Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x

Public Administration Journal

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI


SUMATERA UTARA (STUDI PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA UTARA)

Marsuyetno
Badan Lingkungan Hidup Pemerintah provinsi Sumatera Utara
Jl. Teuku Daud No. 5 Medan

R. Hamdani Harahap
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jl. Prof. A. Sofyan No. 1 Kampus USU
rhamdani@yahoo.com
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis untuk menganalisis implementasi Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Pada Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, yang dilihat dari aspek komunikasi, sumber-
sumber, kecenderungan dan struktur birokrasi . Metode yang digunakan merupakan
penelitian deskriftif dengan sumberdata diperoleh melalui kuesioner. Sampel diambil secara
purposive sebanyak 39 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dengan tabel
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilihat dari factor-faktor:
komunikasi kebijakan, sumber-sumber yang digunakan dalam implementasi kebijakan
seperti sumber daya manusia dan sumber dana serta prasarana, faktor kecenderungan dan
faktor struktur birokrasi, menunjukkan bahwa dalam proses implementasi kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara belum berjalan secara efektif. Apabila
dilihat dari masing-masing indikator, menunjukkan bahwa dari keempat indikator tersebut
hanya indikator komunikasi yang tergolong efektif, sedangkan untuk indikator
kecenderungan dan struktur birokrasi, menunjukkan belum efektif dan untuk faktor sumber-
sumber yang digunakan dalam implementasi kebijakan seperti sumber daya manusia dan
sumber dana serta prasarana menunjukkan tidak efektif.Belum efektifnya implementasi
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
disebabkan karena kurangnya dukungan dana, kurang koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah, kualitas sumberdaya manusia pelaksana kebijakan yang masih rendah, sering
terjadinya perubahan struktur organisasi dan kebijakan, dan pihak pembuat dan pelaksana
kebijakan berada pada instansi yang berbeda.

Kata kunci : Implementasi kebijakan, pengelolaan lingkungan hidup.

ABSTRACT
This study aims to analyze to analyze the implementation of the Environmental Management
Policy In North Sumatra undertaken by the Environment Agency In North Sumatra Province,
which is viewed from the aspect of communication, sources, trends and bureaucratic structure.
The method used is descriptive research with datasource obtained through questionnaires.
Samples were taken by purposive many as 39 people. Data was analyzed using descriptive
analysis with frequency table. The results showed that the implementation of policies for
environmental management in the North Sumatra Provincial Government views of factors:
communication policy, the sources used in the implementation of policies such as human
resources and sources of funding and infrastructure, a factor trends and factors bureaucratic
structures, indicating that in the process of policy implementation of Environmental
Management in North Sumatra does not operate effectively. When viewed from each of the
indicators, show that of the four indicators are only indicators of communication belonging
effective, whereas for indicators of trends and bureaucratic structures, showing yet effective and

271 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

to factor the resources used in the implementation of policies such as human resources and
sources of funding and infrastructure showed no efektif.Belum effective implementation of
policies for environmental management at the North Sumatra Provincial government, due to
lack of funding, lack of coordination between central and local government, the quality of
human resources policy implementers are still low, frequent changes in the organizational
structure and policies, and the policy makers and implementers are at different institutions,

Keywords : Implementing a policy, environmental management.

PENDAHULUAN hayati (biodiversity) Provinsi Sumatera


Badan Lingkungan Hidup Provinsi Utara serta ketersediaan dan
Sumatera Utara merupakan fungsi yang kesinambungan sumber daya alam guna
strategis untuk mewujudkan pembangunan mendukung pelaksanaan pembangunan di
berkelanjutan sesuai dengan amanat Provinsi Sumatera Utara yang berkelanjutan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Hal tersebut diatas berkaitan erat dengan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan kegiatan pembangunan pemanfaatan sumber
Lingkungan Hidup . Konsep pembangunan daya alam dalam memenuhi kebutuhan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan penduduk guna meningkatkan kesejahteraan
mengandung makna bahwa setiap orang / taraf hidup (Renstra BLH , 2010).
memikul kewajiban dan tanggung jawab Memperhatikan kondisi di Provinsi
terhadap generasi mendatang dan terhadap Sumatera Utara saat ini dapat dirumuskan
sesamanya dalam satu generasi, serta isu-isu strategis lingkungan hidup, sebagai
mensyaratkan terpeliharanya pelestarian berikut:
fungsi dan kemampuan lingkungan hidup 1. Penurunan kualitas udara akibat
sebagai tumpuan bagi keberlanjutan pencemaran kegiatan transportasi,
pembangunan. Namun kenyataan industri, dan kebakaran hutan serta
menunjukkan, bahwa degradasi atau pembakaran sampah.
penurunan kualitas lingkungan terus terjadi, 2. Penurunan kualitas air dan tanah (sungai,
antara lain pencemaran lingkungan hidup danau, laut dan air tanah) akibat
akibat limbah cair dari kegiatan industri, pencemaran kegiatan industri,
rumah sakit, limbah domestik yang belum pertambangan dan domestik.
dikelola dengan baik serta pencemaran 3. Pemanasan global akibat peningkatan
udara yang berasal dari sumber bergerak emisi gas rumah kaca (CO2, CH4,
(kendaraan bermotor), sumber tidak N2O,PFCs, HFCs) yang menimbulkan
bergerak dari cerobong asap pabrik dan perubahan iklim berdampak terhadap
kebakaran hutan (Budiharjo,2002). kesehatan masyarakat, pola tanam
Kerusakan lingkungan hidup akibat pertanian, biomassa, gangguan tata air.
kegiatan perambahan hutan ilegal, 4. Pemahaman lingkungan hidup
menimbulkan gangguan terhadap tata air masyarakat masih rendah.
atau neraca air serta berpotensi 5. Ketidak patuhan terhadap peraturan
mengakibatkan bahaya banjir yang semakin perundang-undangan dalam Pengelolaan
serius di musim hujan dan bahaya Lingkungan Hidup .
kekeringan atau krisis air di musim kemarau. 6. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut
Kerusakan Hutan Bakau (Mangrove) (hutan bakau di Kab. Langkat dan
disebabkan konversi kawasan mangrove terumbu karang di Kab. Nias Selatan)
untuk kegiatan lainnya dan maraknya 7. Kerusakan daerah tangkapan air, hulu
industri arang bakau. Disamping itu sungai di Sumatera Utara, khususnya
kerusakan pantai, intrusi air laut dan pada dataran tinggi Karo, Deli Serdang,
penurunan permukaan tanah akibat Langkat dan Tapanuli Selatan.
penambangan, pemanfaatan air bawah 8. Kerusakan habitat /akibat perubahan
tanah yang berlebihan. Pencemaran dan fungsi lahan (Renstra BLH SU, 2010).
kerusakan lingkungan sangat besar Analisis kebijakan terhadap lingkungan
pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup hidup menjadi sangat penting atau dengan
manusia, penurunan keanekaragaman kata lain memiliki nilai yang amat strategis.

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 272


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Informasi mengenai kebijakan terhadap Kemudian bagaimana kegiatan


lingkungan hidup dan faktor-faktor yang ikut masyarakat dan kegiatan pemerintah itu
berpengaruh terhadap kebijakan terhadap dapat terjadi sinkronisasi yaitu saling
lingkungan hidup sangat penting untuk bersentuhan, menunjang dan melengkapi
diketahui, sehingga pengukuran kinerja dalam satu kesatuan langkah menuju
aparat hendaknya dapat diterjemahkan tercapainya tujuan pembangunan nasional.
sebagai suatu kegiatan evaluasi untuk Suasana tersebut dapat diciptakan jika
menilai atau melihat keberhasilan dan aparatur negara memiliki semangat
kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi yang pengabdian yang tinggi dan profesional
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan publik. Pada sisi
analisis kebijakan terhadap lingkungan lain perkembangan dan perubahan yang
hidup merupakan analisis interpretasi diakibatkan oleh globalisasi yang
keberhasilan dan kegagalan pencapaian mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
kinerja. seperti disektor ekonomi, investasi, barang
Menurut Osborne Dan Plastrik (2004), dan jasa, menjadikan para pelaku birokrasi
bahwa dalam suatu organisasi perlu adanya (aparatur) semakin ditantang dan dituntut
pemisahan antara manajemen puncak dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
operasional, sehingga memungkinkan pelayanannya kepada masyarakat. Pada
manajemen puncak mengfokuskan tataran inilah, kinerja birokrasi pelayanan
konsentrasi pada pengambilan keputusan publik menjadi suatu isu yang semakin
dan pengarahan. Sedangkan kegiatan strategis karena perbaikan kinerja birokrasi
operasional sebaiknya dijalankan oleh staf memiliki implikasi yang luas dalam
sendiri, dimana masing-masing memiliki kehidupan masyarakat, terutama dalam
misi, sasaran, ruang lingkup, tindakan serta memperbaiki tingkat kepercayaan
otonominya sendiri. Upaya mengarahkan, masyarakat kepada Pemerintah. Buruknya
membutuhkan orang yang mampu melihat kinerja birokrasi selama ini menjadi salah
seluruh visi dan peluang serta mampu satu faktor penting yang mendorong
menyeimbangkan antar berbagai tuntutan munculnya krisis kepercayaan masyarakat
yang saling bersaing untuk mendapatkan kepada pemerintah (Dwiyanto, 2002).
sumber daya. Hal tersebut membutuhkan Badan Lingkungan Hidup Provinsi
personil yang bersungguh-sungguh fokus Sumatera Utara, sebagai salah satu Lembaga
pada visi, misi dan melaksanakannya dengan teknis yang berada pada Pemerintah
baik. Provinsi Sumatera Utara mempunyai
Pemberian pelayanan publik oleh peranan strategis dalam rangka pencapaian
aparatur pemerintah kepada masyarakat tujuan pada Pemerintah Provinsi Sumatera
(publik) merupakan perwujudan dan fungsi Utara. Badan Lingkungan Hidup Provinsi
aparatur negara sebagai pelayan masyarakat Sumatera Utara mempunyai tugas utama
(abdi), disamping sebagai abdi negara. membantu Kepala Daerah dalam
Dalam konteks ini masyarakatlah sebagai melaksanakan Pembinaan dan kordinasi
aktor utama (pelaku) pembangunan, Lingkungan Hidup di Daerah. Untuk
sedangkan pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan, Badan Lingkungan Hidup,
mengarahkan, membimbing serta menyelenggarakan fungsi:
menciptakan suasana yang menunjang menyelenggarakan pembinaan teknik
kegiatan-kegiatan dari masyarakat tersebut. lingkungan, pengendalian pencemaran
Pada kondisi ini aparatur negara dituntut lingkungan, pengendalian kerusakan
untuk lebih mampu memperbaiki kinerjanya lingkungan dan pengelolaan lingkungan dan
(pelayanan prima) dan diharapkan lebih melakukan pengkajian dan evaluasi
mampu merumuskan konsep atau Pengelolaan Lingkungan Hidup .
menciptakan iklim yang kondusif, sehingga Keberhasilan Badan Lingkungan Hidup
sumber daya pembangunan dapat menjadi akan sangat menentukan keberhasilan
pendorong percepatan terwujudnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dalam
masyarakat yang mandiri dan sejahtera rangka mencapai keberhasilan tersebut,
(Dwiyanto, 2002). maka sangat dituntut kinerja yang optimal
dari Badan Lingkungan Hidup tersebut.

273 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Berbagai program telah dilakukan oleh Kebijakan Publik


Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Kebijakan publik mempunyai
Utara dalam upaya pelaksanaan kebijakan pengertian yang variatif tergantung dari
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 siapa yang mengemukakan sehingga tidak
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan dapat digeneralisasikan menjadi suatu
Lingkungan Hidup. Program kegiatan Badan pengertian yang representatif memuaskan.
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Menurut James Anderson (dalam Islamy,
yang dilaksanakan berdasarkan Permendagri 2000:17) mendefinisikan kebijakan adalah
Nomor 13 Tahun 2007 dan Peraturan “A Purposive course of action followed by an
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang actor or set of actors in dealing with a
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara problem or matter of concern”
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi (“Serangkaian tindakan yang mempunyai
dan Pemerintah Kabupaten/Kota, mencakup: tujuan tertentu yang diikuti dan
program pengembangan kinerja pengelolaan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
lingkungan kegiatan persampahan, program sekelompok pelaku guna memecahkan
pengendalian pencemaran dan perusakan masalah tertentu”).
lingkungan hidup, program perlindungan Menurut pendapat Thomas R. Dye
dan konservasi sumber daya alam, program (dalam Islamy, 2000:18) mendefinisikan
rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber kebijakan publik sebagai “Is whatever
daya alam, program peningkatan kualitas governments choose to do or not to do”
dan akses informasi sumber daya alam dan (“apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
lingkungan hidup, program peningkatan dilakukan atau tidak dilakukan”). Dari
pengendalian polusi dan program pendapat ini mengandung pengertian
pengelolaan ruang terbuka (Lakip BLH SU, sebagai suatu keputusan untuk melakukan
2011). Kenyataan menunjukkan bahwa suatu tindakan atau tidak melakukan suatu
kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi tindakan, sehingga diam pun bisa dianggap
Sumatera Utara, belum sepenuhnya dapat sebagai suatu kebijakan. Selanjutnya Richard
memuaskan seluruh stakeholders yang ada. Rose (dalam Winarno, 2002:15)
Untuk itu diperlukan suatu kajian atau menyarankan bahwa kebijakan hendaknya
penelitian lapangan bagimana sebenarnya dipahami sebagai “Serangkaian kegiatan
kinerja Badan Lingkungan Hidup Sumatera yang sedikit banyak berhubungan beserta
Utara sebagai unit kerja dari Pemerintah konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka
Provinsi Sumatera Utara. yang bersangkutan dari pada sebagai suatu
Badan Lingkungan Hidup Provinsi keputusan tersendiri.”
Sumatera Utara sebagai suatu organisasi Dari pendapat-pendapat tersebut
bukan hanya tergantung pada bagaimana dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
organisasi tersebut melaksanakan proses memiliki ciri-ciri antara lain :
dan aktivitas rutin maupun kondisional 1. Selalu mempunyai tujuan tertentu atau
dalam suatu kerangka perencanaan strategis. suatu tindakan yang berorientasi pada
Peningkatan efesiensi dan efektivitas yang tujuan.
mendorong kearah inovasi memerlukan 2. Bersifat positif berupa tindakan-tindakan
usaha-usaha yang tercantum dengan baik pemerintah untuk mengatasi masalah
dan terjamin keberkelanjutannya untuk tertentu, atau bersifat negatif dalam arti
mempertajam arah dan meningkatkan merupakan suatu keputusan pemerintah
kelayakan kegiatan. Program, maupun untuk tidak melakukan apapun.
kebijaksanaan dalam perspektif kebijakan. 3. Serangkaian kegiatan yang tidak berdiri
Berdasarkan uraian pada latar sendiri.
belakang masalah di atas , maka dapat 4. Dibuat dan dilakukan oleh pemerintah.
dirumuskan masalah penelitian dalam 5. Didasari oleh suatu peraturan
bentuk pertanyaan penelitian sebagai perundang-undangan dan bersifat
berikut :Bagaimana implementasi kebijakan memaksa.
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada 6. Ditujukan untuk kepentingan umum.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? Berkaitan dengan pajak hotel dan
TINJAUAN PUSTAKA restoran maka pemungutan pajak hotel dan

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 274


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

restoran adalah kebijakan pemerintah di Dengan demikian dapat disimpulkan


bidang keuangan untuk mengatasi masalah bahwa kebijakan publik meliputi tiga
pembiayaan dalam penyelenggaraan kegiatan pokok yaitu :
pemerintahan dan pembangunan untuk 1. Perumusan Kebijakan publik
mengurangi ketergantungan pada 2. Implementasi kebijakan publik
pemerintah pusat dengan mewujudkan 3. Evaluasi Kebijakan publik
kemandirian daerah melalui pemungutan
pajak hotel dan restoran. Implementasi Implementasi Kebijakan
Kebijakan Badan Lingkungan Hidup Kata implementasi (implementation)
Sumatera Utara. Dimana dalam pembuatan berasal dari kata dasar verb implement,
keputusan tersebut telah melalui tahap- menurut kamus Oxford-Advanced Learner’s
tahap pembuatan kebijakan seperti Dictionary (1995:595) bahwa to implement
penyusunan agenda, formulasi kebijakan dan (mengimplementasikan) berarti to put
adopsi kebijakan diantara legislatif dan something into effect (menggerakkan
eksekutif. sesuatu untuk menimbulkan
Menurut William Dunn setiap dampak/akibat); to carry something out
kebijakan publik mencakup beberapa (melaksanakan sesuatu). Dengan demikian
tahapan yang saling bergantung menurut implementasi menurut arti kata harfiah
urutan waktu : penyusunan agenda, adalah pelaksanaan sesuatu, sehingga
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dapat diartikan
implementasi kebijakan dan penilaian sebagai pelaksanaan suatu kebijakan
kebijakan. Aktivitas kebijakan yang termasuk (keputusan, perda ataupun undang-undang
dalam prosedur analisis kebijakan seperti lainnya).
yang digambarkan oleh William Dunn di Konsep implementasi kebijakan
bawah ini : bervariasi tergantung dari sudut pandang
Gambar 1. atau pendekatan yang digunakan.
Kedekatan Prosedur Analisis Kebijakan Implementasi kebijakan dipandang sebagai
Dengan Tipe-Tipe Pembuatan suatu proses menurut pendapat Van Meter
Kebijakan dan Van Horn (dalam Winarno, 2002:102)
membatasi implementasi kebijakan sebagai
berikut :
“Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (atau kelompok-
kelompok) pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-
tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun
waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai
perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan. Tahap implementasi terjadi hanya
setelah undang-undang ditetapkan dan dana
disediakan untuk membiayai implementasi
Sumber : Dunn, 2003 : 25
kebijakan tersebut.”
Menurut Winarno (2002:17) bahwa,
Dengan demikian pada tahap
kebijakan publik secara garis besar
implementasi kebijakan ini mencakup usaha-
mencakup tahap-tahap perumusan masalah
usaha mengubah keputusan menjadi
kebijakan, implementasi kebijakan dan
tindakan-tindakan operasional maupun
evaluasi kebijakan.
usaha-usaha untuk mencapai perubahan-
perubahan besar dan kecil. Dan tahap

275 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

implementasi baru terjadi setelah undang- 3. Kebijakan itu sendiri bernasib jelek
undang ditetapkan dan dana disediakan (bad luck)
untuk membiayai implementasi kebijakan. 4. Sejak awal kebijakan tersebut
Namun demikian suatu implementasi memang jelek, dalam artian telah
kebijakan tidak selalu berhasil adakalanya dirumuskan secara sembrono, tidak
tujuan tidak tercapai. Suatu keadaan dimana didukung oleh informasi yang
dalam proses kebijakan selalu akan terbuka memadai, alasan yang keliru, atau
kemungkinan terjadinya perbedaan antara asumsi-asumsi dan harapan-harapan
apa yang diharapkan (direncanakan) oleh yang tidak realistis.”
pembuat kebijakan dengan apa yang Dari pendapat tersebut dapat
senyatanya dicapai disebut sebagai disimpulkan bahwa peran pelaksana
implementation gap (Andrew Dunsire dalam implementasi sangat menentukan
Abdul Wahab, 1997:61). Besar kecilnya terimplementasikannya suatu kebijakan
perbedaan tersebut sedikit banyak sehingga pelaksana implementasi harus
tergantung pada implementation capacity benar-benar memahami kebijakan yang akan
dari organisasi/aktor atau kelompok dilaksanakan. Disamping itu faktor eksternal
organisasi/aktor yang dipercaya untuk perlu diperhatikan pula untuk dapat
mengemban tugas mengimplementasikan mendukung bagi kelancaran dalam
kebijakan tersebut (Walter Williams dalam implementasi kebijakan tersebut. Untuk
Abdul Wahab, 1997 : 61). mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
Lebih lanjut Hogwood dan Gunn setelah suatu kebijakan dibuat dan
(dalam Abdul Wahab, 1997:61) membagi dirumuskan adalah subyek implementasi
pengertian kegagalan kebijakan dalam 2 kebijakan. Dengan demikian untuk
(dua) kategori, yaitu : mengetahui bagaimana proses Implementasi
1. “Non implementation (tidak Kebijakan Badan Lingkungan Hidup Provinsi
terimplementasikan) mengandung arti Sumatera Utara merupakan subyek
bahwa suatu kebijakan tidak implementasi kebijakan.
dilaksanakan sesuai dengan rencana, Selanjutnya implementasi kebijakan
mungkin karena pihak-pihak yang dapat dianalisa dari beberapa pendekatan
terlibat didalam pelaksanaannya tidak meliputi pendekatan struktural, pendekatan
mau bekerja sama, atau mereka telah prosedural, pendekatan manajerial,
bekerja secara tidak efisien, bekerja pendekatan keperilakuan dan pendekatan
setengah hati, atau karena mereka tidak politik seperti yang ditulis oleh Abdul Wahab
sepenuhnya menguasai persoalan, atau (1997:111-120). Dalam penelitian ini
kemungkinan permasalahan yang implementasi kebijakan dianalisa dengan
digarap diluar jangkauan kekuasaannya, menggunakan pendekatan prosedural.
sehingga betapapun gigih usaha mereka, Dilihat dari pendekatan prosedural maka
hambatan-hambatan yang ada tidak implementasi dipandang sebagai proses
sanggup mereka tanggulangi. prosedural. Pendekatan prosedural
2. Unsuccessful implementation menjelaskan implementasi dari proses
(implementasi yang tidak berhasil) prosedur yang tepat dijalankan dalam
terjadi manakala suatu kebijakan implementasi kebijakan.
tertentu telah dilaksanakan sesuai Definisi prosedur (procedure) menurut
dengan rencana, namun mengingat Richard F. Neulschel (dalam Jogiyanto,
kondisi eksternal ternyata tidak 2001:1), sebagai berikut : “Suatu prosedur
menguntungkan kebijakan tersebut adalah suatu urut-urutan operasi klerikal
tidak berhasil dalam mewujudkan (tulis menulis), biasanya melibatkan
dampak atau hasil akhir yang beberapa orang di dalam satu atau lebih
dikehendaki. Hal ini biasanya departemen, yang diterapkan untuk
dipengaruhi oleh faktor-faktor: menjamin penanganan yang seragam dari
1. Pelaksanaannya jelek (bad execution) transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.”
2. Kebijakannya sendiri memang jelek Pendapat yang lain dikemukakan oleh
(bad policy) Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald dan
Warren D. Stallings, Jr., (dalam Jogiyanto,

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 276


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

2001:2) mendefinisikan prosedur sebagai dapat menjadi pegangan bagi pelaksana


berikut : “Suatu prosedur adalah urut- kebijakan sehingga tidak menyimpang dari
urutan yang tepat dari tahapan-tahapan tujuan yang sebenarnya.
instruksi yang menerangkan apa (what) yang Sumber-sumber kebijakan atau sumber
harus dikerjakan, siapa (who) yang daya diperlukan untuk mendukung
mengerjakannya, kapan (when) dikerjakan kelancaran implementasi kebijakan secara
dan bagaimana (how) mengerjakannya.“ efektif yang meliputi sumber daya manusia
Dengan demikian yang dimaksud misalnya keahlian, dedikasi, kreatifitas,
prosedur adalah urut-urutan tahapan- keaktifan dan sumber daya dana, sarana
tahapan instruksi bagaimana suatu kegiatan maupun prasarana. Komunikasi antar
dilaksanakan menyangkut pelaksana, waktu, organisasi dan kegiatan-kegiatan
tata cara dan aturan maupun ketentuan yang pelaksanaan menyangkut kejelasan,
berlaku yang dijalankan. Dengan demikian ketepatan, konsistensi, dalam
implementasi kebijakan yang dimaksud mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan
adalah pelaksanaan suatu kebijakan sesuai tujuan tersebut sehingga akan memudahkan
tatacara, aturan maupun ketentuan yang pelaksana dalam pencapaian tujuan
berlaku. Dimana yang dimaksud dengan tata kebijakan. Dengan demikian keberhasilan
cara adalah urut-urutan bagaimana kegiatan implementasi memerlukan jalinan
dilakukan, aturan adalah hal-hal yang komunikasi yang baik. Komunikasi tersebut
bersifat mengatur sebagai pegangan dalam mencakup baik intern maupun ektern, yakni
melaksanakan kegiatan dan ketentuan hubungan didalam lingkungan sistem politik
adalah hal-hal yang bersifat mengikat dengan kelompok sasaran maupun antar
berkaitan dengan aturan yang ada. organisasi.
Karakteristik-karakteristik badan-
Model Implementasi Kebijakan badan pelaksana menyangkut norma-norma
Model implementasi kebijakan perlu dan pola-pola hubungan yang terjadi
untuk menjelaskan proses implementasi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif
kebijakan. Ada beberapa model yang mempunyai hubungan baik potensial
implementasi kebijakan yang berkaitan maupun nyata dengan apa yang mereka
dengan permasalahan penelitian diantaranya miliki dengan menjalankan kebijakan, yang
yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van terdiri dari ciri-ciri struktur formal dari
Horn. Dalam hal ini Van Meter dan Van Horn organisasi-organisasi dan atribut-atribut
(dalam Winarno, 2002:109) menekankan yang tidak formal dari personil mereka.
pada variabel-variabel yang mempengaruhi Kondisi sosial, ekonomi, dan politik,
keberhasilan dalam proses implementasi adalah tersedianya sumber daya ekonomi
kebijakan yaitu: yang dapat mendukung kelancaran
1. Ukuran dasar dan tujuan kebijakan implementasi kebijakan dan menyangkut
2. Sumber-sumber kebijakan. lingkungan sosial dan politik (dukungan elit)
3. Komunikasi antar organisasi kegiatan- yang mempengaruhi yurisdiksi atau
kegiatan pelaksanaan. organisasi dimana implementasi
4. Karakteristik badan-badan pelaksana. dilaksanakan. Kecenderungan pelaksana
5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan (implementor) menyangkut persepsi-
politik. persepsi pelaksana untuk mendukung atau
6. Kecenderungan pelaksana. menentang kebijakan. Tanpa adanya
Ukuran-ukuran dasar dan tujuan- persepsi yang sama antara pelaksana dan
tujuan kebijakan berguna di dalam pembuat keputusan akan menghambat bagi
menguraikan tujuan-tujuan keputusan kelancaran implementasi kebijakan.
kebijakan secara menyeluruh, hendaknya Dari model yang dikemukakan oleh
dirumuskan dengan jelas agar tujuan Van Meter dan Van Horn maka dapat
dapat tercapai dimana kejelasan rumusan disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang
standard dan tujuan kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi
menentukan kinerja kebijakan dari isi kebijakan. Untuk memenuhi ukuran dasar
rumusan kebijakan tersebut. Dengan adanya dan tujuan kebijakan, karakteristik, birokrasi
petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang ada pelaksana diperlukan adanya komunikasi

277 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

yang tepat. Juga diperlukan adanya sumber Penafsiran yang berbeda-beda sering
daya meliputi sumber daya manusia dan menimbulkan perdebatan. Meskipun
sumber dana, sarana maupun prasarana demikian, perdebatan ini nantinya justru
agar kebijakan dapat terimplementasikan. akan melahirkan suatu program baru yang
Dan tersedianya sumber daya ekonomi serta lebih baik. Sedang proses aplikasinya sering
lingkungan sosial dan politik yang dapat dikatakan merupakan suatu proses yang
mendukung keberhasilan implementasi dinamis dimana para pelaksana dan
kebijakan. Dalam penelitian ini mengambil pemaksa pada umumnya berpedoman pada
model Van Meter dan Van Horn dengan satu peraturan-peraturan program atau standar
variabel yang diambil yakni kondisi sosial, dan realitas yang ada. Dari sudut penafsiran
ekonomi dan politik yang diduga dapat dilihat bahwa proses penafsiran
mempengaruhi keberhasilan implementasi banyak dilakukan oleh badan-badan
kebijakan. Dengan pertimbangan variabel eksekutif, birokrat, dan beberapa fihak lain
kondisi sosial ekonomi dan politik yang terlihat dalam menyelenggarakan
mempunyai relevansi dengan permasalahan program-program tertentu. Suatu program
penelitian yang ada yang terjadi di dapat berlangsung dengan ditunjukkannya
lingkungan masyarakat saat ini. apakah keberadaan penafsiran masih
Lebih lanjut Edwards III mencukupi atau tidak.
mengemukakan bahwa empat faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan Teori Implementasi Kebijakan
yakni komunikasi, sumber-sumber, Analisis kebijakan publik merupakan
kecenderungan-kecenderungan dan struktur sebuah disiplin ilmu social terapan yang
birokrasi. Dalam penelitian ini juga memakai menggunakan berbagai metode kebijakan
model implementasi kebijakan dari Edward publik dan argument untuk menghasilkan
III dengan mengambil variabel komunikasi dan memindahkan informasi yang relevan
dan sumber daya yang diduga dengan kebijakan sehingga dapat
mempengaruhi keberhasilan implementasi dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka
kebijakan. Model Edward III ini hampir memecahkan masalah-masalah kebijakan
mirip dengan model Van Meter dan Van (Dunn, 1994).
Horn. Dalam model Edward III ini lebih jelas Sedangkan kebijakan publik adalah
menerangkan mengenai variabel komunikasi hal-hal yang berhubungan dengan apa yang
dan sumber daya, dan hal ini sangat relevan harus dikerjakan oleh pemerintah mengenai
dengan penelitian yang dilakukan. Dalam masalah-masalah yang sedang dihadapinya
penelitian ini dimungkinkan ada hubungan (Ripley dan Franklin, 1982). Sementara itu,
diantara variabel tersebut meliputi (Dunn, 1994), Thomas R. Dye (1981),
komunikasi, sumber daya, kondisi sosial Edward (1980) dan Sharkashy (1971)
ekonomi dan politik, namun mengingat mengemukakan pengertian kebijakan yang
terbatasnya penelitian hanya meneliti agak mirip dimana kebijakan sebagai
hubungan antara variabel komunikasi, tindakan, pilihan dan keputusan baik yang
sumber daya kondisi sosial kebijakan dengan dilakukan oleh pemerintah dalam hal
implementasi kebijakan. pencapaian tujuan kebijakan.
Menurut Rippley(1985:134) bahwa Menurut James E. Anderson (1975),
implementasi dapat dilihat dari 2 perspektif, “Merumuskan kebijakan merupakan arah
yaitu compliance (kepatuhan) dan what’s tindakan yang mempunyai maksud yang
happening (apa yang terjadi). Ditinjau dari ditetapkan oleh seorang actor atau sejumlah
Perspektif what’s happening diasumsikan actor dalam mengatasi suatu masalah atau
ada banyak faktor yang mempengaruhi suatu perubahan”. Jadi konsep kebijakan ini
implementasi kebijakan termasuk memusatkan perhatian pada apa yang
diantaranya lingkungan. Untuk membatasi sebenarnya dilakukan dan bukan apa yang
ruang lingkup penelitian dan mengarah pada dimaksudkan dan konsep ini membedakan
fokus penelitian, dalam penelitian ini kebijakan dari keputusan yang merupakan
menggunakan perspektif what’s happening pikiran diantara berbagai alternative.
meliputi faktor-faktor yang diduga Fredrickson dan Hart (1985)
mempengaruhi implementasi. mengatakan “Kebijakan adalah suatu

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 278


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

tindakan yang mengarah pada tujuan yang 1. Model Gogin


disusulkan oleh seseorang, kelompok atau Untuk mengimplementasi kebijakan
pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan model Goggin ini dapat
sehubungan dengan adanya hambatan- mengidentifikasikan variabel-variabel yang
hambatan tertentu sambil mencari peluang- mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada
peluang untuk mencapai tujuan atau keseluruhan implementasi, yakni: (1) Bentuk
mewujudkan sasaran yang diinginkan”. dan isi kebijakan, termasuk didalamnya
Sedangkan komponen-komponen kemampuan kebijakan untuk
dalam kebijakan tersebut adalah : (1) menstrukturkan proses implementasi, (2)
Kebijakan publik, (2) Tuntutan kebijakan, (3) Kemampuan organisasi dengan segala
Keputusan kebijakan, (4) Pertanyaan sumber daya berupa dana maupun insentif
kebijakan, (5) Hasil kebijakan. lainnya yang akan mendukung implementasi
Karena setidaknya ada dua (2) hal secara efektif, dan (3) pengaruh lingkungan
mengapa implementasi kebijakan dari masyarakat dapat berupa karakteristik,
pemerintah memiliki relevansi: (1) Secara motivasi, kecenderungan hubungan antara
praktis akan memberikan masukan bagi warga masyarakat, termasuk pola
pelaksanaan operasional program sehingga komunikasinya (Goggin et.al,. 1990).
dapat dideteksi apakah program telah 2. Model Grindle
berjalan sesuai dengan yang telah dirancang Sebagaimana dikutip oleh Wahab
serta mendeteksi kemungkinan tujuan (2001) Grindle menciptakan model
kebijakan negative yang ditimbulkan, (2) implementasi sebagai kaitan antara tujuan
Memberikan alternative model pelaksanaan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya
program yang lebih efektif. pada model ini hasil kebijakan yang dicapai
Berdasarkan pandangan yang akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang
diutarakan diatas dapat disimpulkan, bahwa terdiri dari: (1) Kepentingan-kepentingan
proses implementasi kebijakan itu yang dipengaruhi, (2) tipe-tipe manfaat, (3)
sesungguhnya tidak hanya menyangkut derajat perubahan yang diharapkan, (4)
perilaku badan administrative yang Letak pengambilan keputusan, (5)
bertanggung jawab untuk melaksanakan Pelaksanaan program, dan (6) Sumber daya
program dan menimbulkan ketaatan pada yang dilibatkan. Isi sebuah kebijakan akan
diri kelompok sasaran, melainkan pula menunjukkan posisi pengambilan keputusan
menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan oleh sejumlah besar pengambilan kebijakan,
politik, ekonomi dan sosial yang langsung sebaliknya ada kebijakan tertentu yang
atau tidak langsung dapat akhirnya lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil
berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik unit pengambil kebijakan. Pengaruh
yang negative maupun yang positif. selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri
Dengan demikian secara sederhana dari: (1) kekuasaan, kepentingan dan
tujuan implementasi kebijakan adalah untuk strategi actor yang terlibat, (2) karakteristik
menetapkan arah agar tujuan kebijakan lembaga penguasa, dan (3) kepatuhan dan
publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari daya tanggap. Karenanya setiap kebijakan
kegiatan pemerintah (Wibawa et. Al., 1994). perlu mempertimbangkan konteks atau
Selanjutnya Wibawa et.al., (1994) mengutip lingkaran dimana tindakan administrasi
pendapat lain bahwa keseluruhan proses dilakukan.
penetapan kebijakan baru bisa mulai apabila 3. Model Meter dan Horn
tujuan dan sasaran yang semula bersifat Model implementasi kebijakan ini
umum telah diperinci, program telah dipengaruhi 6 faktor yaitu: (1) Standar
dirancang dan juga sejumlah dana telah kebijakan dan sasaran yang menjalankan
dialokasikan untuk mewujudkan tujuan dan rincian tujuan keputusan kebijakan secara
sasaran tersebut. menyeluruh, (2) Sumber daya kebijakan
Kemudian dalam rangka untuk berupa dana pendukung implementasi, (3)
mengimplementasikan kebijakan publik ini komunikasi inter organisasi dan kegiatan
dikenal dengan beberapa model, antara lain: pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk
memakai tujuan yang hendak dicapai, (4)
karakteristik pelaksanaan, artinya

279 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

karakteristik organisasi merupakan faktor c. Implementasi yang berhasil mengarah


krusial yang akan menentukan berhasil kepada kinerja yang memuaskan semua
tidaknya suatu program,(5) kondisi sosial pihak terutama kelompok penerimaan
ekjonomi dan politik yang dapat manfaat yang diharapkan.
mempengaruhi hasil kebijakan dan (6) sikap Faktor-faktor yang mempengarhui
pelaksanaan dalam memahami kebijakan kinerja kebijakan selanjutnya dapat
yang akan ditetapkan. disebutkan sebagai berikut :
4. Model Deskriptif  Organisasi atau kelembagaan.
William N. Dunn (1994)  Kemampuan politik dari penguasa
mengemukakan bahwa model kebijakan  Pembagian tugas, tanggung jawab dan
dapat diperbandingkan dan wewenang
dipertimbangkan menurut sejumlah banyak  Kebijakan pemerintah yang bersifat tak
asumsi, yang paling penting diantaranya remental.
adalah; (1) Perbedaan menurut tujuan, (2)  Proses perumusan kebijakan pemerintah
bentuk penyajian dan (3) fungsi metodologis yang baik
model. Dua bentuk pokok dari model  Aparatur evaluasi yang bersih dan
kebijakan adalah: (1) Model deskriptif dan berwibawa serta professional.
(2) Model normative. Tujuan model  Biaya untuk melakukan evaluasi.
deskriptif adalah menjelaskan dan atau  Tersedianya data dan informasi sosial
meramalkan sebab dan akibat pilihan pilihan ekonomi yang siap dimanfaatkan oleh
kebijakan, model kebijakan digunakan untuk penilai-penilai kebijakan.
memonitor hasil tindakan kebijakan Peters (1982) mengatakan,
misalnya penyampaian laporan tahunan implementasi kebijakan yang gagal
tentang keberhasilan dan kegagalan disebabkan beberapa faktor:
pelaksanaan di lapangan. a. Informasi
Willian Dunn (1994) mengatakan Kekurangan informasi dengan mudah
kebijakan publik adalah serangkaian pilihan mengakibatkan adanya gambaran yang
yang kurang lebih berhubungan (termasuk kurang tepat baik kepada obyek kebijakan
keputusan untuk tidak berbuat) yang dibuat maupun kepada para pelaksana dari isi
oleh badan-badan atau kantor-kantor kebijakan yang akan dilaksanakannya dan
pemerintah. hasil-hasil dari kebijakan itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi b. Isi Keberhasilan
kejelasan antara kebijakan dan kinerja Implementasi kebijakan dapat gagal
implementasi yaitu: karena masih samarnya isi atau tujuan
 Standard dan sasaran kebijakan. kebijakan atau ketidak tepatan atau ketika
 Komunikasi antar organisasi dan tegasan intern ataupun ekstern atau
pengukuran aktifitas kebijakan itu sendiri, menunjukkan
 Karakteristik organisasi komunikasi antar adanya kekurangan yang sangat berarti
orgaisasi. adanya kekurangan yang menyangkut
 Kondisi sosial, ekonomi dan politik sumber daya pembantu.
 Sumber daya c. Dukungan
 Sikap pelaksanaan. Implementasi kebijakan publik akan
Selain itu Rippley dan Franklin (1982) sangat sulit bila pada pelaksanaannya
menyatakan keberhasilan implementasi tidak cukup dukungan untuk kebijakan
kebijakan program dan ditinjau dari tiga tersebut.
faktor yaitu: d. Pembagian Potensi
a. Perspektif kepatuhan (compliance) yang Hal ini terkait dengan pembagian potensi
mengukur implementasi dari kepatuhan diantaranya para actor implementasi dan
stake level burcancrats terhadap atas juga mengenai organisasi pelaksana
mereka. dalam kaitannya dengan diferensiasi
b. Keberhasilan implementasi diukur dari tugas dan wewenang.
kelancaran rutinitas dan tiadanya METODE PENELITIAN
personal. Penelitian ini menggunakan metode
deskriftif. Teknik pengumpulan data

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 280


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

menggunakan metode Wawancara, Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan


Kuesioner dan studi dokumentasi. Populasi bahwa lingkungan hidup yang baik dan
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai sehat merupakan hak azasi setiap warga
pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi negara Indonesia sebagaimana diamanahkan
Sumatera Utara sebagai penyelenggara dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar
pemerintahan di Pemerintah Provinsi Negara Republuk Indonesia Tahun 1945.
Sumatera Utara. Jumlah seluruh pegawai Dalam rangka mendayagunakan sumber
pada Kantor Badan Lingkungan Hidup daya alam untuk memajukan kesejahteraan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara umum seperti diamanatkan dalam Undang-
sebanyak 157 orang. teknik analisa data Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai
yaitu metode deskriptif. kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila,
perlu dilaksanakan pembangunan
PEMBAHASAN berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
Variabel Penelitian hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional
Faktor-faktor yang diukur dalam yang terpadu dan menyeluruh dengan
implementasi Pengelolaan Lingkungan memperhitungkan kebutuhan generasi masa
Hidup di Provinsi Sumatera Utara adalah kini dan generasi masa depan.
meliputi komunikasi, sumber-sumber, Dipandang perlu melaksanakan
kecenderungan-kecenderungan, struktur Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk
birokrasi, dan hasil yang diperoleh. melestarikan dan mengembangkan
a. Faktor Komunikasi Kebijakan kemampuan lingkungan hidup yang serasi,
Menurut Edward dalam Budi Winarno selaras, dan seimbang guna menunjang
( 2002 ; 126 ) disebutkan persyaratan terlaksananya pembangunan berkelanjutan
pertama bagi implementasi kebijakan yang yang berwawasan lingkungan hidup.
efektif adalah bahwa mereka yang Penyelenggaraan Pengelolaan Lingkungan
melaksanakan keputusan harus mengetahui Hidup dalam rangka pembangunan
apa yang harus mereka lakukan. berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
Ditambahkannya pula bahwa komunikasi hidup harus didasarkan pada norma hukum
kebijakan dapat menimbulkan dampak dengan memperhatikan tingkat kesadaran
buruk bagi implementasi kebijakan masyarakat dan perkembangan lingkungan
dikarenakan faktor transmisi, kejelasan dan global serta perangkat hukum internasional
konsistensi. Faktor transmisi berarti bahwa yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
setiap kebijakan yang dikeluarkan harus Tabel 1. Pendapat Responden Tentang
disertai dengan petunjuk pelaksanannya Pengetahuan Kebijakan Pengelolaan
agar tidak menimbulkan pertentangan Lingkungan Hidup
pendapat antara pelaksana kebijakan dengan No Kriteria Jawaban F %
pengambil kebijakan. 1 Mengetahui 35 89,7
Faktor kejelasan menyebutkan bahwa 2 Kurang mengetahui 4 10,3
disamping terdapatnya petunjuk pelaksanan 3 Tidak mengetahui 0 0,0
yang harus segera diterima pelaksana JUMLAH 39 100,0
kebijakan, instruksi-instruksi kebijakan Sumber : Angket Penelitian, 2012
tersebut harus jelas untuk menghindarkan Berdasarkan tabel di atas
interpretasi yang salah dalam menunjukkan bahwa sebahagian besar (89,7
mengimplementasikan kebijakan. Faktor persen) responden menyatakan bahwa
konsistensi menegaskan bahwa suatu mereka mengetahui tentang adanya
kebijakan yang telah ditetapkan dan diikuti kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
segela dengan petunjuk pelaksanan yang Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan
jelas, harus terhindar dari pertentangan di wilayah mereka, sedangkan yang kurang
dengan ketentuan peraturan diatasnya yang mengetahi sebesar 10,3 persen dan tidak ada
dapat mendorong para pelaksana kebijakan seorang responden pun yang menyatakan
mengambil tindakan yang longgar dalam tidak mengetahui. Hal ini berarti bahwa
mengimplementasikan kebijakan. secara umum pegawai pada Badan
Berdasarkan Undang-undang Nomor Lingkungan Hidup yang terkait dengan
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di

281 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Provinsi Sumatera Utara telah mengetahui perangkat aturan dalam kebijakan


adanya kebijakan pemerintah yang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi
berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sumatera Utara, sebesar 84,6 persen
Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera responden menyatakan mengetahui dan 15,4
Utara. persen lainnya menyatakan kurang
Tabel 2.Pendapat Responden Tentang mengetahui serta tidak ada seorangpun
Pengetahuan Tujuan Kebijakan Pengelolaan responden yang tidak mengetahuinya,
Lingkungan Hidup seperti terlihat pada tabel 5.6 di atas.
No Kriteria Jawaban F % Perangkat aturan yang mengatur
1 Mengetahui 35 89,7 tentang pengelolaan lingkungan hidup
2 Kurang mengetahui 4 10,3 adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun
3 Tidak mengetahui 0 0,0 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
JUMLAH 39 100,0 lingkungan hidup. Disamping itu terdapat
Sumber : Angket Penelitian, 2012 beberapa aturan yang berkaitan dengann
Pengetahuan mereka tentang pengelolaan lingkungan hidup seperti :
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983
Provinsi Sumatera Utara terkait dengan tentang Zona Ekonomi Eksklusif
pengetahuan tentang tujuan program Indonesia (Lembaran Negara Tahun
tersebut. Seperti terlihat pada tabel di atas 1983 Nomor 44/ Tambahan Lembaran
menunjukan bahwa besarnya mereka yang Negara Nomor 3260);
mengetahui tujuan program adalah sama b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984
besarnya dengan mereka yang mengetahui tentang Perindustrian (Lembaran Negara
adanya program tersebut, yaitu sebesar 89,7 Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
persen. Demikian juga halnya dengan yang Lembaran Negara Nomor 3274);
kurang mengetahui, yaitu sebesar 10,3 c. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985
persen. tentang Perikanan (Lembaran Negara
Seperti diketahui bahwa tujuan Tahun 1985 Nomor 46/Tambahan
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Lembaran Negara Nomor 3299);
Provinsi Sumatera Utara secara umum d. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya tentang Konservasi Sumber Daya Alam
terpadu untuk melestarikan fungsi Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
lingkungan hidup yang meliputi Negara Tahun 1990 Nomor 49,
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, Tambahan Lembaran Negara Nomor
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, 3419);
pengawasan dan pengendalian dampak e. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan tentang Kepariwisataan (Lembaran
hidup Provinsi dilakukan melalui Negara Tahun 1990 Nomor 78,
pendekatan ekosistem dalam konteks ruang Tambahan Lembaran Negara Nomor
/ yang memadukan kepentingan sosial, 3427);
ekonomi, dan lingkungan hidup sesuai f. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992
dengan batas kewenangan pemerintah tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Provinsi di bidang lingkungan hidup Negara Tahun 1992 Nomor 27
Tabel 3 Pendapat Responden Tentang Tambahan Lembaran Negara Nomor
Pengetahuan Adanya Perangkat Aturan 3470);
dalam Kebijakan Pengelolaan Lingkungan g. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992
Hidup tentang Penataan Ruang (Lembaran
No Kriteria Jawaban F % Negara Tahun 1992 Nomor 115,
1 Mengetahui 33 84,6 Tambahan Lembaran Negara Nomor
2 Kurang mengetahui 6 15,4 3501);
3 Tidak mengetahui 0 0,0 h. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996
JUMLAH 39 100,0 tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Sumber: Angket Penelitian, 2012 Negara Tahun 1996 Nomor 73,
Dalam kaitannya dengan tingkat Tambahan Lembaran Negara Nomor
pengetahuan responden tentang adanya 3647);

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 282


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 s. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 2001 tentang Bahan Berbahaya dan
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor Beracun (Lembaran Negara Tahun 2001
68, Tambahan Lembaran Negara Nomor Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
3699); Nomor 4153);
j. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
Negara Tahun 1999 Nomor 60/ dan Pengendalian Pencemaran Air
Tambahan Lembaran Negara Nomor (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
3839); 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor
k. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 4161);
tentang Kehutanan (Lembaran Negara u. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan 2001 tentang Pengendalian Kerusakan
Lembaran Negara Nomor 3888); Tanah untuk Produksi Biomassa
l. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
tentang Sumber Daya Air (Lembaran 267, Tambahan Lembaran Negara Nomor
Negara Tahun 2004 Nomor 32 4068);
Tambahan Lembaran Negara Nomor v. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
4377); 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
m. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun Lindung;
1985 tentang Perlindungan Hutan Tabel 4 Pendapat Responden Tentang
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor Pengetahuan Adanya Peraturan Tertulis
39, Tambahan Lembaran Negara Nomor dalam Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan
3294); Lingkungan Hidup
n. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun No Kriteria Jawaban F %
1999 tentang Pengendalian Pencemaran 1 Mengetahui 36 92,3
dan/atau Perusakan Laut (Lembaran 2 Kurang mengetahui 3 7,7
Negara Tahun 1999 Nomor 32/ 3 Tidak mengetahui 0 0,0
Tambahan Lembaran Negara Nomor JUMLAH 39 100,0
3816); Sumber : Angket Penelitian, 2012
o. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun Berdasarkan tabel 5.8 di atas
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara (92,3 persen) responden menyatakan bahwa
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan mereka mengetahui tentang adanya aturan
Lembaran Negara Nomor 3838); tertulis dalam kebijakan Pengelolaan
p. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Utara, dan hanya 7,7 persen atau tiga orang
Udara (Lembaran Negara Tahun 1999 responden saja yang menyatakan kurang
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara mengetahui serta tidak seorang pun yang
Nomor 3853); menyatakan tidak mengetahui tentang
q. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun adanya aturan tertulis dalam program
2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa tersebut. Hal ini berarti bahwa secara umum
Pelayanan Penyelesaian Sengketa responden telah mengetahui adanya aturan
Lingkungan Hidup diluar Pengendalian yang tertulis dalam pelaksanaan program
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor tersebut.
113, Tambahan Lembaran Negara Nomor Tabel 5
3982); Pendapat Responden Tentang Pemahaman
r. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun Peraturan dalam Kebijakan Pengelolaan
2001 tentang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup No Kriteria Jawaban F %
yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan 1 Mengetahui 34 87,2
dan Lahan (Lembaran Negara Tahun 2 Kurang mengetahui 5 12,8
2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran 3 Tidak mengetahui 0 0,0
Negara Nomor 4076); JUMLAH 39 100,0
283 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013
Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Sumber: Angket Penelitian, 2012 a. meningkatkan kemandirian,


Salah satu hal penting untuk keberdayaan masyarakat, dan
keberhasilan suatu program adalah adanya kemitraan;
peraturan yang dapat dipahami oleh baik b. menumbuhkembangkan kemampuan
aparat pelaksana maupun oleh masyarakat dan kepeloporan masyarakat;
itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian c. menumbuhkan ketanggapsegeraan
ditemukan bahwa sebahagian besar masyarakat untuk melakukan
responden (87,2 persen) menyatakan telah pengawasan sosial;
dapat memahami tentang aturan yang ada, d. memberikan saran pendapat;
sedangkan yang kurang memahami sebesar e. menyampaikan informasi dan/atau
12,8 persen. menyampaikan laporan.
Demikian juga halnya dengan Tabel 7 Pendapat Responden Tentang
pengetahuan tentang hak dan kewajiban Perkembangan Kegiatan dalam Kebijakan
dalam kebijakan, sebahagian besar Pengelolaan Lingkungan Hidup
responden (88,37 persen) responden No Kriteria Jawaban F %
menyatakan telah mengetahuinya. Bagi 1 Mengetahui 34 87,2
responden yang menyatakan menyatakan 2 Kurang mengetahui 5 12,8
kurang mengetahui sebesar 9,30 persen dan 3 Tidak mengetahui 0 0,0
2,33 persen atau satu orang responden JUMLAH 39 100,0
lainnya yang menyatakan tidak mengetahui Sumber: Angket Penelitian, 2012
tentang hak dan kewajiban dalam program Perkembangan kegiatan dalam
tersebut. kebijakan merupakan hal penting yang
Tabel 6 Pendapat Responden Tentang Hak sangat menentukan dalam keberhasilan
dan Kewajiban Masyarakat dalam kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil
Pengelolaan Lingkungan Hidup penelitian ditemukan bahwa sebesar 87,2
No Kriteria Jawaban F % persen responden menyatakan mengetahui
1 Memahami 31 79,5 tentang perkembangan kegiatan tersebut
2 Kurang memahami 7 17,9 dan 12,8 persen yang menyatakan kurang
3 Tidak memahami 1 2,6 mengetahuinya. Keadaan ini menunjukkan
JUMLAH 39 100,0 bahwa masih terdapat sebahagian
Sumber: Angket Penelitian, 2012 responden yang kurang mengetahui tentang
Sesuai dengan pasal 65 Undang- perkembangan kegiatan-kegiatan
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Hidup tersebut.
Hidup, dinyatakan bahwa ; Tabel 8 Pendapat Responden Tentang
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan Bentuk Aturan Pemerintah dalam
hidup yang baik dan sehat sebagai Implementasi Kebijakan Pengelolaan
bagian dari hak asasi manusia; Lingkungan Hidup
(2) Setiap orang mempunyai berhak No Kriteria Jawaban F %
mendapatkan pendidikan lingkungan 1 Membimbing/mengarahkan 33 84,6
hidup, akses informasi, akses partisipasi, 2 Mempersilahkan memilih 6 15,4
dan akses keadilan dalam memenuhi sendiri
hak atas lingkungan hidup yang baik 3 Memaksa/menekan 0 0,0
JUMLAH 39 100,0
dan sehat;
(3) Setiap orang berhak mengajukan usul Sumber: Angket Penelitian, 2012
Untuk keberhasilan suatu program hal
dan/atau keberatan terhadap rencana
usaha dan atau/kegiatan untuk yang penting yang harus diketahui oleh aparat
pelaksana adalah tentang kejelasan aturan
diperkirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup. yang ada. Seperti terlihat pada tabel 5.11
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
Masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya responden (84,6 persen) menyatakan
bahwa bentuk aturan dalam Kebijakan
untuk berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Pelaksanaan ketentuan di Pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat
membimbing atau mengarahkan sehingga
atas, dilakukan dengan cara:

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 284


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

aparat pelaksana dapat dengan mudah fasilitas di dalam menerjemahkan suatu


melaksanakannnya. Hanya terdapat 15,4 peraturan dalam pelaksanaannya. Staf
persen responden yang menyatakan bahwa tersebut haruslah memadai jumlahnya dalam
aturan tersebut menunjukkan pada melaksanakan sesuatu program, namun
pelaksana untuk mempersilahkan memilih tidak hanya jumlah tetapi juga harus
sendiri dalam pelaksanaan kebijakan didukung oleh keahlian yang baik dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut. tugas tersebut. Informasi menyangkut
Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang bagaimana melaksanakan sesuatu hal dan
telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka ketaatan dari personil-personil lain terhadap
pelaksanaan kebijakan Pengelolaan peraturan-peraturan pemerintah. Peranan
Lingkungan Hidup telah dapat dipahami pemerintah dalam penentuan cara
sebagai petunjuk dan pedoman dalam pengelolaan seperti terlihat pada tabel
pelaksanaan program tersebut. Maksudnya berikut.
disini agar kebijakan Pengelolaan Tabel 9 Pendapat Responden Tentang
Lingkungan Hidup dapat dilaksanakan Ketersediaan Sumberdaya Manusia dalam
sesuai dengan peraturan atau ketentuan Mendukung Implementasi Kebijakan
yang berlaku, harus dilihat apakah No Kriteria Jawaban F %
pelaksanaannya telah sesuai dengan 1 Mendukung 9 23,1
petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang 2 Kurang mendukung 20 51,3
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. 3 Tidak mendukung 10 25,6
Sesuai dengan peraturan berarti setiap JUMLAH 39 100,0
pelaksanaan kebijaksanaan harus sesuai Sumber: Angket Penelitian, 2012
dengan peraturan yang berelaku baik Berdasarkan tabel di atas
Peraturan Tingkat Pusat, Provinsi, Kota, juga menunjukkan bahwa ketersediaan
sesuai dengan ketentuan yang dibuat pada sumberdaya manusia yang ada belum
tingkat teknis dan operasional. sepenuhnya dapat mendukung kelancaran
b. Faktor Sumber-Sumber kegiatan yang dilakukan dalam kebijakan
1. Faktor Sumber Daya Manusia. Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut.
Dari data terdahulu diketahui jumlah Lebih dari seluruhnya (51,3 persen)
sumber daya manusia pada masing - masing responden yang menyatakan bahwa
objek penelitian. Faktor sumber daya ketersediaan sumberdaya manusia kurang
manusia dalam mengimplementasikan mendukung kegiatan dilakukan. Responden
kebijakan memiliki peran yang sangat yang menyatakan bahwa sumberdaya
penting. Untuk mewujudkan tujuan manusia mendukung kegiatan yang
kebijakan diperlukan sumber daya manusia dilakukan mencapai 23,1 persen dan 25,6
dalam jumlah yang tepat. Dalam rangka persen lainnya menyatakan tidak
implementasi kebijakan Pengelolaan mendukung.
Lingkungan Hidup Sumatera Utara, harus Tabel 10 Pendapat Responden Tentang
diperhatikan jumlah petugas pelaksananya. Kecukupan Dana dalam implementasi
Kegiatan tersebut diperlukan untuk Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
mengetahui efektifitas perencanaan sumber Hidup
daya manusia yang dilakukan Badan No Kriteria Jawaban F %
Lingkungan Hidup untuk mewujudkan 1 Tidak Memadai 21 53,8
tujuan kebijakan Pengelolaan Lingkungan 2 Kurang memadai 13 33,3
Hidup . Berdasarkan hasil kuesioner yang 3 Memadai 5 12,8
disampaikan kepada responden diperoleh JUMLAH 39 100,0
pendapat tentang keberadaan jumlah Sumber: Angket Penelitian, 2012
petugas dalam pelaksanan kebijakan Hal lain yang sangat penting dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera implementasi kebijakan adalah ketersediaan
Utara sebagai berikut : dana untuk menunjang kebijakan tersebut.
Sumber-sumber yang penting dalam Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dana
suatu pelaksanaan meliputi staf-staf dengan operasional yang digunakan dalam rangka
keahlian yang baik untuk melaksanakan kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
tugas dan informasi, wewenag dan fasilitas- Sumatera Utara belum sepenuhnya dapat
285 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013
Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

mencukupi kebutuhan yang diperlukan perundangan oleh para pelaksananya


untuk menjalankan kegiatan tersebut. sendiri, penulis mencoba melihat proses
Sekitar sepertiga (33,3 persen) dari implementasi kebijakan Pengelolaan
responden yang menyatakan bahwa dana Lingkungan Hidup melalui pelaksanaan
yang diberikan kurang memadai untuk penegakan hukum terhadap pelanggaran.
menjalankan kegiatan yang dilakukan, dan Untuk keberhasilan suatu kebijakan maka
bahkan 53,8 persen lainnya menyatakan kecenderungan-kecenderungan para
bahwa dana tersebut tidak memadai. pelaksana sangat menentukan dalam
Hal ini berarti bahwa dana yang pelaksanaan, tingkah laku mereka terhadap
disediakan oleh pemerintah Provinsi kebijakan dan peraturan yang telah
Sumatera Utara dalam melaksanakan ditentukan sebelumnya mempengaruhi hasil
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya. Tingkah laku ini juga
ternyata belum sepenuhnya mencukupi menyangkut cara pandang terhadap sesuatu
kebutuhan aparat pelaksana karena hal atau kebijaksanaan. Dalam pelaksanaan
terbatasnya dana. kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini
Tabel 11 Pendapat Responden Tentang adalah sangat penting dan menentukan
Dukungan Prasarana untuk Menjalankan keberhasilan kebijakan tersebut,
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
No Kriteria Jawaban F % Tabel 12 Pendapat Responden Tentang
1 Mendukung 26 66,7 Peranan Pemerintah dalam Implementasi
2 Kurang mendukung 10 25,6 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3 Tidak mendukung 3 7,7 No Kriteria Jawaban F %
JUMLAH 39 100,0 1 Berperan 26 66,7
Sumber : Angket Penelitian, 2012 2 Kurang berperan 13 33,3
Hal lain yang juga penting untuk 3 Tidak berperan 0 0,3
kelancaran suatu kegiatan atau program JUMLAH 39 100,0
adalah adanya dukungan prasarana seperti Sumber: Angket Penelitian, 2012
transportasi yang lancar sangat menentukan Berdasarkan tabel di atas
keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 66,7 persen
oleh aparat pelaksana. Dukungan prasarana responden menyatakan bahwa Pemerintah
tersebut sekitar 66,7 persen responden yang dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera
menyatakan mendukung sedangkan 25,6 Utara telah berperan dalam memberikan
persen lainnya menyatakan kurang penyuluhan dalam pelaksnaan Implementasi
mendukung dan 7,7 persen lainnya Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyatakan tidak mendukung. dan 33,3 persen lainnya menyatakan kurang
c. Faktor Kecenderungan-Kecenderungan berperan.
Faktor ini mempunyai konsekuensi- Tabel 13 Pendapat Responden Tentang
konsekuensi penting bagi implementasi Pemerintah Daerah Dalam Implementasi
kebijakan yang efektif, karena Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
kecenderungan yang timbul dalam suatu No Kriteria Jawaban F (%)
kebijakan tergantung kepada pelaksananya. 1 Berperan 28 71,8
Jika suatu kebijakan cenderung mendapat 2 Kurang berperan 11 28,2
dukungan oleh para pelaksananya maka 3 Tidak berperan 0 0,0
kebijakan tersebut pasti akan berjalan JUMLAH 39 100,0
dengan baik dan jika sebaliknya maka Sumber: Angket Penelitian, 2012
implementasi kebijakan tersebut akan sulit Peranan Pemerintah Daerah
mencapai tujuannya. Dengan kata lain suatu (Kabupaten/Kota) adalah sangat penting dan
kebijakan akan berjalan dengan baik apabila menentukan untuk keberhasilan
terdapat komitmen dan kejujuran para Implementasi Kebijakan Pengelolaan
pelaksananya. Mencermati realitas hasil Lingkungan Hidup . Seperti terlihat pada
penelitian terhadap faktor kecenderungan tabel 5.16 di atas menunjukkan bahwa
perilaku kebijakan diatas yang sebahagian besar responden (71,8 persen)
memperlihatkan perbedaan pendapat antara menyatakan bahwa Pemerintah Daerah
materi kebijakan dan peraturan sangat berperan dalam Implementasi

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 286


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup . keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan.


Responden yang menyatakan bahwa Mustopaadidjaja ( 2003 ) menyatakan
Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) birokrasi berfungsi melalukan pengelolaan
kurang berperan sebesar 28,2 persen dan pelayanan dan pengelolaan atas pelaksanan
tidak seorangpun responden yang berbagai kebijakan publik sehingga birokrasi
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah merupakan penentu keberhasilan seluruh
(Kabupaten/Kota) tidak berperan dalam agenda termasuk mewujudkan
kegiatan tersebut. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN (
Tabel 14 Pendapat Responden Tentang clean goverment ) dalam keseluruhan
Peranan Masyarakat Dalam Implementasi skenario perwujudan kepemerintahan yang
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup baik ( good governance). Birokrasi baik
No Kriteria Jawaban F (%) secara sadar atau tidak, memilih bentuk-
1 Berperan 30 76,9 bentuk organisasi untuk kesepakatan
2 Kurang berperan 6 15,4 kolektif dalam rangka mendukung
3 Tidak berperan 3 7,7 kelancaran pelaksanan tugasnya. Budi
JUMLAH 39 100,0 Winarno ( 2002 ; 151 ) menjelaskan struktur
Sumber: Angket Penelitian, 2012 organisasi memiliki pengaruh penting
Tabel di atas menunjukkan tentang terhadap implementasi kebijakan dan dalam
peranan masyarakat dalam implementasi struktur organisasi terdapat hal yang paling
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendasar dalam mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas yakni terdapatnya
menunjukkan cukup berperan di mana 76,9
standar pelaksanan tugas (Standard
persen responden menyatakan bahwa Operating Procedure/ SOP). Standard
masyarakat berperan dalam keberhasilan operating procedure (Sandar pelaksanan
Implementasi Kebijakan Pengelolaan tugas) adalah pedoman-pedoman baku yang
Lingkungan Hidup tersebut, sedangkan yang ditetapkan organisasi untuk pelaksanan
menyatakan kurang berperan sebesar 15,4 program dan jalannya organisasi. Standar
pelaksanan tugas bertujuan untuk
persen dan menyatakan tidak berperan
menyeragamkan tindakan para birokrat
sebesar 7,7 persen. dalam penerapan peraturan-peraturan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 70 Struktur organisasi dan tata kerja
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Badan Lingkungan Hidup harus disertai
tentang Perlindungan dan Pengelolaan dengan standar pelaksanan tugas
Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa penyelenggaraan Pengelolaan Lingkungan
masyarakat mempunyai kesempatan yang Hidup melalui studi dokumentasi yang
dilakukan penulis, diketahui bahwa Badan
sama dan seluas-luasnya untuk berperan
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan hidup,
dilakukan dengan cara: Pemerintah Provinsi berwewenang :
a. meningkatkan kepedulian dalam a. mengendalikan lingkungan hidup lintas
perlindungan dan pengelolaan Kabupaten dan atau Kota;
lingkungan hidup; b. mengatur pengelolaan lingkungan hidup
b. meningkatkan kemandirian dalam pemanfaatan;
keberdayaaan masyarakat, dan c. mengatur sumberdaya laut 4 (empat) mil
kemitraan; sampai dengan 12 (dua belas) mil;
c. menumbuhkembangkan d. mengatur pengamanan dan pelestarian
ketanggapsegeraan masyarakat untuk sumber daya air lintas Kabupaten dan atau
melakukan pengawasan sosial; dan Kota;
d. mengembangkan dan menjaga budaya e. melaksanakan penilaian analisis mengenai
kearifan lokal dalam rangka pelestarian dampak lingkungan (AMDAL) bagi
fungsi lingkungan hidup. kegiatan-kegiatan yang potensial
d. Faktor Struktur Birokrasi berdampak negatif pada masyarakat luas
Birokrasi merupakan salah satu badan yang lokasinya meliputi lebih dari satu
yang paling sering bahkan secara Kabupaten dan atau Kota;

287 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

f. melaksanakan pengawasan konservasi a. melaksanakan penelitian dan


lintas Kabupaten dan atau Kota; pengembangan pengelolaan lingkungan
g. menetapkan baku mutu lingkungan hidup hidup;
berdasarkan baku mutu lingkungan hidup b. menyiapkan rumusan kebijakan
nasional; perencanaan,
h. menyelenggarakan kegiatan pengelolaan pelaksanaan/pengendalian/dan evaluasi
lingkungan hidup lainnya berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup;
ketentuan peraturan perundang-undangan c. melakukan koordinasi dan atau kerja
yang berlaku; sama dengan Pemerintah Pusat,
i. memberikan insentif kepada pengelola Kabupaten/Kota dan pihak lain;
lingkungan hidup yang berhasil d. meningkatkan pengembangan kapasitas
melestrarikan lingkungan hidup. sumberdaya manusia dalam pengeloalaan
Sedangkan penjabaran operasional dan ingkungan hidup;
wilayah kewenangan lintas Kabupaten/Kota e. memberikan pelayanan pengaduan dan
ditetapkan lebih lanjut melalui Keputusan mediasi kasus/sengketa lingkungan
Kepala Daerah. hidup;
Tabel 15 Pendapat Responden Tentang f. melaksanakan pengawasan dan
Keterpaduan Komponen Pelaksana Dalam penegakan hukum lingkungan hidup;
Implementasi Kebijakan Pengelolaan g. mengelola sistem informasi lingkungan
Lingkungan Hidup hidup;
No Kriteria Jawaban F (%) h. memberdayakan masyarakat dalam
1 Ada keterpaduan 34 87,2 pengelolaan lingkungan hidup;
2 Kurang keterpaduan 5 12,8 i. membantu pelaksanaan pengelolaan
3 Tidak ada keterpaduan 0 0,0 lingkungan hidup Kabupaten/Kota
JUMLAH 39 100,0 berdasarkan koordinasi dan kesepakatan
Sumber: Angket Penelitian, 2012 kerja sama dengan pihak Kabupaten/Kota
Tabel di atas menunjukkan tentang yang bersangkutan.
keterpaduan komponen pelaksana dalam Tabel 16 Pendapat Responden Tentang
implementasi Implementasi Kebijakan Hambatan dalam Perencanaan Implementasi
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang secara Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
umum (87,2 persen) responden menyatakan No Kriteria Jawaban F (%)
ada keterpaduan. Komponen-komponen 1 Banyak hambatan 6 15,4
yang terlibat dalam pelaksanaan 2 Sedikit hambatan 18 46,2
implementasi Implementasi Kebijakan 3 Tidak ada hambatan 15 38,4
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah JUMLAH 39 100,0
Badan Lingkungan Hidup Provinsi dengan Sumber: Angket Penelitian, 2012
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota se Tabel di atas menunjukkan bahwa
Sumatera Utara. Namun demikian masih juga lebih separuhnya dari responden (46,2
dijumpai adanya kurang keterpaduan persen) menyatakan bahwa sedikit
diantara komponen yang terlibat, yaitu hambatan dalam perencanaan atau
sebesar 12,8 persen responden yang penyusunan program. Hambatan tersebut
menyatakan masih terjadinya kekurang berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya
terpaduan dalam implementasi manusia yang ada pada tingkat aparat.
Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sepertiga lainnya responden (38,4)
Lingkungan Hidup tersebut. Dan menyatakan tidak ada hambatan dan yang
berdasarkan tabel di atas tidak seorang menyatakan banyak hambatan dalam
responden pun yang menyatakan tidak ada perencanaannya 15,4 persen.
keterpaduan dalam diantara komponen Demikian juga halnya hambatan dalam
pelaksana implementasi Implementasi pelaksanaan, lebih dari separuhnya (56,4
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup persen) responden menyatakan tidak ada
tersebut. hambatan dan 23,1 persen yang menyatakan
Dalam menjalankan kewenangannya, sedikit hambatan. Responden yang
Pemerintah Provinsi memiliki tanggung menyatakan banyak hambatan sebesar 20,5
jawab sebagai berikut : persen, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 288


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Hambatan yang ada berkaitan dengan tersebut secara umum implementasi


implementasi kebijakan pengelolaan kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
adalah berkaitan dengan keterbatasan dana kriteria yang ditentukan , yaitu :
operasional yang tersedia setiap tahun  Skor untuk kategori tinggi : 2,34 - 3,00 ,
anggaran. berarti implementasi kebijakan
Tabel 17 Pendapat Responden Tentang pengelolaan lingkungan hidup pada
Hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Pengelolaan Lingkungan Hidup cukup efektif
No Kriteria Jawaban F (%)  Skor untuk kategori sedang : 1,67 - 2,33 ,
1 Banyak hambatan 8 20,5 berarti implementasi kebijakan
2 Sedikit hambatan 9 23,1 pengelolaan lingkungan hidup pada
3 Tidak ada hambatan 22 56,4 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
JUMLAH 39 100,0 belum efektif
Sumber: Angket Penelitian, 2012  Skor untuk kategori rendah : 1,00 - 1,66 ,
Pengelolaan lingkungan hidup provinsi berarti implementasi kebijakan
wajib didukung dengan dana yang jelas pengelolaan lingkungan hidup pada
sumbernya, transparan, dan dapat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dipertanggungjawabkan. Sumber dana tidak efektif.
utama dalam pengelolaan lingkungan hidup Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan
pada Provinsi Sumatera Utara masih berasal bahwa Implementasi Kebijakan Pengelolaan
dari Anggaran pendapatan belanja daerah Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera
provinsi (APBD Provinsi), sedangkan dari Utara dengan skor rata-rata adalah 2,07,
sumber lain belum tersedia. maka termasuk dalam kriteria atau
Sumber dana dapat berasal dari : tergolong sedang atau belum efektif.
Anggaran pendapatan belanja negara Namun apabila dilihat dari masing-
(APBN); Anggaran pendapatan belanja masing indikator, menunjukkan adanya
daerah provinsi (APBD Provinsi); Anggaran perbedaan untuk masing-masing indikator
pendapatan belanja daerah kabupaten/kota tersebut. Dari keempat indikator
(APBD Kabupaten/Kota); Bantuan menunjukkan hanya variabel komunikasi
masyarakat atau bantuan pihak lain yang mempunyai rata-rata skornya
termasuk bantuan luar negeri/sesuai dengan tergolong baik. Hal ini berarti kejelasan
ketentuan hukum yang berlaku. konsep program Pengelolaan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara telah
Analisis Data dipahami oleh aparat atau implementator
Implementasi Kebijakan Pengelolaan kebijakan dan kejelasan tujuan/sasaran
Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera program Pengelolaan Lingkungan Hidup
Utara Provinsi Sumatera Utara telah didukung
Seperti telah dijelaskan pada bagian dengan adanya perangkat aturan yang
pendahuluan bahwa untuk mengukur efektif. Sedangkan untuk ketiga variabel
Implementasi Kebijakan Pengelolaan lainnya yaitu sumber-sumber,
Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera kecenderungan-kecenderungan,dan struktur
Utara terdiri dari 4(empat) indikator, yaitu birokrasi, yang menunjukkan hasil yang
komunikasi, sumber-sumber, berbeda. Untuk variabel kecenderungan-
kecenderungan-kecenderungan, struktur kecenderungan,dan struktur birokrasi, yang
birokrasi, hasil yang diperoleh dan menunjukkan hasil yang kurang efektif. Hal
hambatan-hambatan setiap indikator dilihat ini menunjukkan bahwa Peranan Pemerintah
dari beberapa aspek atau pertanyaan yang Provinsi Sumatera Utara dalam
semuanya ditujukan untuk lebih memahami Implementasi Kebijakan Pengelolaan
dan menjelaskan tentang bagimana Lingkungan Hidup masih belum efektif dan
implementasi Implementasi Kebijakan juga belum efektifnya keterpaduan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi komponen pelaksana dalam implementasi
Sumatera Utara dari masing-masing Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
indikator tersebut. Dari keempat indikator Provinsi Sumatera Utara.

289 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

Tabel 18 Rata-rata Skor Implementasi secara efektif atau sedang sesuai dengan
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kriteria yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
Provinsi Sumatera Utara adanya beberapa kendala pada pelaksanaan
N Indikator Rata Kriteria kebijakan. Kendala yang dihadapi terdiri
o Implementasi -rata dari: kurangnya dukungan dana, kurang
kebijakan Skor koordinasi antara pemerintah pusat dan
1 Komunikasi 2,38 Efektif daerah, kualitas sumberdaya manusia
2 Sumber-sumber 1,56 Tidak Efektif pelaksana kebijakan yang masih rendah,
3 Kecenderungan- 2,23 Kurang Efektif
sering terjadinya perubahan struktur
kecenderungan
4 Struktur organisasi dan kebijakan, pihak pembuat dan
2,12 Kurang Efektif
birokrasi pelaksana kebijakan berada pada instansi
Implementasi 2,07 Kurang Efektif yang berbeda dan keterbatasan dana dalam
Program implementasi kebijakan pengelolaan
Sumber : Pengolahan data (Lampiran) lingkungan hidup.
Berdasarkan tabel di atas terlihat Anggaran Badan Lingkungan Hidup
bahwa dari 4(empat) indikator untuk Provinsi Sumatera Utara dalam tiga tahun
mengukur implementasi kebijakan, hal ini terakhir ini (2010-2012) relatif kecil sekali,
bararti bahwa secara umum implementasi tidak sampai 1% dari APBD Provinsi
kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara, seperti terlihat dalam tabel :
Provinsi Sumatera Utara belum berjalan

Tabel 19 Anggaran Badan Lingkungan Hidup dan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun
2010-2012 (Rp)

JENIS BELANJA 2010 % 2011 % 2012 %


Belanja Pegawai 9.834.043.852 51,84 12.761.812.476 35,71 11.847.261.031 34,77
Belanja Barang dan Jasa 8.350.677.350 44,02 16.833.777.037 47,10 17.690.048.000 51,92
Belanja Modal 784.953.300 4,14 6.144.861.175 17,19 4.535.346.680 13,31
JUMLAH 18.969.674.502 100,00 35.740.450.688 100,00 34.072.655.711 100,00
APBD PROV. SUMUT 3.833.180.911.120 5.164.825.747.073 7.677.852.377.570
% Terhadap APBD 0,49 0,69 0,44
Sumber : Sekretariat Daerah Prov. Sumatera Utara, 2012

Berdasarkan tabel di atas masalah daerah dan terangkatnya


menunjukkan bahwa dalam tiga tahun permasalahan homogenisasi lingkungan.
terakhir (2010-2012) anggaran Badan Dampak negatif yang mungkin terjadi, yaitu
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara memacu pendapatan daerah
menunjukkan sangat kecil sekali. Pada tahun mengeksploitasi sumberdaya alam. Hal ini
anggaran 2012 ini anggaran Badan menyebabkan tingkat kerusakan lingkungan
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara di daerah semakin tinggi.
sebesar Rp. 34.072.655.711,- atau sebesar Peraturan pengelola lingkungan yang
0,44% dari total APBD Provinsi Sumatera mempunyai fungsi sebagai pelindung dari
Utara sebesar Rp. 7.677.852.377.570,-. kerusakan yang dihasilkan dari pembangunan,
Pelaksanaan program pengelolaan saat ini belum berfungsi secara maksimal. Hal
lingkungan hidup di Sumatera Utara tersebut ini disebabkan karena peraturan pengelolaan
belum terlaksana secara maksimal, lingkungan belum terlaksana secara
Kebijakan pengelolaan lingkungan dalam era keseluruhan. Di samping masalah keterbatasan
otonomi daerah ini akan memberikan anggaran, kendala yang dihadapi pada
dampak terhadap lingkungan baik dampak implementasi Kebijakan Pengelolaan
positif maupun dampak negatif. Dampak Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Utara
positif yang mungkin terjadi adalah pola dari: terbatasnya instrumen pelaksanaan,
pengelolaan lingkungan lebih menyeluruh terbatasnya kemampuan aparat penegak
secara langsung terhadap faktor kunci hukum, rendahnya kesadaran masyarakat,

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 290


Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

perbedaan cara pandang antara penegak faktor: komunikasi kebijakan, sumber-


hukum, kurang koordinasi antara pemerintah sumber yang digunakan dalam
pusat dan daerah, kurangnya pemasyarakatan implementasi kebijakan seperti sumber
peraturan, kurang jelas isi pokok peraturan daya manusia dan sumber dana serta
perundang-undangan pengelolaan lingkungan prasarana, faktor kecenderungan dan faktor
hidup. struktur birokrasi, menunjukkan bahwa
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam proses implementasi kebijakan
belum memberikan kontribusi yang berarti Pengelolaan Lingkungan Hidup di
terhadap penyelesaian masalah lingkungan. Sumatera Utara belum berjalan secara
Kurang berperannya KLH dalam penyelesaian efektif.
masalah lingkungan disebabkan beberapa hal 2. Apabila dilihat dari masing-masing
yaitu : KLH tidak mempunyai kewenangan indikator, menunjukkan bahwa dari
penuh terhadap pengelolaan lingkungan secara keempat indikator tersebut hanya
hukum, ketidakjelasan tugas, fungsi dan indikator komunikasi yang tergolong
wewenang antara KLH dengan instansi lain, efektif, sedangkan untuk indikator
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. kecenderungan dan struktur birokrasi,
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan menunjukkan belum efektif dan untuk
hidup untuk masa depan perlu melakukan faktor sumber-sumber yang digunakan
perubahan terhadap kebijakan, dalam implementasi kebijakan seperti
penyempurnaan peraturan lingkungan dan sumber daya manusia dan sumber dana
restrukturisasi kelembagaan pengelola yaitu serta prasarana menunjukkan tidak
dengan cara: (1) penyusunan program efektif.
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup 3. Belum efektifnya implementasi kebijakan
dengan menerapkan prinsip-prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
pengelolaan yang bercirikan holistik, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
terintegrasi, multidimensi, multisektoral, disebabkan karena kurangnya dukungan
multipihak dan multi kepentingan; kebijakan dana, kurang koordinasi antara
pengelolaan lingkungan otonomi daerah pemerintah pusat dan daerah, kualitas
dilaksanakan sebagai pilihan alternatif sumberdaya manusia pelaksana
kebijakan. (2) Penyempurnaan peraturan kebijakan yang masih rendah, sering
perundang-undangan dengan melibatkan terjadinya perubahan struktur organisasi
semua pihak yang berkepentingan; dan kebijakan, dan pihak pembuat dan
peningkatan sosialisasi peraturan kepada pelaksana kebijakan berada pada
masyarakat; dan penegakan hukum melalui instansi yang berbeda
pengadilan khusus lingkungan hidup. (3)
Restrukturisasi lembaga pengelola lingkungan SARAN
hidup di tingkat pusat dan daerah yang bersifat Untuk meningkatkan efektivitas
integrasi sesuai dengan permasalahan implementasi kebijakan Pengelolaan
lingkungan hidup; memperjelas tugas, fungsi Lingkungan Hidup pada Pemerintah
dan kewenangan setiap lembaga lingkungan Provinsi Sumatera Utara , penulis
hidup untuk menghindari duplikasi sarana dan memberikan saran sebagai berikut :
prasarana, serta sumberdaya manusia pada 1. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
kelembagaan lingkungan hidup. melalui APBD Provinsi perlu
meningkatkan anggaran dalam
KESIMPULAN pengelolaan lingkungan hidup di
Dari uraian pada bab-bab terdahulu Sumatera Utara, dimana yang ada selama
mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan ini masih sangat kecil (kurang dari 1%
Lingkungan Hidup pada Pemerintah Provinsi dari APBD).
Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan 2. Perlu peningkatan kualitas sumberdaya
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara manusia dengan pendidikan dan pelatihan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : terutama yang berhubungan dengan
1. Implementasi kebijakan Pengelolaan lingkungan hidup.
Lingkungan Hidup pada Pemerintah 3. Peningkatan koordinasi baik antara
Provinsi Sumatera Utara dilihat dari faktor- Pemerintah Pusat dengan Provinsi
291 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013
Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x
Public Administration Journal

maupun antara Pusat dengan Provinsi dan Islamy, M.Irfan, 2000, Prinsip-Prinsip
Kabupaten se Sumatera Utara dalam Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi
pengelolaan lingkungan hidup. Aksara, Jakarta.
Moleong, Lexy J., 1995, Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Abdul Wahab, Solichin, 1997, Analisis Bandung.
Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Osborne Dan Plastrik, 2004, Banisshing
Implementasi kebijaksanaan Negara, Bureaucracy: The Five Strategic For
Bumi Aksara, Jakarta. Reinventing Government,
Andi Gani, Kepemimpinan Sektor Publik Addsion-Westey Publishing Company,
Dalam Perspektif Tindakan Kolektif Inc, California
(Collective Action), PPS UNIBRAW Ripley, Randall B., 1985, Policy Analysis in
Malang, 2005. Political Science, Nelson-Hall Inc.,
Albrow, Martin. 2006. Birokrasi Chicago.
diterjemahkan oleh Rusli Karim dan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Totok Daryanto. Yogyakarta : PT. Tiara 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Wacana. dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Abdul Wahab, Solichin, 1997, Analisis Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Kebijaksanaan Dari Formulasi ke 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Implementasi kebijaksanaan Negara, Budaya.
Bumi Aksara, Jakarta. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Bryson, M. John, 2005, Strategic Planning For 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Publik And Nonprofit Organization Indonesia.
A Guide To Strengthening An Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Achievement, Rev. Ed. PP. 19, Jossey-Bass 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Publishers, San Frainsisco Daerah.
Damanhuri, Didin S. Kebijakan dan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Pembangunan : Teori, Kritik dan Solusi 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
bagi Indonesia dan Negara Berkembang. Sumber Daya Alam Hayati dan
Bogor: IPB Press. Ekosistemnya.
Dwiyanto, Agus , 2002, Reformasi Birokrasi Sugiyono, 2003, Metode Penelitian
Di Indonesia , Pusat Studi Kependudukan Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Van Meter, Donald S., and Carl E Van Horn,
Yogyakarta 1975, Administration & Society : The
Dunn, William N., 2003, Penerjemah Policy Implementation Process A
Samodra Wibawa dkk., Pengantar Conceptual Framework, Sage
Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada Publications Inc., Ohio.
University Press. Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses
Brinkerhoff, Derick W– Benjamin L. Crosby, Kebijakan Publik, Media Pressindo,
2002, Managing Policy Reform, Yogyakarta.
Kumarian Press, USA. Wibawa, Samudra, 1994, Evaluasi Kebijakan
Dunn, William N., 2003, Penerjemah Publik, PT. Raja Grafindo Persada,
Samodra Wibawa dkk., Pengantar Jakarta.
Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada Van Meter, Donald S., and Carl E Van Horn,
University Press. 1975, Administration & Society : The
Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Policy Implementation Process A
Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung. Conceptual Framework, Sage
Edwards III, George C., 1980, Implementing Publications Inc., Ohio.
Public Policy, Congressional Quarterly
Inc., United States of America.

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 292

Anda mungkin juga menyukai