Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perubahan Fisik dan Psikologis selama Kehamilan Trimester III

a. Perubahan Fisik

Menurut Dewi dan Sunarsih (2013), perubahan fisik ibu hamil

selama kehamilan trimester III adalah sebagai berikut:

1) Minggu ke-28 (bulan ke-7)

a) Fundus berada di pertengahan antara pusat dan prosesus sifoideus

b) Pernapasan dada menggantikan pernapasan perut

2) Minggu ke-32 (bulan ke-8)

a) Fundus mencapai prosesus sifoideus

b) Payudara penuh dan nyeri tekan

c) Sering BAK

3) Minggu ke-36 (bulan ke-9)

a) Bayi turun ke panggul ibu

b) Sakit punggung dan sering BAK meningkat

c) Braxton Hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim

disiapkan untuk persalinan

b. Perubahan Psikologis

Menurut Marmi dan Margiyati (2013), perubahan psikologis ibu

hamil selama kehamilan trimester III adalah sebagai berikut:


6
7

1) Menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia

tidak sabar menanti kehadiran bayinya.

2) Waktu persiapan yang aktif dalam menanti kelahiran bayi dan

menjadi orang tua.

3) Merasa takut dan cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri.

4) Mengalami proses duka karena hilangnya perhatian selama ia hamil.

5) Merasa canggung, jelek, dan berantakan karena ketidaknyamanan

fisik.

Menurut Janiwarty dan Pieter (2013) perubahan-perubahan

psikologis tersebut akan memberi dampak perubahan pada ibu hamil,

yaitu:

1) Sensitif

2) Cenderung malas

3) Minta perhatian lebih

4) Mudah cemburu

5) Mengalami kecemasan

2. Kecemasan

a. Definisi

Menurut Hackley, dkk (2014), kecemasan adalah respon

penyelamatan hidup yang menginformasikan individu yang berada dalam

bahaya untuk bersiap melawan atau menghindar.

Menurut American Psychiatric Association dan Barlow (dalam

Durand dan Barlow, 2006), kecemasan yaitu perasaan (mood) yang


8

ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

kekhawatiran tentang masa depan.

Menurut Nevid, dkk (2006), kecemasan adalah suatu keadaan

aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang

buruk akan segera terjadi.

b. Etiologi

Menurut Durand dan Barlow (2006), penyebab timbulnya

kecemasan dapat ditinjau dari empat pengaruh yaitu:

1) Pengaruh Biologis

a) Kerentanan yang diturunkan untuk mengalami kecemasan.

b) Aktivasi sirkuit-sirkuit otak, neurotransmiter, dan sistem

neurohormonal tertentu.

2) Pengaruh Perilaku

Perilaku menghindar yang jelas terhadap berbagai situasi dan/

atau orang-orang yang terkait dengan ketakutan, kecemasan, atau

serangan panik.

3) Pengaruh Emosional dan Kognitif

a) Sensitivitas yang meningkat terhadap situasi atau orang-orang yang

dipersepsi sebagai ancaman.

b) Perasaan tak sadar bahwa gejala-gejala fisik panik bersifat katas-

tropik (mengintensifkan reaksi fisik).


9

4) Pengaruh Sosial

a) Dukungan sosial mengurangi reaksi fisik dan emosional terhadap

pemicu kecemasan.

b) Kurangnya dukungan sosial mengintensifkan gejala.

c. Gejala Klinis Cemas

Menurut Hawari (2013) keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan oleh yang mengalami gangguan kecemasan antara lain

sebagai berikut:

1) cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

2) merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

3) takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

4) gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

5) gangguan konsentrasi dan daya ingat

6) keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya

d. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007) tingkat kecemasan atau ansietas adalah

sebagai berikut:

1) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan


10

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Kecemasan Sedang

Pada tingkat kecemasan ini memungkinkan individu untuk

berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.

Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian individu tidak memberikan perhatian yang selektif namun

dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3) Kecemasan Berat

Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi

individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan

spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan

untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat Panik dari Kecemasan/ Kecemasan Berat Sekali

Pada tingkatan ini berhubungan dengan terperangah,

ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Oleh

karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan


11

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak

sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang

lama dapat terjadi kelelahan dan kematian.

e. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali,

dapat menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14

kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan

gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah:

Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 : gejala ringan

Nilai 2 : gejala sedang

Nilai 3 : gejala berat

Nilai 4 : gejala berat sekali

Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala

tersebut dijumlahkan dan hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui

derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai <14 : tidak ada kecemasan

Total nilai 14-20 : kecemasan ringan

Total nilai 21-27 : kecemasan sedang

Total nilai 28-41 : kecemasan berat


12

Total nilai 42-56 : kecemasan berat sekali

3. Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Menghadapi Persalinan

Selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering

mengalami kecemasan, yang membedakannya adalah tingkat

kecemasannya. Setiap ibu hamil memiliki tingkat cemas yang berbeda-beda

dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu hamil itu mempersepsikan

kehamilannya. Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil pada

trimester III adalah sebagai berikut:

a. Kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan

b. Pengalaman keguguran kembali

c. Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan

d. Penemuan jati diri dan persiapan menjadi orang tua

e. Sikap memberi dan menerima kehamilan

f. Keuangan keluarga

g. Dukungan keluarga dan tenaga medis (Janiwarty dan Pieter, 2013).

Ibu hamil sering mengalami kecemasan selama masa kehamilan,

namun masalah akan muncul apabila kecemasan melebihi proporsi terhadap

stresor. Kecemasan terkait dengan kesejahteraan janin yang sedang

berkembang sering terjadi (Sherr dalam Baston dan Hall, 2013). Menurut

Pitchard, dkk dalam Sondakh (2013), perasaan takut dan cemas merupakan

faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh

terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga menyebabkan

persalinan lama. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Staneva, dkk
13

(2015) menunjukkan hasil bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara

kecemasan, depresi, dan stress, faktor risiko dan kelahiran prematur

ditunjukkan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Hypnobirthing

a. Definisi

1) Menurut Marmi dan Margiyati (2013), hypnobirthing adalah salah

satu teknik otohipnosis (self hypnosis) dalam menghadapi dan

menjalani kehamilan serta persiapan melahirkan sehingga para ibu

hamil mampu melalui masa kehamilan dan persalinannya dengan cara

yang alami, lancar, dan nyaman.

2) Menurut Kuswandi (2014), hypnobirthing adalah teknik otohipnosis,

yaitu upaya alami menanamkan niat positif/sugesti ke pikiran bawah

sadar dalam menjalani masa kehamilan dan persiapan persalinan.

b. Manfaat

Beberapa manfaat hypnobirthing selama kehamilan menurut

Kuswandi (2014) adalah sebagai berikut:

1) Mengatasi rasa tidak nyaman selama hamil dan rasa sakit saat

melahirkan

2) Mengurangi rasa mual, muntah, dan pusing pada trimester pertama

3) Membuat kondisi ibu hamil menjadi tenang dan damai selama

kehamilannya
14

c. Waktu untuk Melakukan Hypnobirthing

Metode hypnobirthing dapat dilakukan pada usia kehamilan

berapa pun. Namun yang paling umum dilakukan adalah pada usia

kehamilan tujuh bulan atau dua minggu sebelum waktu melahirkan

(Aprillia, 2010).

d. Langkah Melakukan Hypnobirthing

Teknik hypnobirthing ini mengajarkan ibu hamil untuk

menjalankan teknik relaksasi yang alami sehingga tubuh dapat bekerja

dengan seluruh syaraf secara harmonis. Berikut adalah langkah-langkah

hypnobirthing selama kehamilan menurut Kuswandi (2014):

1) Lakukan Pemanasan Relaksasi Otot

a) Sebelum memulai hypnobirthing, lakukan beberapa gerakan

penghantar. Perlahan tundukkan kepala, lalu tengadahkan.

Gerakkan kepala ke kiri, lalu ke kanan. Selanjutnya putar kepala

perlahan searah jarum jam, lalu putar berlawanan arah secara

perlahan. Putar kedua bahu ke arah depan, lalu ke belakang.

b) Persiapkan posisi yang paling nyaman, duduk atau berbaring.

c) Tegangkan otot-otot tubuh, mulai dari telapak kaki hingga wajah.

Rasakan ketegangannya beberapa saat.

d) Lepaskan ketegangan sambil mengendurkan seluruh otot mulai dari

wajah sampai telapak kaki.

2) Lakukan Relaksasi Wajah


15

Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting karena

membuat bagian tubuh lain lebih mudah mengikuti. Setelah

menguasai relaksasi wajah, rahang ibu hamil akan benar-benar rileks

dengan mulut sedikit terbuka. Ibu hamil akan memasuki kondisi rileks

yang alami dengan cepat.

a) Biarkan kedua kelopak mata ibu hamil pelan-pelan menutup.

Jangan dipaksa, tetapi biarkan menutup sendiri perlahan.

b) Pusatkan perhatian ibu hamil pada otot-otot di dalam dan sekitar

mata.

c) Begitu merasa otot-otot mata rileks secara alami, rasakan

ketenangan mengalir dari kedua kening, turun ke kelopak mata, ke

tulang pipi, dan sekeliling rahang.

d) Biarkan rahang bawah sedikit rileks sehingga gigi atas dan gigi

bawah terpisah. Kelopak mata akan terasa lebih berat ketika pipi

dan rahang rileks.

e) Bawa rileks mata ke dalam keadaan seolah-olah kelopak mata tak

dapat bergerak lagi.

f) Rasakan daerah kepala semakin rileks.

g) Ketika mempraktikkan teknik ini, ibu hamil akan merasakan leher,

bahu, dan siku turun. Bayangkan bahu terbuka ke luar dan kedua

tangan tergantung rileks dari siku.

3) Lakukan Relaksasi Napas


16

Perhatikan napas yang ke luar dan masuk lewat hidung. Napas

yang rileks adalah napas perut yang lambat dan teratur. Perlahan-lahan

hirup napas yang dalam melalui hidung, hitung 10 kali hitungan.

Selanjutnya embuskan lewat hidung perlahan-lahan sambil diniatkan

“Setiap embusan napas membuat diri saya semakin tenang”. Ini

merupakan salah satu cara menuju kondisi rileks yang semakin dalam

(teknik deepening).

4) Lakukan Relaksasi Pikiran

a) Pada saat berbaring/duduk, pandang atau pusatkan perhatian pada

satu titik atau benda terus menerus hingga terasa kelopak mata

semakin santai, mulai berkedip perlahan kemudian biarkan kedua

mata terpejam. Nikmati santainya raga dan jiwa. Teknik ini disebut

fiksasi mata.

b) Jika terdapat pikiran lain yang datang, sementara biarkan saja, tetap

pusatkan perhatian pada musik dan panduan.

c) Saat ini ibu hamil bisa melakukan teknik isolasi diri dengan

berulang-ulang niatkan “Suara apapun yang ada tetap membuat diri

saya semakin tenang”.

5) Posisi Relaksasi

Ada dua macam posisi yang dipilih, yaitu posisi berbaring

(terlentang) dan posisi lateral (miring).

a) Relaksasi dengan posisi berbaring

(1) Biarkan kedua lengan di sisi tubuh.


17

(2) Tekuk siku sedikit ke luar dengan bahu sedikit membuka ke

luar.

(3) Tangkupkan tangan dengan lembut dan perlahan, arah

telapaknya ke bawah dan beristirahat kedua sisi tubuh.

(4) Regangkan kedua kaki dengan jarak sekitar 6 inci (15,2 cm),

dengan posisi menekuk ke luar.

b) Relaksasi dalam posisi lateral

Posisi lateral merupakan posisi yang paling penting.

Umumnya posisi inilah yang dipilih selama persalinan dan menjadi

posisi tidur ibu hamil selama minggu-minggu terakhir kehamilan.

(1) Baringkan tubuh di sisi kiri.

(2) Leher dan sisi kiri kepala beristirahat di atas bantal.

(3) Selanjutnya dengan siku terlipat letakkan tangan di sebelah

bantal. Kaki lurus ke bawah dengan lutut sedikit menekuk.

Kaki kanan diletakkan di atasnya dengan pinggul ditopang

oleh satu atau dua bantal di bawah lutut.

6) Panduan Relaksasi Otot

a) Pilih posisi relaksasi yang nyaman.

b) Tegangkan otot di telapak kaki (jari-jari kaki diarahkan ke langit-

langit). Ketegangan ini merambat ke betis, paha, pinggul, perut,

lalu ke dada. Bahu sedikit ditarik ke arah telinga. Kedua telapak

tangan dikepal, wajah ditegangkan, lidah menempel di langit-langit

mulut.
18

c) Rasakan ketegangan beberapa saat, lalu lepaskan sambil

mengembuskan napas “ahhh...”.

d) Lepaskan ketegangan, kecemasan, kesedihan, kemarahan,

kebencian, perasaan dendam, dan semua emosi yang negatif yang

ada di dalam diri. Latihan ini dapat dilakukan hingga 3-4 kali

sampai anda merasakan otot-otot di seluruh tubuh menjadi rileks.

e) Rasakan otot di daerah wajah yang menjadi rileks.

f) Rasakan rileksnya otot di daerah leher, bahu kiri dan kanan, lengan

atas, lengan bawah, kedua telapak tangan serta seluruh jari jemari

tangan terasa semakin lama semakin rileks.

g) Jika terdapat pikiran-pikiran yang datang selama proses latihan

relaksasi, sementara abaikan saja. Tetap arahkan telinga untuk

mendengarkan musik dan suara panduan yang terus menghantarkan

anda memasuki alam relaksasi yang semakin dalam.

h) Rasakan rileksnya otot di daerah dada depan hingga belakang,

semakin lama semakin rileks.

i) Selanjutnya rasakan otot di daerah perut bagian belakang sampai ke

depan menjadi rileks.

j) Rasakan otot yang rileks di daerah panggul belakang sampai depan.

Seluruh otot menjadi semakin mengendur, semakin rileks.

k) Tiba saatnya merasakan otot yang rileks di daerah di kedua paha,

kedua betis, kedua telapak kaki, serta seluruh jari kaki semakin

rileks.
19

l) Rasakan seluruh otot mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki

terasa semakin rileks.

m) Lakukan relaksasi napas yaitu napas perut. Hirup napas yang

panjang melalui hidung, lakukan hitungan 1 sampai 4 lalu tahan

sejenak.

n) Embuskan napas melalui hidung/mulut dengan perlahan. Teruskan

bernapas dengan perut.

o) Selalu niatkan setiap kali menghirup napas anda memasuki alam

relaksasi yang jauh lebih dalam.

p) Terus pusatkan perhatian pada napas yang keluar masuk yang

menghantarkan diri untuk masuk dalam keadaan rileks yang paling

dalam.

q) Bayangkan saat ini anda berada dalam sebuah taman yang indah

dengan pemandangan alam yang indah, bunyi gemericik air yang

menenangkan, rumput hijau yang luas tanpa batas yang membuat

anda merasa semakin nyaman, tentram, dan damai.

r) Dalam keadaan rileks, saatnya menanamkan sugesti ke pikiran

bawah sadar anda, semakin tenang terutama dalam menghadapi

persalinan yang alami, nyaman, dan lancar.

s) Tiba saatnya untuk mengakhiri latihan relaksasi.

t) Persiapkan diri anda pada hitungan ketiga latihan selesai dan semua

sugesti menjadi realitas dalam kehidupan anda.


20

u) Dalam hitungan kesatu saatnya anda kembali berada di ruangan ini,

hitungan kedua sadari napas anda, hitungan ketiga persiapkan

untuk membuka kelopak mata. Anda bangun dalam keadaan

tenang, bugar, dan nyaman.

5. Pengaruh Hypnobirthing terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester

III

Metode hypnobirthing merupakan otohipnosis (self hypnosis) dalam

menjalani kehamilan serta persiapan persalinan sehingga ibu hamil mampu

melaluinya dengan cara yang alami, lancar, dan nyaman (Aprillia, 2010).

Kunci untuk mencapai keberhasilan dari metode ini adalah latihan baik di

kelas antenatal maupun di rumah sehingga teknik-teknik dalam

hypnobirthing bisa menjadi kebiasaan bagi ibu untuk mencapai kondisi

rileks selama kehamilan dan menghadapi persalinan (Marmi dan Margiyati,

2013).

Hypnobirthing mengajarkan ibu hamil untuk menjalankan teknik

relaksasi yang alami (Kuswandi, 2014). Studi hasil menunjukkan bahwa

relaksasi adalah suatu bentuk penanganan yang berguna untuk berbagai

bentuk gangguan kecemasan (Arntz; Siev dan Chambless dalam Oltmanns

dan Emery, 2013). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Subekti dan Utami (2011) yang menyatakan bahwa relaksasi yang

diberikan secara individual sebagai terapi maupun sebagai self help dapat

menimbulkan rasa tenang dan nyaman. Selain itu hypnobirthing merupakan

salah satu teknik otohipnosis (self hypnosis), yaitu upaya alami


21

menanamkan niat positif/sugesti ke pikiran bawah sadar dalam menjalani

masa kehamilan dan persiapan persalinan. Melalui hypnobirthing, ibu hamil

dapat menetralisir dan memrogram ulang (reprogramming) rekaman negatif

dalam pikiran bawah sadar dengan program positif (Kuswandi, 2014).

Dalam kondisi rileks yang dalam, alam bawah sadar ibu akan

mengatur keselarasan tubuh dan menghasilkan endorfin (Andriana, 2014).

Peran utama endorfin yaitu menekan rasa nyeri serta gejala psikologis

seperti kecemasan. Hal ini disebabkan karena endorfin memiliki sifat

farmakologis seperti halnya morfin (Wiarto, 2013). Dalam kondisi rileks

hipofisis anterior dirangsang untuk mengeluarkan endorfin. Kemudian

endorfin bersama dengan ACTH (Adrenocorticotopic Hormone) akan

memerantai analgesia (berkurangnya persepsi nyeri), dengan demikian

kecemasan dapat berkurang (Sheerwood, 2014).

Teknik-teknik dalam latihan hypnobirthing yang dilakukan oleh ibu

hamil trimester III dapat menyebabkan ibu hamil mencapai kondisi rileks

yang dalam. Dalam kondisi tersebut hipofisis anterior mengeluarkan

endorfin. Endorfin bersama dengan ACTH (Adrenocorticotopic Hormone)

akan menyebabkan berkurangnya persepsi nyeri, sehingga kecemasan ibu

hamil trimester III pun dapat menurun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Martalisa dan Budisetyani (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan

intensitas keikutsertaan hypnobirthing dan tingkat kecemasan ibu hamil.

Selain dengan latihan hypnobirthing, kecemasan dapat berkurang

dengan beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani


22

kecemasan. Di antaranya adalah terapi kognitif behavioral. Terapi ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara, seperti: pemaparan secara sistematis pada

situasi-situasi atau pikiran-pikiran yang memprovokasi kecemasan, belajar

mengganti perilaku atau pikiran negatif dengan yang positif, serta dapat

dilakukan dengan belajar keterampilan coping baru; latihan relaksasi;

maupun latihan pernapasan terkontrol. Selain itu dapat dilakukan

penanganan lain seperti melalui gaya hidup sehat, istirahat cukup, olahraga,

nutrisi, dukungan sosial, maupun asupan obat-obatan dalam jumlah moderat

(Durrand dan Barlow, 2006).


23

B. Kerangka Konsep

Latihan hypnobirthing secara teratur

Melakukan teknik relaksasi dan


otohipnosis

Ibu hamil trimester III berada Faktor lain yang


dalam kondisi rileks menyebabkan penurunan
kecemasan :
a. Terapi kognitif behavioral
b. gaya hidup sehat
Merangsang hipofisis anterior
mengeluarkan endorfin dan ACTH c. istirahat cukup
d. olahraga
e. nutrisi
f. dukungan sosial
Endorfin dan ACTH memerantai g. asupan obat-obatan dalam
analgesia (berkurangnya persepsi jumlah moderat
nyeri)

Kecemasan ibu hamil trimester


III menurun

Keterangan:

: Variabel independen : Variabel perancu

: Variabel dependen : Variabel perantara

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Hypnobirthing terhadap Tingkat


Kecemasan Ibu Hamil Trimester III dalam Menghadapi Persalinan.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh hypnobirthing

terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan

di Klinik Bidan Kita Klaten.

Anda mungkin juga menyukai