Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FISIOLOGI TUMBUHAN

DISUSUN OLEH

1. ANNISA ISTATI (1401070022)


2. WIRANTI (1401070023)
3. YONANDA AJENG W.H (1401070024)
4. ESTU WINDU N (1401070025)
5. AMALIA MICHELIA A (1401070026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi tumbuhan adalah ilmu mengenai peristiwa alamiah yang terdapat dalam tubuh
tumbuhan hidup. Fisiologi tumbuhan merupakan ilmu yang berhubungan dengan proses, fungsi,
dan respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan, serta pertumbuhan dan perkembangan
akibat adanya respon tersebut. Proses yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah urutan
kejadian-kejadian alamiah yang kontinyu. Contoh proses yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan
hidup : fotosintesis, respirasi, absorpsi ion, translokasi enzim, pembungaan, pembentukan biji,
dan lain-lain. Adapun fungsi yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah aktivitas alamiah
dari sebuah benda, apakah termasuk senyawa kimia, sel, jaringan organ, dan lain-lain.
Sedangkan respon yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah kegiatan tumbuhan yang
diakibatkan adanya proses dan fungsi yang berlangsung di dalam tubuh tumbuhan hidup dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar.

Pembungaan, pembuahan, dan set biji merupakan peristiwa-peristiwa penting dalam


produksi tanaman. Proses-proses ini dikendalikan baik oleh lingkungan terutama fotoperiode dan
temperatur, maupun oleh faktor-faktor genetik atau internal. Salah satu proses perkembangan
yang harus tepat waktu adalah proses pembungaan. Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu cepat
sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya akar dan daun lengkap. Sebaliknya
tumbuhan tidak dapat berbunga dengan lambat, sehingga buahnya tidak sempurna misalnya
datangnya musim dingin.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman,
yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan
dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya dan temperatur.
Penyinaran cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor dari luar
yang mempengaruhi pembungaan (Natania, 2008). Kejadian musiman sangat penting dalam
siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan
pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan
yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana respon pertumbuhan terhadap suhu
2.

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Respon Pertumbuhan terhadap Suhu

Suhu sebagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara fisik
maupun fisiologis. Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar
matahari dan dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologis, suhu dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan stomata, dan respirasi. Selain itu,
suhu merupakan salah satu penghambat dalam proses fisiologi untuk sistem produksi tanaman
ketika suhu tanaman berada diluar suhu optimal terendah maupun tertinggi.

Suhu bervariasi antara meruang dan mewaktu, berikut ini berbagai karakteristik muka bumi
penyebab variasi suhu:

a. Komposisi dan warna tanah


b. Kegemburan dan kadar air tanah
c. Kerimbunan tumbuhan
d. Iklim mikro perkotaan
e. Kemiringan lereng dan garis lintang

Variasi suhu berdasarkan waktu baik musiman atau harian, kesemua variasi ini akan
mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan. Suhu tumbuhan kurang lebih sama dengan
suhu lingkungannya,suhu merupakan faktor terpenting dalam penyebaran tumbuhan. Suhu
dimana tumbuhan dapat hidup dan tumbuh disebut sebagai suhu kardinal (minimum, maksimum
dan optimum). Umumnya suhu optimum untuk respirasi lebih tinggi daripada untuk fotosintesis

Tumbuhan dan Suhu Tinggi

Suhu Tinggi sering merupakan masalah yang lebih kritis dari pada suhu rendah.
Kerusakan akibat panas terjadi karena tidak tersedianya sejumlah air dalam tubuhnya untuk
proses pendinginan. Berikut ini akibat dari suhu yang tinggi terhadap tumbuhan:

a. Jaringan parenkim menjadi tebal


b. Daun kecil-kecil
c. Daun berambut/lapisan llilin/kutikula menjdi lebih tebal
d. Mengubah orientasi daun menjadi lebih vertical
e. Mengulung daun

Efek Suhu tinggi terhadap membran dan metabolism

a. Kerusakan yang disebabkan suhu tinggi terhadap tumbuhan biasanya kemukakan karena
terdenaturasinya enzim.
b. Suhu tinggi juga mengubah komponen membran sehingga menyebabkan kerusakan
membran.

Pada tumbuhan yang toleran terhadap suhu tinggi, memiliki proporsi asam lemak jenuh
yang lebih besar dibanding yang tidak toleran (C3). Kekentalan membran akan meningkat pada
suhu yang tinggi menyebabkan gangguan pada permeabilitas dan fungsi katalitik protein
membran. Membran dengan asam lemak jenuh menyebabkan sedikitnya cairan pada membran,
ini akan mempertahanan kekuatan ikatan hidrofobik sehingga stabilitas membran dan interaksi
antara lemak dan protein membran. Panas berlebihan dapat mengganggu dan akhirnya
membunuh suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak
metabolismenya dalam berbagai cara. Salah satu fungsi transpirasi adalah pendinginan melalui
penguapan. Pada hari yang panas, misalnya temperature daun berkisar 3°C sampai 10°C di
bawah suhu sekitar. Tentunya, cuaca panas dan kering juga enderung menyebabkan kekurangan
air pada banyak tumbuhan; penutupan stomata sebagai respon terhadap cekaman ini akan
menghemat air, namun mengorbankan pendinginan melalui penguapan tersebut. Sebagian besar
tumbuhan memiliki respon cadangan yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam
cekaman panas Di atas suatu temperature tertentu- sekitar 40°C pada sebagian besar tumbuhan
yang menempati daerah empat musim, sel-sel tumbuhan mulai mensintesis suatu protein khusus
dalam jumlah yang cukup banyak yang disebut protein kejut panas (heat-shock protein). Protein
kejut panas ini kemungkinan mengapit enzim serta protein lain dan membantu mencegah
denaturasi (Campbell, 2003).
Tumbuhan dan Suhu dingin

Pada umumnya tumbuhan terhenti pertumbuhannya pada suhu 60C. Adapun munculnya
tanda-tanda kerusakan akibat suhu rendah ini tergantung pada spesies, umur dan lamanya
periode suhu rendah. Adapun tanda-tanda kerusakan tersebut sebagai berikut:

a. Kecambah menunjukkan pengurangan luas daun


b. Daun akan menggulung

Selain terjadi kerusakan dari luar maka kerusakan pun terjadi juga pada metabolisme akibat suhu
dingin:

a. Aliran protoplasma terganggu


b. Protein menggumpal sehingga mengakibatkan enzim tidak aktif
c. Pada titik beku akan terbentuk kristal es di ruang antar sel
d. Pembekuan secara cepat, akan terbentuk kristal-kristal es pada cairan sel yang tingkat
volumenya akan lebih besar dari ukuran sel
e. Akar akan menjadi kurang permiabel sehingga menyebabkan fisiologis kekeringan
f. Mengurangi respirasi,, fotosintesis, dan sintesa protein.

Satu permasalahan yang dihadapi tumbuhan ketika temperature lingkungan turun adalah
perubahan ketidakstabilan membrane selnya. Ketika sel itu didinginkan di bawah suatu titik
kritis, membrane akan kehilangan kecairannya karena lipid menjadi terkunci dalam struktur
Kristal. Keadaan ini mengubah transport zat terlarut melewati membrane, juga mempengaruhi
fungsi protein membrane. Tumbuhan merespon terhadap cekaman dingin dengan cara mengubah
komposisi lipid membrannya. Contohnya adalah meningkatnya proporsi asam lemak tak jenuh,
yang memiliki struktur yang mampu menjaga membrane tetap cair pada suhu lebih rendah
dengan cara menghambat pembentukan Kristal. Modifikasi molekuler seperti itu pada membrane
membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Pada suhu di bawah pembekuan,
Kristal es mulai terbentuk pada sebagian besar tumbuhan. Jika es terbatas hanya pada dinding sel
dan ruang antar sel, tumbuhan kemungkinan akan bertahan hidup. Namun demikian, jika es
mulai terbentuk di dalam protoplas, Kristal es yang tajam itu akan merobek membrane dan
organel yang dapat membunuh sel tersebut. Beberapa tumbuhan asli di daerah yang memiliki
musim dingin sangat dingin (seperti maple, mawar, rhodendron) memiliki adaptasi khusus yang
memungkinkan mereka mampu menghadapi cekaman pembekuan tersebut. Sebagai contoh,
perubahan dalam komposisi zat terlarut sel-sel hidup memungkinkan sitosol mendingin di bawah
0°C tanpa pembentukan es, meskipun Kristal es terbentuk dalam dinding sel (Campbell, 2003).

Respons tumbuhan terhadap suhu rendah telah ada semenjak fase bibit, bahkan fase biji,
asal saja cukup tersedia oksigen dan kelembapan. Benih beras belanda (Secale cereal ) petkus
umumnya ditanam pada musim dingin, pada waktu benih biasanya berkecambah, dan melewati
musim dingin sebagai bibit kecil. Atau benih lembap dapat diberi perlakuan suhu rendah dalam
ruang dingin selama beberapa minggu. Tanaman akan berbunga pada suhu normal sekitar tujuh
minggu setelah pertumbuhan dimulai dimusim semi. Tanpa perlakuan suhu rendah, 14-18
minggu untuk membentuk bunga, walaupun akhirnya bunga mekar juga. Karena kebutuhan akan
suhu rendah bersifat kuantitatif atau fakultatif (suhu rendah menyebabkan pembungaan lebih
cepat ), tapi bukan bersifat kualitatif atau mutlak (pembungaan bergantung sepenuhnya pada
suhu rendah).

Mekanisme Respon Suhu-Rendah

Pada suhu rendah zat penghambat dapat hilang, atau zat pengatur tumbuh muncul yang akan
mempengaruhi pembungaan, perkecambahan, pertumbuhan kecambah selanjutnya, dan
sebagainya. Geberelin dan ABA sering tamapak berperan.

B. Vernalisasi

Beberapa tumbuhan sebelum ditanam perlu mengalami perlakuan suhu rendah agar
dapat berbunga. Peningkatan perbungaan dengan suhu rendah ini disebut Vernalisasi. Lokasi
respon suhu rendah adalah tunas, mungkin meristem. Organ yang mengalami respon vernalisasi
adalah biji, akar, embrio, pucuk batang.
Perbungaan terjadi bila tunas diberikan suhu rendah. Apabila daun tumbuhan yang
memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan pendinginan, sedangkan pada bagian pucuknya
batangnya dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga. Vernalisasi dapat balik apabila
setelah perlakuan vernalisasi tanaman dipajan pada suhu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak
berbunga. Fenomena ini disebut Devernalisasi. Pada tahun 1920-an, para ahli sains dari
Departemen Pertanian A.S. yang melakukan penelitian di Beltsville, Maryland mulai meneliti
aktivitas pembungaan pada tumbuhan. Mereka mulai menyadari bahwa pembungaan dimulai
oleh panjang siang. Setelah menanam tumbuhan dalam rumah tanaman, tempat fotokalanya
dapat diubah secara buatan, mereka membuat kesimpulan bahwa tumbuhan dapat dibagi menjadi
tiga kumpulan :
1. Tumbuhan pendek siang- berbunga apabila fotokalanya lebih pendek daripada panjang
genting. (Contoh yang baik ialah pohon cocklebur, pohon merah (poinsetia, kekwa).
2. Tumbuhan panjang siang- berbunga apabila fotokalanya lebih panjang daripada suatu
panjang genting. (Contoh yang baik ialah gandum, barli, bunga cengkih, bayam).
3. Tumbuhan netral siang- pembungaan tidak bergantung kepada suatu fotokala. (Contoh
yang baik ialah tomat dan timun).
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi diperlukan pula
oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon terhadap suhu dingin ini
bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi.
Lamanya periode dingin haruslah beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung
sepesiesnya. Spesies semusim pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan dari
daerah beriklim sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi,
dan kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi
(beberapa minggu diletakkan dalam penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan
dormansi. Jadi vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti
musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang
selama musim semi.
Seterusnya kita harus mengambil perhatian bahwa suatu tumbuhan panjang siang dan
pendek siang dapat mempunyai panjang hari genting yang sama. Bayam merupakan suatu
tumbuhan panjang siang yang mempunyai panjang genting selama empat belas jam, rumput reja
merupakan suatu tumbuhan pendek siang dan mempunyai panjang genting yang sama. Walau
bagaimanapun, bayam hanya berbunga pada musim panas apabila panjang siang meningkat
sehingga empat belas jam atau lebih, dan rumput reja berbunga pada musim gugur apabila
panjang siangnya berkurang hingga empat belas jam atau kurang. (Rumput reja harus menjadi
matang sebelum dapat berbunga, sebab itulah tumbuhan ini tidak berbunga pada musim bunga
walaupun panjang siangnya kurang daripada empat belas jam).
Pada tahun 1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan panjang
siang dan malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu siang dua puluh
empat jam. Mereka kemudian berpendapat bahwa cocklebur yang merupaka tumbuhan pendek
siang akan berbunga pada waktu gelapnya berterusan selama delapan setengah jam, tanpa
memperkirakan panjang waktu siang. Selanjutnya, jika waktu gelap ini diganggu untuk seketika
oleh pancaran cahaya, maka pohon cocklebur tidak akan berbunga. ( Mengganggu panjang
waktu penyinaran dengan kegelapan tidak memiliki arti ). Keputusan yang sama juga telah
diperoleh bagi tumbuhan panjang siang. Tumbuhan tersebut memerlukan suatu waktu gelap yang
lebih pendek daripada suatu panjang genting tanpa memperhitungkan panjang waktu
pencahayaan. Walau bagaimanapun, jika suatu malam yang lebih panjang dari panjang genting
diganggu oleh suatu pancaran cahaya yang sekejap, maka tumbuhan siang panjang akan
berbunga. Dengan demikian, dapatlah dibuat kesimpulan bahwa panjang waktu gelap yang
mengakibatkan pembungaan, bukannya panjang waktu pencahayaan. Dalam keadaan alami,
jelaslah siang yang lebih pendek senantiasa berfungsi dengan malam yang lebih panjang, dan
begitulah sebaliknya.

Letak Vernalisasi
Bukti-bukti bahwa rangsangan dingin dihasilkan di dalam meristem atau kuncup dan
bukan didalam daun diperoleh dari empat fenomena:
a. Biji yang telah mengalami imbibisi mudah divernalisasi
b. Pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak efektif
c. Biji yang sedang berkembang pada tanaman induk dapat dan seringkali sudah
tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung sebelum biji menjadi
kering
d. Tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu daun yang sudah tervernalisasi telah
tergalakkan untuk berbunga.

Hilangnya Vernalisasi
Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah, seperti
kekeringan atau temperatur tinggi (30-35̊C) selama periode beberapa hari. Pada percobaan yang
dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia musim dingin yang divernalisasi
dan dipertahankan biji dalam keadaan kering menyebabkan proses devernalisasi (penghilangan
vernalisasi). Percobaan yang dilakukan Lysenko itu tidak berlaku di mana saja, mungkin karena
telah tersedia kultivar tipe musim semi yang teradaptasi. Vernalisasi pada rumput-rumputan
tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks, selain dingin, juga diperlukan beberapa fotoperiode
pendek. Contohnya pada rumput orchard, penggalakan pembungaan terjadi secara alamiah, dan
diperlukan suhu ingin untuk menggalakkan pembungaan pada spesies-spesies tersebut.

Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi


Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi yaitu
biji, akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi mendapat
perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan
berbunga (tidak terjadi vernalisasi). Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks yang
terdiri dari beberapa proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam
biji dan semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem yang tervernalisasi. Pada
Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya. Zat yang bertanggung jawab
dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu suatu hormon hipotesis karena
sampai saat ini belum pernah diisolasi. Di dalam hal perbungaan GA dapat mengganti fungsi
vernalin, meskipun GA tidak sama dengan vernalin.

Interaksi Vernalisasi dengan faktor lain


Chailakhyan menyatakan bahwa hanya tumbuhan di daerah temperatur yang mengalami
musim dingin, dapat kita harapkan memerlukan vernalisasi, dan ini adalah tumbuhan hari
panjang (LPD). Tumbuhan hari pendek biasanya berada di daerah subtropis. Ada sebuah
interaksi yang ganjil pada Petkus rye (secale cereale), kebutuhan akan vernalisasi dapat
digantikan dengan perlakuan hari pendek (short day), tetapi apabila tanaman ini telah
memperoleh vernalisasi, dia memerlukan induksi hari panjang untuk pembungaannya. Sama
halnya dengan Hyoscyamus niger memerlukan vernalisasi apabila dalam tahap roset dan
perbungaan akan terjadi hanya pada hari panjang.
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai