Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah.

Era perdagangan bebas di Indonesia yang ditandai dengan berlakunya Perjanjian


Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement / AFTA) pada tahun 2003 dan
disusul dilaksanakannya Penjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – Cina (ASEAN-China Free
Trade Agreement / ACFTA ) mulai 1 Januari 2010, mengakibatkan perusahaan swasta
maupun badan usaha milik negara dihadapkan pada kondisi persaingan global, tak terkecuali
untuk perusahaan manufaktur di Indonesia..
Akibat Persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis, perusahaan yang dahulu
bersaing hanya pada tingkat lokal, nasional maupun regional kini harus bersaing dengan
perusahaan dari seluruh penjuru dunia . Hal ini karena peningkatan arus penawaran produk
barang dan jasa dengan harga yang lebih bersaing dari produk luar.
Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada
untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan
bermunculan dan tetap terus memperoleh keuntungan.
Persaingan global ini memberikan beragam pilihan kepada konsumen, sehingga
tuntutan konsumen akan peningkatan kualitas produk semakin bertambah. Untuk dapat
bertahan dan berhasil dalam lingkungan seperti itu suatu perusahaan harus dapat bekerja
secara efisien dan efektif , sehingga perusahaan harus memikirkan ulang strategi manajemen
guna menciptakan nilai lebih/ value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta
pelayanan berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh nilai /value lebih.
Maka pada era persaingan global dan liberalisasi perdagangan dewasa ini, kualitas
produk barang dan jasa telah menjadi salah satu faktor penting terpenting untuk mencapai
keunggulan kompetitif perusahaan., seperti yang diungkapkan Vidhu Shekhar Jha dan
Himanshu Joshi (2003)“A good quality product or service enables an organization to add
and retain customers. Poor quality leads to discontented customers, so the costs of poor
quality are not just those of immediate waste or rectification but also the loss of future sales”
Oleh karena itu, perbaikan berkelanjutan harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat
mendorong peningkatan pangsa pasar dan memenangkan persaingan melalui dua faktor
penting yaitu kualitas produk yang tinggi dan harga bersaing.
Dalam situasi persaingan yang semakin tajam, pendekatan Total Quality
Management semakin banyak digunakan sebagai teknik yang diimplementasikan sebagai
formula dalam berkompetisi.
Total Quality Management adalah pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan
mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu disemua proses dan aktivitas. (Carter
Usry,2006:199)
Praktik pemanufakturan Total Quality Management merupakan praktik yang
menekankan peningkatan kualitas, mengeliminasi pemborosan, mengembangkan
keterampilan, agar tercapai penyempurnaan mutu barang, dan jasa secara berkesinambungan
dengan tujuan mencapai kepuasan konsumen. Praktik TQM tersebut lebih berfokus kepada
keterlibatan karyawan yang merupakan sumber yang sangat bernilai bagi organisasi. (Aida
dan Listianingsih :2005). Oleh karena itu, TQM memiliki prinsip untuk menghargai setiap
anggota perusahaan yang terlibat dalam memberikan pendapat demi perbaikan perusahaan
secara berkelanjutan.
Peran dan dukungan komitmen dari seluruh anggota organisasi dan fungsi
manajemen dalam perencanaan merupakan aspek yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan
perusahaan. Oleh sebab itu, selain penerapan TQM agar tujuan perusahaan dapat dicapai
maka diperlukan suatu pedoman dan komponen perencanaan yang disebut dengan anggaran.
Menurut Horngren et,all (2008:214),” anggaran adalah pernyataan kuantitatif
suatu rencana kegiatan yang dibuat manajemen untuk duatu periode tertentu dan alat yang
membantu mengkoordinasikan hal-hal yang perlu dilakukan guna mengimplementasikan
rencana”. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan dan hendaknya
anggaran yang disusun dapat mengakomodasi kepentingan setiap bagian perusahaan yang
terkait dalam pelaksanaanya.
Proses penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran, dimana
pihak-pihak yang berkaitan diberi peran untuk melaksanakan kegiatan pencapaian sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran.
Oleh sebab itu diperlukan partisipasi penyusunan anggaran oleh beragam pihak
dalam perusahaan sebagai pendekatan manajemen yang dinilai dapat meningkatkan kinerja
manajerial perusahaan.
Menurut Brownell (dalam Bambang dan Osmad:2008:38) partisipasi anggaran ialah
sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan
anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja
karena dengan adanya komunikasi antara bawahan dan atasan dapat memungkinkan bawahan
untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen sebagai tanggung
jawab atas apa yang telah dipilih dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja ( Kadek dan I
Ketut : 2009 ). Oleh karena itu partisipasi penganggaran memiliki peran penting dalam
menentukan arah kebijakan dan kinerja manajerial.
Penelitian tentang partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial sebelumnya telah
dilakukan oleh Jaqueline tangkau (2009), Dr.Melek Eker (2007), Bambang Osmad (2008),
melakukan pengujian partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan komitmen
organisasi dimana variable tersebut berpengaruh positif secara signifikan, namun pada
penelitian Kadek dan I ketut Suryanawa ( 2010) hasilnya tidak signifikan dimana komitmen
organisasi tidak mampu perkuat hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Berbeda pada penelitian Milani (1975), EviYuniarti (2008) yang ternyata ditemukan
hasil yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja sudah
dilakukan I Made Rani (2003), Dwi Suhartini (2007), Hiras Pasaribu (2009) dan berpengaruh
positif dan signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui penerapan TQM
yang meningkat dapat meningkatkan kinerja manajerial
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menelitihal tersebut dalam
makalah berjudul : “Totan Quality Management ( TQM ) “
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Total Quality Management ( TQM)

a. Sejarah dan Pengertian TQM

Total QualityManagement dalam istilah Bahasa Indonesia disebut manajemen mutu


terpadu dan juga disebut manajemen kualitas terpadu. Hamper lema decade yang lalu istilah
TQM telah tumbuh dan berkembang. Semula ide TQM muncul pertama kali di Amerika
Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan dibeberapa perusahaan Jepang.
Dua orang pakar TQM, baik di Jepang maupun di Ameriak Serikat adalah W. Edward dan
Josept. M. Juran.
Peran deming terutama mengajarkan betapa pentingnya pihak manajemen suatu
perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem kualitas produk secara
total dalam menghasilkan produkyang baik dan tidak cacat. Maka, deminglah yang pertama
mengintroduksi TQM dengan mencegah terjadinya produk cacat (defect product)
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. . Menurut Ishikawa
dalam Nasution (2005: 22) “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen,
semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan”.
TQM merupakan teknik dimana manajemen mengembangkan kebijakan-kebijakan
dan praktik-praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi harapan
pelanggan (Blocher et al, 2000 dalam Dwi Suhartini,2007).
TQM merupakan suatu pendekatan dalam meenjalankan usaha yang mencoba
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
tenaga kerja, proses dan lingkungan ( Tjiptono dan Diana, 2001 )
TQM memiliki tujuan perbaikan kualitas terus menerus, disesuaikan dengan
perubahan yang menyangkut kebutuhan, keinginan dan selera konsumen. yang juga akan
meningkatkan laba dan daya saing perusahaan. Dengan demikian TQM diawali dengan
memahami apa yang diinginkan konsumen terhadap produk tertentu, dan kepuasan konsumen
adalh inti kegiatan TQM. (Singgih Santono, 2007:2)
Yang membedakan TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan
adalah komponen bagaimana tersebut. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yaitu
fokus pada pelanggan, obsevasi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka
panjang, kerja sama tim, perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan
pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan. (Goetsh& Davis 1994 dalam Tiptono dan Diana 2001:15-16 ).

b. Manfaat TQM

Menurut (Nasution,2005:42) manfaat TQM dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan keluaran yang bebas dari
kerusakan
Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:
1) TQM mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas. Kualitas bila
dipandang dari sudut pandang konsumen diartikan sebagai kesesuaian.
2) Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dengan menerapkanTQM
perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan berubah memperbaiki atau meningkatkan
kemampuannya,
3) Adanya upaya pencegahan artinya sejak dari perancangan produk, proses produksi
hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk yang baik tanpa ada produk yang
cacat (zero defect) sehingga perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction),
menghindari pemborosan dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada
akhirnya dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.

c. Karakteristik dan Prinsip Total Quality Management

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen


kualitas tingkat dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai
suatu organisasi (I Made dan Rani:2003). Menurut Hansler dan Brunell (dalamTjiptono dan
Diana,2001:14) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
1) Kepuasan Pelanggan
2) Respek terhadap setiap orang
3) Manajemen berdasaarkan fakta
4) Perbaikan berkesinambungan
Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola perusahaan
agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.
Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam
Nasution (2005:22-24) .
1) Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka,
sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses,
dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2) Obsesi terhadap Kualitas


Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal
menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi
untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua
karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan
perspektif. Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good
enough is never good enough’.

3) Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.

4) Komitmen Jangka Panjang


TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu,
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang
sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan
dengan sukses.
5) Kerjasama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan persaingan
antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak.
Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan
hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok,
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6) Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan


Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu
di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.

7) Pendidikan dan Pelatihan


Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya
pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang
bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam
era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk
terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan
keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8) Kebebasan yang Terkendali


Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab
karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang
terencana dan terlaksana dengan baik.

9) Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan
antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10) Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif,
karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab
atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya
MAKALAH

TQM ( Total Quality Manajemen )

Disusun Oleh :

AZWAR ABIDIN ( 201010160311020 )


ANANG HARIANTO ( 201110160311007 )
WAHYU WIDHI CAHYA ( 201110160311139 )

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG

2014

Anda mungkin juga menyukai