+ dan Cl- di
gangguan ginjal sebagai terapi adjuvan (Asif, et.al 2014). Selain itu, kandungan
Volume urin tikus meningkat setelah pemberian EEPT dan furosemid. EEPT
100, 200, 400 dan 800 mg/kg bb memiliki efek diuretik yang lebih rendah
Gambar 4.7 Efek EEAPT terhadap volume urin setiap jam selama 6 jam
80
2,08, EEPT 100 mg/kg bb 1,28 ± 0,39 , EEPT 200 mg/kg bb 2,60 ± 1,53, EEPT
400 mg/kg bb 2,95 ± 2,32 , EEPT 800 mg/kg bb 3,1 ± 2,13. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, EEPT dosis 100, 200, 400 dan 800 mg/kg bb menunjukkan efek
diuretik terhadap volume urin namun lebih rendah daripada furosemid (Gambar
4.8).
Gambar 4.8 Efek EEPT terhadap volume total urin pada tikus putih jantan
Pengukuran kadar natrium dan kalium pada setiap kelompok uji setelah
pemberian EEPT dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.9.
Tabel 4.5 Efek EEPT terhadap kadar natrium dan kalium dalam urin tikus
No Perlakuan (n=4) Elektrolit (mEq/L) ± Saliuretik Na+/K+
SEM
Na+ K+ Na+ K+
1 169,84± 145,09± - -
CMC-Na 1%
30,26 16,45 1,17
2 Furosemid 10 mg/kg 235,48± 298,68± 1,39 2,06
bb 15,39 45,45 0,79
3 150,66± 119,46± 0,89 0,83
EEPT 100 mg/kg bb
67,91 82,20 1,26
4 107,54± 84,89± 0,63 0,59
EEPT 200 mg/kg bb
13,88 11,38 1,27
5 180,34± 119,49± 1,06 0,82
EEPT 400 mg/kg bb
74,91 55,87 1,51
6 156,25± 111,73± 0,92 0,77
EEPT 800 mg/kg bb
59,91 47,06 1,39
81
volume urin dengan cara menstimulasi aliran darah sehingga terjadi vasodilatasi
atau dengan menghambat reabsorpsi air dan anion di tubular (Tthambi, 2013).
Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa kadar natrium pada urin tikus lebih
besar dari kadar kalium sesuai dari fungsi diuretik yang merupakan senyawa yang
indeks diuretika dan nilai Lipschtiz. Indeks diuretika suatu senyawa merupakan
hasil perbandingan volume urin kelompok uji terhadap volume urin kelompok
terhadap kontrol positif (furosemid). Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan
82
EnHPT 800 mg memiliki indeks diuretika yang sama dengan furosemid. Hal
diuretika suatu senyawa dinyatakan kuat jika memiliki indeks diuretika lebih
besar dari 1,5; sedang jika memiliki indeks diuretika 1 -1,5; lemah jika indeks
diuretika 0,72 – 1; dan tidak memiliki efek jika indeks diuretika kurang dari 0,72
(Asif, 2014). Berdasarkan hasil pengukuran indeks diuretika terlihat bahwa EEPT
100 mg tidak memiliki efek diuretika. Aktivitas diuretik EnHPT 100 mg, EnHPT
200 mg, EEAPT 100 mg dan EEAPT 800 mg lemah. Aktivitas diuretik sedang
ditunjukkan oleh EEAPT 200 mg, EEAPT 400 mg, EEPT 200 mg, EEPT 400 mg
dan EtPT 800 mg. Berdasarkan nilai lipschitz, EnHPT 800 mg/kg bb memiliki
4.5 Efek Toksisitas Akut Fraksi n-Heksan, Etilasetat, dan Etanol Daun
Puguntano
Pengujian efek toksik EnHPT, EEAPT dan EEPT dilakukan terhadap mencit
jantan berdasarkan pada tata cara uji toksisitas Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) (BPOM, 2001). Pada penelitian ini, dosis EnHPT, EEAPT dan
EEPT yaitu 2000 dan 5000 mg/kg BB. Pengamatan dilakukan selama 14 hari
terhadap gejala toksik yang terjadi secara kuantitatif, yaitu berdasarkan jumlah
dilakukan, tidak ada satu mencit pun yang mati setelah pemberian EnHPT,
EEAPT dan EEPT (Tabel 4.7). Menurut Jenova (2009), jika dosis maksimal tidak
menimbulkan kematian hewan coba, maka LD50 dinyatakan LD50 ‘semu’ yaitu
Nilai LD50 bukan suatu tetapan biologi yang mutlak, melainkan hanya
merupakan salah satu petunjuk toksisitas akut. Bila toksisitas akutnya rendah
LD50 tidak perlu ditentukan secara tepat (Retnomurti, 2008). Dosis 5000 mg/kg
ratio luas permukaan tubuh. Berdasarkan kesepakatan para ahli, bila pada dosis
maksimal tidak ada kematian pada hewan coba, maka jelas senyawa tersebut
termasuk dalam kriteria “praktis tidak toksik” (Jenova, 2009; Iwuanyanwu, et al.,
2012).
84
seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi makanan 3-5 g/hari sedangkan hasil
yang diperoleh yaitu untuk EnHPT 2,1 g/hari; EEPT 0,97 g/hari dan EEAPT 1,07
g/hari (Tabel 4.8) . Hasil konsumsi makanan dan minuman antar kelompok tidak
Tabel 4.8 Efek EnHPT, EEAPT, EEPT terhadap rerata konsumsi makanan dan
minuman
85
dan EEPT menunjukkan tidak terdapat perbedaan berat badan antara kelompok
Tabel 4.9 Efek EnHPT, EEAPT, EEPT terhadap rerata berat badan tiap kelompok
Berat organ relatif ditentukan pada akhir perlakuan dengan cara menimbang
tiap organ vital mencit kemudian dibandingkan dengan berat badan (Tabel 4.10).
Pada parameter rasio berat organ tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
berat organ hati, ginjal, dan jantung dibanding kelompok kontrol dengan
perlakuan dengan nilai signifikansi 1,000 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
EnHPT, EEAPT dan EEPT tidak berpengaruh terhadap perbandingan berat organ
Tabel 4.10 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap berat organ relatif
86
(Lu, 1994). Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ
saja. Hal ini terjadi akibat tinggi kadar bahan kimia dan metabolit di organ (Lu,
1994). Hati dan ginjal normal berwarna merah kecoklatan, permukaannya licin
dan konsistensinya kenyal. Kriteria abnormal hati dan ginjal terjadi jika
perubahan, struktur permukaan hati terlihat licin dan konsistensi hati kenyal pada
semua kelompok. Hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian
besar obat dan toksikan (Retnomurti, 2008). Zat makanan, sebagian besar obat-
obatan serta toksikan yang masuk melalui saluran cerna setelah diserap oleh epitel
usus akan dibawa oleh vena porta ke hati. Oleh sebab itu, hati menjadi organ yang
sangat potensial mengalami keracunan lebih dahulu sebelum organ lain (Santoso,
et al., 2006).
memiliki hepatosit tersusun secara radial dalam lobulus hati dan belum terlihat
kecil hingga besar karena adanya gangguan transport aktif sehingga sel tidak
mampu memompa ion Na+ keluar dan terjadi akumulasi. Nekrosis merupakan
kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Hal ini disebabkan karena
87
dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti menjadi lebih padat (piknotik)
(Underwood, 1994)
Gambar 4.10 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT dosis 5000 mg/kgbb terhadap
gambaran mikroskopik organ hati
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang berwarna merah kecoklatan
pada organ ginjal mencit jika dibandingkan dengan kontrol, permukaan ginjal
tampak licin dan konsistensinya kenyal pada semua kelompok. Fungsi utama
ginjal adalah organ eliminasi, yaitu memusnahkan zat toksik tertentu. Beberapa
obat atau zat kimia yang beredar dalam sirkulasi sistemik akan dibawa ke ginjal
88
fungsi ginjal yang strategis, sehingga menjadikan ginjal sebagai sasaran utama
ginjal. Hal ini ditandai dengan berkurangnya penyerapan warna oleh ini dan
Gambar 4.11 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT dosis 5000 mg/kgbb terhadap
gambaran mikroskopik organ ginjal
Hasil pengamatan pada organ jantung mencit, tidak terjadi perubahan warna
89
EEPT tidak berpengaruh terhadap organ jantung. Jantung mudah dirusak oleh
berbagai jenis zat kimia karena merupakan salah satu organ sasaran. Zat kimia
bekerja secara langsung pada otot jantung atau secara tidak langsung melalui
susunan saraf atau pembuluh darah. Suatu toksikan dapat mempengaruhi salah
satu dari pembuluh darah dan akibat yang ditimbulkan tergantung dari seberapa
penting organ yang disuplai darah oleh pembuluh darah yang terkena
(Retnomurti, 2008).
Gambar 4.12 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT dosis 5000 mg/kgbb terhadap
gambaran mikroskopik organ jantung
Hasil mikroskopik jantung menunjukkan terjadinya piknosis pada miosit,
90
parameter penurunan tekanan darah (TD) tikus normotensi dan dua model tikus
hipertensi, yaitu model tikus hipertensi yang diinduksi NaCl 2,5% NaCl dan
Hasil uji EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap penurunan tekanan darah pada
tikus normotensi diperoleh berdasarkan parameter TDS, TDD, DJ, dan TAR.
Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami darah terhadap pembuluh arteri
darah ketika darah dipompakan oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah
dibagi dua, yaitu TDS dan TDD. TDS adalah tekanan maksimum pada arteri
ketika darah dipompa dari ventrikel menuju ke arteri sedangkan TDD adalah
tekanan darah minimum pada arteri ketika ventrikel mengalami fase diastolik
(relaksasi) dimana tidak ada darah yang dipompa dari ventrikel ke arteri.
Tabel 4.11 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap rerata TDS (mmHg) tikus
normotensi hari ke-0, 7, dan 14
Kelompok Dosis TDS (mmHg) ±SEM pada hari ke
No (mg/KgBB)
(n=4) 0 7 14
91
Gambar 4.13 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap perubahan TDS (mmHg)
tikus normotensi (Mean±SEM, n=4)
TDS rerata awal tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 132,46
±1,22 mmHg. Pemberian EnHPT, EEAPT dan EEPT dilakukan setiap hari
pada tikus normotensi tidak menyebabkan penurunan TDS. Hal ini menunjukkan
bahwa CMC-Na (pelarut) tidak mempengaruhi TDS. TDS tikus normotensi yang
diberi EEPT 400 dan 800 mg/kgBB selama 7 hari tidak berbeda dengan TDS hari
sedangkan EEPT 800 mampu menurunkan TDS (P<0,05). TDS tikus normotensi
yang diberi EEAPT dan EnHPT 400 serta 800 hari ke 7 dan 14 berbeda dengan
92
ini menunjukkan bahwa EEAPT dan EnHPT dapat menurunkan TDS setelah
Persentase penurunan TDS yang paling besar ditunjukkan oleh EEAPT 400
TDD awal tikus yang diperoleh yaitu 96,32 ± 1,49 mmHg. Data standar TDD
tikus wistar normal belum ditemukan namun menurut Siska, et al., (2011), TDD
normal adalah 119 mmHg dan menurut Iranloye, et al., (2011), TDD normal
berkisar antar 96 ± 4,08 mmHg. Hasil rerata pengukuran TDD tikus normotensi
setelah pemberian EnHPT, EEAPT dan EEPT selama 7 dan 14 hari dapat dilihat
93
Gambar 4.15 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap perubahan TDD (mmHg)
tikus normotensi (Mean±SEM, n=4)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa EEPT 400 mg/kg BB tidak
menurunkan TDD setelah 7 dan 14 hari pemberian. Pemberian EEPT 800 mg/kg
BB mampu menurunan TDD setelah 14 hari (P < 0,05). EEAPT 400 mg/kg BB
14 hari, EEAPT 800 mg/kg BB tidak mempengaruhi TDD selama 14 hari. EnHPT
400 dan 800 mg/kg bb menyebabkan penurunan TDD secara signifikan selama 7
dan 14 hari.
94
signifikan (p > 0,05) antar kelompok perlakuan pada hari ke-7 dan ke-14
penelitian ini terdapat perbedaan persen penurunan TDD antara EEAPT 400
mg/kg bb dengan EnHPT 400, EEPT 400 dan EEPT 800 mg/kg bb pada hari ke 7
sedangkan pada hari ke 14, terjadi perbedaan antara EEAPT 400 dengan EEPT
800 mg/kg bb. Persen penurunan TDD terbesar ditunjukkan oleh EEPT 400
(11,02%) pada hari ke 7 dan EEPT 800 (11,61%) pada hari ke 14. (Gambar
4.16).
kelompok. Hal ini diduga terjadi karena kondisi pengukuran. Prinsip kerja NIBP
mengukur DJ berdasarkan sensitivitas sensor yang melekat pada vena ekor tikus.
Jika ekor sering bergerak, maka akan berpengaruh pada pengukuran DJ.
Pemberian EnHPT, EEAPT dan EEPT dosis 400 dan 800 mg/kgbb tidak
statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan DJ (p > 0,05) pada
hari ke-7 dan ke-14 antar kelompok perlakuan ( Tabel 4.13 ; Gambar 4.17).
95
Gambar 4.17 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap perubahan DJ (BPM)
tikus normotensi
Berdasarkan Tabel 4.14 nampak bahwa EnHPT, EEAPT, dan EEPT tidak
(P>0,05), dengan demikian pemberian EnHPT, EEAPT, dan EEPT dosis 400 dan
perbedaan yang signifikan (p > 0,05) antar kelompok perlakuan pada hari ke-7
400 berbeda dengan EEAPT 400 mg/kgBB pada hari ke 14. Persentase
96
Gambar 4.18 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap DJ (%) tikus normotensi
TAR kelompok kontrol, EEPT dan EEAPT 400 mg/kgBB tidak mengalami
selama 7 hari tidak mempengaruhi TAR namun terjadi penurunan TAR yang
mg/kgBB, EnHPT 400 dan 800 mg/kgBB dapat menurunkan TAR tikus
normotensi setalah pemberian 7 dan 14 hari (Tabel 4.14 dan Gambar 4.19).
Tabel 4.14 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap rerata TAR (mmHg) tikus
normotensi hari ke-0, 7, dan 14
(Gambar 4.20)
Gambar 4.20 Grafik hasil persentase perubahan TAR (%) tikus normotensi vs
hari pengukuran pada tiap kelompok
98
bahwa EEPT tidak menurunkan TDS, TDD dan TAR selama 14 hari sedangkan
EEAPT dan EnHPT menurunkan TDS, TDD dan TAR. Semua ekstrak tidak
EnHPT memiliki efek hipotensi pada tikus normotensi tanpa mempengaruhi DJ.
kerja senyawa kimia dalam ekstrak pada pembuluh darah dan tidak bekerja
langsung pada jantung (shih, et.al., 2006). Hasil skrining fitokimia menunjukan
kimia ini berkerja secara sinergis menurunkan tekanan darah. Tumbuhan yang
dan menghambat enzim pengubah angiotensi (ACE) (Oztasan, et. al., 2008),
tekanan perifer pembuluh darah dan tekanan darah (Harwoko, et.al., 2014 ;
digunakan tikus yang dibuat hipertensi menggunakan kombinasi NaCl 2,5% dan
oleh ginjal sehingga terjadi kenaikan volume darah, curah jantung dan tekanan
99
(Guyton, 2007).
TAR, dan DJ. Menurut Siska, et al., (2011), TDS, TDD, DJ dan TAR tikus
Wistar meningkat berturut-turut sampai 181 mmHg, 157 mmHg, 330 BPM dan
170 mmHg setelah pemberian larutan NaCl 2,5% dan metilprednison dosis 1,5
mg/kgBB selama 14 hari. Hal ini sesuai dengan Lailani, et al., (2013), pemberian
DJ, dan TAR berturut-turut sampai 191 ± 17 mmHg, 162 ± 17 mmHg, 317 ± 40
kali per menit dan 176 ± 17 mmHg sedangakn menurut Jawi et.al., (2012),
pemberian NaCl 2% selama 14 hari dapat meningkatkan TDS tikus Wistar hingga
Rerata TDS tikus sebelum hipertensi dalam penelitian ini adalah 126,50±2,39
suatu kondisi ketika tekanan darah meningkat di atas normal. Secara patofisiologi,
100
meningkatkan kadar elektrolit sehingga terjadi retensi air dan natrium (Tabel
4.15).
Tabel 4.15 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap rerata TDS (mmHg) tikus
hipertensi hari ke-0 dan 14
Dosis TDS (mmHg) ±SEM pada hari ke
No Kelompok (n=4)
(mg/KgBB) 0 14
1 Tanpa Perlakuan - 131,75±2,81 157,50±1,50 a
2 CMC Na 0,5% 126,50±2,39 162,25±1,65 a
3 EEPT 400 134,00±5,07 166,50±4,87 a
4 EEPT 800 129,00±0,71 161,00±1,08 a
5 EEAPT 400 132,75±1,65 157,25±4,15 a
6 EEAPT 800 128,75±1,79 162,25±2,66 a
7 EnHPT 400 126,75±1,25 156,75±2,02 a
8 EnHPT 800 131,25±2,39 161,50±2,02 a
9 Bisoprolol 0,0714 128,25±2,43 170,75±3,82 a
senyawa atau ekstrak untuk menurunkan TDS. Pada penelitian ini, ekstrak
diberikan pada hari ke 15 hingga 21. Perubahan TDS diukur pada hari ke 17, 19
dan 21.
Tabel 4.16 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap Rerata TDS (mmHg) tikus
hipertensi hari ke-17, 19 dan 21
No Kelompok Dosis TDS (mmHg) ±SEM pada hari ke
(n=4) (mg/KgBB) 17 19 21
1 Tanpa - 156,75±2,14 a 156,50±1,66 a 151,75±1,03 a
perlakuan
2 CMC Na 1% 165,75±2,17 a 165,25±1,25 a 164,50±4,33 a
b b3
3 EEPT 400 154,25±4,96 139,75±9,49 131,75±3,92bcd
ab ab
4 EEPT 800 148,50±2,73 139,75±3,71 132,75±4,09bcd
5 EEAPT 400 147,75±4,15 139,50±1,32b 133,75±1,31bd
ab abc
6 EEAPT 800 152,25±2,14 144,25±2,29 137,50±3,62bc
7 EnHPT 400 146,50±3,52 a 141,25±3,49 abc 136,50±2,53abc
ab bc
8 EnHPT 800 151,50±1,89 140,75±2,78 128,75±1.03bcd
ab a bc
9 Bisoprolol 0,0714 158,00±3,89 146,75±3,35 136,00±3,87bc
101
Gambar 4.21Grafik tekanan darah sistol tiap kelompok perlakuan yang diinduksi
NaCl 2,5% dan Metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
tanpa perlakuan dan kontrol negatif tidak mengalami penurunan selama 7 hari
setelah induksi (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologi tikus tidak
Semua fraksi menunjukkan penurunan TDS. EEPT 400 mg/kgBB, EEPT 800
menurunkan TDS setelah pemberian selama 3 hari tetapi belum sama dengan TDS
hari ke 0. EEPT 400 mg/kgBB, EEAPT 400 mg/kgBB dan EnHPT 800 mg/kgBB
menurunkan TDS setelah pemberian selama 5 hari dan sudah sama dengan TDS
hari ke 0.
adalah 10-12 mmHg untuk 3 hari pemberian ekstrak. Hal ini membuktikan bahwa
pada pasien hipertensi dapat mengurangi resiko kena stroke sampai 18%, penyakit
jantung koroner 16% dan kematian pecah pembuluh darah 21%. (Lindholm ,
2003). Persen perubahan TDS terbesar ditunjukkan oleh oleh EEPT 400 mg/kgBB
Tabel 4.17 Persentase perubahan TDS (%) pada hari ke-14, 17, 19 dan 21 tiap
kelompok perlakuan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon
103
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95,58 ± 0,96 mmHg dan setelah
Tabel 4.18 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap TDD (mmHg) tikus
hipertensi hari ke-0 dan 14
TDD tikus hipertensi. EEPT, EEAPT dan EnHPT dosis 400 mg/kgBB mampu
menurunkan TDD secara signifikan dibandingkan TDD tikus hipertensi pada hari
ke 17 dan sebanding dengan bisoprolol. Penurunanan ini sudah sama dengan TDD
rerata sebelum penginduksian. EEPT dan EnHPT dosis 800 mg/kgBB juga
pada hari ke 17 tetapi tidak sama dengan TDD rerata sebelum induksi Kelompok
pemberian ekstrak (hari ke 21). Rerata TDD setelah pemberian EEPT, EEAPT
dan EnHPT dapat dilihat pada (Tabel 4.19 dan Gambar 4.20).
104
Gambar 4. 23 Grafik TDD tiap kelompok perlakuan yang diinduksi NaCl 2,5%
dan metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
Profil persentase perubahan TDD dapat dilihat pada Tabel 4.20 dan Gambar
4.24
105
dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari dan menunjukkan TDD
Persentase penurunan TDD EEPT 800 mg/kgBB, EEAPT 400 mg/kgBB dan 800
mg/kgBB, serta EnHPT 400 mg/kgBB sebanding dengan bisoprolol pada hari ke
106
jantung per satuan waktu (beat per minute =BPM). Berdasarkan hasil penelitian
hipertensi kecuali pada kelompok tikus yang diinduksi hipertensi dan diberi
Tabel 4.21 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap DJ (BPM) tikus hipertensi
hari ke-0 dan 14
No Kelompok Dosis DJ (BPM) ±SEM pada hari ke
(n=4) (mg/KgBB) 0 14
1 Tanpa - 323,50±8,97 411,50±7,96
perlakuan
2 CMC Na 1% 312,50±33,22 317,00±4,08
3 EEPT 400 251,50±47,80 358,50±8,09
4 EEPT 800 276,00±20,37 251,75±19,31
5 EEAPT 400 297,50±48,48 273,75±18,38
6 EEAPT 800 238,00±41,02 352,25±65,96
7 EnHPT 400 316,00±8,05 385,25±7,53 a
8 EnHPT 800 255,50±34,11 391,00±6,65 a
9 Bisoprolol 0,0714 348,00±9,01 383,00±23,53
mg/kgBB, EEAPT 400 mg/kgBB, EnHPT 400 mg/kgBB dan EnHPT 800
107
Tabel 4.22 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap DJ (BPM) tikus hipertensi
hari ke-17, 19 dan 21
No Kelompok (n=4) Dosis DJ (BPM) ±SEM pada hari ke
(mg/KgBB) 17 19 21
1 Tanpa perlakuan 382,75±16,42 406,25±19,34 364,75±21,23
2 CMC Na 1% 334,75±9,33 316,50±8,70 320,25±4,57
3 EEPT 400 312,25±29,14 293,75±6,14 236,50±9,67b
4 EEPT 800 279,00±13,74 271,50±14,20 178,25±24,36c
5 EEAPT 400 235,50±26,75 229,75±27,23 167,50±16,15 ab
6 EEAPT 800 265,00±31,55 301,75±53,75 293,00±67,46
7 EnHPT 400 325,75±17,61b 310,50±15,29b 288,00±12,08 ab
8 EnHPT 800 360,00±19,60 401,50±9,92 a 457,00±19,42 ab
9 Bisoprolol 0,0714 388,00±10,02 341,00±18,17 321,00±11,34
Gambar 4.25 Grafik DJ tiap kelompok perlakuan yang diinduksi NaCl 2,5%
dan Metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
108
Tabel 4.23 Persentase perubahan DJ (%) pada hari ke-14, 17, 19 dan 21 tiap
kelompok perlakuan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon
Gambar 4.26 Efek fraksi terhadap persen perubahan DJ tikus yang diinduksi
NaCl 2,5% dan Metiprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
109
ditunjukkan oleh EEAPT 400 mg/kgBB setelah pemberian fraksi hari ke 21 yaitu
38,39 ± 5,65%.
Tabel 4.24 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap TAR (mmHg) tikus
hipertensi hari ke-0 dan 14
No Kelompok (n=4) Dosis (mg/KgBB) TAR (mmHg) ±SEM pada hari ke
0 14
1 Tanpa perlakuan 107,00±4,10 132,00±2,65 a
2 CMC Na 0,5% 1% 108,75±1,65 132,25±2,39 a
3 EEPT 400 111,00±4,43 141,00±5,45 a
4 EEPT 800 105,25±0,25 137,75±1,25 a
5 EEAPT 400 110,25±1,93 133,70±3,73 a
6 EEAPT 800 105,25±1,93 133,75±2,78 a
7 EnHPT 400 104,50±1,19 136,00±2,27 a
8 EnHPT 800 105,50±1,55 134,25±1,25 a
9 Bisoprolol 0,0714 105,50±2,06 143,25±5,20 a
TAR dipengaruhi oleh TDS dan TDD. Pemberian NaCl 2,5% dan
metilprednisolon secara kronis menaikkan TDS dan TDD. Hal ini mengakibatkan
TAR juga menaik. Pemberian ekstrak dan bisoprolol selama 7 hari menunjukkan
penurunan TAR tikus hipertensi (Tabel 4.25; Gambar 4.27). Kelompok EEPT
TAR tikus hipertensi yang sama dengan kontrol positif, yaitu mampu menurunkan
TAR pada hari ke 17. Penurunan yang terjadi lebih baik dari TAR sebelum
Tabel 4.25 Efek EnHPT, EEAPT dan EEPT terhadap TAR (mmHg) tikus
hipertensi hari ke-17, 19 dan 21
Gambar 4. 27 Efek fraksi terhadap TAR tikus yang diinduksi NaCl 2,5 % dan
Metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
111
Tabel 4.26 Persentase perubahan TAR (%) pada hari ke-14, 17, 19 dan 21 tiap
kelompok perlakuan yang diinduksi NaCl 2,5% dan
metilprednisolon
Gambar 4.28 Efek fraksi terhadap persen perubahan TAR tikus yang diinduksi
NaCl 2,5% dan Metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
112
penurunan TAR yang paling besar ditunjukkan EEPT 400 mg/kb bb karena fraksi
mempunyai aktivitas sebagai diuretik (Dalimunthe, dkk., 2014). Diduga fraksi ini
diproduksi dan peningkatan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air. Hal ini
proses diuresis akan menurunkan kadar natrium dalam cairan tubuh dan dengan
adanya efek vasodilatasi maka terjadi penurunan resistensi perifer yang kemudian
menurunkan tekanan darah (Loizoo, et. al., 2004; de Souza et.al, 2004).
Senyawa kimia dalam EEAPT yang diduga berperan aktif dalam mekanisme
antihipertensi antara lain flavonoid dan saponin. Flavonoid merupakan salah satu
(Loizoo, et. al., 2004; Jawi, et.al., 2012). Tanin mengurangi pengerasan pembuluh
darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan meringankan kerja jantung
(Diennazola, 2012).
113
pemberian fraksi. Walaupun terjadi penurunan laju jantung, tetapi nilainya cukup
kecil. Secara fisiologis, tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi
perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut dengan volume sekuncup.
Resistensi perifer merupakan resultan dari resistensi pada pembuluh darah (arteri
dan arteriol) dengan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh
tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah (Dipiro,
2008).
pengukuran nitrit dan nitrat yakni produk akhir yang stabil akibat oksidasi
nitrogen oksida. Metode ini merupakan metode tidak langsung yang umum
yang erat dengan kadar nitrit/nitrat serum, plasma, atau urin. Oleh karena itu,
114
antara dua molekul NO dengan oksigen. Reaksi ini dikatalisis oleh protein
asam sulfanilat dan 0,1% NED dengan perbandingan 1:1) dengan prinsip diazotasi
nitrit dengan asam sulfanilat pada suasana asam menjadi senyawa azo dan dengan
penambahan NED akan membentuk warna ungu yang dapat diukur pada panjang
gelombang 540 nm. Berdasarkan hasil kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis
Berdasarkan hasil penelitian, kadar nitrit dan nitrat menurun pada tikus
yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon serta diberi EnHPT dapat dilihat
Gambar 4.29 Efek EnHPT terhadap kadar nitrit dan nitrat plasma tikus yang
diinduksi NaCl 2,5% dan Metilprednisolon (Mean ± SEM, n=4)
115
µg/ml dan kadar nitrat 24,87 ± 1,49 µg/ml. Hasil pengukuran pada kelompok II,
kadar nitrit 20,94 ± 2,11 µg/ml dan nitrat 21,83 ± 2,39 µg/ml dan hasil
pengukuran pada kelompok III, kadar nitrit 19,89 ± 0,62 µg/ml dan nitrat 21,69 ±
0,29 µg/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian EnHPT 400 dan 800
mg/kgbb menurunkan kadar nitrooksida dalam plasma tikus yang diinduksi NaC
(Zhu, 2004). Pemberian EnHPT pada kelompok tikus yang diinduksi NaCl 2,5%
dan metilprednisolon tidak mampu menaikkan produksi NO. Hal ini menunjukan
EnHPT sebagai antihipertensi pada tikus yang diinduksi NaCl 2,5% dan
Tabel 4.27 Efek EnHPT terhadap parameter biokimia dalam plasma darah tikus
yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon
116
kolesterol dan HDL tikus yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian EnHPT 400 dan 800 mg/kg bb tidak akan
aterogenik dalam plasma. (P>0,05). Kadar AST dan ALT plasma tikus yang
diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon tidak dipengaruhi oleh EnHPT 400
dan 800 mg/KgBB. Hal ini menunjukkan bahwa EnHPT tidak mempengaruhi
hati. ALT dan AST merupakan enzim yang terdapat dalam hati. Adanya kerusak
pada hepatosit akan menyebabkan pelepasan ALT dan AST. Pemberian EnHPT
EnHPT 400 dan 800 mg/kg bb. Kreatinin merupakan salah satu parameter
biokimia ginjal. Jika kreatinin meningkat dalam plasma maka hal ini
terlihat bahwa L-Name meningkatkan TDS secara signifikan pada kelompok uji
(Tabel 4.28).
tekanan pembuluh darah, sehingga jika terjadi kerusakan pada endothelium dan
117
Tabel 4.28 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap TDS (mmHg) tikus hipertensi
hari ke-0 dan 14
pada manusia (Abdulazeez et,al, 2015). NO yang dilepaskan oleh sel endothelial
pembuluh darah merupakan regulator penting yang mengatur tekanan darah pada
118
ditunjukkan oleh EEAPT 800 mg/kgBB pada hari ke 19, karena sudah mampu
119
hari naik menjadi 165,70 ± 0,99 mmHg (_33,69 ± 0,94%). Persen perubahan
TDS terbesar ditunjukkan oleh EEAPT 800 mg/kgBB pada hari ke 17 dan 19
Tabel 4.30 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap TDD (mmHg) tikus hipertensi
hari ke-0 dan 14
TDD (mmHg) ±SEM pada hari ke
No Kelompok (n=4) Dosis (mg/KgBB)
0 14
1 CMC Na 0,5% 1% 91,00±1,87 118,75±2,59 a
2 EEAPT 400 89,75±1,79 124,25±1,70 a
3 EEAPT 800 95,50±5,29 127,75±1,25 a
4 EnHPT 400 109,50±5,33 124,50±1,50
5 EnHPT 800 85,50±1,19 124,50±2,59 a
Keterangan : a berbeda bermakna terhadap hari ke 0
(Tabel 4.31; Gambar 4.32).Penurunan TDD yang paling baik ditunjukkan oleh
120
hipertensi setelah tiga hari pemberian ekstrak dan besarnya TDD telah sama
menurunkan TDD pada hari ke 3 tetapi belum bisa menyamai TDD hari ke 0.
ekstrak.
Tabel 4.31 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap TDD (mmHg) tikus hipertensi
hari ke-17,19 dan 21
Gambar 4.32 Efek EEAPT terhadap TDD tikus yang diinduksi L-Name
(Mean±SEM, n=4)
121
Gambar 4.33 Efek EEAPT terhadap persen perubahan TDD tiap kelompok
perlakuan yang diinduksi L-Name (Mean ± SEM, n=4)
Berdasarkan hasil penelitian, semua ekstrak menunjukkan aktivitas
menurunkan TDD dibandingkan kontrol negatif. Hal ini ditunjukkan oleh persen
penurunan TDD. Persen penurunan TDD terbesar tikus hipertensi adalah EEAPT
signifikan pada kelompok kontrol negatif dan EnHPT 800 mg/kgBB sedangkan
pada kelompok EEAPT 400, 800 dan EnHPT 400 mg/kgBB tidak mengalami
dan lingkungan.
122
(P>0,05) (Tabel 4.33; Gambar 4.34). Pemberian CMC-Na, EnHPT 400 dan 800
tetap tinggi.
Tabel 4.33 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap DJ (BPM) tikus hipertensi hari
ke-17, 19 dan 21
123
Gambar 4.34 Efek EEAPT terhadap denyut jantung tikus yang diinduksi L-Name
(Mean±SEM, n=4)
Gambar 4.35 Efek EEAPT terhadap persen perubahan DJ tikus yang diinduksi
L-Name (Mean ± SEM, n=4)
124
menaikkan tekanan darah termasuk TAR. Pemberian L-Name secara kronis akan
jaringan endotelial.
Tabel 4.34 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap TAR (mmHg) tikus hipertensi
hari ke-0 dan 14
(Tabel 4.35).
Tabel 4.35 Efek EnHPT dan EEAPT terhadap TAR (mmHg) tikus hipertensi
hari ke-17, 19 dan 21
125
Gambar 4.36 Efek EEAPT terhadap persen perubahan TAR tikus yang
diinduksi L-Name (Mean ± SEM, n=4)
Aktivitas antioksidan pada tumbuhan diduga dapat menurunkan tekanan
Hasil pengukuran kadar nitrit dan nitrat dalam plasma darah tikus yang
* *
Gambar 4.37 Efek EEAPT terrhadap kadar nitrit dan nitrat plasma tikus yang
diinduksi L-Name
126
kelompok II (tikus hipertensi L-Name ± EEAPT 400), dan kelompok III (tikus
bahwa kadar nitrit rerata tikus normal adalah 3,16 ± 0,19 µg/ml dan kadar nitrat
rerata adalah 3,44 ± 0,16 µg/ml. Hasil pengukuran pada kelompok I (kontrol)
diperoleh kadar nitrit 2,10 ± 1,34 µg/ml dan kadar nitrat 2,24 ± 0,45 µg/ml, Hasil
ini menunjukkan bahwa pemberian L-Name dan larutan pembawa CMC-Na 0,5%
dapat menurunkan kadar nitrit dan nitrat plasma secara signifikan dibandingkan
OH* dan mampu menangkap ROS dan menghambat pembentukan O2- (Trombino,
et al,, 2012).
Hasil pengukuran pada kelompok II diperoleh kadar nitrit 4,52 ± 0,40 µg/ml
dan nitrat 4,63 ± 1,29 µg/ml dan Hasil pengukuran pada kelompok III diperoleh
kadar nitrit 8,59 ± 3,23 µg/ml dan nitrat 9,19 ± 3,93 µg/ml. Hasil ini menunjukkan
bahwa pemberian EEAPT 400 dan 800 mg/kgBB dapat meningkatkan kadar
nitrooksida dalam plasma tikus yang diinduksi L-Name. Peningkatan kadar nitrit
dan nitrat oleh EEAPT diduga karena adanya senyawa fenilpropanoid glikosida
pada tumbuhan puguntano yang bersifat antioksidan dan dapat digunakan untuk
127
pembuluh darah. NO mudah dirusak oleh radikal bebas seperti anion superoxide
berkurang. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan darah dan stress oksidatif.
al., 2015).
trigliserida dan kreatinin namun mampu menurunkan kadar LDL (P<0,05). Kadar
HDL, AST dan ALT tidak dipengaruhi oleh pemberian EEAPT 400 dan 800
mg/KgBB (P>0,05) (Tabel 4.36). Kadar kolesterol, trigliserida dan LDL yang
128
(Ikewuchi et.al., 2013). Hal ini diduga akibat EEAPT mengandung senyawa
Aktivitas ALT dan AST meningkat pada tikus yang diinduksi L-Name dan
diberi Na-CMC 0,5% (kontrol) (Tabel 4.36). Hal ini menunjukkan bahwa tikus
efek kenaikan tekanan darah oleh L-Name. L-Name akan merusak permiabilitas
membran hati sehingga menyebabkan pelepasan enzim ALT dan AST dari sel
sitosol hati ke dalam plasma darah. Peningkatan enzim ini juga menunjukkan
kerusakan pada organ lain seperti jantung (Prytzyk et. al., 2003; Talas et. al,
2013). Aktivitas ALT dan AST menurun pada kelompok tikus yang diinduksi L-
Name dan EEAPT. Hal ini menunjukan bahwa EEAPT mempunyai efek
jaringan yang rusak diduga karena adanya flavonoid dalam ekstrak ini yang
permiabilitas pembuluh darah kapiler (Prytzyk et al., 2003; Ryu et al., 2008;
129
± SEM (n=4)
LDL kemudian akan mengalami oksidasi oleh superoxide yang dihasilkan oleh
NO. Sel endotel adalah lapisan yang meliputi permukaan dalam pembuluh darah
yang berfungsi sebagai membrane selektif yang membatasi darah dengan jaringan
130
sebagai tromboresisten.
400 mg/kgBB dibandingkan kontrol tetapi menaik pada EEAPT 800 mg/kgBB.
inotropik dan kronotropik ekstrak terhadap isolat jantung tikus secara invitro.
kontraktilitas isolat jantung. Hasil uji inotropik pada isolat jantung berupa adanya
131
Digitalis lanata yang memiliki efek meningkatkan kontraksi otot jantung (Dipiro,
2008).
lebih besar dibandingkan dengan digoksin 0,025 mg sebanyak 0,25 mL. Efek
etilasetat dosis 1 mg yang diberikan sebanyak 0,5 mL. Peningkatan ini sebanding
132
jantung lebih besar dari pemberian digoksin 0,025 mg sebanyak 0,25 mL,
sedangkan pada pemberian EEAPT dosis 0,25; 0,5; dan 1 mg tiap 1 mL tidak
ditingkatkan oleh EEPT, baik pada dosis 0,25; 0,5; maupun 1 mg dibandingkan
dengan digoksin (P<0,05), (Gambar 4.40). Hal ini menunjukkan bahwa EEPT
penghambatan Na+/K+ ATPase yang merupakan inhibitor transport aktif Na+ dan
K+ yang kuat dan sangat selektif untuk melintasi membran sel, dengan cara
133
jantung dengan Na+/K+-ATPase dan penghambatan pompa ion dalam sel ini
berikatan dengan enzim tersebut setelah fosforilasi pada suatu β-aspartat di sisi
kation ini ke dalam sitosol, sehingga menurunkan afinitas enzim tersebut untuk
tidak secara langsung terhadap protein kontraktil jantung. Begitu juga efek
Hidrolisis ATP oleh enzim Na+/K+-ATPase adalah suatu pengaruh yang disebut
Na+ pump, yaitu sistem yang terdapat di dalam sarkolema serat jantung yang
peningkatan Na+ intraseluler dan secara perlahan pula penurunan K+. Digitalis
134
kecil. Peningkatan Na+ inilah yang secara krusial menghasilkan inotropik positif
akibat pemberian digitalis. Hal ini adalah karena Ca2+ yang terdapat di dalam
dikendalikan oleh konsentrasi gradient dan potensial trans membran. Apabila Na+
untuk Ca2+ intraseluler diperkecil, dan Ca2+ ditingkatkan (sebelum dan selama
dalam retikulum sarkoplasma (RS), pada setiap potensial aksi pembebasan Ca2+
dalam jumlah besar akan terjadi untuk mengaktifkan alat-alat kontraktil yang
4.7.2.Efek Kronotropik
Denyut jantung adalah debaran jantung yang terjadi akibat aliran darah melalui
jantung. Denyut jantung normal pada kondisi normal dinyatakan dalam detak tiap
menit (beat per minute = BPM). Secara normal, denyut jantung orang dewasa
adalah 80-100 BPM. Hasil uji efek kronotropik setelah pemberian EnHPT,
135
efek meningkatkan denyut isolat jantung tikus baik pada volume 0,25; 0,5 ataupun
kontraksi otot jantung tanpa meningkatkan denyut jantung. Hal ini memberikan
nilai lebih terhadap penggunaan klinis pada pasien yang gagal jantung, dimana
(Babu, 2012).
(KH), maka EEAPT dapat meningkatkan denyut jantung (Gambar 4.42). EEPT
tidak dapat menaikkan denyut jantung dibandingkan dengan kontrol (p>0,05) dan
Senyawa glikosida jantung adalah suatu senyawa spesifik yang bekerja pada
jantung. Aglikon dari glikosida terkadang disebut sebagai cardiak genin. Selama
beberapa tahun lalu, aglikon dari glikosida tersebut menjadi subjek dari konstituen
kimia yang dapat mempengaruhi aktivitas dari glikosida tersebut. Aglikon dari
glikosida jantung adalah steroid. Inti steroid yang terdapat pada glikosida jantung
merupakan turunan steroid berupa siklopenantren yang terdapat cincin lakton tak
jenuh pada atom C17β. Kekuatan dari glikosida jantung untuk menaikkan denyut
jantung dan kontraksi jantung tergantung pada gugus gula dan cincin lakton yang
137
5.1 Kesimpulan
a. fraksi n-heksan, etil asetat, dan etanol daun pugun tanoh dosis 100, 200, 400
urin, kadar natrium dan kadar kalium dalam urin. Aktivitas diuretik yang
paling tinggi setara dengan furosemid, ditunjukkan oleh fraksi n-heksan dosis
b. fraksi n-heksan, etil asetat, dan etanol daun puguntano dinyatakan sebagai
d. fraksi n-heksan, etil asetat daun puguntano menurunkan tekanan darah tikus
e. fraksi n-heksan dan etil asetat daun puguntano menurunkan tekanan darah
f. fraksi n-heksan, etil asetat, dan etanol daun puguntano berpengaruh terhadap
kontraksi dan denyut isolat jantung dibandingkan dengan kontrol (P < 0,05)
138
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari penelitian ini adalah agar
mengisolasi senyawa aktif dan menguji mekanisme molekular fraksi n-heksan, etil
139