Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Setiap individu hewan termasuk hewan air harus menyelenggarakan fungsi


kehidupannya, antara lain makan, bernafas, bergerak dan berkembang biak. Setiap
fungsi hidup harus diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu agar hewan air
dapat tetap hidup. Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang
dilakukan hewan air merupakan inti kajian dalam Fisiologi Hewan Air. Dengan
demikian Fisiologi Hewan Air merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal
tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup serta pengaturan atas
segala fungsi dalam sistem tersebut.
Fisiologi Hewan Air bukan hanya mengkaji fungsi sistem dalam tubuh,
melainkan juga alasan dan cara berfungsinya sistem itu. Dengan kata lain
Fisiologi Hewan Air membahas tentang cara yang dilakukan hewan air untuk
dapat hidup di suatu lingkungan perairan antara lain sebagai berikut:
 Cara hewan air memperoleh air dalam jumlah cukup atau menghindari
pemasukan air yang terlalu banyak ke dalam tubuh.
 Cara hewan air menghindari diri dari keadaan yang membahayakan seperti
suhu yang ekstrim (terlalu dingin atau panas).
 Cara hewan air berpindah tempat untuk menemukan lingkungan yang
sesuai agar dapat memperoleh makanan ataupun bereproduksi.
 Cara hewan air memperoleh informasi tentang keadaan di lingkungan
sekitarnya.
Fisiologi mengkaji fungsi sistem dalam tubuh. Oleh karena itu fungsi dan
struktur tubuh hewan memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahakan. Sehingga untuk mempelajari fungsi
jaringan atau organ tertentu terlebih dahulu kita harus memahami struktur organ
atau jaringan yang dimaksud. Seseorang tidak mungkin mempelajari fungsi suatu
sitem tanpa mempelajari struktur yang bertanggung jawab atas fungsi tersebut.
Mempelajari struktur dan mempelajari fungsi sebenarnya mempunyai
perbedaan yang hakiki. Mempelajari struktur bersifat statis karena menggunakan

1
bahan yang telah mati. Sedangkan mempelajari fungsi bersifat dinamis,
menggunakan bahan yang masih hidup. Karena struktur dan fungsi mempunyai
hubungan yang sangat erat maka ilmu Fisiologi Hewan Air juga terkait dengan
berbagai disiplin ilmu lainnya seperti Anatomi, Histologi, sitologi, biologi sel dan
Biokimia. Berbagai proses yang terjadi dalam fisiologi bukan hanya proses yang
terkait dengan fungsi tubuh pada tingkat individu, melaiinkan juga ptoses yang
terjadi pada tingkat organ, jaringan, sel dan molkuler. Oleh karena itu mendalami
pengetahuan Fisiologi Hewan Air ini sangat penting artinya sebelum kita
mengkaji bidang ilmu lainnya yang terkait dengan Hewan yang hidup di perairan
seperti Biologi Perikanan, Ichthyologi, Avertabrata Air, planktonology dan ilmu
pengetahuan lainnya yang mengkaji tentang hewan khususnya hewan air.

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum (praktikan) wajib mengikuti seluruh acara praktikum


(kehadiran 100%) dan tidak ada praktikum susulan

2. Praktikan yang berhalangan hadir atau karena sakit harus melapor kapada
dosen penanggung jawab praktikum (disertai dengan surat keterangan
dokter dan surat keterangan ketua jurusan MSP Fakultas Pertanian USU).

3. Praktikan wajib berpakaian rapi (baju kain, kaos bukan oblong, memakai
jas lab, memakai name tag) pada saat praktikum berlangsung.

4. Praktikan harus hadir 5 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai, yang


terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

5. Sebelum mamasuki ruangan, praktikan harus mempersiapkan alat tulis


dan laporan lengkap hasil praktek minggu lalu.

6. Setelah memasuki ruangan, praktikan harus mempersiapkan diri untuk


mengikuti quis dengan tertib. Selesai quis seorang dari anggota
kelompok segera mempersiapkan peralatan lab yang digunakan.

7. Praktikan harus menjaga kebersihan, ketenangan, selama praktikum


berlangsung.Tidak membuang sampah atau sisa praktikum (tissue, lap,
plastic dan kertas lainnya) pada sembarang tempat.

8. Tidak diperkenankan merokok, SMS, Telpon pada saat praktikum


berlangsung.

9. Alat yang dipakai setiap kali praktikum harus dicuci bersih, baik alat
yang dibawa sendiri maupun alat yang disediakan lab. Jika ada peralatan
yang mengalami kerusakan/patah/hilang maka praktikan wajib
mengganti dengan merk yang sama dan diserahkan sebelum praktikum
minggu berikutnya.

10. Laporan dikerjakan sendiri-sendiri dengan bimbingan dosen praktikum,


dan kelompok diskusinya.

11. Hal-hal yang belum dimengerti dapat ditanyakan kepada dosen


praktikum.

3
SANKSI

1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan (Selasa A: 08.00, B:


10.00) tidak diperkenankan ikut quis pada saat praktikum tersebut dan
nilai quis nol.

2. Terlambat 15 menit dengan alasan apapun tidak diperkenankan ikut


praktikum pada saat itu.

3. Praktikan yang tidak memakai jas lab dan name tag tidak dibenarkan ikut
praktikum dan quis pada hari itu

4. Kelompok yang tidak membawa bahan praktikum secara lengkap dan


sesuai dengan materi praktikum pada hari itu tidak diperkenankan ikut
praktikum dan quis.

5. Praktikan yang tidak membawa laporan praktikum mingguan, tidak diacc


kan oleh assisten tidak diperkenankan ikut praktikum dan quis.

PENILAIAN

1. Praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air memiliki bobot 1 sks


terpisah dari perkuliahan Fisiologi Hewan Air.

2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum (Responsi).

3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan individu.

4. Nilai aktifitas adalah nilai keaktifan selama praktikum berlangsung.

4
JADWAL PRAKTIKUM

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Terpadu Jurusan


Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
berlangsung selama 11 minggu

Minggu Tanggal Gelombang Materi


I 03/03/2015 A&B Pendahuluan dan Penjelasan tentang
Praktikum Fisiologi Hewan Air
II 11/03/2015 A &B Praktikum I: Chemoreseptor pada Udang
III 18/03/2015 A&B Praktikum II: Pergerakan Sirip-Sirip Ikan
IV 25/03/2015 A&B Praktikum III: Laju Digesti pada Ikan
Praktikum IV: Laju Pernafasan (Respirasi)
V 01/04/2015 A&B
Ikan
VI 08/04/2015 A&B Praktikum V: Gerak Refleks pada Katak
VII 14-27 April A&B Ujian Tengah Semester
VIII 29/04/2015 A&B Praktikum VI: Kontraksi Otot Jantung Ikan
IX 06/05/2015 A&B Praktikum VII: Pengawetan Hypofisa
Praktikum VIII: Pengamatan Histologi
X 13/05/2015 A&B
Gonad Kerang
XI 23/06/2015 A&B Ujian Akhir Semester

5
PRAKTIKUM I
PENGAMATAN CHEMORESEPTOR PADA UDANG

A. Dasar Teori
Umumnya kita mengenal adanya lima indera, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, peraba, pendengaran, dan penciuman. Namun para pakar fisiologi
selanjutnya telah menemukan indera lain termasuk yang paling mengejutkan
adalah kemapuan mereka mendeteksi medan listrik dan medan magnet. Secara
luas kemampuan indera telah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Chemoreseptor, yaitu indera yang distimulasi oleh berbagai ion atau molekul
kimia baik yang berupa gas atau cairan. Ini meliputi indera pemciuman,
perasa, dan reseptor yang membantu konsentraai oksigen dan karbon
dioksida.
2. Mechanoreseptor, yaitu indera yang distimulasi oleh energi kinetik yaitu
organ-organ yang memantau fungsi internal seperti tensi otot, posisi sendi,
dan juga indera peraba, keseimbangan dan pendengaran.
3. Photoreseptor, yaitu indera yang merespon energi elektromagnetik dan
bentuk foton seperti pada indera penglihatan.
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang fungsi
chemoreseptor pada udang vanamei (Litopenaeus vannamei) sebagai suatu contoh
fungsi organ pada hewan avertebrata yang mudah dijumpai di Indonesia. Pada
hewan ini antenula memiliki chemoreseptor yang berfungsi dalam mendeteksi
makanan yang memiliki aroma yang khas baginya.

6
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui organ pada udang
yang berfungsi sebagai chemoreseptor.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium, stop
watch dan gunting kecil. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum adalah udang air tawar sebanyak 10 ekor dan pakan berupa pellet untuk
udang.

D. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah:
1. Akuarium diisi dengan air bersih, kemudian masukkan pakan ke dalamnya.
2. Mata udang satu diablasi pada udang dua diablasi total, ablasi juga dilakukan
pada antenula.
3. Gerakan udang diamati sampai udang tersebut menyentuh pakan, waktu
dihitung.
4. Pengamatan dilakukan sampai 15 menit atau sampai udang mengambil pakan
dua atau tiga kali jika diperlukan.

E. Tugas Praktikan
1. Menggambar udang
2. Mengidentifikasi bagian-bagiannya secara morfologi.
3. Mengamati gerakan-gerakan udang dalam mengambil pakan
4. Mencatat waktu udang mengambil pakan.

7
PRAKTIKUM II
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN

A. Dasar Teori
Sirip yang terdapat pada tubuh ikan terdiri 2 macam sirip berpasangan
yaitu sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (Ventral fin), dan tiga macam sirip
tidak berpasangan yaitu sirip ekor (caudal fin), sirip anus (anal fin) dan sirip
punggung ( dorsal fin). Sirip berperan sebagai alat pergerakkan ketika ikan berada
dalam perairan dan masing-masing sirip punya peranana tersendiri. Semua sirip
saling berinteraksi dalam melakukan aktivitasnya.
Bentuk dan posisi masing-masing macam sirip itu juga saling bervariasi
antara spesies yang satu dengan spesies ikan yang lain. Bahkan ada juga beberapa
spesies ikan kekurangan satu dari macam sirip ikan yang ada. Seperti pada ikan
selais (Cryptopterus sp.), bawal laut (Stromateus sp.). ada juga jenis ikan yang
memiliki sirip yang berlebih atau siripnya telah bermodifikasi seperti pada ikan
gourami (Osphronemus gouramy) dan sepat siam (Trichogaster pectoralis).
Kemampuan sirip-sirip tersebut membuat pergerakan sehingga
mempengaruhi kecepatan pergerakkan tubuh ikan. Karena pergerakkan tubuh ikan
dipengaruhi oleh urat daging bergaris yang terdapat pada sendi-sendi pangkal
sirip. Sehubungan dengan hal tersebut maka praktikum ini diberikan untuk
mengamati aktivitas pergerakkan dari masing-masing sirip pada saat kondisi ikan
uji melakukan arah pergerakkan yang berbeda-beda.

B. Alat dan Bahan


Peralatan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain: akuarium, seser
kecil dan stopwatch.
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan uji dan pakan
ikan. Ikan uji yang akan digunakan antara lain dari jenis ikan mas (Cyprinus
carpio L), ikan nila (Oreochromis niloticus P), gourami (Osphronemus gouramy
Lac) lele dumbo (Clarias gariepinus Bunch) dan ikan patin (Pangasius sutchi).

8
Pakan ikan yang akan digunakan adalah pakan alami dan pakan buatan berupa
pelet. Pakan alami yang dipakai adalah jenis pakan alami yang aktif bergerak di
dari dasar ke permukaan perairan seperti jentik nyamuk, Daphnia, tubifek dan
udang. Pakan buatan (pelet) yang akan digunakan adalah pelet yang tenggelam
dan pelet yang mengapung.

C. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah:
1. Persiapan akuarium dan isi dengan air secukupnya
2. Ukur panjang dan berat ikan uji
3. Masukan ikan uji ke dalam akuarium tersebut
4. Perhatikan pergerakkan sirip-sirip ikan pada saat ikan diberi makan yang
mengapung dilapisan permukaan air, dasar perairan dan pakan yang hidup
Amati dan catat bentuk dan arah pergerakkan sirip-sirip tersebut

D. Tugas Praktikan
1. Gambar salah satu sampel ikan yang anda gunakan.
2. Berikan keterangan bagian-bagian siripnya dan jelaskan fungsi masing-
masing sirip pada ikan yang anda amati
3. Perhatikan pergerakkan sirip-sirip ikan pada saat ikan diberi makan yang
mengapung dilapisan permukaan air, dasar perairan dan pakan yang hidup
Amati dan catat bentuk dan arah pergerakkan sirip-sirip tersebut
4. Serahkan salinan data serta hasil pengamatan yang telah diperoleh.
5. Buat jurnal laporan pengamatan saudara dan diserahkan minggu depan
sebelum praktikum berikutnya dimulai.

9
PRAKTIKUM III
LAJU DIGESTI PADA IKAN

A. Dasar Teori
Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam
sistem pencernaan sebelum nutrisi pakan dapat dimanfaatkan untuk keperluan
biologis ikan. Proses digesti di dalam pencernaan akan melibatkan peran enzim-
enzim pencernaan. Hasil proses digesti pakan yang berupa asam amino, asam
lemak, dan monosakarida selanjutnya akan diabsorpsi oleh epitel intestine lalu
diedarkan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi.
Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme
ikan, pada kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan maka laju metabolisme
ikan akan meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ini harus diseimbagi
dengan pasokan pakan yang diperoleh dari lingkungan. Pada umumnya ikan
bersifat poikiloterm, maka pada temperatur air yang meningkat nafsu makan ikan
mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan temperatur air nafsu
makan ikan juga menurun.
Proses digesti pakan yang diperoleh ikan akan dimulai dari lambung, pada
ikan yang mempunyai lambung, dan dilanjutkan pada intestine yang akan berakhir
hingga anus, yang merupakan lubang pembuangan bahan sisa. Proses digesti yang
terjadi di dalam lambung, laju digestinya dapat diukur dari laju pengosongan
lambung. Laju digesti atau laju pengosongan lambung selain dipengaruhi oleh
temperatur air juga dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Perbedaan
kualitas pakan akan mencerminkan perbedaan komponen penyusun pakan, dan
perbedaan ini pada akhirnya akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan
digesti pakan

10
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: akuarium kaca 30 x 50 x
30 cm sebanyak 3 buah, alat bedah, timbangan analitik. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu: Ikan berlambung (Ikan lele) dan pakan ikan berbentuk
pellet

C. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Sebanyak 3 buah akuarium disiapkan dan diisi air setinggi 25 cm dan diaerasi
2. Ikan ditimbang dan diukur panjangnya, disebarkan seragam pada akuarium
dengan kepadatan 4-5 ekor per akuarium
3. Ikan diberi pakan sebanyak 2.5% dari berat total tubuh kemudian didiamkan
untuk mengkonsumsi pakan selama 15-20 menit
4. Salah satu ikan diambil kemudian dibedah lambungnya dan dihitung sebagai
bobot lambung dalam keadaan kenyang atau nol jam setelah makan
5. Ikan diambil setelah 30 menit diberi pakan kemudian ditimbang bobot
lambungnya. Bobot dinyatakan sebagai persentase bobot lambung pada
waktu kenyang
6. Dilakukan lagi pada menit ke 60 pada saat lambung kenyang
7. Dibuat plot antara lama pengamatan dengan persentase bobot lambung

D. Tugas Praktikan
1. Menggambar bentuk lambung ikan yang dijadikan sampel
2. Mengukur pangang dan berat lambung ikan tiap waktu pengamtan
3. Serahkan salinan data serta hasil pengamatan yang telah diperoleh.
4. Buat jurnal laporan pengamatan saudara dan diserahkan minggu depan
sebelum praktikum berikutnya dimulai.

11
PRAKTIKUM IV
MENENTUKAN LAJU PERNAFASAN (RESPIRASI) IKAN

A. Dasar Teori
Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan
adalah suplay oksigen yang cukup di dalam jaringan. Oksigen ini diperlukan
untuk melepas energi melangsungkan oksidasi lemak dan gula. Energi yang
terlepaskan dipergunakan untuk kegiatan tubuh dalam menjalani kehidupan.
Insang adalah organ respirasi utama pada sebagian besar ikan, tetapi
banyak pula spesies ikan yang mempunyai organ respirasi tambahan yang dapat
digunakan untuk pernafasan udara ketika konsentrasi oksigen di dalam air terlalu
rendah untuk respirasi dengan insang. Sebagian ikan tergantung pada organ
respirasi tambahan untuk sebagian besar pertukaran gasnya dan akan mati
tenggelam apabila ikan tidak dapat muncul ke permukaan air untuk bernafas.
Respirasi pada ikan berbeda dengan mamalia, karena terdapat perbedaan
konsentrasi oksigen dari udara dengan air. Udara mengandung 20% oksigen,
sedangkan dalam air konsentrasi oksigen lebih rendah. Dan berbeda pula pada
pompa respirasi dimana pada ikan peranan pompa respirasi dilaksanakan oleh
operculum dan rongga mulut yang dapat mempercepat dan memperlambat aliran
air sehingga oksigen yang diserap oleh insang bervariasi sesuai dengan keperluan
oksigen tubuh.
Sehubungan dengan pernafasan pada ikan, salah satu penyebab rendahnya
konsentrasi iksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar yang akan
mempaelihatkan tanggapan fisiologis jangka pendek dan selanjutnya terjadi
kematian pada ikan tersebut.

B. Alat dan Bahan


Peralatan yang harus dipersiapakan adalah aquarium, timbangan, sendok
pengaduk, stopwatch.

12
Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah detergen dari berbagai
merk, pestisida, herbisida, fungisida, limbah pabrik kelapa sawit, residu minyak
mentah dan sis oli.

C. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah:
1. Ukur panjang dan berat ikan yang dijadikan sebagai uji
2. Persiapkan empat buah aquarium yang diberi label A, B, Cdan D (kontrol)
3. Timbang detergen untuk label A 10 g, B 20 g, C 30 g dan D sebagai kontrol
tanpa pemberian detegen.
4. Masukkan detergen ke dalam aquarium dan aduk hingga merata
5. Lima menit kemudian masukkan 4-5 ekor ke dalam masing-masing aquarium
yang tercampur air dan detergen.
6. Sesudah ikan dimasukkan, lihat dan catat tingkah laku ikan tersebut, gerakan
mulut dan operculum pada 10 menit pertama, kedua dan ketiga.
7. Untuk melihat laju pernafasan ikan tiap 10 menit dilakukan dengan cara
mengangkat ikan tersebut dan dihitung gerakan mulut dan operculum per
menit dengan menggunakan stopwatch.
8. Selesai pengamatan. Wajib membersihkan meja dan semua peralatan yang
digunakan serta buanglah sampah pada tempatnya.
9. Buatlah salinan serta hasil pengamatan yang diperoleh.
10. Buat jutnal laporan pengamatan saudara dan serahkan minggu depan sebelum
praktikum dimulai.

13
PRAKTIKUM V
GERAK REFLEKS PADA KATAK

A. Dasar Teori
Sistem syaraf terdiri atas dua bagian yaitu sistem syaraf pusat (CNS) dan
sistem syaraf periferal. Antara keduanya saling berkaitan, sistem syaraf pusat
bertingak sebagai senteral dan sistem syaraf periferal bertindak sebagai pembawa
stimulus ke pusatnya. Sehingga dapat dihasilkan respon terhadap perubahan-
perubahan cahaya, suhu, tekanan osmotik, pH dan sentuhan fisik.
Keberadaan syaraf memungkinkan fungsi alat-alat tubuh menghasilkan
gerakan-gerakan. Baik yang disadari atau tidak. Gerakan terhadap stimulus yang
terjadi dengan tidak disadari disebut gerak refleks. Refleks juga didefinisikan
sebagai suatu respon organ efektor (otot) atau kelenjar yang bersifat otomatis atau
tanpa sadar terhadap stimulus tertentu. Gerak refleks dalam kemunculannya
melibatkan kerja beberapa bagian otak dan sistem syaraf otonom. Gerak refleks
yang paling sederhana adalah refleks spinal.
Sejumlah refleks melibatkan hubungan atara banyak interneuron dalam
sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam
menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi berperan penting dalam memadukan
prolaku refleks. Pentingnya susmsum tulang belakang dapat diperagakan oleh
hewan yang mudah melakukan reflek spinal yaitu katak.

B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui terjadinya refleks spinal
pada katak.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jarum, pinset, nampan
gelas bening.dan kain lap. Sedangkan bahan yang digunakan adalah katak (Rana
sp), larutan asam sulfat 1% dan air.

14
D. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah:
1. Otak katak dirusak dengan cara katak dipegang dengan kepala ditundukkan
ke arah venteral. Pada batas kepala dan bunggung, jarum ditusukkan
kuranglebih 1 cm kemudian dikork-korek.
2. Katak ditelentangkan di atas nampan, perhatikan sikap katak apabila tidak
bisa membalik berarti refleks pembentukan sikap sudah tidak ada.
3. Tulang rahang bawah katak dijepit, jika kaki belakangnya dipijat dengan
pinset apa yang terjadi? Apabila dipijat lebih keras bagaimana reaksi katak?
4. Kaki katak dimasukan ke dalam asam sulfat, amati gerakan kaki katak.
Kemusian dicuci dengan air dalam gelas apa yang terjadi pada katak?
5. Sumsum tulang belakang daerah dada katak dirusak dengan sara memasukkan
jarum (1/2 cm, ¾ cm dan 1cm) ke dalam saluran tulang punggung. Amati
gerakan pada katak.

E. Tugas Praktikan
1. Menggambar katak
2. Memberikan keterangan secara morfologi
3. Mengamati gerak reflek spinal pada katak
4. Membuat laporan data pengamatan

15
PRAKTIKUM VI
KONTRAKSI OTOT JANTUNG IKAN

A. Dasar Teori
Kontraksi otot jantung ikan merupakan sarana untuk mengkonversi energi
kimiawi menjadi energi mekanik dalam bentuk tekanan dan aliran darah. Jantung
ikan terdiri dari dua ruang yaitu atrium (auricle) yang berdinding tipis dan
ventrikel yang berdinding tebal serta terdapat ruang tambahan berdinding tipis
yang disebut sinus venosus. Ruang ini berfungsi sebagai penampung darah dari
ductus cuvieri dan vena hepaticus, serta mengirimkannya ke atrium
Menurut Affandi (2002), denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu
neurogenik dan jantung meogenik. Jantung neurogenik adalah jantung pada
hewan tingkatan rendah (invertebrata), yang aktivitasnya diatur oleh sistem syaraf
sehingga jika hubungan syaraf dengan jantung diputuskan maka jantung akan
berhenti berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun
hubungan dengan syaraf diputuskan. Bahkan bila jantung ditaruh dalam larutan
fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut sampai beberapa menit.

B. Tujuan
Praktikum kontraksi otot jantung ikan bertujuan untuk mengamati
mekanisme kerja otot jantung tanpa pengaruh organ tubuh lain dan membuktikan
bahwa otot jantung adalah otot lurik yang bekerja secara otonom, serta
mengetahui ketahanan jantung ikan di luar tubuh.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dipergunakan pada praktikum ini antara lain: alat bedah,
cawan petri, stopwatch, baki, timbangan, lap/tissue dan alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah ikan mas (Cyprius carpio) dan larutan fisiologis.
Larutan fisiologis adalah larutan isotonik yang terbuat dari NaCl 0,9%
yang sama dengan cairan tubuh atau darah (adhil, 2009) menurut Rustidja(1985)
dalam dalam hidayaturahmah (2007) penggunaan larutan fisiologis yang

16
mengandung NaCl dan urea karna dapat mempertahankan daya hidup
spermatozoa antara 20-25 menit

D. Cara Kerja
Praktikum dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
lalu mengambil 2 ekor ikan dengan ukuran yang berbeda dan ditimbang. Ikan
yang masih hidup tersebut dipingsankan dengan menusuk bagian saraf di otak.
Setelah itu ikan dibedah mulai dari anus kearah depan hingga insang, lalu
dipisahkan organ jantung dan diletakkan pada larutan fisiologis. Setelah itu
diamati dan dihitung detak jantung ikan tersebut tiap menit hingga jantung ikan
tersebut tidak berdetak lagi.

E. Tugas Praktikan
Praktikan diwajibkan mengamati detak jantung ikan percobaan dan
mengisi data hasil pengamatan.
Data yang di Kumpul
Denyut Jantung Ikan
Waktu
Ikan Besar Ikan Kecil
(Menit)
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
…..
N

17
PRAKTIKUM VII
PENGAWETAN HYPOPISA

A. Dasar Teori
Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu
lekukan dalam tulang sfenoid. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh
hormon yaitu GH, ACTH, TSH, LTH, FSH, LH, ICSH, MSH. (Budiyanto, 2002)
Hipofisa terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah
pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak.
Kandungan hormon pada hipofisa dapat digunakan untuk memacu
pemijahan. Hal ini mendorong pembudidaya ikan untuk dapat melakukan teknik
pengambilan kelenjar hipofisis yang baik dan cara penyimpanan kelenjar hipofisis
(misalnya pada berbagai media), agar lebih tahan lama.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengawetkan kelenjar hipofisa

C. Alat dan Bahan


Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus
carpio), dan larutan alcohol dan larutan aseton. Sedangkan alat yang digunakan
baki, alat bedah masing-masng tiga buak/set, Parang tajam minimal 1 buah, tissue
dan serbet. Alat-alat yang digunakan adalah cawan, dan tusuk gigi, tabung reaksi.

D. Cara Kerja
Pengambilan Hipofisa
Cara yang dilakukan yaitu kepala dipotong di belakang operkulum sampai
tulang vertebrae terputus. Cara pengambila hipofisanya, potong secara horizontal
kepala dibelah bagian atas mata sampai kelihatan otaknya. Lemak yang ada dalam
otak dibersihkan terlebih dahulu dengan tissue kemudian diambil otaknya dengan
tusuk gigi dengan cara ikan dihadapkan ke atas, telunjuk dimasukkan kedalam
mulut ikan untuk memudahkan kerja. Sisa-sisa lemak dibersihkan lagi dengan

18
tissue, setelah bersih barulah hipofisa diambil dengan tusuk gigi, secara perlahan
dan jangan sampai pecah

Pengawetan Hipfisa
Teknik pengawetan hipofisa ada dua yaitu metode basah dan metode
kering. Perbedaan dari metode pengawetan ini adalah pada metode basah
menggunakan alcohol absolute dan sedangkan pada metode kering menggunakan
aseton. Dimana pada metode kering dibagi menjaadi dua cara yaitu dilakukan
pada suhu kamar dan pada suhu rendah.

Cara Basah
Setelah kelenjar hipofisa didapat keringkan secara perlahan di atas tissue, setelah
kering kelenjar hipofisa dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70%
dengan volume alkohol 20 kali volume kelenjar hipofisa, lakukan perendaman
hipofisa dengan alkohol 70% dengan selang 8 jam 8 jam kemudian 24 jam,
setelah itu baru kelenjar hipofisa dapat disimpan di dalam lemari es dengan suhu
4°С.

Cara Kering
Metode kering dilakukan dengan menggunakan larutan aseton. Kelenjar hipofisa
direndam dalam larutan aseton selama 8-12 Jam, kemudian larutan aseton dibuang
dan kelenjar hipofisa dikeringkan lalau disimpan

19
PRAKTIKUM VIII

PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD KERANG

A. Dasar Teori

Analisis histologis merupakan teknik pengamatan sel serta jaringan tubuh


ikan. Analisis histologis sering digunakan untuk mengamati struktur sel hewan
perairan seperti ikan, kerang gastropod maupun hewan perairan lainnya. Analisis
ini akan menghasilkan sediaan histologis yang dapat diwarnai dengan pewarna
khusus sehingga dapat diamati secara langsung dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Analisis histologi biasanya dilakukan untuk pengamatan tingkat
kematangan gonad, identifikasi penyakit, maupun pencemaran.
Pada praktikum kali ini akan dijelaskan mengenai pembuatan preparat
gonad (histologi) untuk pengamatan tingkat kematangan gonad pada ikan,
moluska maupun gonad hewan air lainya.
Tahapan analisis histologis meliputi : Pengambilan organ (gonad), Fiksasi,
Dehidrasi dengan alkohol bertingkat, Penjernihan (Clearing) dengan Xylol,
Infiltrasi dengan Xylol dan Parafin, Pengikatan sampel (Embedding) dengan
parafin, Pemotongan atau pengirisan sampel (Section), Penempelan obyek,
Deparafinasi, Pewarnaan dengan Hematoksilin dan Eosin (Bucke, 1989).
Penjelasan masing-masing tahap pada analisis histologi sebagai berikut:
1. Pengambilan jaringan ikan: Pada sampel ikan yang masih kecil dapat langsung
fiksasi tanpa dipotong. Pada ikan yang berukuran besar diambil jaringan
tertentu yang akan diamati dan dimasukkan ke dalam larutan fiksasi.
2. Fiksasi: Larutan fiksasi yang umum digunakan dalam pembuatan preparat
gonad adalah menggunakan formalin 10%, bouin atau alkohol 70%. Sampel
dimasukkan ke dalam botol yang sudah berisi larutan fiksatif dengan
perbandingan antara sampel dengan larutan adalah 1:20. kemudian disimpan
selama 24 jam dalam refrigerator. Ikan yang berukuran relatif besar difiksasi
dengan larutan Bouin selama 1 minggu dalam suhu kamar. Selanjutnya sampel

20
dicuci dalam larutan alkohol 70% hingga warna kuning hilang, kemudian
sampel disimpan dalam alkohol 70% hingga pemrosesan lebih lanjut.
3. Dehidrasi. Sampel yang sudah difiksasi kemudian dimasukkan berturut-turut ke
dalam larutan sebagai berikut: Alkohol 70%, Alkohol 80%, Alkohol 90%,
Alkohol Absolut I, Alkohol Absolut II, masing-masing selama 45 menit,
kemudian dilanjutkan ke proses penjernihan.
4. Penjernihan (clearing). Sampel dari proses dehidrasi dimasukkan ke dalam
larutan alkohol:xylol 1:1 dan 1:3 selama 30 menit. kemudian Xylol I dan Xylol
II masing-masing selama 30 menit.
5. Infiltrasi. Sampel yang sudah dijernihkan dalam xylol diinfiltrasi secara
bertahap dalam campuran xylol : paraffin 3:1 ; 1:1 dan 1:3 masing-masing
selama 30 menit, dilanjutkan dengan paraffin murni sebanyak 2 x 60 menit.
Seluruh rangkaian infiltrasi dilakukan dalam inkubator temperatur 58-60 0C.
6. Penanaman sampel (Embedding). Parafin dicairkan di dalam inkubator pada
temperatur 60 0C. Cetakan berukuran 2 x 2 x 2 cm diisi dengan paraffin cair,
bagian bawah cetakan didinginkan di atas blok es sehingga paraffin pada dasar
cetakan agak memadat. Sampel diletakkan di atas paraffin yang agak memadat
tersebut sesuai dengan orientasi irisan yang direncanakan, kemudian
ditempelkan holder yang telah diberi label sesuai dengan kode sampel. Cetakan
paraffin selanjutnya dibiarkan dalam temperatur ruang agar parafinnya
memadat.
7. Pengirisan (Sectioning) dan peletakan pada gelas obyek. Water bath disiapkan
dengan suhu 40-50 0C dan disiapkan wadah berisi air dingin. Kemudian blok
yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah diatur pada
ketebalan 4-7 μm. Putaran mikrotom dibuat konstan sampai blok yang berisi
sampel jaringan teriris. Setelah itu irisan dipindahkan ke dalam baskom yang
berisi air dingin, kemudian ditempelkan pada gelas obyek yang sudah dilapisi
gelatin dan diberi kode sama dengan blok yang di iris. Kemudian dilakukan
pewarnaan dan ditutup dengan cover glass.
8. Pewarna yang umumnya digunakan pada preparat histologi untuk mewarnai
struktur sel adalah Hematoksilin dan Eosin (H & E), Penelitian ini

21
menggunakan pewarna H & E dengan pertimbangan bahwa pewarna ini dapat
mewarnai struktur seluler seperti mukleus, sitoplasma dan jaringan
penghubung (Panigoro, et al., 2007).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengenalan terhadap struktur
organ reproduksi kerang yaitu gonad kerang. Pengenalan struktur organ
reproduksi dinilai perlu dilakukan kaitanya dengan fungsi reproduksi dalam ilmu
fisiologi hewan air. Disamping itu dengan mengetahui struktur penyusun gonad
sel telur maupun sperma dapat digunakan untuk menentukan tahap kematangan
gonad.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian
(struktur) gonad kerang (bivalvia) dan menentukan tingkat kematangan gonadnya.

C. Alat dan Bahan Praktikum


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah preparat histologi
kerang Totok (Polymesoda erosa) yang sudah jadi. Alat yang digunakan adalah
mikroskop cahaya.

D. Tugas Praktikan
Semua tugas dikerjakan secara individu.
1. Praktikan mengamati preparat gonad di bawah mikroscop
2. Menggambar preparat gonad yang diamati
3. Mengidentifikasi bagian-bagian (struktur) gonad
4. Menentukan tingkat kematangan gonad

22

Anda mungkin juga menyukai