Anda di halaman 1dari 34

POLITIK AGRARIA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI AGRARIA DI INDONESIA


Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Politik Agraria

Dosen Pengampu :

Dr. H.M. Ismail, M.H, M.Si.

Penyusun :

Moch Nur Setiyo Al Rizal (I71216043)

Gaung Gelar R (I01216010)

Tommy Mandala Putra (I71216079)

Rif atul Ula (I01216031)

Arini Sahadah (I71216037)

Shohifatul Jazilah (I71216053)

Eko Prasetyo B. (I01216007)

Desia Damayanti (I71216040)

M. Abdi Rachim (I01216020)

Indah Ayu Lestari (I71216063)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah, karunia serta hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Politik Agraria Tugas Pokok dan Fungsi
Keagrariaan”. Terima kasih pula kepada Bapak Dr. H. Ismail, M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Politik Agraria yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah khazanah pengetahuan bagi pembaca,
kami juga memintaadanya kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan makalah kami ini.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Surabaya, 02 Mei 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

A. Latar Belakang ......................................................................................................4

B. Tugas Pokok dan Fungsi Agraria di Indonesia .....................................................5

C. Catur Tata Tertib Pertanahan di Indonesia ............................................................21

D. Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan .........................................................22

E. Penggunaan Tanah Pertanian ................................................................................23

F. Penyediaan dan Penggunaan Tanah bagi Keperluan Perusahaan ..........................24

G. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah ....................................................................27

H. Penggunaan dan Penetapan Luas Tanah Untuk Tanaman-Tanaman Tertentu .....28

RINGKASAN .......................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................40

3
4
TUGAS POKOK DAN FUNGSI KEAGRARIAAN

A. Latar Belakang
Lahan memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan dari tanah
dan perkembangannya. Sutanto (2005:205) menyatakan bahwa
tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang memiliki ciri atau
karakteristik tertentu. Karakteristik ini terbentuk sebagai akibat dari
interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief, dan waktu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya tanah sangat
mempengaruhi akan kondisi lahan yang terdapat di atasnya. Lahan
inilah yang kemudian dapat dievaluasi untuk memperoleh
penggunaan yang tepat.
Evaluasi lahan merupakan proses yang terdapat dalam
tataguna lahan. Proses tataguna lahan yang dimaksudkan adalah
melakukan perbandingan antara kondisi penggunaan lahan dengan
kondisi kemampuan lahan yang terdapat di suatu lokasi. Tujuan dari
evaluasi lahan ini adalah mampu menentukan nilai suatu lahan untuk
suatu tujuan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi
lahan adalah aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan yang memiliki
keterkaitan erat terhadap pembentukan suatu lahan itu sendiri.
(Hardjowigeno & Widiatmaka, 2014:53).1
Adapun asas yang merupakan penegasan dari asas hukum
UUPA dan ada pula yang berasal dari Tap MPR No. IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
seper asas keadilan, kepasan hukum, demokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang baik. Selain itu juga ditambahkan dengan asas-
asas yang terkait dengan perlindungan dan pelestarian fungsi
lingkungan seper asas keterpaduan, keserasian, keselarasan serta
fungsi ekologis. Asas-asas hukum tersebut sudah cukup
komprehensif untuk pengaturan masalah pertanahan. Hal ini penting
karena asas merupakan fikiran dasar yang melatarbelakangi
terbentuknya peraturan.2
Asas hukum pertanahan harus menjadi ratio legis
terbentuknya kaidah-kaidah pertanahan. Sebab, perumusan kaidah
tanpa didasari asas hukum akan sulit mencari legal reasoning-nya
manakala kaidah itu berbenturan dengan kaidah hukum lain (baik
secara verkal maupun horizontal) manakala kaidah itu
diimplementasikan. Untuk itu urgensi asas hukum harus dilihat dak
saja terkait dengan content kaidah hukumnya tetapi juga terkait

1
Gunanada, Arkha Dhemas. Evaluasi kesesuaian lahan tanaman perkebunan sebagai factor pengurang dampak
erosi.Universitas Gajah Mada tahun 2014.
2
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, Penerbit Liberty, Yogyakarta: 1996, hlm. 5

5
dengan sistem hukum itu sendiri. Dalam hal tersebut kami akan
menjelaskan tentang tugas pokok dan beberapa fungsi Agraria.
B. Tugas Pokok Dan Fungsi Agraria di Indonesia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia
adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Kementerian Agraria dan Tata Ruang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.3 Kementerian
Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia dijabat oleh seorang
menteri yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Sejak 27 Oktober 2014 Kementerian Agraria dan Tata
Ruang Republik Indonesia dipimpin oleh Ferry Mursyidan Baldan4
Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang menyelenggarakan
fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata
ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum
keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan
tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta
penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan
tanah;
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi ataspelaksanaan
urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga
pemerintah non-kementerian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai

3
Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
4
CNN Indonesia : Daftar Nama Menteri Kabinet Kerja Jokowi

6
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN dahulu
dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 BPN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas, BPN menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;
2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran,
dan pemetaan;
3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak
tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan,
penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;
5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
dan
11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan.5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN
menyelenggarakan fungsi:
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan
Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta
sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban
bencana alam dan daerah-daerah konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan
konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS),
dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.

5
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional

7
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-
undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan
Pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia
adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.Kementerian Agraria dan Tata Ruang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.6 Kementerian
Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia dijabat oleh seorang
menteri yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Sejak 27 Oktober 2014 Kementerian Agraria dan Tata
Ruang Republik Indonesia dipimpin oleh Ferry Mursyidan Baldan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang menyelenggarakan
fungsi:
 perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata
ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum
keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan
tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta
penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan
tanah;
 koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
 pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
 pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
 pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi ataspelaksanaan urusan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan
 pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga
pemerintah non kementerian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN dahulu
dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015.

6
Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang

8
BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugas, BPN menyelenggarakan
fungsi:
a) penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;
b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran,
dan pemetaan;
c) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak
tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
d) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan,
penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;
e) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
f) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
g) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
h) pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
i) pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
j) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
dan
k) pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN
menyelenggarakan fungsi:
1) Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan
Nasional.
2) Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta
sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3) Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).
4) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban
bencana alam dan daerah-daerah konflik.
5) Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan
konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6) Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS),
dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7) Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
8) Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9) Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-
undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.
10) Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11) Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan
Pertanahan.
Dalam tugas-tugas pokoknya Direktoral Jenderal Agraria
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

9
1) Tata Guna Tanah (Land Use);
2) Landreform;
3) Pengurusan Hak-hak Tanah;
4) Pendaftaran Tanah;
5) Administrasi 7
Adapun pembidangan dan tugasnya dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut :
1. Tata Guna Tanah
Tata guna tanah merupakan suatu konsep yang berkaitan
dengan penataan tanah secara maksimal, sebab konsep tata guna
tanah selain mengatur mengenai persediaan, penggunaan terhadap
bumi, air, dan ruang angkasa, juga terhadap tanggung jawab
pemeliharaan tanah, termasuk di dalamnya menjaga kesuburannya.8
Tujuan utama dari Tata Guna Tanah adalah agar tanah yang
tersedia itu harus dapat dimanfaatkan untuk dapat mencapai
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD 45).
Maka untuk mencapai tujuan itu, kebutuhan-kebutuhan Negara,
Masyarakat dan perorangan yang memerlukan tanah harus dapat
dipenuhi, padahal jumlah tanah tidak bertambah sehingga terbatas.
Maka harus diatur sedemikian rupa supaya kebutuhan-kebutuhan itu
dapat dipenuhi secara serasi dan seimbang. Kalau
kebutuhankebutuhan itu sudah terpenuhi, maka penggunaannya
harus sedemikian rupa supaya dicapai manfaat yang sebesar-
besarnya dan sebaik-baiknya dan diselenggarakan sedemikian rupa
supaya tanah itu tetap bermanfaat.9
Berdasarkan penjelasan Pasal 13 ayat (5) PP No. 16 Tahun
2004 tentang Penatagunaan Tanah, bahwa pedoman teknis
penggunaan tanah bertujuan untuk menciptakan penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang lestari, optimal, serasi dan seimbang
(LOSS) diwilayah pedesaan serta aman, tertib, lancar dan sehat
(ATLAS) di wilayah perkotaan yang menjadi persyaratan
penyelesaian administrasi pertanahan.
Fungsi ini memberikan pedoman dan pengarahan dalam
rangkamening-katkan efisiensi penggunaan tanah sesuai dengan
persediaan dankemampuan tanah untuk keperluan masyarakat.
Tujuan yang hendakdicapaiadalah penggunaan bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandungdi dalamnya secara efisien seimbang
dan serasi agar diperoleh kemanfaatan yang optimal. Adapun
kegiatan yang ditempuh adalah melakukan survey Tata Guna Tanah,
baik survey mengenai keadaanpenggunaan tanah pada waktu
sekarang maupun survey mengenai kualitasdan kemampuan
tanahnya.
2. Landreform

7
HeruKuswanto, SH.Mhum. kondisi hukum agraria fungsi pokok agraria
8
Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.261
9
Arie.S.Hutagalung, Tata Guna Tanah dan Land Reform, (Jakarta:1995), hal.81.

10
Membatasi penguasaan dan pemilikan tanah baik untuk
keperluan Badan Hukum atau perorangan/keluarga agar diperoleh
pemerataanpendapatan dan hasil yang sama serta adil. Adapun
kegiatan-kegiatanLandreform meliputi usaha-usaha:
a) Menghapuskan sistim pemilikan dan penguasaan tanah luas
denganmenyelenggarakan batas maximum dan minimum untuk tiap
keluarga.
b) Larangan pemilikan tanah pertanian secara guntai (absentee)
danlarangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkanpemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi
bagian-bagianyang terlampau kecil.
c) Memperbaiki sistim penguasaan tanah tradisionil dalam bentuk
bagihasil dan gadai tanah.
d) Menyelenggarakan redistribusi tanah-tanah selebihnya dari batas
maksimum tanah-tanah yang terkena larangan absentee dan tanah-
tanah negara lainnya.
e) Melaksanakan pembayaian ganti rugi kepada bekas pemilik-
pemiliktanah yang terkena ketentuan Landreform.
f) Melaksanakan usaha pengembangah dan tindak lanjut berupa
pembinaan petani Landreform.
Ciri pokok dari pada pelaksanaan Landreform di Indonesia ialah
:
a. Tidak menghapus hak milik perorangan atas tanah, bahkan secara
kuantitatif menambah jumlah pemilik-pemilik tanah.
b. Adanya jaminan pembayaran ganti rugi bagi para bekas pemilik
tanah-tanah pertanian kelebihan dan absentee yang dikuasai oleh
Pemerintah.
3. Pengurusan Hak-hak Tanah
Bidang tugas ini pada pokoknya bersifat pelayanan umum
terhadap para anggota masyarakat, badan-badan hukum, instansi-
instansiPemerintah yang memerlukan tanah untuk kegiatan-kegiatan
usaha-usahanya, pencabutan hak dan pengawasan terhadap
pemindahan hak atastanah.
4. Pendaftaran Tanah
Secara terminologi pendaftaran tanah berasal dari kata
cadastre, suatu istilah teknis untuk suatu record atau rekaman,
menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan terhadap suatu
bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin yaitu capistratum
yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk
pajak tanah Romawi. Cadastre berarti record pada lahan-lahan, atau
nilai dari tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan
perpajakan. Cadastre dapat diartikan sebagai alat yang tepat untuk
memberikan suatu uraian dan identifikasi tersebut dan sebagai

11
rekaman berkesinambungan dari hak atas tanah.10 Sedangkan
menurut Boedi Harsono pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh Negara/Pemerintah secara terus
menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data
tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah
tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi
kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya
dan pemeliharaannya.11
Pada prinsipnya pendapat tersebut sejalan dengan pengertian
pendaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 PP No.24 Tahun 1997
yakni : “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan
dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam
bentuk peta dan daftar, mengenai bidangbidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”
Pelaksanaan untuk tercapainya jaminan dan kepastian hukum
hak-hak atas tanah diselenggarakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Negara, dengan mengadakan pengukuran, pemetaan tanah
sertamenyelenggarakan tata usaha pendaftaran hak-hak serta
peralihannya danpemberian surat tanda bukti hak berupa sertifikat
sebagai alat pembuktianyang kuat. Pendaftaran tanah di Indonesia
dilakukan dengan sistim negatif dengan dilakukan secara bertahap
dan didasarkan pada azas.
a) Azas publisitas yakni, bahwa nama pemilik bidang tanah, status hak
atas tanah, serta adanya beban-beban di atas tanah seperti
adanyahipotik, sitaan-sitaan dan sebagainya harus terdaftar dalam
daftarumum, artinya bahwa daftar data-data ini terbuka bagi umum.
b) Azas spesialitas yakni, bahwa letak tanah, lokasinya, luasnya serta
tanda-tanda batasnya harus tampak jelas, oleh karena itu bidang
tanah haruslah diukur, dipetakan, dihitung luasnya serta jelas macam
tanda batas (situasi) bidang tanah itu.
Azas publisitas lebih menekankan segi-segi legalitas yakni
segi-segihukum atas tanah, sedang azas spesialitas lebih-lebih
menekankan segi-segi tekhnis pengukuran dan pemetaan yakni
dalam bidang ilmu geodesi.
Posisi pendaftaran tanah yang merupakan bagian dari urusan
agraria kemudian mengacu pada UUPA, ketentuan pendaftaran

10
A.P.Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia (Berdasarkan PP.No24/1997dilengkapi dengan Peraturan
Jabatan Pembuat Akta Tanah PP. 37 Tahun 1998), Cetakan Pertama, (Bandung : CV.Mandar Maju, 1999), hlm. 18-
19.
11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan
Pelaksanaannya, Jilid I, Edisi Revisi, Cetakan Kesebelas, (Jakarta : Djambatan, 2007), hlm.72.

12
tanah pada UUPA terdapat dalam Pasal 19. Aturan ini kemudian
diatur lebih lanjut melalui peraturan pelaksana, yaitu PP Nomor 10
tahun 1961 yang kemudian diganti dengan PP Nomor 24 Tahun
1997, hadirnya peraturan pelaksana ini menjadi jawaban akan
kebutuhan kepastian hukum pada para pemilik tanah. Mengingat
pendaftaran tanah diselenggarakan untuk menjamin kepastian
hukum, pendaftaran tanah ini diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya PP Nomor
10 tahun 1961 untuk pertama kalinya Indonesia mempunyai suatu
lembaga tanah, hal ini tambah sempurna dengan dikeluarkannya PP
Nomor 24 Tahun 1997. Sebelum adanya kedua produk hukum ini,
dikenal Kantor Kadaster sebagai Kantor Pendaftaran untuk hak-hak
atas tanah.12
Perubahan dari PP Nomor 10 Tahun 1961 dengan PP Nomor
24 Tahun 1997 menjadikan aturan pelaksana dari UUPA lebih
sempurna. Penyempurnaan itu meliputi berbagai hal yang belum
jelas dalam peraturan yang lama (PP Nomor 10 Tahun 1961), antara
lain pengertian pendaftaran tanah itu sendiri, asas-asas dan tujuan
penyelenggaraannya, yang disamping memberi kepastian hukum
juga untuk menghimpun dan menyajikan informasi yang lengkap
mengenai data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
bersangkutan.13
Kegiatan pendaftaran tanah memiliki tujuan sebagaimana
disampaikan dalam UUPA Pasal 19 ayat (1) yakni "Untuk menjamin
kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah." Sebagai peraturan
pelaksana dari UUPA sejalan pernyataan tersebut tujuan pendaftaran
tanah di dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 3 dijabarkan lebih
luas yaitu :
a) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun
dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar, untuk terselenggaranya tertib
administrasi pertanahan.
Tujuan pendaftaran tanah merupakan sarana penting
mewujudkan kepastian hukum, penyelenggaraan pendaftaran tanah
dalam masyarakat modern merupakan tugas Negara yang

12
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Cetakan Pertama, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007),
hlm.112.
13
Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Edisi Kedua, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), hlm.161.

13
dilaksanakan oleh Pemerintah bagi kepentingan rakyat dalam rangka
memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan.14
5. Administrasi
Guna memperlancar setiap urusan yang menyangkut
tanahsehingga menunjang lancarnya pembangunan perlu
peningkatan tertibadministrasi pertanahan. Dalam menanggulangi
usaha-usahameningkatkan tertib administrasi pertanahan,
diusahakan polakebijaksanaan yang menyeluruh baik mengenai
organisasi/tata kerja, personalia, keuangan maupun prasarana demi
tercapainya tertib tersebut. Dalam hal ini ada beberapa tugas pokok
dan fungsi keagrariaan antara lain :
a) Tugas pokok dan tata guna tanah:
Di dalam hukum agraria ada beberapa tugas pokok dan tata guna
tanah yang sudah ditetapkan dalam hukum yakni :
1) Mengamati persediaan tanah
2) Menggariskan peruntukkan tanah
3) Mengamati pola penggunaan tanah serta menyarankan usaha
pemeliharaan atas tanah
b) Konsepsi perencanaan penggunaan tanah:
1) Perencanaan penggunaan tanah tidak menggariskan apa yang harus
dipetakan, tetapi dia meletakkan apa yang sudah digariskan.
2) Perencanaan penggunaan tanah tidak bisa ada kalau tidak didahului
oleh jenis perencanaan lain, misalnya perencanaan ekonomi.
3) perencanaan ekonomi tanpa adanya perencanaan tanah akan
menimbulkan “kesemrawutan”
c) pedoman teknis penggunaan tanah:
1) asas penggunaan tanah dibedakan menjadi dua kelompok besar
menurut sifat polanya yaitu :
a. Penggunaan tanah pedusunan (rural land use)
penggunaan tanah pedusunan pertama-tama tujuan dititk beratkan
kepada produksi, karena itu penggunaan berasaskan : Lestari,
Optimal, Seimbang (L.O.S).
b. Penggunaan tanah perkotaan (urban land use)
penggunaan tanah perkotaan pertama-tama tujuan dititk beratkan
kepada tujuan tempat tinggal, karena itu penggunaan tanah
perkotaan berasaskan : Aman, Tertib, Lancar, dan Sehat (A.T.L.A.S)
2) Kriteria Teknis
Faktor teknis yang perlu dipertimbangkan dalam usaha untuk
mencarikan tempat dari setiap jenis kegiatan meliputi sifat. Sifat
fisik tanah dan lingkungannya, serta faktor-faktor sosial ekonomi.
3) Kriteria Teknis untuk penggunaan fatwa Tata Guna Tanah
Fatwa tata guna tanah yang diberikan, baik dalam rangka
pemberian hak maupun ijin konversi pengunaan tanah, adalah
berdasarkan dari segi teknis obyektif.

14
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan
Pelaksanaannya, Jilid I, Edisi Revisi, Cetakan Kesebelas, (Jakarta : Djambatan, 2007), hlm.72.

14
4) Kriteria Teknis untuk pemberian fatwa mencakup :
 Lokasi dan fungsi dari permukaan laut.
 Penggunaan tanah sekitarnya, kualitas tanah yang menyangkut
lereng, drainase, kedalaman tanah dan sifat-sifat fisiknya.
 Penggunaan tanah pada saat ini
 Keadaan air (hidrologi)
 Status tanah dan siapa yang menggarap sekarang
 Akibat-akibat lingkungan daripada jenis penggunaan yang dimohon
 Faktor-faktor sosial ekonomi lainnys.
5) Kriteria Teknis dalam proses penyusunan rencana tata guna tanah
tingkat kabupaten
Tujuan dari rencana tata guna tingkat kabupaten adalah untuk
mencarikan letak dari semua kegiatan pembangunan yang
memerlukan tanah. Bentuk dari rencana ini dibukukan ke dalam 3
buah buku (4 buah buku untuk Kotamadya).
Buku A : Berisi fatwa dan penjelasan, baik fatwa-fatwa fisik sosial
maupun ekonomi dan pada kabupaten yang bersangkutan fatwa fisik
iklim. Hidrologi, penggunaan tanah dan kualitas medan.
Buku B : Berisi volume kegiatan dari setiap sektor yang juga
dijabarkan ke dalam setiap kecamatan. Baik untuk jangka waktu 5
tahun maupun untuk kegiata-kegiatan tahunan.
Buku B ini di pecah menjadi 2 yaitu : Buku B 1Merupakan usulan
kegiatan oleh Kecamatan/Kabupaten. Buku B 2 Berisi peta-peta
yang menunjukkan letak dari kegiatan yang tercantum dalam buku
B1

6. Kriteria Teknis perencanaan pengunaan tanah yang detail


Perencanaan pengunaan tanahyang lebih detail pada soal ini
meliuti daerah transmigrasi, royek-proyek perkebunan. Sifat dari
perencanaan pengunaan tanah disini berbeda dengan rencana
pengunaan tanah di tempat kabupaten.
Urutan-urutan kegiatannya adalah :
a. Penetapan yang dilakukan dalam segala segi yang sangkut pautnya
tersebut karena itu dalam penetapan tersebut pemerintah daerah
memegang peranan utama.
b.Setelah lokasi ditetapkan, kemudian di survei dengan detail dengan
meliputi pembuatan peta dasar (peta garis tinggi), peta penggunaan
tanah, peta kualitas medan dan analisa sosial ekonomi yang dari
kawasan tersebut yang unitnya dapat berupa kecamatan atau
beberapa kecamatan. Semua peta ini dibuat dengan skala yang
berukuran besar sekurang-kurangnya 1 : 5000

15
c. Atas dasar hasil dan analisa survei detail tersebut dibuatlah
kemudian desain tata ruang atau boleh kita sebut perencanaan
pengunaan tanah yang detail dari suatu wilayah khusus.
7. Penyediaan Data Pokok Pertanahan secara Nasional
Selain penyediaan data-data yang segera diperlukan untuk
kebutuhan pemberian fatwa Tata Guna Tanah, proyek-proyek
perkebunan, proyek-proyek resettlement lainnya, kegiatan bidang
Tata Guna Tanah Direktorat Jenderal Agraria mempunyai tugas-
tugas pokok untuk penyediaan data pertanahan secara sistematis.
Untuk penyediaan data tersebut dilakukan pemetaan secara
sistematis tentang penggunaan tanah yang kualitas medan.
Kemudian untuk memberikan data untuk keperluan data bagi
berbagai instansi atau pemakai data lainnya yang mempunyai tujuan
berbeda-beda, maka jenis-jenis pemetaan sistematis yang dilakukan
secara berbeda-beda pula.
Pada garis besarnya pemetaan meliputi :
a. Pemetaan penggunaan tanah pedusunan baik skala 1 : 200.000
maupun 1 : 50.000
b. Pemetaan kemampuan tanah.
c. Pemetaan penggunaan tanah kotamadya.
d. Pemetaan penggunaan tanah kabupaten.
e. Pembuatan peta kerja (peta topografi).
f. Pemetaan penggunaan tanah detail berskala 1 : 25.000 atau lebih
besar.
g. Pemetaan revisi penggunaan tanah detail.
h. Pemetaan revisi penggunaan tanah kotamadya.
i. Pemetaan revisi penggunaan tanah kabupaten.
j. Pemetaan data kecamatan.
k. Pemetaan dan monitoring lokasi daerah miskin.
l. Pemetaan produktivitas tanah.15
C. Catur Tertib Pertanahan di Indonesia
Tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan.
Kedudukan tanah yang penting ini kadang tidak diimbangi dengan
usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timgul dalam
bidang pertanahan. Fakta memperlihatkan bahwa keresahan di
bidang pertanahan mendatangkan dampak negatif di bidang sosial,
politik dan ekonomi.
Untuk itu berdasarkan Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditentukan
agar pembangunan di bidang pertanahan diarahkan untuk menata
kembali penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah. Atas dasar
Tap MPR No. IV/MPR/1978, Presiden mengeluarkan kebijaksanaan
bidang pertanahan yang dikenal dengan Catur Tertib Bidang

15
Soetomo, Politik & Administrasi... hlm. 65.

16
Pertanahan sebagaimana dimuat dalam Keppres No. 7 Tahun 1979,
meliputi:16
a. Tertib Hukum Pertanahan
Diarahkan pada program:
1) Meningkatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat.
2) Melengkapi peraturan perundangan di bidang pertanahan.
3) Menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang terjadi.
4) Meningkatkan pengawasan dan koordinasi dalam pelaksanaan
hukum agraria.
b. Tertib Administrasi Pertanahan
Diarahkan pada program:
1) Mempercepat proses pelayanan yang menyangkut urusan
pertanahan.
2) Menyediakan peta dan data penggunaan tanah, keadaan sosial
ekonomi masyarakat sebagai bahan dalam penyusunan perencanaan
penggunaan tanah bagi kegiatan-kegiatan
pembangunan.Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanah-
tanah kelebihan batas maksimum, tanah-tanah absente dan tanah-
tanah negara.
3) Menyempurnakan daftar-daftar kegiatan baik di Kantor Agraria
maupun di kantor PPAT.
4) Mengusahakan pengukuran tanah dalam rangka pensertifikatan hak
atas tanah.
c.Tertib Penggunaan Tanah
Diarahkan pada usaha untuk:
1) Menumbuhkan pengertian mengenai arti pentingnya
penggunaan tanah secara berencana dan sesuai dengan kemampuan
tanah.
2) Menyusun rencana penggunaan tanah baik tingkat nasional
maupun tingkat daerah.
3) Menyusun petunjuk-petunjuk teknis tentang peruntukan dan
penggunaan tanah.
4) Melakukan survey sebagai bahan pembuatan peta penggunaan
tanah, peta kemampuan dan peta daerah-daerah kritis.
d. Tertib Pemeliharaan Tanah Dan Lingkungan Hidup
Diarahkan pada usaha:

16
Soplantila, Pola penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah secara tradisional, 1992.

17
1) Menyadarkan masyarakat bahwa pemeliharaan tanah
merupakan kewajiban setiap pemegang hak atas tanah.
2) Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada
pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan
menjadi beban setiap orang, badan hukum, atau isntansi yang
mempunyai suatu hubungan dengan tanah.
3) Memberikan fatwa tata guna tanah dalam setiap permohonan
hak atas tanah dan perubahan penggunaan tanah.

D. Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan


Berdasarkan Kep. Menteri Agraria/KBPN Nomor 5 Tahun
1995 tentang Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan
dicanangkanlah suatu gerakan nasional dengan nama Gerakan
Nasional Pemasangan Tanda Batas Pemilikan Tanah, yaitu gerakan
kesadaran masyarakat untuk mensukseskan Catur Tertib Pertanahan.
Pemasangan tanda batas pemilikan tanah dilakukan oleh
pemilik tanah yangberdampingan secara bersama-sama yang
tergabung dalam wadah Kelompok Masyarakat Sadar Tertib
Pertanahan (POKMASDARTIBNAH)
Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan:
a. Tujuan
Sebagai gerakan partisipasi masyarakat dalam rangka mempercepat
Catur Tertib Pertanahan serta menigkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Prinsip Dasar
1) Pemasangan tanda batas tanah dilakukan oleh pemilik tanah
secara bersama-sama pemilik tanah yang berdampingan.
2) Diciptakan adanya kelompok masyarakat yang dibentuk oleh
masyarakat untuk mensukseskan kegiatan ini.
3) Sasaran
Masyarakat pemilik tanah di perkotaan dan pedesaan,
melalui kelompok POKMASDARTIBNAH, dimana Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya bertindak selaku motivator
maupun sebagai fasilitator dalam kegiatan tersebut.
E. Penatagunaan Tanah Pertanian
Tanpa adanya planning, maka pemakaian tanah-tanah
pertanian terutama hanya akan berpedoman pada kepentingan
masing-masing atau pada keuntungan insidentil yang mereka
harapkan dari jenis-jenis tanaman tertentu. 17Dengan planning maka
dapat dicapai keseimbangan yang baik antara luas tanah dengan
jenis-jenis tanaman yang penting bagi rakyat dan negara. Dalam
planning diberikan jatah tanah menurut keperluan rakyat dan negara

17
Maria S.W, Kebijakan Pertanahan antara regulasi dan implementasi, Kompas Media Nusantara, Jakarta: 2001

18
untuk jenis tanaman-tanaman yang penting bagi program sandang
pangan, baik bagi bahan pangan maupun tanaman perdagangan.
Usaha kearah penatagunaan tanah secara teknis telah
dilakukan tetapi belum secara menyeluruh, antara lain dalam bentuk
perundang-undangan seperti:UU No. 38 Prp Tahun 1960 mengenai
luas minimum tanaman tebu yang harus ditetapkan oleh Menteri
Agraria untuk dapat menjamin produksi tebu dan kesinambungan
produktifitas pabrik gula yang harus diimbangi dengan penetapan
maksimum luas tanah di daerah sekitar perkebunan tebu/pabrik gula
yang bersangkutan, yang boleh ditanami tanaman perdagangan lain.
UU No. 20 Tahun 1964 yang mensyaratkan penetapan
jumlah sewa yang layak, dalam arti sewa yang tidak merugikan
kaum tani atas tanah-tanah yang diharuskan ditanam (tebu).Rencana
pembangunan Tahunan (Repeta) tahun 2004 di bidang
pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa kendala, yaitu:
a. Masalah teknis yaitu keterlambatan musim hujan.
b. Tekanan dari komoditas pertanian dari luar negeri akibat
dibukanya mekanisme impor dan makin menurunya tarif bea masuk.
c. Terfragmentasinya lahan pertanian yang didorong dengan laju
konversi lahan pertanian yang semakin meningkat.
Penertiban pemakaian tanah liar sudah sejak lama dilakukan
yaitu:Pada tahun 1948 dengan Ordonansi Onrechtmatige Ocupatie
van GrondenUU Darurat No. 8 Tahun 1954UU Darurat No. 1 Tahun
1951 yang diganti denganUU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang
Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin dari yang berhak atau
kuasanya.
Kepada penguasa daerah diberi wewenang untuk mengambil
tindakan-tindakan penyelesaian atas tanah yang bukan perkebunan
dan bukan hutan, yang digunakan tanpa izin yang berhak atau
kuasanya yang sah yang ada di daerahnya antara lain dengan
perintah pengosongan, dengan memperhatikan peruntukan dan
penggunaan tanah yang bersangkutan. Dalam penjelasan UU ini
disebutkan mengenai banyaknya tanah-tanah di dalam maupun di
luar kota yang dipakai orang-orang tanpa izin. Juga pemekaian tanah
secara tidak teratur di perkotaan, lebih-lebih yang melanggar norma
hukum dan tata tertib yang menghambat pembangunan yang
direncanakan.
F. Penyediaan dan Penggunaan Tanah Bagi Keperluan
Perusahaan
Pembangunan yang terus meningkat jelas menuntut
tersedianya tanah sebagai sarananya. Di satu pihak luas tanah yang
tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu apabila keperluan tanah bagi
perusahaan-perusahaan terutama perusahaan yang menunjang
perekonomian negara tidak diatur maka akhirnya tanah akan menjadi
faktor penghambat dalam proses pembangunan.

19
Atas dasar pertimbangan di atas, pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan tentang bagaimana penyediaan dan penggunaan tanah
bagi keperluan perusahaan (diatur dalam PMDN No. 5 Tahun
1974):18
a. Agar tercipta suasana dan keadaan yang serasi dan
menguntungkan bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan.
b. Agar supaya pada satu pihak, kebutuhan para pengusaha dan
kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah dapat dicukupi
dengan memuaskan.
Dengan demikian penyediaan tanah untuk kepentingan
perusahaan tidak hanya didasarkan pada segi keuntungan ekonomis
tetapi juga harus diperhatikan segi-segi yang lain, yaitu:segi
yuridispengaruhnya terhadap situasi sosial politik keamaan
nasionaldidasarkan pada asas-asas pembangunan nasional.Dalam
kebijaksanaan yang diatur dalam PMDN No. 5 Tahun 1974 yang
kemudian diatur lebih lanjut dalam Keppres No. 83 Tahun 1989
ditentukan antara lain:
a. Penetapan lokasi perusahaan:
1) Sejauh mungkin dihindari pengurangan areal tanah pertanian yang
subur
2) Sedapat mungkin harus dihindari pengurangan areal pertanian
yang subur.
3) Hendaknya dihindari pemindahan penduduk dari tempat
kediamannya.
4) Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya
pengotoran/pencemaran lingkungan.
Point 1) ini biasanya sering diabaikan yaitu perubahan fungsi
dari tanah pertanian menjadi tanah kering untuk lokasi perusahaan.
Perubahan yang demikian biasanya didasarkan pada
pertimbangan:Kepentingan nasional memang menghendaki
perubahan tanah pertanian menjadi lokasi perusahaan.
Perubahan ini harus mendatangkan keuntungan ekonomis
yang lebih tinggi Perusahaan yang bersangkutan harus dapat
menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.Sedapat mungkin
digunakan tanah-tanah yang tidak atau kurang produktif.Hendaknya
dihindari pemindahan penduduk yang tanahnya masuk dalam lokasi
proyek.Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah
terjadinya pengotoran/pencemaran lingkungan.
b. Penetapan luas tanah yang diperlukan:
Ditentukan bahwa luas tanah yang diperlukan luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan yang nyata artinya kebutuhan yang
benar-benar diperlukan untuk menyelenggarakan usahanya dan
kemungkinan perluasan usahanya dikemudian hari.

18
Ibid,...

20
Penetapan luas tanah yang diperlukan perusahaan harus
dilakukan secara tepat dan cermat, hal ini untuk menghindari akibat-
akibat yang tidak baik:
1) Luas tanah yang diberikan melebihi luas yang benar-benar
diperlukan.
Ini mengakibatkan ada sebagian tanah yang tidak
dimanfaatkan/ditelantarkan dimana hal ini bertentangan dengan asas
optimal dan fungsi sosial hak atas tanah.
2) Untuk mencegah usaha-usaha yang bersifat monopoli dan
spekulatif.
Untuk mencegah hal tersebut maka dikeluarkanlah beberapa
peraturan:Surat Keputusan MDN No. 268 tahun 1982 yang
menentukan bahwa perusahaan yang memperoleh tanah dari negara
harus memanfaatkan/menggunakan tanah tersebut dalam waktu 10
tahun sejak keluarnya ijin pembebasan tanah.
Instruksi Mendagri No. 21 Tahun 1973 yang memerintahkan
kepada Gubernur untuk melarang perusahaan baik perseorangan
maupun badan hukum untuk memiliki dan menguasai tanah yang
melampaui tanah yang melampaui batas kebutuhan usaha
sesungguhnya.

c. Macam Hak atas tanah yang dapat diberikan:


1) Jika perusahaan itu merupakan usaha perseorangan dan pemiliknya
WNI hak atas tanah yang diberikan ialah: hak milik, HGU, HGB,
dan hak pakai.
2) Jika perusahaan itu berbentuk badan hukum hak atas tanah yang
diberikan ialah: Hak Pengelolaan, HGU, HGB, dan hak pakai.
Khusus mengenai hak pengelolaan ini perusahaan yang
diberi hak mempunyai wewenang:merencanakan peruntukan dan
penggunaan tanahnya.
1) Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan
usahanya.
2) Menyerahkan bagian-bagian dari tanah kepada pihak ketiga yang
memerlukan.Misalnya PERUMNAS (Perusahaan Perumahan
Nasional) dalam kegiatannya berupa:
3) Merencanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan
pembangunan perumahan.Pelaksanaan pembangunan perumahan
4) Menyerahkan rumah beserta tanahnya kepada yang berhak.

G. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

21
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 PP No. 16 Tahun 2004
ditentukan mengenai penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung atau
kawasan budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasan dalam
RT/RW. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung
tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam
dan ekosistem alami.
Penggunaan tanah di kawasan budidaya tidak boleh
ditelantarkan, harus dipelihara dan dicegah kerusakannya.
Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya tidak saling bertentangan,
tidak saling mengganggu, dan memberikan peningkatan nilai tambah
terhadap penggunan tanahnya.19 Ketentuan mengenai penggunaan
dan pemanfaatan tanah ditetapkan melalui pedoman teknis
penetagunaan tanah, yang menjadi syarat menggunakan dan
memanfaatkan tanah.
Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah, pemegang hak
atas tanah wajib menikuti persyaratan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Persyaratan ini antara lain pedoman
teknis penatagunaan tanah, persyaratan mendirikan bangunan,
persyaratan dalam analisis mengenai dampak lingkungan,
persyaratan usaha, dan ketentuan lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil
dan bidang-bbidang tanah yang berada di sempadan pantai,
sempadan danau, sempadan waduk, dan atau sempadan sungai harus
memperhatikan:
a. Kepentingan umum;
b. Keterbatasan daya dukung, pembangunan yang berkelanjutan,
keterkaitan ekosistem, keanekaragaman hayati serta kelestarian
fungsi lingkungan.Apabila terjadi perubahan RTRW, maka
penggunaan dan pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir.
Pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak
mengubah penggunaan tanahnya. Peningkatan pemanfaatan tanah
harus memperhatikan hak atas tanahnya serta kepentingan
masyarakat. Pemanfaatan tanah untuk kawasan lindung dapat
ditingkatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan ekowisata
apabila menganggu fungsi kawasan.
Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan di
bawah tanah yang tidak terkait dengan penguasaan tanah dapat
dilaksanakan apabila tidak mengganggu penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang bersangkutan. Jika kegiatan tersebut
menggangu pemanfaatan tanah harus mendapat persetujuan

19
Brahmana Adhie dan Hasan Basri,Reformasi pertanahan: pemberdayaan hak-hak atas tanah ditinjau dari segi
aspek hukum, sosial, politik, ekonomi, hankam, teknis, agama dan budaya, Badan Pertanahan Nasional, Yogyakarta
: 2002.

22
pemegang hak atas tanah. Penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW disesuaikan
melalui penyelenggaraan penatagunaan tanah.
H. Penggunaan dan Penetapan Luas Tanah Untuk Tanaman-
Tanaman Tertentu
Beberapa aturan yang berkaitan dengan penyediaan tanah
untuk tanaman-tanaman tertentu ialah:UU No. 38 Prp Tahun 1960
tentang penetapan luas tanah bagi tanaman-tanaman
tertentu.Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat
Intensifikasi (TRI)
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan dalam
pengadaan tanah ini:
a) Mengenai letak tanah
Ditentukan di desa-desa yang termasuk dalam wilayah kerja
perusahaan yang memerlukan tanah.
b) Mengenai luas tanah
Harus memperhatikan kepentingan perusahaan dan masyarakat serta
kelangsungan kesuburan tanah.
c) Pola tanam
Agar tanah yang diperlukan bagi tanaman tertentu ditentukan secara
bergiliran.
Kemudian cara untuk memperoleh tanah dapat dilakukan
dengan:Perjanjian sewa tanah antara petani pemilik tanah atau
kelompok tani dengan perusahaan yang memerlukan tanah.Yang
perlu diperhatikan dalam hal ini ialah besarnya penetapan uang
sewa. Jumlah uang sewa minimal sama dengan hasil yang diperoleh
apabila tanah itu dikerjakan sendiri oleh pemiliknya.
Perjanjian bagi hasil tanah pertanian.Yang perlu diperhatikan
dalam hal ini ialah besarnya imbangan pembagian hasil antara
pemilik dengan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Adapun Catur Tertib tersebut meliputi: 20
a. Tertib Hukum Pertanahan
b. Tertib Administrasi Pertanahan
c. Tertib Penggunaan Tanah
d. Tertib Pemeliharaan Tanah

a. Tertib Hukum Pertanahan


Di kostatir bahwa tertib hukum pertanahan masih belum
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dirasakan masih banyak
terjadi penguasaan atau pemilikan dan penggunaan tanah oleh orang
atau badan hukum yang melanggar ketentuan atau peraturan
perundang-undangan Agraria yang berlaku. Yang dimaksud dalam

20
Ibid,. hlm. 66.

23
uraian mengenai perundang-undangan ini adalah Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960 beserta peraturan pelaksanaannya.
Di samping itu, bahwa masih banyak instansi-instansi
Pemerintah yang menguasai tanah tanpa dilandasi sesuatu hak atas
tanah, sehingga sering timbul sengketa mengenai penguasaan atas
sebidang tanah, penguasaan tanah pertanian secara melampaui batas
yang diperbolehkan (atau absentee), jual beli tanah di luar prosedur
yang berlaku, penguasaan tanpa alas hak. Ini semua menandakan
adanya penguasaan, pemilikan dan mutasi-mutasi tanah yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan Agraria yang berlaku,
sehingga hal ini mengakibatkan timbulnya kegoncangan ekonomi di
pedesaan-pedasaan21
Sebab terjadinya adalah belum dipahaminya peraturan-
peraturan perundangan Agraria oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kurangnya penerangan atau penyuluhan tentang arti
pentingnya hak-hak atas tanah, hak dan kewajiban anggota
masyarakat sehingga menyebabkan menurunnya disiplin Nasional
terhadap pelaksanaan hukum yang berlaku; adanya unsur-unsur
kesenjangan dari sementara oknum karena didorong oleh hasrat
untuk mengadakan spekulasi dan manipulasi di bidang pertanahan;
kurang tegasnya pelaksanaan sanksi hukum terhadap pelanggar-
pelanggar. Di samping bahwa sebagian besar hak atas tanah di
Indonesia belum terdaftar. Sebagai pelaksanaan dari semua hal
tersebut di atas dimaksudkan sebagai usaha mewujudkan tertib
hukum pertanahan yang sesuai dengan nafas politik hukum yang
telah dikonsepsikan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia serta terutama peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Pokok Agraria.
Usaha dalam langkah kebijaksanaan pada penataan kembali
dan pengendalian terhadap tugas keagrariaan, selalu diimbangi serta
diarahkan kepada kelengkapan penyempurnaan sarana hukum
pertanahan. Hal ini sebagai landasan untuk mewujudkan tertib
hukum, dan juga akan menumbuhkan kepastian hukum sebagai
pengayoman atas penggunaan dan pemilikannya, baik untuk
kepentingan pembangunan maupun untuk kepentingan masyarakat.
Pemanfaatan tanah untuk berbagai kepentingan proyek
pembangunan diadakan pencegahan agar tanah pertanian tidak jatuh
kepada orang yang tidak berhak. Di samping untuk menghindari agar
tidak terjadi penumpukan tanah di satu pihak yang melebihi batas
kemampuan usaha dan kebutuhannya.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 dan 27 Tahun
1973 mengandung asas pemerataan tanah serta perlindungan hukum
bagi golongan ekonomi lemah. Dalam program operasional untuk
tahun 1979/80 telah disusun berbagai rancangan peraturan
perundangan antara lain:
21
bid,. hlm. 67.

24
1. Rancangan Undang-Undang Tata Guna Tanah;
2. Rancangan Pemerintah tentang pembatasan tanah perumahan (non
pertanian);
3. Rancangan Keputusan Presiden tentang penetapan kembali
organisasi dan tata kerja penyelenggaraan landreform (sudah
direalisir dengan Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1980);
4. Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
perpanjangan sesuatu hak atas tanah yang akan berakhir tahun 1980
(sudah direalisir dengan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
1979);
5. Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang hak guna
usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.
Sedang untuk tahun 1980/1981, akan disusun Rancangan
Undang-Undang tentang hak milik dan Peraturan Pemerintah
pelaksanaannya dan Rancangan Undang-Undang tentang hak
tanggungan.22
b. Tertib Administrasi Pertanahan
Dalam kaitannya dengan kegiatan keagrariaan pada
umumnya pendaftaran tanah pada khususnya, maka tertib yang
pertama dan kedua merupakan posisi yang diutamakan. Tiada ada
manfaatnya suatu kegiatan tanpa tertib hukum dan tertib administrasi
pertanahan.

Pelaksanaan tertib administrasi pertanahan dalam lingkup


penatagunaan tanah di Kantor Pertanahan sudah sesuai tata ruang
(RT/RW). BPN melakukan control melalui hasil neraca dan
mengarahkan penggunaan saat ini sesuai RT/RW.
Kegiatan penatagunaan tanah di Kantor Pertanahan meliputi
inventarisasi dan pembaruan data penatagunaan tanah, yang terdiri
dari data dan peta penggunaan tanah lama dan baru, gambaran umum
penguasaan tanah dan RTRW. Analisa yang terdiri dari Analis
perubahan penggunaan tanah, Analisa kesesuaian penggunaan tanah
terhadap RTRW, dan Analisa ketersediaan tanah. Sedangkan
kegiatan penataan penguasaan tanah meliputi Konsolidasi tanah dan
Redistribusi tanah.23
Faktor penghambat dalam pelaksanaan tertib administrasi
pertanahan di kantor pertanahan , yaitu: Perda Nomor 1 Tahun 2004
belum berlaku, karena tim teknis yang melaksanakan belum ada.
Tidak terbentuknya tim teknis kerena belum dikeluarkannya SK jadi
tidak terkendalinya alih fungsi lahan.
Untuk memperlancar setiap kegiatan yang menyangkut tanah
bagi pembangunan di Indonesia perlu diadakan Tertib Administrasi
Pertanahan. Sejalan dengan perkembangan pembangunan, maka

22
Ibid,. hlm. 69.
23
Septiani, Sandra. PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KANTOR PERTANAHAN.
Universitas Lampung 2014, hal 21

25
usaha untuk meningkatkan tertib administrasi pertanahan baik tertib
administrasi non tehnis maupun administrasi tehnis agraria akan
terus ditingkatkan. Tertib Administrasi bidang non tehnis keagrarian
akan ditingkatkan secara menyeluruh baik mengenai organisasi atau
tata kerja, personalia, keuangan maupun prasarana demi tercapainya
tertib administrasi non tehnis dan administrasi tehnis keagrariaan.
Dalam bidang organisasi dan tata kerja sesuai dengan tingkat
pembangunan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri
N0. 133 Tahun 1978 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 1
Tahun 1979 sebagaimana telah dilaksanakan di daerah-daerah di
seluruh Indonesia.
Dalam bidang organisasi dan tata kerja sesuai dengan tingkat
pembangunan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri
N0. 133 Tahun 1978 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 1
Tahun 1979 sebagaimana telah dilaksanakan di daerah-daerah di
seluruh Indonesia.
Program operasional bidang tertib administrasi pertanahan
dalam tahun 1979/1980 di seluruh Indonesia adalah: 24
1. Tertib administrasi tata guna tanah untuk tercapainya tertib
pelaksanaan tugas tata guna tanah;
2. Tertib penyempurnaan dan perawatan serta pengusutan
dokumentasi dan peta-peta hasil pelaksanaan tugas tata guna tanah
dan pemanfaatan bagi kepentingan pembangunan maupun untuk
masyarakat yang membutuhkan.
Sedangkan peningkatan bidang landreform adalah diarahkan
kepada pencegahan terlepasnya pemeliharaan dan pengusahaan
tanah pertanian dari profesi. Pengumpulan dan penyusunan data dan
penyusunan kembali registrasi mengenai tanah kelebihan, absentee,
bekas swapraja, tanah negara dan tanah bekas partikelir (bekas tanah
partikelir) di seluruh Kabupaten atau Kotamadya di seluruh
Indonesia, termasuk pula pengumpulan data mengenai bekas pemilik
tanah kelebihan, absentee dan tanah partikelir.
Juga pengumpulan data menyususn register bekas pemilik
tanah, tanah kelebihan, absentee maupun tanah partikelir baik yang
sudah lunas maupun yang belum lunas. Melanjutkan redistribusi dan
pembayaran ganti rugi obyek-obyek yang lengkap dan jelas datanya.
Sedangkan untuk program operasional bidang pengurusan
hak-hak tanah dalam mewujudkan tertib administrasi penguasaan
dan pemilikan tanah serta pengendaliannya adalah sebagai berikut:
25

1. Meningkatkan pelaksanaan pemberian hak milik, hak guna usaha,


hak guna bangunan, hak pakai dan pengelolaan melalui proyek
penertiban.

24
bid,. hlm. 70.
25
Ibid,. hlm. 71.

26
2. Peningkatan pengurusan Hak-Hak Tanah yang dilaksanakan di
seluru Indonesia (26 Propinsi) kecuali Propinsi Timor-Timur.
Untuk pelaksanaan persiapan transmigrasi (daerah
pemulihan transmigrasi) pada tahun 1979/1980 telah disiapkan dan
dilaksanakan program penyelesaian hak-hak tanah untuk
transmigrasi investarisasi tanah atau bangunan milik instansi
Pemerintah dan investarisasi tanah perkebunan atau hak guna usaha.
Program operasional bidang Pendaftaran Tanah meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1. Pengukuran desa demi desa;
2. Penertiban dan pembangunan tata pendaftaran tanah;
3. Dan program pengukuran atau penataan daerah
transmigrasi di seluh Indonesia.
Untuk pengukuran desa demi desa, ketentuannya adalah
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961.
c. Tertib Penggunaan Tanah
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah
ditetapkan bahwa agar pemanfaatan tanah sungguh-sungguh untuk
membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia, disamping untuk menjaga kelestariannya, maka perlu
dilaksanakan penataan kembali mengenai penggunaan, penguasaan
dan pemilikan tanah.
Untuk dapat mengadakan penataan kembali dalam hal
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah diperlukan adanya
data pertanahan yang baik. Sedangkan kegiatan pendataan yang
terarah dan tertib dalam hal pemilikan atau penguasaan tanah adalah
upaya Pemerintah untuk mendapatkan data pokok yang akurat dalam
rangka mengadakan penataan kembali penggunaan, penguasaan dan
pemilikan tanah tersebut. 26
Sebab dewasa ini di Indonesia masih banyak tanah yang
belum diusahakan atau dipergunakan sesuai dengan kemampuan dan
peruntukannya sehingga bertentangan dengan fungsi sosial dari
tanah tersebut. Maka perlu ditumbuhkan pengertian akan pentingnya
arti penggunaan tanah sesuai dengan kemampuan peruntukannya.
Sehingga tercapai penggunaan tanah yang berasaskan pemanfaatan
tanah secara optimal, keseimbangan antara berbagai keperluan dan
asas kelestarian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
bersama.
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Pasal 6 huruf a dan b dijelaskan ”Strategi
pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam
danpengembangan agropolitan dengan tetap mempertimbangkan
dan mengindahkankondisi daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup meliputi:
26
Ibid,. hlm 72.

27
a. meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui
intensifikasi lahan;
b. mengintegrasikan pengembangan kawasan–kawasan
pertanian dengan mengoptimalkan fungsi kawasan agropolitan27.
Tertib penggunaan tanah merupakan sarana untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah secara optimal. Tertib
penggunaan tanah harus sejalan dengan semangat dan jiwa dari pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa
tanah harus dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dan disesuaikan dengan kemampuan dari tanah itu sendiri.
G.B.H.N. menentukan bahwa perlu diadakan penataan
kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka
pemanfaatan tanah bagi kesejahteraan banyak.
d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup
G.B.H.N. menetapkan bahwa kegiatan pembangunan
ekonomi dalam Pelita III, di samping memperhatikan Trilogi
Pembangunan juga memperhatikan kelestarian sumber-sumber alam
dan lingkungan hidup manusia untuk generasi selanjutnya.
Dalam pasal 15 UUPA diatur bahwa pemeliharaan tanah
termasuk menambah kesuburan tanah serta mencegah kerusakannya
merupakan tugas dari tiap individu untuk mengamankannya. Selain
itu juga badan hukum atau instansi yang mempunyai hubungan
hukum dengan tanah perlu memperhatikan pihak golongan
masyarakat berekonomi lemah. 28
Baik pembangunan yang dilakukan di segala bidang, maupun
pembangunan di bidang pertanian dan pembangunan non pertanian.
Oleh karenanya setiap orang, badan hukum atau instansi Pemerintah
bila menguasai, memiliki atau menggunakan tanah untuk tujuan
pertanian wajib menjaga kesuburan dan kelestariannya. Bagi usaha-
usaha non pertanian maka diwajibkan pula menghindari terjadinya
kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan. Baik pembangunan
industri atau non pertanian perlu didasarkan pada rencana
pembangunan daerah sehingga dapat dihindari kemungkinan
pencemaran lingkungan dan merugikan penduduk sekitarnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 yang
memberikan tugas kepada Gubernur atau Bupati, Walikotamadya,
Kepala Daerah untuk mengadakan pengawasan pelaksanaan para
pengusaha yang telah memperoleh ijin lokasi dan pemberian hak
guna bangunan atas tanah yang dikuasai.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1978 tentang
fatwa tata guna tanah yang mengharuskan adanya fatwa tata guna

27
Septiani, Sandra. PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KANTOR PERTANAHAN.
Universitas Lampung 2014
28
Ibid,. hlm. 73-74.

28
tanah dalam pemberian hak atas tanah termasuk juga kegiatan-
kegiatan dalam pelaksanaan Landreform. Ketertiban
,keamanan,ketentraman, kenyamanan, kerukunaan bersama,
kebersihan dan keindahan akan terwujud bila setiap warga siap
berpartisipasi dan aktif dalam pelaksanaannya.29 Manfaat dari hidup
di lingkungan: membangun kedisiplinan, melatih tanggung jawab,
menciptakan keteraturan, menjaga kenyamanan lingkungan,
menciptakan keteraturan dalam bermasyarakat, melatih kemandirian
dan melatih kejujuran.

29
https//www.tertib-lingkungan-hidup.id/

29
RINGKASAN

Tugas pokok dan fungsi keagrariaan di Indonesia


Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang menyelenggarakan
fungsi:
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata
ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum
keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan
tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta
penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan
tanah;
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi ataspelaksanaan
urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan
6. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga
pemerintah nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN dahulu
dikenal dengansebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015
BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.BPN menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;

30
b) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan;
c) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak
tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
d) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan,
penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;
e) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
f) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
g) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
h) pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
BPN;
i) pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
j) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
dan
k) pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan.
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Pasal 6 huruf a dan b dijelaskan ”Strategi
pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam
danpengembangan agropolitan dengan tetap mempertimbangkan
dan mengindahkankondisi daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup meliputi:
a. meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui intensifikasi
lahan;
b. mengintegrasikan pengembangan kawasan–kawasan pertanian
dengan mengoptimalkan fungsi kawasan agropolitan.
Manfaat dari hidup di lingkungan: membangun kedisiplinan,
melatih tanggung jawab, menciptakan keteraturan, menjaga
kenyamanan lingkungan, menciptakan keteraturan dalam
bermasyarakat, melatih kemandirian dan melatih kejujuran.

31
DAFTAR PUSTAKA

A. Suriyaman Mustari Pide, 2007.Hukum Adat (Dulu, Kini dan Akan


Datang), Jakarta: Pelita Pustaka.
Ali Imron, 2007.Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
PT Bumi Aksara
A.P.Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia (Berdasarkan
PP.No24/1997 dilengkapi dengan Peraturan Jabatan
Pembuat Akta Tanah PP. 37 Tahun 1998), Cetakan
Pertama, (Bandung : CV.Mandar Maju, 1999).
Arie.S.Hutagalung, Tata Guna Tanah dan Land Reform,
(Jakarta:1995).
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya,
Cetakan Pertama, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007)
Benhard Limbong. 2012.Hukum Agraria Nasional, Cet. I, Jakarta:
Margaretha Pustaka.
Boedi harsono. 1971.Undang-undang Pokok Agraria Sedjarah
Penyusunan: Isi dan pelakssanaannja, Djambatan,
Jakarta.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya,
Jilid I, Edisi Revisi, Cetakan Kesebelas, (Jakarta :
Djambatan, 2007).
Brahmana Adhie , Hasan Basri, 2002.Reformasi pertanahan:
pemberdayaan hak- hak atas tanah ditinjau dari segi
aspek hukum, sosial, politik, ekonomi, hankam, teknis,
agama dan budaya, Badan Pertanahan Nasional,
Yogyakarta : Sinar Media
Departemen Penerangan dan Direktorat Jendral Agraria Departemen
Dalam Negri. 2012. Pertanahan Dalam Era Pembangunan
Indonesia, Direktorat Publikasi Ditjen, Ppg Departmen
Penerangan dan Ditjen Agraria Departmen Dalam Negri,
Jakarta, 1982, Dikutip Dalam Urip Santoso, Hukum
Agraria Kajian Komprehensif, Kencana, Jakarta, 2012
G.Kartasappoetra dkk. 1985. Hukum tanah jaminan UUPA bagi
keberhasilan pedayagunaan tanah, pt rineka cipta anggota
ikapi, Jakarta

32
Kumpulan Engelbrecht. 1994. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah
Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Jakarta:
Djambatan.
Maria S.W, 2001.Kebijakan Pertanahan antara regulasi dan
implementasi, Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008.Sejarah Nasional Indonesia
III Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan
Islam di Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka.
Sembiring Jimmy, Panduan Mengurus Sertifikat Tanah, Jagakarsa,
Jakarta
Slamet Muljana. 2007.Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan
Timbulnya Negara- Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta:
LkiS.
Soetomo, SH. Politik dan Administrasi Agraria, Jakarta: Perss Media
Soplantila. 1992.Pola penguasaan, pemilikan, dan penggunaan
tanah secara tradisional. Jakarta: Sinar Grafika.
Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Edisi Kedua,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2004)
Supriadi. 2009.Hukum Agraria, Jakarta: Sinar Grafika.
Supriadi. 2010. Hukum Agraria,Cet. IV Jakarta: Sinar Grafika.
Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Urip Santoso. 2009.Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Cet.
V Jakarta: Kencana.
Septiani, Sandra. PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI
PERTANAHAN DI KANTOR PERTANAHAN. Universitas
Lampung 2014
Soeprapto.2009.Undang-Undang Pokok Agraria dalam Peraktek.
(Jakarta: Universitas Indonesia perss.
https://www.tertib-lingkungan-hidup.id/
http://id.wikipedia.org/

33
http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit/
http://sasyamsihd.blogspot.co.id/2012/05/kerajaan-kutai.html
http://unjalu.blogspot.co.id
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.com
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-
kutai.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Agraria_dan_Tata_Ru
ang_Republik_Indonesia

http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/KamusBesarBahasaIndonesi
aOffline/

34

Anda mungkin juga menyukai