Marsuyetno
Badan Lingkungan Hidup Pemerintah provinsi Sumatera Utara
Jl. Teuku Daud No. 5 Medan
R. Hamdani Harahap
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jl. Prof. A. Sofyan No. 1 Kampus USU
rhamdani@yahoo.com
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis untuk menganalisis implementasi Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Pada Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, yang dilihat dari aspek komunikasi, sumber-
sumber, kecenderungan dan struktur birokrasi . Metode yang digunakan merupakan
penelitian deskriftif dengan sumberdata diperoleh melalui kuesioner. Sampel diambil secara
purposive sebanyak 39 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dengan tabel
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilihat dari factor-faktor:
komunikasi kebijakan, sumber-sumber yang digunakan dalam implementasi kebijakan
seperti sumber daya manusia dan sumber dana serta prasarana, faktor kecenderungan dan
faktor struktur birokrasi, menunjukkan bahwa dalam proses implementasi kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara belum berjalan secara efektif. Apabila
dilihat dari masing-masing indikator, menunjukkan bahwa dari keempat indikator tersebut
hanya indikator komunikasi yang tergolong efektif, sedangkan untuk indikator
kecenderungan dan struktur birokrasi, menunjukkan belum efektif dan untuk faktor sumber-
sumber yang digunakan dalam implementasi kebijakan seperti sumber daya manusia dan
sumber dana serta prasarana menunjukkan tidak efektif.Belum efektifnya implementasi
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
disebabkan karena kurangnya dukungan dana, kurang koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah, kualitas sumberdaya manusia pelaksana kebijakan yang masih rendah, sering
terjadinya perubahan struktur organisasi dan kebijakan, dan pihak pembuat dan pelaksana
kebijakan berada pada instansi yang berbeda.
ABSTRACT
This study aims to analyze to analyze the implementation of the Environmental Management
Policy In North Sumatra undertaken by the Environment Agency In North Sumatra Province,
which is viewed from the aspect of communication, sources, trends and bureaucratic structure.
The method used is descriptive research with datasource obtained through questionnaires.
Samples were taken by purposive many as 39 people. Data was analyzed using descriptive
analysis with frequency table. The results showed that the implementation of policies for
environmental management in the North Sumatra Provincial Government views of factors:
communication policy, the sources used in the implementation of policies such as human
resources and sources of funding and infrastructure, a factor trends and factors bureaucratic
structures, indicating that in the process of policy implementation of Environmental
Management in North Sumatra does not operate effectively. When viewed from each of the
indicators, show that of the four indicators are only indicators of communication belonging
effective, whereas for indicators of trends and bureaucratic structures, showing yet effective and
to factor the resources used in the implementation of policies such as human resources and
sources of funding and infrastructure showed no efektif.Belum effective implementation of
policies for environmental management at the North Sumatra Provincial government, due to
lack of funding, lack of coordination between central and local government, the quality of
human resources policy implementers are still low, frequent changes in the organizational
structure and policies, and the policy makers and implementers are at different institutions,
implementasi baru terjadi setelah undang- 3. Kebijakan itu sendiri bernasib jelek
undang ditetapkan dan dana disediakan (bad luck)
untuk membiayai implementasi kebijakan. 4. Sejak awal kebijakan tersebut
Namun demikian suatu implementasi memang jelek, dalam artian telah
kebijakan tidak selalu berhasil adakalanya dirumuskan secara sembrono, tidak
tujuan tidak tercapai. Suatu keadaan dimana didukung oleh informasi yang
dalam proses kebijakan selalu akan terbuka memadai, alasan yang keliru, atau
kemungkinan terjadinya perbedaan antara asumsi-asumsi dan harapan-harapan
apa yang diharapkan (direncanakan) oleh yang tidak realistis.”
pembuat kebijakan dengan apa yang Dari pendapat tersebut dapat
senyatanya dicapai disebut sebagai disimpulkan bahwa peran pelaksana
implementation gap (Andrew Dunsire dalam implementasi sangat menentukan
Abdul Wahab, 1997:61). Besar kecilnya terimplementasikannya suatu kebijakan
perbedaan tersebut sedikit banyak sehingga pelaksana implementasi harus
tergantung pada implementation capacity benar-benar memahami kebijakan yang akan
dari organisasi/aktor atau kelompok dilaksanakan. Disamping itu faktor eksternal
organisasi/aktor yang dipercaya untuk perlu diperhatikan pula untuk dapat
mengemban tugas mengimplementasikan mendukung bagi kelancaran dalam
kebijakan tersebut (Walter Williams dalam implementasi kebijakan tersebut. Untuk
Abdul Wahab, 1997 : 61). mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
Lebih lanjut Hogwood dan Gunn setelah suatu kebijakan dibuat dan
(dalam Abdul Wahab, 1997:61) membagi dirumuskan adalah subyek implementasi
pengertian kegagalan kebijakan dalam 2 kebijakan. Dengan demikian untuk
(dua) kategori, yaitu : mengetahui bagaimana proses Implementasi
1. “Non implementation (tidak Kebijakan Badan Lingkungan Hidup Provinsi
terimplementasikan) mengandung arti Sumatera Utara merupakan subyek
bahwa suatu kebijakan tidak implementasi kebijakan.
dilaksanakan sesuai dengan rencana, Selanjutnya implementasi kebijakan
mungkin karena pihak-pihak yang dapat dianalisa dari beberapa pendekatan
terlibat didalam pelaksanaannya tidak meliputi pendekatan struktural, pendekatan
mau bekerja sama, atau mereka telah prosedural, pendekatan manajerial,
bekerja secara tidak efisien, bekerja pendekatan keperilakuan dan pendekatan
setengah hati, atau karena mereka tidak politik seperti yang ditulis oleh Abdul Wahab
sepenuhnya menguasai persoalan, atau (1997:111-120). Dalam penelitian ini
kemungkinan permasalahan yang implementasi kebijakan dianalisa dengan
digarap diluar jangkauan kekuasaannya, menggunakan pendekatan prosedural.
sehingga betapapun gigih usaha mereka, Dilihat dari pendekatan prosedural maka
hambatan-hambatan yang ada tidak implementasi dipandang sebagai proses
sanggup mereka tanggulangi. prosedural. Pendekatan prosedural
2. Unsuccessful implementation menjelaskan implementasi dari proses
(implementasi yang tidak berhasil) prosedur yang tepat dijalankan dalam
terjadi manakala suatu kebijakan implementasi kebijakan.
tertentu telah dilaksanakan sesuai Definisi prosedur (procedure) menurut
dengan rencana, namun mengingat Richard F. Neulschel (dalam Jogiyanto,
kondisi eksternal ternyata tidak 2001:1), sebagai berikut : “Suatu prosedur
menguntungkan kebijakan tersebut adalah suatu urut-urutan operasi klerikal
tidak berhasil dalam mewujudkan (tulis menulis), biasanya melibatkan
dampak atau hasil akhir yang beberapa orang di dalam satu atau lebih
dikehendaki. Hal ini biasanya departemen, yang diterapkan untuk
dipengaruhi oleh faktor-faktor: menjamin penanganan yang seragam dari
1. Pelaksanaannya jelek (bad execution) transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.”
2. Kebijakannya sendiri memang jelek Pendapat yang lain dikemukakan oleh
(bad policy) Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald dan
Warren D. Stallings, Jr., (dalam Jogiyanto,
yang tepat. Juga diperlukan adanya sumber Penafsiran yang berbeda-beda sering
daya meliputi sumber daya manusia dan menimbulkan perdebatan. Meskipun
sumber dana, sarana maupun prasarana demikian, perdebatan ini nantinya justru
agar kebijakan dapat terimplementasikan. akan melahirkan suatu program baru yang
Dan tersedianya sumber daya ekonomi serta lebih baik. Sedang proses aplikasinya sering
lingkungan sosial dan politik yang dapat dikatakan merupakan suatu proses yang
mendukung keberhasilan implementasi dinamis dimana para pelaksana dan
kebijakan. Dalam penelitian ini mengambil pemaksa pada umumnya berpedoman pada
model Van Meter dan Van Horn dengan satu peraturan-peraturan program atau standar
variabel yang diambil yakni kondisi sosial, dan realitas yang ada. Dari sudut penafsiran
ekonomi dan politik yang diduga dapat dilihat bahwa proses penafsiran
mempengaruhi keberhasilan implementasi banyak dilakukan oleh badan-badan
kebijakan. Dengan pertimbangan variabel eksekutif, birokrat, dan beberapa fihak lain
kondisi sosial ekonomi dan politik yang terlihat dalam menyelenggarakan
mempunyai relevansi dengan permasalahan program-program tertentu. Suatu program
penelitian yang ada yang terjadi di dapat berlangsung dengan ditunjukkannya
lingkungan masyarakat saat ini. apakah keberadaan penafsiran masih
Lebih lanjut Edwards III mencukupi atau tidak.
mengemukakan bahwa empat faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan Teori Implementasi Kebijakan
yakni komunikasi, sumber-sumber, Analisis kebijakan publik merupakan
kecenderungan-kecenderungan dan struktur sebuah disiplin ilmu social terapan yang
birokrasi. Dalam penelitian ini juga memakai menggunakan berbagai metode kebijakan
model implementasi kebijakan dari Edward publik dan argument untuk menghasilkan
III dengan mengambil variabel komunikasi dan memindahkan informasi yang relevan
dan sumber daya yang diduga dengan kebijakan sehingga dapat
mempengaruhi keberhasilan implementasi dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka
kebijakan. Model Edward III ini hampir memecahkan masalah-masalah kebijakan
mirip dengan model Van Meter dan Van (Dunn, 1994).
Horn. Dalam model Edward III ini lebih jelas Sedangkan kebijakan publik adalah
menerangkan mengenai variabel komunikasi hal-hal yang berhubungan dengan apa yang
dan sumber daya, dan hal ini sangat relevan harus dikerjakan oleh pemerintah mengenai
dengan penelitian yang dilakukan. Dalam masalah-masalah yang sedang dihadapinya
penelitian ini dimungkinkan ada hubungan (Ripley dan Franklin, 1982). Sementara itu,
diantara variabel tersebut meliputi (Dunn, 1994), Thomas R. Dye (1981),
komunikasi, sumber daya, kondisi sosial Edward (1980) dan Sharkashy (1971)
ekonomi dan politik, namun mengingat mengemukakan pengertian kebijakan yang
terbatasnya penelitian hanya meneliti agak mirip dimana kebijakan sebagai
hubungan antara variabel komunikasi, tindakan, pilihan dan keputusan baik yang
sumber daya kondisi sosial kebijakan dengan dilakukan oleh pemerintah dalam hal
implementasi kebijakan. pencapaian tujuan kebijakan.
Menurut Rippley(1985:134) bahwa Menurut James E. Anderson (1975),
implementasi dapat dilihat dari 2 perspektif, “Merumuskan kebijakan merupakan arah
yaitu compliance (kepatuhan) dan what’s tindakan yang mempunyai maksud yang
happening (apa yang terjadi). Ditinjau dari ditetapkan oleh seorang actor atau sejumlah
Perspektif what’s happening diasumsikan actor dalam mengatasi suatu masalah atau
ada banyak faktor yang mempengaruhi suatu perubahan”. Jadi konsep kebijakan ini
implementasi kebijakan termasuk memusatkan perhatian pada apa yang
diantaranya lingkungan. Untuk membatasi sebenarnya dilakukan dan bukan apa yang
ruang lingkup penelitian dan mengarah pada dimaksudkan dan konsep ini membedakan
fokus penelitian, dalam penelitian ini kebijakan dari keputusan yang merupakan
menggunakan perspektif what’s happening pikiran diantara berbagai alternative.
meliputi faktor-faktor yang diduga Fredrickson dan Hart (1985)
mempengaruhi implementasi. mengatakan “Kebijakan adalah suatu
Tabel 18 Rata-rata Skor Implementasi secara efektif atau sedang sesuai dengan
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kriteria yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
Provinsi Sumatera Utara adanya beberapa kendala pada pelaksanaan
N Indikator Rata Kriteria kebijakan. Kendala yang dihadapi terdiri
o Implementasi -rata dari: kurangnya dukungan dana, kurang
kebijakan Skor koordinasi antara pemerintah pusat dan
1 Komunikasi 2,38 Efektif daerah, kualitas sumberdaya manusia
2 Sumber-sumber 1,56 Tidak Efektif pelaksana kebijakan yang masih rendah,
3 Kecenderungan- 2,23 Kurang Efektif
sering terjadinya perubahan struktur
kecenderungan
4 Struktur organisasi dan kebijakan, pihak pembuat dan
2,12 Kurang Efektif
birokrasi pelaksana kebijakan berada pada instansi
Implementasi 2,07 Kurang Efektif yang berbeda dan keterbatasan dana dalam
Program implementasi kebijakan pengelolaan
Sumber : Pengolahan data (Lampiran) lingkungan hidup.
Berdasarkan tabel di atas terlihat Anggaran Badan Lingkungan Hidup
bahwa dari 4(empat) indikator untuk Provinsi Sumatera Utara dalam tiga tahun
mengukur implementasi kebijakan, hal ini terakhir ini (2010-2012) relatif kecil sekali,
bararti bahwa secara umum implementasi tidak sampai 1% dari APBD Provinsi
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara, seperti terlihat dalam tabel :
Provinsi Sumatera Utara belum berjalan
Tabel 19 Anggaran Badan Lingkungan Hidup dan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun
2010-2012 (Rp)
maupun antara Pusat dengan Provinsi dan Islamy, M.Irfan, 2000, Prinsip-Prinsip
Kabupaten se Sumatera Utara dalam Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi
pengelolaan lingkungan hidup. Aksara, Jakarta.
Moleong, Lexy J., 1995, Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Abdul Wahab, Solichin, 1997, Analisis Bandung.
Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Osborne Dan Plastrik, 2004, Banisshing
Implementasi kebijaksanaan Negara, Bureaucracy: The Five Strategic For
Bumi Aksara, Jakarta. Reinventing Government,
Andi Gani, Kepemimpinan Sektor Publik Addsion-Westey Publishing Company,
Dalam Perspektif Tindakan Kolektif Inc, California
(Collective Action), PPS UNIBRAW Ripley, Randall B., 1985, Policy Analysis in
Malang, 2005. Political Science, Nelson-Hall Inc.,
Albrow, Martin. 2006. Birokrasi Chicago.
diterjemahkan oleh Rusli Karim dan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Totok Daryanto. Yogyakarta : PT. Tiara 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Wacana. dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Abdul Wahab, Solichin, 1997, Analisis Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Kebijaksanaan Dari Formulasi ke 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Implementasi kebijaksanaan Negara, Budaya.
Bumi Aksara, Jakarta. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Bryson, M. John, 2005, Strategic Planning For 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Publik And Nonprofit Organization Indonesia.
A Guide To Strengthening An Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Achievement, Rev. Ed. PP. 19, Jossey-Bass 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Publishers, San Frainsisco Daerah.
Damanhuri, Didin S. Kebijakan dan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Pembangunan : Teori, Kritik dan Solusi 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
bagi Indonesia dan Negara Berkembang. Sumber Daya Alam Hayati dan
Bogor: IPB Press. Ekosistemnya.
Dwiyanto, Agus , 2002, Reformasi Birokrasi Sugiyono, 2003, Metode Penelitian
Di Indonesia , Pusat Studi Kependudukan Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Van Meter, Donald S., and Carl E Van Horn,
Yogyakarta 1975, Administration & Society : The
Dunn, William N., 2003, Penerjemah Policy Implementation Process A
Samodra Wibawa dkk., Pengantar Conceptual Framework, Sage
Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada Publications Inc., Ohio.
University Press. Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses
Brinkerhoff, Derick W– Benjamin L. Crosby, Kebijakan Publik, Media Pressindo,
2002, Managing Policy Reform, Yogyakarta.
Kumarian Press, USA. Wibawa, Samudra, 1994, Evaluasi Kebijakan
Dunn, William N., 2003, Penerjemah Publik, PT. Raja Grafindo Persada,
Samodra Wibawa dkk., Pengantar Jakarta.
Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada Van Meter, Donald S., and Carl E Van Horn,
University Press. 1975, Administration & Society : The
Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Policy Implementation Process A
Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung. Conceptual Framework, Sage
Edwards III, George C., 1980, Implementing Publications Inc., Ohio.
Public Policy, Congressional Quarterly
Inc., United States of America.