PENDAHULUAN
Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi,
sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak
dibutuhkan oleh tubuh seperti urea, fosfor, dan sebagainya. Sebgai organ non
eksresi ginjal berperan sebagai penghasil hormon tertentu, pengatur asam
basa tubuh, pengatur keseimbangan ion tubuh dan sebagainya. Sehingga
secara tidak langsung ginjal berfungsi sebagai pengatur homeostasis tubuh
(Syaifuddin, 2006).
Berbagai sebab penyakit CKD antara lain adalah glomerulo nefritis kronis,
ginjal polikistik, kelainan vaskuler, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
skunder akibat penyakit sistemik seperti diabetes, infeksi, obat-obatan,
preparat toksik, preparat lingkungan seperti timah, kadmium, merkuri, dan
kromium. Berbagai sebab tersebut pada akhirnya dapat merusak ginjal atau
menurunkan fungsi ginjal. Pada akhirnya dapat menunjukkan berbagai gejala-
gejala klinis seperti hipertensi, gagal jatung kongestif, gatal-gatal atau
pruritis, anoreksia, mual, muntah, perubahan tingkat kesadaran, oedema,
turgor jelek (Baughman, 2000).
1
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita CKD baik pada organ
lain maupun keseimbangan hormon. Komplikasi yang terjadi pada organ lain
seperti pada jantung, dimana dapat terjadi hipertensi karena naiknya tekanan
jantung dan gagal jantung kongestif. Komplikasi lain seperti pada paru-paru
dapat terjadi infeksi paru atau oedema pulmonal. Sedangkan pada
keseimbangan hormon dapat terjadi berkurangnya hormon eritropoetin yang
mengakibatkan terjadinya pemendekan umur dari eritrosit yang memicu
terjadinya anemia berat. Karena kerusakan ginjal pengaturan kalsium dalam
tubuh jadi tidak normal yang mengakibatkan terjadinya penyakit tulang
(Suwitra, 2006).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami angkat
adalah :
2
2. Apa saja penyebab terjadinya Chronic kidney disease?
3. Apa tanda dan gejala dari Chronic kidney disease?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya Chronic kidney disease?
5. Apa penatalaksanaan penunjang Chronic kidney disease?
6. Apa penatalaksanaan klinis atau tindakan medis?
7. Bagaimana pengkajian Chronic kidney disease?
8. Bagaimana diagnose keperawatan Chronic kidney disease?
9. Bagaimana rencana tindakan keperawatan Chronic kidney disease?
10. Bagaimana asuhan keperawatan Chronic kidney disease?
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap
akhir. CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea
dan sampah nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
CKD adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat
pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai
sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad. Walaupun sekarang
kita sadari bahwa gejala CKD tidak selalu disebabkan oleh retensi urea dalam
darah (Sibuea, Panggabean, dan Gultom, 2005)
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson
(2006) diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa
contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :
4
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks
nefropati.
8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari
batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah
yang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher
vesika urinaria dan uretra.
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka
pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan
gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain
yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi pada
sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal, neurologis, pulmoner,
muskuloskletal dan psiko-sosial menurut Smeltzer, dan Bare (2001)
diantaranya adalah :
5
1. Kardiovaskuler :
6
2.4 Patofisiologi terjadinya Chronic kidney disease
Menurut Smeltzer, dan Bare (2001) proses terjadinya CKD adalah akibat dari penurunan fungsi renal, produk akhir
metabolisme protein yang normalnya diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang
mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga
menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang
berfungsi, sehingga menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren
kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin. Sehingga kadar kreatinin
serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator
paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh
penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak
terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal
tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium dan
cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah
dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
7
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam
terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan sekresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina
dan keletian. Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan karena setatus pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia berat atau
sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah.
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Smeltzer, dan Bare (2001) adalah gangguan metabolisme kalsium dan
fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG
menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang,
selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun, seiring
dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari
perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan
gangguan yang mendasari ekresi protein dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan sejumlah
8
protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalim
kondisiini.
PATHWAY
9
2.5 Penatalaksanaan penunjang Chronic kidney disease
Pemeriksaan Laboratorium
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
h. Pola reproduksi
k. Pola kepercayaan.
Pengkajian fisik
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
c. Antropometri.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
f. Dada
g. Abdomen.
h. Genital.
i. Ekstremitas.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
Kriteria hasil : Gas Darah Analisa (GDA) dalam rentang normal, tidak ada
tanda sianosis maupun dispnea, bunyi napas tidak mengalami penurunan,
tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 16-24 x/menit).
a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak otot dada,
dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan tada vital dapat terjadi sebagai
akibat dari patofisiologi dan nyeri.
c) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau napas dalam.
Rasional : Tekanan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih
efektif dan dapat mengurangi trauma.
Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta evaluasi dari
implementasi, juga adanya kerusakan pada paru.
Intervensi :
b) Kaji pola diet dan nutrisi pasien, riwayat diet, makanan kesukaan,
hitung kalori.
Intervensi :
a) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar
kuku.
Kriteria hasil : Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan, turgor kulit
normal tanpa edema, dan tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak otot dada,
dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat dari patofisiologi dan nyeri.
Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta evaluasi dari
implementasi.
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 60-80 x/menit, kuat, teratur, akral hangat, Capillary refil kurang
dari 3 detik, nilai laboratorium dalam batas normal (kalium 3,5-5,1 mmol/L,
urea 15-39 mg/dl).
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema perifer atau
kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan darah, perhatikan
postural misalnya duduk, berbaring dan berdiri.
Intervensi :
Kriteria hasil : tidak terjadi disorientasi orang, tempat dan waktu serta tidak
terjadi perubahan prilaku pada pasien.
Intervensi :
ASUHAN KEPERAWATAN
Prognosis Kasus 2
mengatakan klien mengalami hal ini sejak 2 tahun yang lalu dan menganggap
bahwa keluhan yang dirasakan hanya penyakit biasa saja sehingga klien membeli
obat diwarung untuk mengurangi rasa sakit, selama ini klien tidak pernah
lama dan mendapat terapi oral captopril 12,5 mg (2x1). Selain itu klien sering
menahan BAK dan sering minum minuman jamu. Menurut klien, akhir-akhir ini
Trombocyt 478.000/mm3, albumin 1.0 mg/dl, globulin 2.4 mg/dl, ureum 380
mg/dl, kreatinin 15, SGOT 19, SGPT 30. Hasil Lab AGD ; asidosis metabolik,
urine didapatkan hasil : warna urine kecoklatan, BJ urine : 1.035, PH urine : 3.5-
4.5, glukosa positif, protein positif. Dilakkan pemeriksaan USG pada kedua ginjal
didapatkan kedua ginjal terjadi atropi. Saat ini klien mengeluh nausea, vomitus,
malaise, anemis, kulit kering dan bersisik, pruritus, dan asites dengan kesadaran
Ruang Perawatan :
No Rekam Medis :
Tgl Masuk RS :
Tgl pengkajian :
Pukul :
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
a. Keluhan Utama
Sakit pinggang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga mengatakan klien mengalami hal ini sejak 2 tahun yang lalu
dan megganggap bahwa keluhan yang dirasakan hanya penyakit biasa
saja sehingga klien membeli obat diwarung untuk mengurangi nyeri.
- Riwayat Kecelakaan :
- Riwayat Penyakit :
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi
- Riwayat pengobatan :
Captopril 12,5 mg (2x1)
- Riwayat Operasi :
A. Pengkajian psikologis
1. Status Emosional
2. Konsep Diri
a. Body image
b. Gambaran diri
c. Ideal diri
d. Harga diri
klieya
e. Identitas diri
3. Cara Berkomunikasi
4. Pola interaksi
H
B. Pengkajian sosial
- Hubungan sosial
b. Minum
Jumlah
Jenis Minum Jamu
Keluhan
2 Eliminasi
a. BAB
Frekwensi
Konsistensi
Warna
Keluhan
Bau
b. BAK
Frekwensi
Jumlah Sedikit
Warna
Keluhan Klien sering menahan BAK
Bau
3 Istirahat tidur
5 Aktivitas
6 Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
Merokok
Frekuensi
Jumlah/hari
Lama pemakaian
Minuman keras
Frekuensi
Jumlah/hari
Lama pemakaian
Ketergantungan obat
1. Pemeriksaan Umum
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8
Nadi : 84 x/mnt
Respirasi : 30 x/mntit
Berat Badan :
Tinggi Badan :
1. Sistem Penglihatan
Anemis
2. Sistem integumen
Kulit kering dan bersisik, pluritus (gatal)
- Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Laboratorium :
KIMIA KLINIK
ALBUMIN 1.0 Mg/dl 3.8 - 5.0
GLOBULIN 2.4 Mg/dl 2.3 - 3.2
UREUM 380 Mg/dl 15 - 45
KREATININ 15 Mg/dl 0.5 – 0.9
URINE
BJ URINE 1.035 1.015 – 1.025
PH URINE 3.5-4.5 4.8 – 7.4
WARNA URINE KECOKLAT Kuning
AN
GLUKOSA URINE POSITIF Negatif
PROTEIN URINE POSITIF Negatif
4. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat sekunder dari nausea, vomitus
2. 21 penurunan curah Tupan : a) Auskultasi bunyi jantung dan paru, a) Mengkaji adanya takikardi, takipnea,
september jantung b.d - Setelah evaluasi adanya edema perifer atau kongesti dispnea, gemerisik, mengi dan edema.
2015 ketidak dilakukan vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan
seimbangan tindakan darah, perhatikan postural misalnya duduk,
cairan dan keperawatan berbaring dan berdiri.
elektrolit selama 3x24jam b) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan b) Hipertensi ortostatik dapat terjadi
diharapkan lokasi dan beratnya. sehubungan dengan defisit cairan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
masalah c) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi c) Mengkaji adanya kedaruratan medik.
penurunan curah frictionrub, tekanan darah, nadi perifer,
jantung dapat pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu
teratasi tubuh dan mental.
Tupen :
Setelah dilakukan d) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap d) Kelelahan dapat menyertai gagal
tindakan aktivitas. jantung kongestif juga anemia
keperawatan selama
1x24jam diharapkan e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium e) Ketidakseimbangan dapat mengangu
masalah ketidak yaitu kalium. kondisi dan fungsi jantung.
seimbangan cairan
dan elektrolit dapat f) Berikan obat anti hipertensi sesuai f) Menurunkan tahanan vaskuler
teratasi dengan dengan indikasi. sistemik.
Kriteria hasil :
- Mempunyai
indek jantung
dan fraksi ejeksi
dalam batas
normal
- Mempunyai
haluaran urine,
berat jenis urine,
dan kreatinin
plasma dalam
batas normal
- mempunyai
warna kulit
normal
- tidak terjadi
asites
5. 21 gangguan activity Tupan : a) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, a) Menyediakan informasi tentang
september daily living b.d Setelah dilakukan anemia, ketidakseimbangan cairan dan indikasi tingkat keletihan.
2015 kelemahan fisik tindakan keperawatan elektrolit, retensi produk sampah, dan depresi.
selama 3x24jam
diharapkan maslah b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas b) Meningkatkan aktivitas ringan /
aktivity daily living perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu sedang dan memperbaiki harga diri.
teratasi jika keletihan terjadi.
Tupen : c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil c)Mendorong latihan dan aktivitas
Setelah dilakukan istirahat. dalam batas-batas yang dapat
tindakan keperawatan ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
selama 1x24jam
diharapkan kelemahan d) Anjurkan untuk beristirahat setelah d) Dianjurkan setelah dialisis, yang
fisik klien dapat teratasi dialisis. bagi banyak pasien sangat melelahkan.
dengan Kriteria Hasil :
- Klien tidak
mengalami
Pruritas
- Klien tidak
mengalami
Dairium
PEMBAHASAN
4. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat sekunder dari nausea, vomitus
Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam
pengkajian data yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Tuti Pahria, dkk, (1993). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.