Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH PADA KEHAMILAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Amalia Widya (S17055)
2. Arindha Ardanariswari (S17061)
3. Ayuni Risnawati (S17063)
4. Diki Prabowo P (S17068)
5. Gitami Surya L.F (S17074)
6. Krisdiana Sabtada R (S17081)
7. Mila Wahyu U (S17087)
8. Nadya Maulia (S17089)
9. Pujo Sakti (S17094)
10. Rika Manggalasari (S17096)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Pembekuan Darah Pada Kehamilan” ini dengan baik. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada seluruh pihak yang telahmembantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian
yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah
ini, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang
dengan cepat.

Surakarta,6 mei 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................................
B. Rumusan masalah .......................................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ...............................................................................
A.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................
A.
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pada faktor pembekuan darah adalah perdarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sanhg ibu ,sehingga darah tetap
mengalir. Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada
kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Abnormalitas sistem pembekuan yang
muncul sebelum persalinan yang berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja
terjadi tetapi abnormalitas yang didapat biasanya yang menjadi masalah. Kadar
fibrinogen yang meningkat pada saat kehamilan, sehingga kadar fibrinogen kisaran
normal pada wanita yang tidak hamil harus mendapatkan perhatian. DIC yaitu
gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh hipo atau
afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata .

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian gangguan pembekuan darah ?
2. Bagaimana etiologinya ?
3. Bagaimana patofisiologinya ?
4. Apa tanda dan gejalanya ?
5. Apa saja komplikasinya ?
6. Bagaimana diagnosisnya ?
7. Bagaimana pencegahannya ?
8. Bagaimana pengobatannya ?
9. Bagaimana penatalaksanaannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari gangguan pembekuan darah
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologinya
3. Untuk mengetahui bagaimana ptofisiologinya
4. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya
5. Untuk mengetahui komplikasinya
6. Untuk mengetahui diagnosisinya
7. Untuk mengetahui pencegahannya
8. Untuk mengetahui pengobatannya
9. Untuk mengetahui penatalaksanaannya
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap
mengalir.

B. Etiologi
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan
darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan.
Kelainan pada memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partun
sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.
Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau
sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet
dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya,
walaupun sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa
hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat biasanya
yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio
plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen
meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal seperti pada
wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati dilusional
dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi cairan
kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh
hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated
Intravaskular Coagulation)
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi jaringan,
yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada kasus ini
terdapat peningkatan kadar peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang
tajam, serta pemanjangan waktu trombin (thrombin time).

C. Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya substansi –
substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke dalam sirkulasi
darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah itu mulailah
serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan mekanisme pembekuan darah,
pembentukan dan pengendapan fibrin dan, sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem
fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi. Gangguan patofisiologi yang kompleks ini
menjadi suatu lingkaran setan yang muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan
berubah – ubahnya hasil rangkaian tes pembekuan darah sehingga membingungkan.

D. Tanda dan gejala


1. Perdarahan berlangsung terus
2. Merembes dari tempat tusukan (Chapman, 2006)

E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2. Syok berat
3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus. (Schward, 2000)

F. Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang
sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua
kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah
perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien
tersebut ada dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak beras, hamil kembar,
hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko
tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun
6. Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan
rujukan sebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008)

G. Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau dari
serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi
pemebekuan darah secara progresif.

Nilai normal Kehamilan DIC


Hitung trombosit Sama Lebih rendah
150.000-400.000/mm3
Waktu protombin yang Memendek Memanjang
cepat
75-125%
Waktu protomboplastin Memendek Memanjang
parsial
30-45%
Waktu thrombin Memendek Memanjang
10-15 detik
Pengukuran fibrinogen 300-600 mg% Menurun
(atau titer) 200-400 mg%
Produk-produk pecahan Negative Dapat diukur
fibrin
Pengukuran faktor V 75 Sama Menurun
125%
Pengukuran faktor VII Mungkin meningkat menurun
50-200%
Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa
tromboplastin, tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan
vaginal atau bedah.
Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu
sebelum melakukan persalina operatif.
1. Pemberian faktor-faktor pembekuan
2. Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi heparin samapi faktor-faktor
pembekuan pulih kembali
Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien
segera akibat perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat
persalinan yang akan segera terjadi.
a. Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan operatif, harus
diberikan pengobtan sebagai terjadi :
1) Monitor tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan vena
sentral dan mempertahankan produksi urin
2) Berikan oksigen melalui masker
3) Mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan
darah lengkap segar.
4) Pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar
lebih disukai daripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen)
komersial karena dapat memperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian
volume tambahan, serta tersediannya aneka macam faktor-faktor
pembekuaan. Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkan mengandung
2-3 g fibrinogen.
Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila hal tidak dapat
disediakan dengan perparat tersebut (baik karena tidak tersedia atau karena
masalah-masalah hipervolema) dapat dipakai fibrinogen depot komersial.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian fibrinogen dengan
menggunakan salah satu preparat tersebut di atas adlah waktu psruhnya yang
singkat kalau ada banyak trombhin dan timbunan fibrin intravaskuler lebih
lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparat tersebut hanya boleh
digunakan untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalinan dan
pertama bila persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria.
Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas serta melakukan
pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan pembekuan
darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi lebih lanjut.
b. Bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda (yaitu, sindrom
janin mati yang tertinggal dalam uterus tetapi jelas tidak ada soluiso plasenta),
tindakan sebagai berikut dilakukan :
1) Heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jamdenga infuse
kontiu
Pemberian heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-faktor
pembekuan kedalam batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalina
boleh dilaksanakan.
Terapi fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan pada
pasien obstetric selalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah
pengobtan primer. Kita harus selalu ingat bahwa keberadaan fibrinolisis
merupakan suatu respons protektifterhadap koagulasi intravaskuler.
(Schward, 2000)

H. Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan
post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan
post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan,
IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani
penyebab yang mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional.
Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat
esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien dengan
trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu unit
trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000 – 10.000/mm3. Dosis
biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila
hitung trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila hitung
trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan
aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin
dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X
dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya
kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima.
Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar
yang dibekukan harus dipakai secara empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen,
dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von
Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya suatu
pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH MASA KEHAMILAN

A. Pengkajian
1. Biodata ( identitas pasien dan penanggung jawab )

B. Data Subyektif (DS)


1. Keluhan Utama
2. Riwayat kesehatan yang lalu
3. Riwayat penyakit keluarga
a. Nutrisi
b. Eliminasi : BAK BAB
c. Istirahat/tidur
d. Aktifitas
e. Personal hygiene
4. Psikososial dan spiritual
a. Psikologis
b. Sosial
c. Budaya
d. Spiritual
C. Data Obyektif (DO)
1. Pemeriksaan Umum
a. KU (Keadaan Umum)
b. Kesadaran
c. TTV
d. Nadi : Lemah dan cepat
e. Suhu : Turun
f. RR : Meningkat
2. Pemeriksaan Khusus
I. Inspeksi
a. Muka : pucat, terlihat cemas dan lemah.
b. Mata : konjungtiva pucat
c. Mulut : pucat, ada perdarahan pada gusi
d. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
e. Ketiak : tidak ada luka, tidak ada benjolan
f. Dada : simetris, tidak ada benjolan, pergerakan nafas simetris.
g. Payudara :simetris, hypervaskularisasi, hyperpegmentasi aerola mammae.
h. Perut : tidak ada luka bekas operasi
i. Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi
j. Ekstremitas : ekstremitas atas ( simetris, tonus bagus, turgor bagus ),
ekstremitas bawah ( simetris, tonus bagus, turgor bagus )
II. Palpasi
a. Payudara : simetris
b. Perut : perut lembek, nyeri tekan abdomen bawah
c. Ekstremitas : oedema (-)
III. Auskultasi
a. Dada : wheezing (-), ronchi (-)
b. Perut : bising usus (+)
IV. Perkusi
Reflek patella : +/+

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : HB 7%
b. Trombosit : 100.000/mm3

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap
keadaannya (00146).
2. Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri (00132)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan gangguan
musculoskeletal (00085)

E. Intervensi Keperawatan
Dx : Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap
keadaannya (00146).
1. Pengurangan Kecemasan (5820)
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
c. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,perawatan dan prognosis
d. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
e. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
2. Peningkatan Koping (5230)
a. Dukung hubungan (pasien) dengan orang yang memiliki ketertarikan dan
tujuan yang sama
b. Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan, dan prognosis
c. Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
e. Berikan suasana penerimaan

Dx : Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan


ekspresi wajah nyeri (00132)
1. Manajemen nyeri (3016)
a. Lakuan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat timbulnya nyeri.
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
c. Berikan pengetahuan mengenai timbulnya rasa nyeri
d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat nyeri pasien.
e. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan


gangguan musculoskeletal (00085)
1. Terapi aktivitas (4310)
a. kolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan
b. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang dimiliki dibandingkan
dengan kelemahannya
c. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya: ambulansi, berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
d. Ciptakan lingkunganyang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan indikasi
e. Berikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat

F. Implementasi
Dx : Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap
keadaannya (00146).
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Menyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis perawatan dan prognosis
4. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
5. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
6. Mendukung hubungan (pasien) dengan orang yang memiliki ketertarikan dan
tujuan yang sama
7. Menyediakan informasi aktual mengenai pemahaman pasien terhadap proses
penyakit
8. Menggunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
9. Memberikan suasana penerimaan

Dx : Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan


ekspresi wajah nyeri (00132)
1. Melakuan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat timbulnya nyeri.
2. mengbservasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
3. memberikan pengetahuan mengenai timbulnya rasa nyeri
4. menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat nyeri pasien.
5. memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
6. mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan


gangguan musculoskeletal (00085)
1. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan
2. membantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang dimiliki dibandingkan
dengan kelemahannya
3. membantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya: ambulansi, berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
4. menciptakan lingkunganyang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan indikasi
5. memberikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat

G. Evaluasi
1. S :
pasien mengatakan :
- Darah yang keluar sudah tidak sebanyak yang tadi
- Perutnya terasa mulas
- Pasien sudah bisa buang air kecil walau masih sedikit
2. O :
Jumlah darah kurang lebih 300 cc, perut teraba keras, tidak ada tanda-tanda
infeksi maupun syok, vesika urinaria kosong, klien tidak terpasang kateter, klien
sudah bisa BAK secara spontan walau masih sedikit-sedikit, pasien terpasang
infuse 20 tpm.
TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, Suhu : 37ºC
3. A :
Masalah teratasi sebagian
4. P :
Intervensi dilanjutkan : observasi KU, TTV, Vesika Urinaria, Jumlah Darah,
Warna, Bau, Konsistensi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemofilia adalah gangguan perdarahan herediter dapat timbul pada defisiensi atau
gangguan fungsional faktor pembekuan plasma yang manapun, kecuali faktor XII,
prekalikrein, dan kininogen berat molekul tinggi (HMWK) (Price & Wilson, 1994)
Hemofilia ialah kelainan perdarahan herediter terikat seksi resesif yang
dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial. (Engram, 1998)
Klasifikasi dari hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu hemofilia A dan hemofilia B.
Klasifikasi Hemofili menurut berat ringannya penyakit dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
defisiensi berat, defisiensi sedang, defisiensi ringan dan subhemofilia.
Penyebab dari hemofilia adalah mutasi genetik yang didapat (acquired) atau
diturunkan (herediter), hemofilia A disebabkan kurangnya factor pembekuan VIIIdan
hemofilia B disebabkan kurangnya factor pembekuan IX (Plasma Tromboplastic
Antecendent).
Manifestasi dari hemofilia diantaranya adalah perdarahan hebat setelah suatu trauma
ringan, hematom pada jaringan lunak, hematrosis (perdarahan sendi) dan kontraktur
sendi, hematuria, perdarahan serebral, terjadinya perdarahan dapat menyebabkan
takhikardia, takipnea dan hipotensi.
Komplikasi dari hemofili menurut Cecily L. Betz adalah artropati progresif,
kontraktur otot, paralisis, perdarahan intrakranial, HT (Hipertensi), dan kerusakan ginjal.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis atau mengetahui
mengenai hemofili adalah uji skrining untuk koagulasi darah, biopsi hati (kadang-
kadang), dan uji fungsi faal hati (kadang-kadang).
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan hemofilia adalah terapi supportif,
penggantian factor pembekuan, terapi gen, transplantasi hati, pemberian vitamin K;
menghindari aspirin, asam salisilat, AINS, heparin, pemberian rekombinan factor VIII
dan pada pembedahan (dengan dosis kg/BB)

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis atau pihak lain yang membutuhkannya
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). In Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta:
EGC.

Engram, B. (1998). Hemofilia. In Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2


(p. 413). Jakarta: EGC.

Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). In Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi (p. 119). Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2005). In Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (1994). Pembekuan. In Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 4 (pp. 272-273). Jakarta: EGC.

Wong, D. L. (2003). Anak Dengan Hemofilia. In Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (p.
544). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai