Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan di sekolah umum ataupun di sekolah Islam, karena untuk mengajarkan Islam kepada
generasi umat Islam maka diperlukan proses pendidikan. Fungsi dari proses pendidikan adalah
untuk mempromosikan atau memfasilitasi perubahan yang diinginkan dalam perilaku. Maka
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia, baik yang berbentuk jasmaniah maupun
rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah dan alam
semesta. Proses pendidikan Agama Islam itu haruslah memberikan pemahaman kepada
pemeluknya tentang ajaran Islam yang sebenarnya yaitu ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Islam merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik
generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dalam al Qur’an,
Allah meminta kita agar tidak mewariskan generasi yang lemah.
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan rasul sebagai
utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia hingga akhir
zaman. Yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan dimanapun dan kapanpun dandibawa
secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan
keangkatan berikutnya, yaitu sebagai rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan
merupakan manifestasi dari sifat rahman dan Rahim Allah SWT. (Kadir Sobur, 2013: 5)
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang di akui di sisi Allah swt. Ajaran dan
ketentuan-Nya yaituAl-qur’an dan sunnah. Sehingga beruntunglah bagi mereka yang telah
menjadi pengikutnya kemudian dapat pula melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam
secara baik dan benar. Islam lahir membawa akidah ketauhidan dan melepaskan manusia
kepada ikatan berhala-berhala, serta bendabenda lain yang posisinya hanyalah sebagai
makhluk Allah SWT dan ajaran Islam di dukung oleh krangka dasar agama Islam yaitu akidah,
tauhid, dan akhlak.
Setelah Rasullulah SAW meninggal dunia, yang menggantikan beliau disebut dengan
khalifah. Khalifah yang menggantikan Nabi memimpin umat Islam, yaitu Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. (Sunanto, 2007: 22)

1
Kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mewujudkan fungsi khalifah di muka bumi
demi kebaikan umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa: 65 yang
artinya “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Depag RI, 2002: 115)

1.2. Tujuan Penulisan


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.
b. Untuk mengetahui sejarah dari khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
c. Untuk mengetahui sejarah dari khalifah Umar bin Khattab.

1.3. Alasan Pemilihan Judul


1.3.1. Bagi penulis
Penulis merasa perlu untuk menulis makalah ini kerena dapat menambah ilmu dan
wawasan penulis tentang khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, menambah
semangat untuk terus berjihad dijalan Allah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Al-
Qur’an, dan menambah kecintaan terhadap agama ini karena perjuangan para khalifah
terdahulu.
1.3.2. Bagi pembaca
Penulis merasa perlu untuk menulis makalah ini kerena mengharapkan para pembaca
dapat lebih mencintai agama islam dan lebih taat kepada perintah Allah SWT.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq


2.1.1 Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq
Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad
bin Tayyim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan
nabi pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair
salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-
sama dari kabilah Bani Taim. ABU Bakar lahir tahun 573 M dari sebuah keluarga terhormat di
Mekkah dua tahun satu bulan setelah kelahiran Rasul Muhammad SAW. Nama aslinya
Abdullah Ibn Abu Kuhafah, lalu ia mendapat gelar Ash Shiddiq (artinya 'yang berkata benar')
setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan oleh Muhammad
kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
Abu Bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Rasulullah SAW. Ia pemuda
yang pertama kali menerima seruan Rasul tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya
dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Rasul. Rasul SAW sangat menyayanginya
sehingga seringkali untuk menggantikan Rasul menjadi imam shalat, ia lah yang ditunjuk. Saat
Rasul hijrah ke Madinah, Abu Bakar menyertainya. Kedekatan abu Bakar dengan Rasul dalam
perjuangan Islam ibarat Rasul dengan bayangannya. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia
adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta
dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Masa Bersama Nabi SAW
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup
bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat itu mereka
berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.
Memeluk Islam
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan
bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh nabi, Abubakar kemudian mendakwahkan
ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin
Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya
kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah.

3
Penyiksaan oleh Quraisy
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka
yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih
dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal
ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya
kemudian memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi
Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi
Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan 'pun setelah Nabi SAW telah
meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah
menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah
di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya
menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam
pada tahun 632 M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan
Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan
pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi
kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang
menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum
sunni berpendapat bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni
berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.
Sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan
sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah
dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terakhir.
Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa
khalifah sepeninggal rasulullah, serta jumlah pemimpin Islam yang dua belas. Terlepas dari
kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal
menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin

4
Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai
pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara
kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat
ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu
ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Perang Ridda
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan
stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari
Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di
antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh.
Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala.
Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad
dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini
Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang
Riddah. Dalam perang Riddah peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi"
yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang
mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah
kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan
Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan
oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam
Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui
kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku
membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh
orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."
Ekspedisi ke Utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar
memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.
Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih
sukses.
Al Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan
bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam
perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar
lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang

5
diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur'an dari
para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit
dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar.
setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian
disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada
masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang
dikenal saat ini.
Sampai akhir hayatnya, Rasulullah Muhammad SAW tidak menunjuk seseorang
sebagai khalifah, sehingga ketika beliau meninggal dunia masyarakat muslim dalam
kebingungan. Dan terdapatlah golongan Muhajirin dan Anshar berusaha memilih penerus dan
penggantinya sambil masing-masing memunculkan tokohnya – meski pada akhirnya kedua
tokoh dari masing-masing golongan yang mengusulkan tersebut menolak sambil berkata
“Tidak, kami tidak mempunyai kelebihan dari kamu sekalian dalam urusan ini.” Dalam situasi
yang semakin kritis, Umar dari golongan Muhajirin mengangkat tangan abu Bakar seraya
menyampaikan sumpah setia kepadanya dan membaiatnya sebagai khalifah. Sikap Umar
tersebut pun diikuti oleh Abu Ubadiyah dari Anshar beserta tokoh-tokohnya yang hadir.
Mereka menyatakan kerelaannya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah.
Dalam pidato pelantikannya Abu Bakar berkata “Saya, bukanlah yang terbaik diantara
kamu sekalian. Oleh karena itu saya sangat menghargai dan mengharapkan saran dan
pertolongan kalian semua. Menyampaikan kebenaran kepada seseorang yang terpilih sebagai
penguasa adalah kesetiaan yang sebenar-benarnya; sedang menyembunyikan kebenaran adalah
suatu kemunafikan. Orang yang kuat maupun orang yang lemah adalah sama kedudukannya
dan saya akan memperlakukan kalian semua secara adil. Jika aku bertindak dengan hukum
Allah dan Rasul-Nya, taatilah aku, tetapi jika aku mengabaikan ketentuan Allah dan Rasul-
Nya, tidaklah layak kalian menaatiku.”
Pidato tersebut berisi prinsip-prinsip kekuatan demokratis, dan bukan kekuasaan yang
bersifat otokratis. Seorang khlaifah wajib menjalankan pemerintahan sesuai dengan ajaran
Islam dan mempertanggungjawabkan segala kebijaksanaannya kepada rakyatnya. Semenjak
diangkat sebagai Khalifah, Abu Bakar menghadapi berbagai permasalahan. Program pertama
yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi khalifah, adalah meredam pemberontakan,
memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat. Pemurtadan saat itu
juga terjadi dimana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Rasulullah SAW,
memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka berasa berhak

6
berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi, muncul orang-orang yang mengaku Rasul,
antara lain Musallamah Al Kadzdzab, Tulaiha Al Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas
pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, diantaranya Pasukan Khalid bin Walid yang
ditugaskan menundukkan Tulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudla’ah,
Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman dan Khalid bin Said ditugaskan ke Syam. Program
Abu Bakar selanjutnya memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur’an.
Program ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khattab, sedangkan pelaksananya dipercayakan
kepada Zaid bin Tsabit. Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah
dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan kerajaan Parsi
dan ke Syam yang dibawah jajahan Romawi.
Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang
dideritanya pada usia 63 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat
Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.

2.1.2 Riwayat Masuknya Abu Bakar pada Agama Islam.


Abu Bakar As-Shiddiq adalah sahabat Rosulullah yang terkenal dengan lemah lembut
dan bijaksana. Beliau merupakan salah satu sahabat dari golongan “Assabiqunal Awwalun”
(orang-orang yang paling dahulu memeluk agama islam). Orang-orang arab pada masa
jahiliyah kebanyakan memiliki profesi sebagai pedagang, salah satunya adalah Abu Bakar.
Suatu ketika saat beliau berada di kota Syam untuk berdagang, di sana beliau bermimpi ketika
sedang tidur. Dalam mimpi tersebut, beliau melihat matahari dan bulan yang berada di kamar
beliau. Kemudian beliau memegang dan memeluk keduanya lalu menyelimuti keduanya
dengan selendang beliau.
Saat terbangun dari mimpi, Abu Bakar merasakan ada sesuatu yang istimewah dalam
mimpi itu yang membuat beliau penasaran. Tak kuasa menahan rasa penasaran itu, beliau
segera pergi menemui seorang rohib nasrani (pendeta) untuk menanyakan arti dari mimpi aneh
itu. Setelah Abu Bakar menceritakan mimpi beliau, sang rohib bertanya “Dari mana kamu
berasal ?”, beliau menjawab “Dari Kota Mekkah”. Sang rohin bertanya kembali “Dari qobilah
(suku) mana ?”, beliau menjawab “Dari qobilah Bani Taim”. Sang rohib bertanya lagi “Apa
pekerjaanmu ?”, beliau menjawab “Seorang pedagang”.
Kemudian sang rohib menjelaskan kepada beliau arti mimpi tersebut “Ada seorang dari
qobilah Bani Hasyim yang bernama Muhammad Al-Amin (Al-Amin adalah julukan bagi

7
Rosulullah SAW sebagai seorang yang dapat dipercaya sebelum beliau menjadi Rosul), ia
adalah seorang nabi terakhir yang diutus. Jika tidak karena Muhammad, maka Allah tidak akan
menciptakan langi bumi seisinya, dan Allah tidak akan menciptakan Adam, para nabi, dan para
rosul lainnya. Ia adalah sayyidul anbiya’ wal mursalin sekaligus sebagai penutup dari para nabi.
Dan kamu akan memeluk agamanya, menjadi pendamping baginya, dan menjadi kholifah
sesudahnya. Ini adalah arti dari mimpimu”.
Sang rohib juga menambahi perkataannya “Aku telah menemui sifat-sifatnya dalam
kitab Taurot, Injil, dan Zabur. Sesunggunya aku juga sudah memeluk agamanya, dan
menyimpan keislamanku karena takut kepada orang-orang nasrani”.
Setelah Abu Bakar mendapati arti dari mimpi anehnya dan mengetahui sifat-sifat
Rosulullah SAW, hati beliau menjadi luluh terenyuh. Tak kunjung beliau pun semakin rindu
untuk berkunjung menemui Rosulullah SAW. Setelah beliau sampai di Mekkah, beliau segera
mencari seseorang yang bernama Muhammad Al-Amin. Waktu pun berjalan menghiasi
indahnya persahabatan, dan semakin hari, Abu Bakar semakin akrab dengan Rosulullah SAW.
Beliau sering berkunjung menemui Rosullulah SAW dan menghabiskan waktunya bersama
Rosulullah SAW, ini seolah beliau tidak kuasa tanpa melihat Rosulullah SAW.
Hingga pada suatu hari, Rosulullah SAW bertanya kepada Abu Bakar “Wahai Abu
Bakar, setiap hari kamu datang kepadaku dan duduk bersanding denganku, tapi mengapa kamu
masih belum mau memeluk agama islam ?”. Beliau pun menjawab pertanyaan Rosulullah
SAW “Jika kamu memang seorang nabi, pasti kamu memiliki mu’jizat”.
Dengan ringan, Rosulullah SAW menjawab “Apakah belum cukup bagimu mu’jizat
yang kamu lihat di kota Syam, kemudian seorang rohib mengartikan mimpimu dan
menceritakan keislamannya kepadamu ?”. Setelah mendengar perkataan Rosulullah, serentak
Abu Bakar pun mengucapkan ikrar “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah”.
Sejak saat Abu Bakar memeluk agama islam, beliau selalu menjadi pendamping bagi
Rosulullah SAW kemanapun beliau pergi, menanggung suka dan duka bersama-sama. Abu
Bakar bahkan selalu membenarkan setiap perkataan Rosulullah SAW, itulah mengapa beliau
mendapatkan julukan As-Shiddiq, orang yang selalu membenarkan Rosulullah SAW”.

2.1.3 Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah
Rasulullah wafat, kaum muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika
kaum muhajirin dan ansar berkumpul di Saqifah bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon

8
khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai
khalifah. Kaum anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj
sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas
menyampaikan pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan
Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum
Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu
Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka
dengan suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu
Ubaidah. Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir
bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus
karena ada beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas
bin Abdul Muthalib, Fadl bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-Ash, Khalid bin Sa’id,
Miqdad bin Amir, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma bin Yasir, Bara bin Azib dan
Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi pertemuan sebagian kaum muhajirin dan Anshar dengan Ali bin
Abi Thalib di rumah Fatimah, mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa Ali
bin Abi Thalib, lebih patut menjadi khalifah karena Ali berasal dari bani Hasyim yang berarti
ahlul bait.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah pertama, menunjukkan betapa seriusnya
masalah kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu, dikarenakan suku-suku Arab
kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi, tidak diwariskan secara
turun temurun. Setelah didapatkan kesepakatan dalam proses pengangkatan Abu Bakar ra,
sebagai khalifah, kemudian ia berpidato yang isinya berupa prinsip-prinsip kekuasaan
demokratis yang selayaknya dimiliki oleh seorang pemimpin negara.

2.1.4 Kebijakan dan Prestasi Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq


Ada beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara
lain :
1. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat
Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab

9
dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan
Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari beberapa
kabilah.[1]
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas (11) pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin
pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang
ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak
menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau
wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Di
antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati suatu
kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang
mereka sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang panji
diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah
sebagai berikut :
· Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang
mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah,
suatu daerah di Arab tengah.
· Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang
kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang
terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
· Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan.
Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah
Yamamah.
· Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi
(orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju
Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah
Arab selatan.
· Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang
terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku
Nabi.
· Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan
Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam
dibawa pemimpinan Abu Bakar.

10
· Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak
sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
· Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang
murtad dari Islam.
· Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat
laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
· Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada
diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan
pembangkangan terhadap Islam.
· Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku
Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil
Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan
senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah
karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”[2]
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah
memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga berhasil
menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua
kabilah untuk membayar zakat.
2. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah
lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena
itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia
memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus
Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah
satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
3. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari
pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut
Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab

11
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan
Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan
pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga
pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah,
membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.[3]
Ø Kebijaksanaan Kenegaraan
Suyuthi Pulungan ada beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan,[4] yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid
bin tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab
sebagai hakim Agung. Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan
untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
 Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
 Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
 Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
 Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
 Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan
 Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
 Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
 Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
 Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
 Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria)
dipercayakan kepada para pemimpin Militer.[5]
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin agama,
juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak
untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib, amil, Dan sebagainya.
2. Pertahanan dan Keamanan

12
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid,
Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
3. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan
Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena
kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal ‘alim.
4. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari
zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan
untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah dilakukan
secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar. Allah sendiri
berfirman :
.‫والذين استجابوا لربهم واقاموا الصالة وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون‬
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagaian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.[6]
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah dengan
jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam pembai’atan dan pada
akhirnya mereka melakukan sumpah setia.[7] Dengan demikian, secara nyata, pengangkatan
Abu bakar sebagai khalifah disetujui.
2.1.5 Penyebaran dan Kekuasaan islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan
dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan
perang.[8] Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar
beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua
kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun
agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan
tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan
Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang
dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan Islam.[9]

13
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia.
Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada
di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini
segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia,
segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam
disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima
dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan
panglimanya itu adalah sebagai berikut :
 Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
 Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
 Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
 Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi
baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.[10]

2.2. Khalifah Umar Bin Khattab


2.2.1 Biografi Umar Bin Khattab
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau Umar bin Khattab (581 - November
644) adalah salah satu dari sahabat Nabi Muhammad SAW dan juga khalifah kedua Islam (634-
644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Umar juga
merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi
petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan.

14
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, sehingga beliau dapat
membaca dan menulis, yang pada masa itu hal tersebut merupakan sesuatu yang langka. Umar
juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat dikota Mekkah. Umar
bin Khattab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad
SAW. Peranan Umar dalam sejarah islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol
karena perluasan wilayahnya.
Disamping kebijakan-kebijakan politik yang lain, adanya penaklukan besar-besaran
merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Umar bin Khattab adalah
seorang mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-
prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ia
adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin
Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu Hafsh al-Adawi. Ia dijuluki al-Faruq.
Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu
Jahal bin Hisyam. Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya
plontos, selalu bekerja dengan kedua tangannya, matanya hitam, dan kulitnya kuning. Ada pula
yang mengatakan kulitnya putih hingga kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat.
Selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat
Ibnu Saad, 3: 324).
Amirul mukminin Umar bin Khattab adalah seorang yang sangat rendah hati dan
sederhana, namun ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri khas yang kental
melekat padanya. Ia suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember di
pundaknya, akan tetapi sama sekali tak menghilangkan ketinggian wibawanya. Kendaraannya
adalah keledai tak berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa
dengannya. Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan “Cukuplah
kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.”
Umar wafat pada hari rabu tanggal 25 dzulhijjah 23H / 644 M. Dia dibunuh oleh
seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah atau Feroz pada saat beliau menjadi imam
shalat subuh. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Feroz terhadap Umar
karena merasa sakit hati atas kekalahan Persia yang pada saat itu merupakan negara adigdaya.

2.2.2 Riwayat Masuknya Umar pada Agama Islam.


Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rosulullah mengumumkan misi kenabianya,
Umar adalah salah seorang penentang Rosulullah yang paling gigih. Dia menganggap bahwa
Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan agama nenek moyang mereka.

15
Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan berbagai cara Umar menentang
ajaran yang dibawa oleh Rossulullah. Suatu ketika Umar megatakan kepada orang-orang
bahwa dia akan membunuh Rosulullah, kemudian dia keluar dari rumahnya dengan membawa
pedang yang terhunus tajam dan akan menuju ke kediaman Rosulullah, tiba di tengah jalan dia
bertemu adik kandungnya Fatimah sedang duduk dibawah pohon sambil membawa mushaf
dan membaca sebagian dari ayat Al-qur’an (surat At-Thaha).
Dia bertanya kepada adiknya “apa yang telah kamu baca”, dengan sangat ketakutan
fatimah menjawab “ayat-ayat Al-quran” kemudian Umar memintanya dan berkata
”sesungguhnya engkaulah yang lebih pantas aku bunuh terlebih dahulu, ”jika kebenaran ada
diantara kita apa yang akan engkau lakukan” sahut fatimah, ”berikan kertas itu padaku”,
setelah umar membacanya, setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat berkaitan pada
dirinya. hatinyapun luluh, hatinya bergetar karena mendengar syair yang begitu indah,
kemudian dia berlari ke rumah Rosulullah dan menyatakan dia telah masuk Islam. Dia masuk
islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian dan dia tercatat sebagai orang yang ke 40
yang masuk Islam.
Sebelumnya kejadian tersebut Rosulullah berdoa “ Ya Allah, agungkanlah Islam
dengan salah satu dari dua lelaki ini : Umar bin Khattab atau Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”.
Dan Allah SWT mengabulkan doa tersebut.

2.2.3 Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab


Umar bin Khattab r.a diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar r.a untuk
menggantikannya sebagai khalifah. Oleh Abdul Wahhab an-Nujjar, cara pengangkatan seperti
ini disebut dengan thariqul ahad, yakni seorang pemimpin yang memilih sendiri panggantinya
setelah mendengar pendapat yang lainnya, barulah kemudian dibaiat secara umum.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan sebutan
khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a, mereka disebut
dengan Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat kepada beliau. Salah satu
sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena Abu Bakar r.a dipanggil dengan khalifah
Rasulullah yang memiliki arti pengganti Rasulullah. Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam
telah meluas, hingga ke daerah-daerah yang bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan
sistem pemerintahan yang terperinci, sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan
terperinci dalam Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena itu ia menolak untuk dipanggil
sebagai khalifatullah dan khalifah Rasulullah.

16
2.2.4 Kebijakan dan Prestasi Khalifah Umar bin Khattab
Dalam bidang agama, khalifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan beberapa
kebijakan. Kebijakan Umar bin Abdul Aziz dalam bidang agama antara lain:
a. Menghidupkan kembali ajaran al-Qur’an dan sunah Nabi.
b. Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar.
c. Menerapkan hukum syariah Islam secara serius;
d. Pembukuan Hadis
Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Imam Muhammad bin Muslim bin
Zihab az Zuhri mengumpulkan hadis-hadis untuk diseleksi apakah palsu atau tidak.
mengumpul dan menyusun hadis-hadis Rasulullah Saw. Selain itu, khalifah Umar bin Abdul
Aziz memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar Al Hazni di Makkah untuk mengumpul dan
menyusun hadis-hadis nabi Muhammad Saw. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah
tabiin lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau.
1. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Perluasan daerah Islam
2. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Mengatur Administrasi dan Keuangan
3. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Menetapkan Kalender Hijriah

BAB III
PENUTUP

17
3.1. Kesimpulan

Daftar Pustaka

[1] D. Humam, Terjemah Islamic And History From Colture, Oleh Hasan Ibrahim. Cetakan I,
Yogyakarta Kota Kembang,1989. Hal 32

18
[2] M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 52
[3] http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq/
[4] Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta , Raja Grafindo Persada, 1997. Hal 34
[5] Suyuty pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees
Jakarta,1994. Hal 112-113
[6] Ali Mufradi, Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab, Jakarta, Logos, Wacana Ilmu, 1997. Hal
107
[7] Al-Qur’an Surah As-Syura ayat 38
[8] D. Humam, Terjemah Islamic And History From Colture, Oleh Hasan Ibrahim. Cetakan I,
Yogyakarta Kota Kembang,1989. Hal 32
[9] Departemen Agama RI, Sejarah dan kebudayaan Islam, Proyek Pembinaan PTA IAIN
Alauddin, Ujung Padang, 1982. Hal 65
[10] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada Jakarta,1994. Hal 27
[11] http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq/
[12] H. A.Kadir Sobur, Tauhid Teologis, (Jakarta: Gaung Persada Press Group 2013), hlm. 5

19

Anda mungkin juga menyukai