Makalah SL
Makalah SL
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bentonit adalah istilah yang digunakan dalam perdagangan untuk tanah
lempung yang mengandung lebih dari 75 % montmorilonit. Lempung jenis
montmorilonit merupakan mineral yang penyebarannya paling luas dan bersifat
unik karena memiliki kemampuan mengembang (swelling), kapasitas kation yang
tinggi dan dapat diinterkalasi (Widihati, 2009). Lempung bentonit merupakan
salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan untuk bahan penjernih
(bleaching agent) minyak bunga matahari. Pemanfaatan bentonit ini akan
memberikan nilai tambah yang cukup besar, dibandingkan jika dimanfaatkan
hanya sebagai bahan pengganti batu bata atau batako. Secara fisik bentonit yang
digunakan mempunyai ciri antara lain warna putih tulang dan berbentuk serbuk
(Megawati, 2008).
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam,
yang dapat bersumber dari bahan nabati (tumbuh-tumbuhan) yang meliputi biji-
bijian dari tanaman tahunan dan sumber bahan hewani (Buckle dkk., 1987). Salah
satu sumber minyak dari bahan nabati yaitu tanaman bunga matahari (Helianthus
annuus), tanaman ini adalah tanaman yang berbunga kuning cerah yang selalu
menghadap ke matahari. Namun, tanaman ini dibudidayakan tidak hanya untuk
dilihat bunganya yang indah, tetapi juga untuk diambil minyaknya, yang diketahui
memiliki sejumlah manfaat baik untuk kesehatan maupun sebagai bahan baku
minyak goreng.
Pada minyak bunga matahari terdapat zat warna yaitu tokoferol dan
tokotrienol yang mempunyai ciri berwarna kuning sampai kuning pucat dan
berbentuk minyak yang kental, larut dalam alkohol dan larut dalam lemak.
Apabila zat warna ini teroksidasi maka akan menghasilkan minyak dengan warna
yang lebih gelap. Umumnya produsen tidak menyukai warna gelap ini sehingga
perlu dilakukan proses penghilangan warna (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Warna merupakan parameter utama dalam penentuan kualitas minyak dan
digunakan sebagai parameter di dalam dunia perdagangan. Semakin gelap warna
minyak, semakin mahal biaya yang dibutuhkan dalam proses pemurnian. Selain
1
itu yang gelap juga menandakan kualitas minyak yang rendah. Salah satu tahap
dalam pemurnian minyak menjadi minyak goreng adalah tahap bleaching.
Bleaching adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan
mencampur minyak dengan adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung
aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
Pada penelitian ini akan dilakukan pemucatan terhadap minyak bunga matahari
dengan menggunakan lempung aktif bentonit yang diaktivasi dengan asam sulfat.
2
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal
mempunyai pH: 8,5-9,8.
b. Ca-bentonit
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air,
tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang
baik. Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering
berwarna abu-abu, biru, kuning, merah, coklat.
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi lumpur bor,
sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah bercampur dengan
air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap, dengan
penambahan zat kimia pada kondisi tertentu (Tekmira, 2010).
Oksigen
Hidroksil
Al, Fe, Mg
Si kadang-
kadang Al
3
Lembaran tetrahedral dan oktahedral bersama-sama membentuk lapisan
alumino-silikat (Gambar 2.). Masing-masing lapisan berikatan melalui gaya Van
der Waals, gaya elektrostatis, serta ikatan hidrogen. Antara lapisan satu dengan
lapisan lainnya memiliki ruang (interlayer) yang dapat dihuni oleh sejumlah
kation, molekul air, maupun molekul lainnya.
4
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit diperlihatkan pada
tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi kimia bentonit secara umum
Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)
SiO2 61,3-61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,30
Na2O 2,2 0,50
K2O 0,4 0,55
H2O 7,2 7,22
(Sumber : Tekmira, 2010)
5
menjadi lebih aktif. Aktivasi bertujuan untuk mengefektifkan situs aktif lempung
dengan melarutkan kation-kation pengotor yang berada pada permukaan lempung,
sehingga permukaan lapisan lempung menjadi bersih.
6
Gambar 3. Biji bunga matahari (Wikipedia, 2014)
7
inframerah (Perkin-Elmer 16 PC), Spektrofotometer Uv-Vis (WFJ525-W), spatula
dan peralatan gelas lainnya.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lempung alam bentonit
Provinsi Mendoza, Argentina, tonsil (bentonit komersial standar), asam sulfat
(H2SO4) 4 N dan 8 N, minyak bunga matahari (Bunge Alimentos S.A Gaspar-SC,
Brazil) dan akuades.
II.3. Metodologi
II.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel lempung bentonit yang akan dijadikan sebagai bahan baku untuk
penelitian diambil dari dua titik koordinat yang berbeda di Provinsi Mendoza,
Argentina, sampel diberi kode K dan kode W). Bentonit komersial standar yang
secara luas digunakan oleh industri minyak sayur akan digunakan sebagai
referensi untuk mengevaluasi kapasitas bleaching pada eksperimen.
8
II.3.3. Identifikasi Karakter Lempung Bentonit
Lempung bentonit ini diidentifikasi beberapa karakter, yaitu analisis
spektroskopi X-Ray fluorescence (XRF) untuk mengetahui komposisi kimia
lempung dengan menggunakan spektrometer Philips PW 2400, spektroskopi Infra
merah (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi lempung akan dihitung pada 4000 -
350 cm-1 dengan spektrofotometer Perkin-Elmer 16 PC menggunakan teknik pelet
KBr dan termogravimetri (TGA) dilakukan dengan alat analisis termal Netzsch
STA 409 dengan kecepatan pemanasan 10 oC.min-1, di bawah aliran atmosfer
udara yaitu 35 mL min-1 pada temperatur antara 25 - 1000 oC untuk mengetahui
stabilitas termal lempung.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Analisis X-Ray Fluorescence (XRF)
Menurut Foletto (2000), smektit adalah mineral utama dari kedua sampel
(35 % pada sampel K dan 47 % pada sampel W). Bentonit K mengandung kuarsa
dan feldspar sebagai pengotor, sedangkan bentonit W mengandung gypsum dan
kaolinit. Tabel 2. menunjukkan komposisi kimia dari bentonit setelah diaktivasi
dengan asam sulfat.
Sampel SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO CaO Na2O K2O TiO2 MnO *r
K 69,53 15,58 3,49 1,56 0,65 2,7 1,23 0,55 0,09 3
K4 77,45 12,55 2,03 1,02 0,35 0,85 1,1 0,55 0,01 4,35
K8 78,51 10,32 1,59 0,85 0,32 0,88 1,04 0,54 0,01 5,37
W 65,18 17,51 4,53 1,18 1,57 2,24 0,86 0,42 0,08 2,56
W4 73,08 14,7 3,43 0,64 0,18 0,57 0,71 0,42 0,01 3,5
W8 75,87 13,06 2,86 0,59 0,18 0,59 0,71 0,42 0,01 4,12
Tabel 2. Hasil analisis XRF, ditentukan sebagai oksida (%)
*r : Rasio Si4+ / (Al3+ + Mg2+ + Fe2+/3+)
10
Kehilangan berat dari sampel akibat dehidroksilasi ditunjukkan pada kurva
TGA yang terjadi pada range temperatur 450-750 oC (Gambar 4). Kurva TGA
akan digunakan untuk meninjau tingkat kekuatan asam pengaktivasi terhadap
lembaran oktahedral (Tabel 3).
11
Gambar 5. Spektra inframerah sampel bentonit alam dan bentonit teraktivasi
Berdasarkan Gambar 5. menunjukkan bahwa pada spektra yang diamati
tidak terdapat perubahan yang signifikan, walaupu pada ikatan Si-O-Al (525 cm -1)
dan Si-O-Si (465 cm-1) terjadi penurunan intensitas.
Tabel 4. Perubahan struktur dan kapasitas bleaching minyak dari bentonit alam
dan bentonit teraktivasi
12
Hasil kapasitas bleaching terbaik dari bentonit teraktivasi pada penelitian
ini akan dibandingkan dengan sampel bentonit komersial, seperti yang terlihat
pada Tabel 5. retensi warna pengotor dari minyak bunga matahari menggunakan
tonsil (sampel bentonit komersial standar) tidak berbeda jauh dengan bentonit
teraktivasi asam sulfat 8 N.
Tabel 5. Kapasitas bleaching (BC) dari Tonsil dan bentonit teraktivasi asam (K8
dan W8)
3.2. Pembahasan
Komposisi mineral dari kedua sampel lempung telah diuji melalui analisis
spektroskopi X-Ray fluorescence (XRF) (Tabel 2.) komposisi mineral pada
lempung alam di Provinsi Mendoza, Argentina juga telah dianalisis oleh Foletto
(2000). Menurut Foletto (2000) komposisi yang terdapat pada lempung alam
Argentina yang telah diaktivasi dengan asam sulfat 4 N antara lain 73,08 % SiO 2,
14,70 % Al2O3, 3,43 % Fe2O3, 0,64 % MgO, 0,18 % CaO, 0,57 % Na2O, 0,71 %
K2O, 0,42 % TiO2, 0,01 % MnO dan 5,99 % H 2O. Berdasarkan Tabel 2 terlihat
bahwa pada kedua sampel dengan adanya peningkatan konsentrasi kandungan
SiO2 juga meningkat yaitu sebesar 77,45 % pada sampel K setelah diaktivasi
dengan asam sulfat 4 N dan 78,51 % setelah diaktivasi dengan 8 N dan pada
sampel W mengalami peningkatan sebesar 73,08 % setelah diaktivasi dengan
asam sulfat 4 N dan 75,87 % setelah diaktivasi dengan asam sulfat 8 N.
Sedangkan kandungan Al2O3, Fe2O3 dan MgO mengalami pengurangan.
Pengurangan kandungan Al2O3, Fe2O3 dan MgO mengalami pengurangan
yang signifikan dengan peningkatan konsentrasi asam. Kandungan CaO, Na2O,
K2O juga mengalami pengurangan, adanya sisa kation Ca2+, Na+ dan K+
disebabkan adanya pengotor seperti mika dan feldspar yang tidak larut dalam
larutan asam (Barrios dkk., 1995), sedangakan kation Ti4+ tidak akan larut. Kation
Al3+, Fe2+/3+ dan Mg2+ akan dihilangkan dari lembaran oktahedral. Peningkatan Si 4+
dan pengurangan kation yang terdapat pada lembaran oktahedral seiring dengan
13
peningkatan konsentrasi asam menghasilkan peningkatan rasio Si / (Al + Mg +
Fe).
Kurva stabilitas termal dari bentonit alam dan bentonit teraktivasi asam
dapat dilihat pada Gambar 4. Destruksi lembaran oktahedral ditentukan sebagai
rasio pengurangan dari berat hilang dengan massa sebenarnya dari sampel
(Foletto, 2003). Seperti terlihat pada Tabel 3. Pada suhu 450 – 750 oC sampel
bentonit alam K dan W tidak mengalami destruksi lembaran oktahedral, ketika
sampel diaktivasi dengan asam sulfat 4 N, sampel mengalami destruksi lembaran
oktahedral yaitu sebesar 22,67 % dengan berat susut sebesar 2,08 % (sampel K)
dan 21,04 % dengan berat susut 2,59 % (sampel W). Begitu pula ketika sampel
diaktivasi dengan sampel asam sulfat 8 N, sampel juga mengalami destruksi
lembaran oktahedral yang lebih tinggi yaitu sebesar 33,08 % dengan berat susut
1,80 % (sampel K) dan 25,61 % dengan berat susut 2,44 % (sampel W). Sampel K
teraktivasi menunjukkan destruksi sebesar 14 – 19 % pada lembaran oktahedral,
sedangkan sampel W teraktivasi menunjukkan destruksi sebesar 12 – 15 %. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi asam yang tinggi (konsentrasi 8
N), struktur dari smektit tidak semuanya rusak. Sehingga dengan peningkatan
konsentrasi asam dan waktu kontak maka destruksi lembaran oktahedral yang
diamati juga akan meningkat.
Gambar 5. Menunjukkan spektra inframerah dari bentonit alam dan
bentonit teraktivasi asam. Pita serapan pada 3640 cm-1 dihubungkan dengan
vibrasi stretching grup OH yaitu Al-Al-OH dan Mg-OH-Al sedangkan pada 3454
cm-1, keberadaan air interlayer. Jumlah air yang diserap dalam lempung terkait
dengan vibrasi deformasi grup H-O-H (1664 cm-1). Pita serapan pada 1042 dan
798 cm-1 dikaitkan dengan vibrasi stretching dari Si-O . Pita serapan pada 770
cm-1 sesuai dengan kuarsa. Pita serapan pada 526 dan 466 cm-1 masing-masing
sesuai dengan deformasi vibrasi Si-O-Al dan Si-O-Si yang mengalami sedikit
perubahan. Perubahan ini akan diamati sebagai rasio Si-O-Al dan Si-O-Si
(Volzone dkk., 2001).
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa kapasitas adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi asam pengkativasi. Hasil terbaik ditunjukkan oleh
sampel K8 (aktivasi asam sulfat 8 N) dengan kapasitas adsorpsi sebesar 48,68 %
14
dan sampel W8 (aktivasi asam sulfat 8 N) dengan kapasitas adsoprsi sebesar 45,60
N. Hasil analisis mengindikasi bahwa peningkatan konsentrasi asam
menyebabkan perubahan struktur bentonit, sehingga meningkatkan kapasitas
bleaching. Tingkat kekuatan lempung yang paling tinggi adalah sampel K
daripada sampel W.
Sampel bentonit K teraktivasi asam menunjukkan kapasitas bleaching
sedikit lebih unggul daripada sampel bentonit W teraktivasi asam dan sifat ini bisa
dikaitkan dengan pengaruh yang besar dari kekuatan asam pada struktur smektit K
ketika dibandingkan dengan smektit W. Apabila ditinjau dari segi komposisi
mineral, sampel K memiliki kandungan MgO yang lebih tinggi daripada sampel
W. Umumnya smektit yang memiliki kandungan MgO lebih besar lebih mudah
diaktivasi dengan senyawa asam dibandingkan dengan smektit yang memiliki
kandungan MgO rendah. Aktivasi asam bertujuan menghilangkan sejumlah kation
oktahedral sesuai dengan urutan Mg > Al > Fe (Volzone dan Ortiga, 2000).
Hasil kapasitas adsorpsi yang terbaik dari bentonit teraktivasi yang
diperoleh akan dibandingkan dengan sampel komersial seperti ditujukkan pada
Tabel 5. Retensi warna pengotor dari minyak bunga matahari terhadap tonsil
(sampel bentonit komersial standar) menunjukkan hasil yang mirip dengan
bentonit teraktivasi asam sulfat 8 N yaitu sebesar 48,57 % untuk sampel tonsil
(bentonit komersial standar), 48,68 % untuk sampel K8 (aktivasi asam sulfat 8 N)
dan 45,60 % untuk sampel W8 (aktivasi asam sulfat 8 N).
IV. KESIMPULAN
Perubahan struktur bentonit sebagai hasil perlakuan dengan asam sulfat
sangat bergantung pada konsentrasi asam. Analisis kimia dengan X-Ray
fluorescence menunjukkan bahwa kadar SiO2 semakin meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi asam dan optimum pada sampel K8 yaitu sebesar
sebesar 78,51 %, sedangkan kadar Al2O3, Fe2O3 dan MgO mengalami
pengurangan dengan peningkatan konsentrasi asam. Berdasarkan analisis
termogravimetri terlihat bahwa kehilangan berat karena dehidroksilasi dari sampel
terjadi pada temperatur 450-750 oC. Destruksi terbesar terjadi pada sampel K8
(aktivasi asam sulfat 8 N) dengan destruksi lembaran oktahedral sebesar 33,08 %
dan berat susut sebesar 1,08 %. Berdasarkan hasil analisis sinar infra merah
15
menunjukkan bahwa tidak ada terjadi perbedaan yang signifikan antara sampel
bentonit alam dan bentonit teraktivasi asam. Hasil uji kapasitas bleaching
optimum dari sampel akan dibandingkan dengan lempung bentonit komersial
standar. Sampel teraktivasi menunjukkan kapasitas bleaching yang sebanding
dengan lempung komersial standar yaitu sebesar 48,57 %; 48,68 % dan 45,60 %
untuk sampel tonsil (sampel bentonit komersial); K8 dan W8 secara berurutan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, lempung bentonit teraktivasi asam dari Provinsi
Mendoza, Argentina sudah efektif untuk digunakan sebagai adsorben untuk
bleaching minyak bunga matahari dan konsentrasi asam memiliki pengaruh yang
penting pada tahap aktivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barrios, M.S., Gonzáles, L.V.F., Rodríguez, M.A.V. dan Pozas, J.M.M. 1995.
Activation of a Palygoskite with HCl: Development of Physicochemical,
Textural and Surface Properties. Applied Clay Science. 10 : 247-258.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H. dan Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan.
UI-Press, Jakarta.
16
Chang, R. 1998. Chemistry. Edisi keenam. Mc Graw-Hill, Boston. ISBN : 0-07-
011644-X.
Falaras, P., Chatzivasiloglou, E., Stergiopoulos, T., Kontos, A.G., Alexis, N. dan
Prodromidis, M. 2007. The Influence of The Metal Cation and The Filler
on The Performance of Dye-Sensitized Solar Cells Using Polymer Gel
Redox Electrolytes. Journal of Photochemistry and Photobiology a
Chemistry. 192 : 49-55.
Foletto, E.L., Colazzo, G.C., Volzone, C. dan Porto, L.M. 2011. Sunflower Oil
Bleachning By Adsorption Onto Acid-Activated Bentonite. Brazilian
Journal of Chemical Engineering. 28 (1) : 169-174.
Foletto, E.L., Volzone, C., Morgado, A.F. dan Porto, L.M. 2000. Analise
Comparative The Acid-Activated From Material Argilos with Different
Composition Mineralogical. Brazilian Journal of Chemical Engineering.
43-48.
Grim, R.E. 1959. Applied Clay Mineralogy. Mc Graw Hill Book Company, New
York.
Volzone, C., Masini O., Comelli, N.A., Grzona, L.M., Ponzi, E.N. dan Ponzi M. I.
2001. Production of Camphene and Limonene From Pinene Over Acid Di-
and Trioctahedral Smectite Clays. Applied Catalysis A General. 2 : 213-
218.
17
Volzone, C. dan Ortiga, J. 2000. O2, CH4 and CO2 Gas Retentions By Acid
Smectites Before and After Thermal Treatment. Journal of Materials
Science. 35 : 5291-5294.
Widihati, I.A. 2009. Adsorpsi Ion Pb2+ oleh Lempung Terinterkalasi Surfaktan.
Jurnal Kimia. 3 (1) : 27-32.
18