Anda di halaman 1dari 26

BAB I ......................................................................................................................................................

2
A. Definisi ....................................................................................................................................... 4
B. Etiologi ....................................................................................................................................... 4
C. Patofisiologi............................................................................................................................... 5
D. Tanda dan Gejala .................................................................................................................... 7
E. Komplikasi ................................................................................................................................ 7
F. Penatalaksanaan..................................................................................................................... 7
G. Pengkajian ................................................................................................................................ 8
H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................... 10
I. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 24

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria
masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia.
Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000
anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan
6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan
perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta,
sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di
Poliklinik Khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal
anak yang dirawat antara tahun 1995-2000.

Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga


mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis
besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan
sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein
dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama
kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan
kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk.
Pada tulisan ini hanya akan dibicarakan SN idiopatik.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu


membuat asuhan keperawatan penyakit sindrom nefrotik pada anak

Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:

1. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik

2. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik

3. Mengetahui patofisologi sindrom nefrotik

2
4. Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik

5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom


nefrotik

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein
dalam urin secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
edema, dan serum kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat
merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus1. Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal.
Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan
perempuan adalah 2: 1
Glomerolus Nefrotik adalah penueunan fungsi ginjal setidaknya selama tiga bulan
atau lebih.Didefinisikan sebagai abnormalitas stuktur atau fungsional ginjal
penurunan laju filtrasi glomerolus .Dimanifestasikan dengan kelainan patologis atau
adanya kerusakan ginjal termasuk komposisi zat di dalam darah atau urin

B. Etiologi
Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi
menjadi berikut2 :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom
menyebabkan sindrom nefrotik.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria,
penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion,
paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab
paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer dan
sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau
toksin dan akibat penyakit sistemik seperti3 :
a. Glomerulonefritis primer
1) Glomerulonefritis lesi minimal
2) Glomerulosklerosis fokal
3) Glomerulonefritis membranosa
4) Glomerulonefritis membranoproliferatif
5) Glomerulonefritis proliferatif lain

4
b. Glomerulonefritis sekunder
1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC,
Lepra
2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin,
mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis
reumathoid, MCTD
4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas,
penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks
vesicoureter, atau sengatan lebah
3. Sindrom Nefrotik Idiopatik
Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.

C. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam
interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan


merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan
sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan


stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan
onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan
lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hiperlipidemia atau defisiensi seng.

5
Pathofisiologi

6
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada
saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3. Pembengkakan abdomen (asites)
4. Efusi pleura
5. Pembengkakan labia atau skrotum
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan
absorpsi intestinal buruk
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8. Iritabilitas
9. Mudah letih
10. Letargi
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12. Rentan terhadap infeksi
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
E. Komplikasi
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
6. Dehidrasi
7. Venous thrombosis
8. Aterosklerosis

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang
ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang
lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya
dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3
gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema
dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid
(25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney
Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan
badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu
dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari
atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu

7
(intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu,
kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan
prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4
minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps
sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
1. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
2. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.

G. Pengkajian
1. Identitas

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap
100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami
komplikasi sindrom nefrotik.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,
urine menurun.

5. Riwayat kesehatan Keluarga


Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik
sebagai komplikasi dari penyakit malaria.
7. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100
%, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).

8. Pengkajian Kebutuhan Dasar

8
a) Kebutuhan Oksigenasi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal
atau sedikit menurun. Nadi 70 – 110 X/mnt.
b) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri
daerah perut, malnutrisi berat.
c) Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti
penurunan volume dan urin berbuih.
d) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan
tangan). Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
e) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
f) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran
prakonseptual ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di
luar penampilan luar mereka.
g) Kebutuhan Kenyamanan
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.
h) Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah
sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri
sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i) Kebutuhan Informasi
Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik,
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta proses penyakit dan
penatalakasanaan.
j) Kebutuhan Komunikasi
Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata
sudah mulai meluas, kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3
tahun, komunikasi lebih sering berbentuk simbolis.
k) Kebutuhan Seksualitas
Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai
menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh
mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.
l) Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak
mengetahui tentang identitas dirinya.
m) Kebutuhan Rekreasi
Anak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami
kejenuhan. Kebiasaan yang sering dilakukan mungkin berubah pada saat anak
hospitalisasi.
n) Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.
9. Pengkajian Fisik

9
a) Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
b) Pemeriksaan Mata
Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
c) Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
d) Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
e) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir
biasanya kering, pucat.
f) Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann
kerja jantung.
g) Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
h) Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura,
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.
i) Pemeriksaan Abdomen
Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.
j) Pemeriksaan Genitalia
Pembengkakan pada labia atau skrotum.
k) Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit,
dan tangan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria
mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal
sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat
meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada
krioglobulin.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit
sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab
GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan
biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan
berdasarkan indikasi yang kuat.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik
adalah sebagai berikut
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
b) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi

10
c) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing,
malaise
f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor internal : perubahan status
cairan, penurunan sirkulasi
g) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
imunosuprsi, malnutrisi
h) Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko
individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
i) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
j) Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat
dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).

J. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume
cairan tercapai dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada edema
b. Berat badan stabil
c. ntake sama dengan output
d. Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal
e. TTV dalam batas normal
Intervensi yang dilakukan adalah :
a. Monitor tanda vital.
b. Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti
penurunan hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.
c. Pertahankan terapi intravena pada flow rate yang konstan.
d. Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan tetap atau
semakin memburuk.
e. Monitor intake dan output cairan.
f. Monitor kuantitas dan warna haluaran urin
g. Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.
h. Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.
i. Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
j. Monitor tanda dan gejala asites
k. Timbang berat badan setiap hari

11
2) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi
dengan kriteria hasil :
a. Anak tidak rewel
b. Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan
c. Anak kooperatif dalam perawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :
a. Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.
b. Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.
c. Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi
klien saat dirawat di rumah sakit.
d. Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.
e. Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.
f. Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan anak.

3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada
klien seimbang dnegan kriteria hasil :
a. Anak tidak mengeluh mual
b. Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat
c. Protein dan albumin dalam batas normal

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :


a. Kaji makanan yang disukai oleh klien
b. Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap
jam
c. Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan
sendiri
d. Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang
banyak mengandung garam.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom
nefrotik.
f. Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.
g. Pantau adanya mual atau muntah.
h. Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
beraktivitas dengan normal dengan kriteria hasil :
1. Energy Conservation

12
1) Istirahat dan aktivitas seimbang
2) Mengetahui keterbatasan energinya
3) Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi
4) Memelihara nutrisi yang adekuat
5) Persediaan energi cukup untuk beraktivitas
1. Activity Tolerance
1) Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas
2) Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas
3) Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas
4) Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas
5) Kekuatan ADL telah dilakukan
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Activity Therapy (4310)
1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
2. Berikan periode istirahat saat beraktivitas.
3. Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.
4. Minimalkan kerja kardiopulmonal.
5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
6. Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas.
7. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.
8. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy.
9. Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.
10. Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas
11. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing,
malaise (00214).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman
teratasi dnegan kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh lemas
2. Klien tidak mengeluh merasa pusing
3. Klien dapat meningkatkan ADL
Intervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Relaxation Theraphy (6040)
1) Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak nyaman.
2) Anjurkan klien untuk beristirahat.
1. Environtmental Management : Comfort (6482)
1) Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.
2) Berikan posisi yang nyaman pada klien.
3) Batasi pengunjung saat klien beristirahat.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status
cairan, penurunan sirkulasi (00046).

13
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Capilarry refill < 3 detik
2. Tidak ada pitting edema
3. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
Pressure Management (3500)
1. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya tekanan.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
3. Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
5. Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
6. Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.
7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .
8. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
9. Monitor status nutrisi pasien.
10. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
11. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
imunosuprsi, malnutrisi (00004).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Infection Control (6550)
1. Pertahankan teknik aseptic.
2. Batasi pengunjung bila perlu.
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
5. Tingkatkan intake nutrisi.
6. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

14
8. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
9. Ajarkan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi.
10. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.
11. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual :
penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan perkembangan dapat
teratasi dnegan kriteria hasil :
1. Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.
2. Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.
3. Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Parent Education : Adolescent (5562)
1) Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.
2) Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.
3) Monitor perasaan orang tua terhadap anak.
4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai
dengan karakteristik anak.
1. Developmental Enhancement : Adolescent (8272)
1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah
dipenuhi.
2) Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum terpenuhi.
3) Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.
2. Klien tampak segar dan tidak mengantuk.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sleep Enhancement (1850)
1. Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.
2. Kaji penyebab klien susah tidur.
3. Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.
4. Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.
5. Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.
6. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat
dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat
dengan kriteria hasil :
15
1. Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.
2. Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang dialami.
3. Keluarga kooperatif dalam perawatan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Counseling (5240)
1) Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
1. Family Therapy (7150)
1) Kaji sumber kekuatan keluarga.
2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.
3) Fasilitasi keluarga untuk diskusi.
4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan
dilakukan.
5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.
1. Emotional Support (5270)
1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk
kooperatif dalam tindakan perawatan.
2) Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Pada tanggal 22 Juni 2010, pukul 11.30 WIB An. S datang ke UGD dengan keluhan
bengkak pada kaki dan sekitar mata selama 8 hari. Klien berumur 10 th dan mengatakan
kaki terasa berat selama 8 hari. BAK terasa jarang dan berwarna kuning pekat dengan
frekuensi 3-4x/hari dan berbusa. Menurut hasil observasi perawat badan klien , pucat
pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urin panas, warna dan bau feses khas. Setelah
ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan pedas.Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,5 C
Keadaan umum : Lemah
Mukosa bibir kering
Capilary Reffil < 3 detik

PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

No. Register : 2012


Ruang : anggrek 1
Tgl/ jam MRS : 22 juni 2010, jam 11.30 WIB
Tgl pengkajian : 23 juni 2010

Dignosa medis : Sindrome Nefrotik

17
I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : An.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Gadung 1

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
hubungan dengan klien : Anak klien
alamat : Gadung 1

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama
orang tua klien menyatakan bahwa kaki anaknya terlihat bengkak lebih besar pada
kedua tungkai kaki anaknya.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien menyatakan sudah kakinya bengkak sejak 8hari yang lalu sejak tanggal 18 juni
2010. Klien BAK berbusa,dengan frekuensi 3-4x setiap harinya ( ± 200cc),warna dan bau
khas Klien menyatakan sering merasa berat badannya bertambah Klien juga
mengatakan badannya lemas.
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : - TD : 110/70 mmHg - N : 98x/ menit


- RR : 20x/ menit - Suhu : 37,5 º C

d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : ikal, persebaran merata, berminyak.

18
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat membuka mata secara
spontan terdapat pembekakan di sekitar mata
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan vena
jugularis
e. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur

f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara timpani pada daerah yg dimiringkan
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar,tampak ascites

g. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap, terpasang infus RA : D5 pada tangan kanan, tonus otot 5 I 5
- Bawah : Jari lengkap, tonus otot 5I5 tampak oedema pada kedua tungkai

h. Genetalia : Tidak dikaji

VI. DATA PENUNJANG


- HB : 11,56
- Leukosit : 6100
- Trombosit : 154.000
- PCU : 36
- Widal : TO : -
TH : -
VII. TERAPI
- Infus RA : D5 30 TMP
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1
- Sanmol 3 x 1
- Plantasit syrup 3 x 1
- Luminal 2x1 / 2

VIII. DATA SENJANG


DS : - klien mengatakan kaki bengkak selama 8 harihari
- klien mengatakan BAK klien berbusa dengan frekuensi 3 – 4 x / hari
- klien mengatakan urin berbau dab berwarna khas
- klien mengatakan terasa lemas

19
- klien mengatakan badannya panas

DO : - Keluhan utama Lemah


- Suhu : 37,5 º C - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 98 x / menit - RR : 20 x /menit

- Mukosa bibir kering


- Suara perut hipertimpani

d. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan


sel darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio,
kolesterol ) jumlah darah, serum sodium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. ( Wong,
Donna L, 2004 : 550)
b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999:
204)
d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito, 1999:204).
e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)
g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553).
h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi
3. Intervensi
Perencanaan KeperawatanKelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic
plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550)
Tujuan: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat mempertahankan keseimbangan intake
dan output.
KH: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi peningkatan berat badan,
tidak terjadi edema.
• Intervensi:
• Pantau, ukur dan catat intake dan output caira
• Observasi perubahan edema
• Batasi intake garam
• Ukur lingkar perut
• timbang berat badan setiap hari
Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177) kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai program dan monitor efeknya
Tujuan: Pola nafas adekuat

20
KH: frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal
• Intervensi:
– auskultasi bidang paru
– pantau adanya gangguan bunyi nafas
– berikan posisi semi fowler
– observasi tanda-tanda vital
– kolaborasi pemberian obat diuretic
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204)
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat,
mempertahankan berat badan
Intervensi:
• tanyakan makanan kesukaan pasien
• anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan
• pantau adanya mual dan muntah
• bantu pasien untuk makan
• berikan makanan sedikit tapi sering
• berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif. (Carpenito, 1999:204).
Tujuan: tidak terjadi infeksi
KH: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas
normal, leukosit dalam batas normal.
Intervensi:
• cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
• pantau adanya tanda-tanda infeksi
• lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasive
• anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien
• kolaborasi pemberian antibiotic
Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
Tujuan: pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat energi
KH: menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan kemampuan,
mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas
• Intervensi:
• pantau tingkat kemampuan pasien dalan beraktivitas
• rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap
• anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
• berikan informasi pentingnya aktivitas bagi pasien
Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)
Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit

21
KH: integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan kulit
Intervensi:
• inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi
• berikan bedak/ talk untuk melindungi kulit
• ubah posisi tidur setiap 4 jam
• gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit.
Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553).
Tujuan: tidak terjadi gangguan boby image
KH: menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan konsep diri tanpa
harga diri negative
Intervensi:
• gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya
• dukung sosialisasi dengan orang-orang yang tidak terkena infeksi
• berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak
» Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.
Tujuan: tidak terjadi diare
KH: pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak
Intervensi:
• observasi frekuensi, karakteristik dan warna feses
• identifikasi makanan yang menyebabkan diare pada pasien
• berikan makanan yang mudah diserap dan tinggi serap

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis dengan ciri khusus proteinuri masif lebih
dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari (dalam praktek, cukup > 3,0-
3,5 gr per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang dari 3,0 gram per ml. Pada SN
didapatkan pula lipiduria, kenaikan serum lipid lipoprotein, globulin, kolesterol total dan
trigliserida, serta adanya sembab sebagai akibat dari proteinuri masif dan
hipoproteinemi. Beberapa ahli penyakit ginjal menambahkan kriteria lain :
1.Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltase cross bodies.
2.Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida
3.Sembab.
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius
3. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
4. Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta :
Sugeng Seto
5. Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
6. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
7. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
8. NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-
2014. Jakarta : EGC
9. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey.
2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
10. Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis ,Missouri ; Mosby.

24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK NS

KELOMPOK 5 Terdiri :

25
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PERSPEKTIF KEPERAWATAN” ini dengan
baik mesikipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tangerang Selatan, Mei 2018

Penyusun

26

Anda mungkin juga menyukai