Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi,
sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak
dibutuhkan oleh tubuh seperti urea, fosfor, dan sebagainya. Sebgai organ non
eksresi ginjal berperan sebagai penghasil hormon tertentu, pengatur asam
basa tubuh, pengatur keseimbangan ion tubuh dan sebagainya. Sehingga
secara tidak langsung ginjal berfungsi sebagai pengatur homeostasis tubuh
(Syaifuddin, 2006).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)


adalah penyakit ginjal tahap akhir sebagai penyimpangan progresif fungsi
ginjal yang tidak dapat pulih. Sebagai akibatnya tubuh tidak mampu untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan elektrolit yang
mengakibatkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Baughman, 2001).

Diseluruh dunia menurut NKF 26 juta orang dewasa Amerika telah


mengalami CKD, dan jutaan orang lain akan meningkatkan resiko.
Perhimpunan nefrologi indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk
indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, itu berarti secara kasar lebih
dari 25 juta penduduk mengalami CKD. Berdasarkan hasil survey yang
dilakukan perhimpunan nefrologi indonesia, di Semarang ditemukan bahwa
kasus Chronic Kidney Disease pada bulan januari hingga juli 2009 sebanyak
232 kasus (Kidney Organizazion, 2011).

Berbagai sebab penyakit CKD antara lain adalah glomerulo nefritis kronis,
ginjal polikistik, kelainan vaskuler, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
skunder akibat penyakit sistemik seperti diabetes, infeksi, obat-obatan,
preparat toksik, preparat lingkungan seperti timah, kadmium, merkuri, dan
kromium. Berbagai sebab tersebut pada akhirnya dapat merusak ginjal atau
menurunkan fungsi ginjal. Pada akhirnya dapat menunjukkan berbagai gejala-
gejala klinis seperti hipertensi, gagal jatung kongestif, gatal-gatal atau
pruritis, anoreksia, mual, muntah, perubahan tingkat kesadaran, oedema,
turgor jelek (Baughman, 2000).

1
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita CKD baik pada organ
lain maupun keseimbangan hormon. Komplikasi yang terjadi pada organ lain
seperti pada jantung, dimana dapat terjadi hipertensi karena naiknya tekanan
jantung dan gagal jantung kongestif. Komplikasi lain seperti pada paru-paru
dapat terjadi infeksi paru atau oedema pulmonal. Sedangkan pada
keseimbangan hormon dapat terjadi berkurangnya hormon eritropoetin yang
mengakibatkan terjadinya pemendekan umur dari eritrosit yang memicu
terjadinya anemia berat. Karena kerusakan ginjal pengaturan kalsium dalam
tubuh jadi tidak normal yang mengakibatkan terjadinya penyakit tulang
(Suwitra, 2006).

Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan


penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang keluar
masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh karena
itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi
juga psikologis klien. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan dengan Chronic
Kidney Disease sebagai pemenuhan tugas akhir.

1.2 Batasan Masalah

Makalah mengenai Chronic kidney disease memang sangat luas


cakupannya. Untuk itu Penulis hanya membatasi penulisan ini pada
pengertian Chronic kidney disease, penyebab terjadinya Chronic kidney
disease, tanda dan gejala dari Chronic kidney disease, patofisiologi
terjadinya Chronic kidney disease, penatalaksanaan penunjang Chronic
kidney disease, penatalaksanaan klinis atau tindakan medis, pengkajian
Chronic kidney disease, diagnosa keperawatan Chronic kidney disease,
rencana tindakan keperawatan Chronic kidney disease, asuhan keperawatan
Chronic kidney disease.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami angkat
adalah :

1. Apa pengertian Chronic kidney disease?

2
2. Apa saja penyebab terjadinya Chronic kidney disease?
3. Apa tanda dan gejala dari Chronic kidney disease?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya Chronic kidney disease?
5. Apa penatalaksanaan penunjang Chronic kidney disease?
6. Apa penatalaksanaan klinis atau tindakan medis?
7. Bagaimana pengkajian Chronic kidney disease?
8. Bagaimana diagnose keperawatan Chronic kidney disease?
9. Bagaimana rencana tindakan keperawatan Chronic kidney disease?
10. Bagaimana asuhan keperawatan Chronic kidney disease?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian Chronic kidney disease?


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Chronic kidney disease?
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Chronic kidney disease?
4. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya Chronic kidney disease?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan penunjang Chronic kidney
disease?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan klinis atau tindakan medis?
7. Untuk mengetahui pengkajian Chronic kidney disease?
8. Untuk mengetahui diagnose keperawatan Chronic kidney disease?
9. Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan Chronic kidney
disease?
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Chronic kidney disease?

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data


ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data
dengan cara mengkaji dan menelaah data dari buku dan internet.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Chronic Kidney Disease

Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap
akhir. CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea
dan sampah nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2001).

CKD adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat
pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai
sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad. Walaupun sekarang
kita sadari bahwa gejala CKD tidak selalu disebabkan oleh retensi urea dalam
darah (Sibuea, Panggabean, dan Gultom, 2005)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah


penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap ahir yang dapat
disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
menyebabkan uremia.

2.2 Penyebab terjadinya Chronic kidney disease

Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson
(2006) diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa
contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :

4
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks
nefropati.

2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.

3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis


maligna, dan stenosis arteria renalis.

4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis


nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.

5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan


asidosis tubulus ginjal.

6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme,


serta amiloidosis.

7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.

8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari
batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah
yang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher
vesika urinaria dan uretra.

2.3 Tanda dan gejala dari Chronic kidney disease

Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka
pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan
gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain
yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi pada
sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal, neurologis, pulmoner,
muskuloskletal dan psiko-sosial menurut Smeltzer, dan Bare (2001)
diantaranya adalah :

5
1. Kardiovaskuler :

a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari


aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.

b. Gagal jantung kongestif.

c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.

2. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.

3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual


sampai dengan terjadinya muntah.

4. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak


mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.

5. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal,


kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.

6. Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium dan


pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsi feron.

7. Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai


pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian.

6
2.4 Patofisiologi terjadinya Chronic kidney disease

Menurut Smeltzer, dan Bare (2001) proses terjadinya CKD adalah akibat dari penurunan fungsi renal, produk akhir
metabolisme protein yang normalnya diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang
mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga
menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang
berfungsi, sehingga menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren
kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin. Sehingga kadar kreatinin
serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator
paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh
penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak
terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal
tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium dan
cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah
dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.

7
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam
terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan sekresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.

Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina
dan keletian. Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan karena setatus pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia berat atau
sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah.

Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Smeltzer, dan Bare (2001) adalah gangguan metabolisme kalsium dan
fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG
menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang,
selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun, seiring
dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari
perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan
gangguan yang mendasari ekresi protein dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan sejumlah

8
protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalim
kondisiini.

PATHWAY

9
2.5 Penatalaksanaan penunjang Chronic kidney disease

Pemeriksaan Laboratorium

- Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),


Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
- Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
- Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
- Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostate
- Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal
Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen.

2.6 Penatalaksanaan klinis atau tindakan medis

Penatalaksanaan terhadap CKD meliputi :

- Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.


- Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti
epoetin alfa bila terjadi anemia.
- Dialisis
- Transplantasi ginjal

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2.7 Pengkajian Chronic kidney disease

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :

1. Demografi.

Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga


yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai
hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa / zat logam
dan pola makan yang tidak sehat.

2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,


glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran
kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.

3. Pengkajian pola fungsional Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien

Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang


sakit parah. Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari
dokter. Tandanya adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat
bingung kenapa kondisinya seprti ini meski segala hal yang telah dilarang
telah dihindari.

b. Pola nutrisi dan metabolik.

Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam


kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan
nutrisi dan air naik atau turun.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
c. Pola eliminasi

Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.


Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.

d. Aktifitas dan latian.

Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta


pasien tidak dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas
dibantu.

e. Pola istirahat dan tidur.

Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung


mata. Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.

f. Pola persepsi dan koknitif.

Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan


kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak dapat berkomunikasi
dengan jelas.

g. Pola hubungan dengan orang lain.

Gejalanya pasien sering menghindari pergaulan, penurunan harga diri


sampai terjadinya HDR (Harga Diri Rendah). Tandanya lebih menyendiri,
tertutup, komunikasi tidak jelas.

h. Pola reproduksi

Gejalanya penurunan keharmonisan pasien, dan adanya penurunan


kepuasan dalam hubungan. Tandanya terjadi penurunan libido, keletihan
saat berhubungan, penurunan kualitas hubungan.

i. Pola persepsi diri.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi
edema, citra diri jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan
peran, dan percaya diri.

j. Pola mekanisme koping.

Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan


dengan tepat, mudah terpancing emosi.

k. Pola kepercayaan.

Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah


meninggalkan perintah agama. Tandanya pasien tidak dapat melakukan
kegiatan agama seperti biasanya.

Pengkajian fisik

a. Penampilan / keadaan umum.

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran


pasien dari compos mentis sampai coma.

b. Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.

c. Antropometri.

Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,


atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebian cairan.

d. Kepala.

Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
e. Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

f. Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot


bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan
pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.

g. Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.

h. Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,


terdapat ulkus.

i. Ekstremitas.

Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan


tulang, dan Capillary Refil lebih dari 1 detik.

j. Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.

2.8 Diagnose keperawatan Chronic kidney disease

Diagnosa keperawatan pada masalah CKD menurut Doenges (2001), dan


Carpenito (2006) adalah sebagai berikut :

1. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia mual muntah.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan


retensi cairan dan natrium

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk


sampah dan prosedur dialisis.

6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus


sekunder terhadap adanya edema pulmoner.

7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan


cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan
elektrolit).

8. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik


dalam kulit dan gangguan turgor kulit atau uremia.

9. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis,


akumulasi toksik, asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan elektrolit,
klasifikasi metastatik pada otak.

2.9 Rencana tindakan keperawatan Chronic kidney disease

Intervensi keperawatan pada CKD menurut Doenges (2001), Carpenito


(2006) dan, Smeltzer dan Bare (2001) adalah.

1. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan pola


napas efektif.

Kriteria hasil : Gas Darah Analisa (GDA) dalam rentang normal, tidak ada
tanda sianosis maupun dispnea, bunyi napas tidak mengalami penurunan,
tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 16-24 x/menit).

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Intervensi :

a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak otot dada,
dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.

Rasional : Distress pernapasan dan perubahan tada vital dapat terjadi sebagai
akibat dari patofisiologi dan nyeri.

b) Catat pengembangan dada dan posisi trakea

Rasional : Pengembangan dada atau ekspansi paru dapat menurun apabila


terjadi ansietas atau edema pulmonal.

c) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau napas dalam.

Rasional : Tekanan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih
efektif dan dapat mengurangi trauma.

d) Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru.

e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit).

Rasional : Untuk mengetahui elektrolit sebagai indikator keadaan status


cairan.

f) Kolaborasikan pemeriksaan GDA dan foto thoraks.

Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta evaluasi dari
implementasi, juga adanya kerusakan pada paru.

g) Kolaborasikan pemberian oksigen pada ahli medis.

Rasional : Menghilangkan distress respirasi dan sianosis.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : Pengukuran antropometri dalam batas normal, perlambatan


atau penurunan berat badan yang cepat tidak terjadi, pengukuran albumin dan
kadar elektrolit dalam batas normal, peneriksaan laboratorium klinis dalam
batas normal, pematuhan makanan dalam pembatasan diet dan medikasi
sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia.

Intervensi :

a) Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, pengukuran antropometri,


nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, dan kadar besi).

Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan


mengevaluasi intervensi.

b) Kaji pola diet dan nutrisi pasien, riwayat diet, makanan kesukaan,
hitung kalori.

Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan dalam


menyusun menu.

c) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi misalnya adanya


anoreksia, mual dan muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien,
kurang memahami diet.

Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah


atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.

d) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batasan diet.

Rasiomal : Mendorong peningkatan masukan diet.

e) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara


waktu makan.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan
kalori untuk energi, membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan
jaringan.

f) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit


ginjal dan peningkatan urea serta kadar kreatinin.

Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet,


urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.

g) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan


untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.

Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap


pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang
dapat digunakan dirumah.

h) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.

Rasional : Faktor yang tidak menyenagkan yang berperan dalam


menimbulkan anoreksia dihilangkan.

i) Timbang berat badan harian.

Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

j) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat, pembentukan


edema, penyembuhan yang lambat, penurunan kadar albumin.

Rasional : Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan


penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema dan perlambatan
peyembuhan.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan


nutrisi ke jaringan sekunder.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan adekuat.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Kriteria hasil : Membran mukosa warna merah muda, kesadaran pasien
compos mentis, pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tidak ada tanda
sianosis ataupun hipoksia, capillary refill kurang dari 3 detik, nilai
laboratorium dalam batas normal (Hb 12-15 gr %), konjungtiva tidak anemis,
tanda-tanda vital stabil: TD 120/80 mmHg, nadi 60-80 x/menit.

Intervensi :

a) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar
kuku.

Rasional : Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi


jaringan dan membantu menentukan kebutuhan tubuh.

b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk


kebutuhan seluler, vasokonstrisi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi
perifer.

c) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh


hangat sesuai dengan indikasi.

Rasional : Kenyamanan klien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang


dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi
(penurunan perfusi organ).

d) Kolaborasi untuk pemberian O2.

Rasional : Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin).

Rasional : Mengetahui status transport O2.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine


dan retensi cairan dan natrium.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Tujuan : Kelebihan cairan / edema tidak terjadi.

Kriteria hasil : Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan, turgor kulit
normal tanpa edema, dan tanda-tanda vital normal.

Intervensi :

a. Monitor status cairan, timbang berat badan harian, keseimbangan input


dan output, turgor kulit dan adanya edema, tekanan darah, denyut dan irama
nadi.

Rasional : Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk memantau


perubahan dan mengevaluasi intervensi.

b. Batasi masukan cairan

Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran


urine dan respons terhadap terapi.

c. Identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan yang


digunakan untuk pengobatan, oral dan intravena.

Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.

Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam


pembatasan cairan.

e. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan


cairan.

Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan


diet.

f. Kolaborasi pada medis dalam pembatasan cairan intravena antara 5-10


tetes permenit, dan pembatasan obat-obatan cair.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : dengan pembatasan cairan intravena dapat membantu menurunkan
resiko kelebian cairan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi


produk sampah dan prosedur dialisis.

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas keluwarga sesuai kemampuan,


melaporkan peningkatan rasa segar dan bugar, melakukan istirahat dan
aktivitas secara bergantian, berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
yang dipilih.

Intervensi :

a) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, anemia, ketidakseimbangan


cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, dan depresi.

Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.

b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat


ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga


diri.

c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat


ditoleransi dan istirahat yang adekuat.

d) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.

Rasional : Dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat


melelahkan.

6. Resti gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan


ekspansi paru sekunder terhadap adanya edema pulmonal.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan
pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan


pertukaran gas efektif, GDA dalam rentang normal, tidak ada tanda sianosis
maupun hipoksia, traktil fremitus positif kanan dan kiri, bunyi napas tidak
mengalami penurunan, auskultasi paru sonor, tanda-tanda vital dalam batas
normal : RR 16-24 x/menit.

Intervensi :

a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak otot dada,
dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.

Rasional : Distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat dari patofisiologi dan nyeri.

b) Auskultasi bunyi napas.

Rasional : Untuk mengetahui keadaan paru yang menunjukkan adanya edema


paru.

c) Catat pengembangan dada dan posisi trakea.

Rasional : Pengembangan dada atau ekspansi paru dapat menurun apabila


terjadi ansietas atau udema pulmoner.

d) Kaji traktil fremitus.

Rasional : Traktil fremitus dapat negative pada klien dengan edema


pulmoner.

e) Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler.

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru.

f) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit).

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Untuk mengetahui elektrolit sebagai indicator keadaan status
cairan.

g) Kolaborasikan pemeriksaan GDA dan foto thoraks.

Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta evaluasi dari
implementasi.

h) Kolaborasikan pemberian oksigen.

Rasional : Menghilangkan distress respirasi dan sianosis.

7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan


cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan
elektrolit).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan curah jantung dapat


dipertahankan.

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 60-80 x/menit, kuat, teratur, akral hangat, Capillary refil kurang
dari 3 detik, nilai laboratorium dalam batas normal (kalium 3,5-5,1 mmol/L,
urea 15-39 mg/dl).

Intervensi :

a) Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema perifer atau
kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan darah, perhatikan
postural misalnya duduk, berbaring dan berdiri.

Rasional : Mengkaji adanya takikardi, takipnea, dispnea, gemerisik, mengi


dan edema.

b) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan beratnya.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Hipertensi ortostatik dapat terjadi sehubungan dengan defisit
cairan.

c) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi frictionrub, tekanan darah, nadi


perifer, pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu tubuh dan mental.

Rasional : Mengkaji adanya kedaruratan medik.

d) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap aktivitas.

Rasional : Kelelahan dapat menyertai gagal jantung kongestif juga anemia.

e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium yaitu kalium.

Rasional : Ketidakseimbangan dapat mengangu kondisi dan fungsi jantung.

f) Berikan obat anti hipertensi sesuai dengan indikasi.

Rasional : Menurunkan tahanan vaskuler sistemik.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik


dalam kulit dan gangguan turgor kulit (uremia).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan


integritas kulit.

Kriteria hasil : Klien menunjukkan perilaku atau tehnik untuk mencegah


kerusakan atau cidera kulit, tidak terjadi kerusakan integritas kulit dan tidak
terjadi edema.

Intervensi :

a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan perhatikan adanya


kemerahan, ekimosis.

Rasional : Menandakan adanya sirkulasi atau kerusakan yang dapat


menimbulkan pembentukan dekubitus atau infeksi.

b) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran mukosa.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.

c) Inspeksi area tubuh terhadap edema.

Rasional : Jaringan edema lebih cenderung rusak atau robek.

d) Ubah posisi dengan sering menggerakkan klien dengan perlahan, beri


bantalan pada tonjolan tulang.

Rasional : Menurunkan tekanan pada edema, meningkatkan peninggian aliran


balik statis vena sebagai pembentukan edema.

e) Pertahankan linen kering, dan selidiki keluhan gatal.

Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.

f) Pertahankan kuku pendek.

Rasional : Menurunkan resiko cedera dermal.

9. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan sosiologis,


akumulasi kultur, asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan lektrolit
dan klasifikasi metastatik pada otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi atau


mempertahankan proses pikir dan harga diri pasien tidak turun.

Kriteria hasil : tidak terjadi disorientasi orang, tempat dan waktu serta tidak
terjadi perubahan prilaku pada pasien.

Intervensi :

a. Observasi luasnya gangguan kemampuan berpikir, mental, dan


orientasi. Perhatikan juga luas lapang pandang.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan pikiran dan
berkembang pada perubahan prilaku sehingga tidak dapat menyerap
informasi sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam keperawatan.

b. Validasi pada orang terdekat pasien tentang kondisi mental pasien


dalam sehari-hari.

Rasional : Perbandingan antara perburukan dan perbaikan gangguan.

c. Berikan lingkungan yang tenang.

Rasional : Meminimalkan rangsang lingkungan untuk menurunkan keletian


sensori.

d. Orientasikan kembali lingkungan, waktu, dan orang.

Rasional : Mempantu pasien mengingat dan mengenal kembali keadaan


sekitarnya.

e. Berikan penjelasan pada pasien tentang penyakit, akibat, gejala, dan


penatalaksanaannya.

Rasional : Memberi informasi pada pasien dan menghilangkan kecemasan


pasien.

f. Motivasi pasien untuk tetap semangat, tidak cemas, untuk berusaha


bergaul dengan orang sekitar tanpa rasa malu dan tetap percaya diri.

Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri pasien, mencegah proses menarik


diri pada pasien dan meningkatkan keyakinan pasien.

g. Meningkatkan istirahat yang adekuat.

Rasional : gangguan tidur dapat meningkatkan gangguan kemampuan


koknitif lebih lanjut.

h. Beri O2 sesuai indikasi.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rasional : Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : CHRONIC KIDNEY


DISEASE

Prognosis Kasus 2

Tn. P, 56 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sakit pinggang, keluarga

mengatakan klien mengalami hal ini sejak 2 tahun yang lalu dan menganggap

bahwa keluhan yang dirasakan hanya penyakit biasa saja sehingga klien membeli

obat diwarung untuk mengurangi rasa sakit, selama ini klien tidak pernah

memeriksakan kondisinya ke RS. Klien mempunyai riwayat hipertensi yang sudah

lama dan mendapat terapi oral captopril 12,5 mg (2x1). Selain itu klien sering

menahan BAK dan sering minum minuman jamu. Menurut klien, akhir-akhir ini

klien mengalami BAK dengan jumlah yang sedikit. Hasil pemeriksaan

laboratorium didapatkan data serum : Hb. 6,2 mg/dl, leucocyt 8000/mm3.

Trombocyt 478.000/mm3, albumin 1.0 mg/dl, globulin 2.4 mg/dl, ureum 380

mg/dl, kreatinin 15, SGOT 19, SGPT 30. Hasil Lab AGD ; asidosis metabolik,

urine didapatkan hasil : warna urine kecoklatan, BJ urine : 1.035, PH urine : 3.5-

4.5, glukosa positif, protein positif. Dilakkan pemeriksaan USG pada kedua ginjal

didapatkan kedua ginjal terjadi atropi. Saat ini klien mengeluh nausea, vomitus,

malaise, anemis, kulit kering dan bersisik, pruritus, dan asites dengan kesadaran

delirium, tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 84 x/mnt, suhu 36.8o C, RR 30

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
x/mnt. Dokter menganjutkan klien untuk dilakukan foto polos abdomen,

nefrotomogram, pielografi retnograde. Rencana akan dilakukan Haemodialisa.

Ruang Perawatan :

No Rekam Medis :

Tgl Masuk RS :

Tgl pengkajian :

Pukul :

A. PENGKAJIAN

I. Biodata

a. Nama pasien : Tn. P


Umur/tgl lahir : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/Bangsa :
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
Alamat :

b. Nama Penanggung jawab : Keluarga Klien


Umur :
Hubungan dengan klien :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
II. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan Utama
Sakit pinggang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga mengatakan klien mengalami hal ini sejak 2 tahun yang lalu
dan megganggap bahwa keluhan yang dirasakan hanya penyakit biasa
saja sehingga klien membeli obat diwarung untuk mengurangi nyeri.

2. Keluhan Pada saat dikaji


Klien mengeluh nausea, vomitus, malaise, anemis, kulit kering dan
bersisik, pruritus, dan asites
3. Keluhan Penyerta

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


- Riwayat Alergi :

- Riwayat Kecelakaan :

- Riwayat Perawatan Dirumah Sakit :


Klien tidak pernah memeriksakan kondisinya kerumah sakit

- Riwayat Penyakit :
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi

- Riwayat pengobatan :
Captopril 12,5 mg (2x1)

- Riwayat Operasi :

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
III. Psikososial dan Spiritual

A. Pengkajian psikologis

1. Status Emosional

2. Konsep Diri
a. Body image

b. Gambaran diri

c. Ideal diri

d. Harga diri
klieya
e. Identitas diri

3. Cara Berkomunikasi

4. Pola interaksi

H
B. Pengkajian sosial
- Hubungan sosial

- Faktor kultur sosial


Kl berasal dari kultur jawa
- Pola hidup
D penampilannya klien tampak rapih
- Keluarga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
C. Support system (dukungan keluarga, lingkungan, dan fasilitas terhadap
penyakitnya)
Keluarga sangat mendukung atas kesembuhan klien

D. System nilai kepercayaan (sebelum dan saat sakit )


Klien beragama islam dan merasa terganggu dalam berbadah karena
terpasang infus

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
IV. ADL ( Activity Daily Living )

NO POLA KEBIASAAN DI RUMAH DI RUMAH SAKIT


1 Nutrisi
a. Makan
 Frekwensi
 Jenis makanan
 Porsi
 Keluhan
 Pantangan

b. Minum
 Jumlah
 Jenis Minum Jamu
 Keluhan

2 Eliminasi
a. BAB
 Frekwensi
 Konsistensi
 Warna
 Keluhan
 Bau

b. BAK
 Frekwensi
 Jumlah Sedikit
 Warna
 Keluhan Klien sering menahan BAK
 Bau
3 Istirahat tidur

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
a. Tidur malam
 Kuantitas
 Kualitas
b. Tidur siang
 Kuantitas
 Kualitas
c. Keluhan
d. Kebiasaan
menggunakan obat
tidur
4 Kebersihan diri
 Mandi
 Gosok gigi
 Cuci rambut
 Potong kuku
 Membersihkan telinga

5 Aktivitas
6 Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
 Merokok
Frekuensi
Jumlah/hari
Lama pemakaian
 Minuman keras
Frekuensi
Jumlah/hari
Lama pemakaian
 Ketergantungan obat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
V. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum dan Kesadaran


KU : Delirium

b. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 150/100 mmHg

Suhu : 36,8

Nadi : 84 x/mnt

Respirasi : 30 x/mntit

Berat Badan :

Tinggi Badan :

c. Pemeriksaan Fisik Persystem

1. Sistem Penglihatan
Anemis
2. Sistem integumen
Kulit kering dan bersisik, pluritus (gatal)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
VI. Tes Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Laboratorium :

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL METODE


HEMATOLOGI
HEMOGLOBIN 6.2. Mg/dl LK : 14 - 16
PR : 12 - 16
LEUKOSIT 8.000 /mm3 5.000 - 10.000
TROMBOSIT 478.000 /mm3 150.000 -
450.000

KIMIA KLINIK
ALBUMIN 1.0 Mg/dl 3.8 - 5.0
GLOBULIN 2.4 Mg/dl 2.3 - 3.2
UREUM 380 Mg/dl 15 - 45
KREATININ 15 Mg/dl 0.5 – 0.9

SGOT 19 u/L < 37


SGPT 30 u/L < 41

URINE
BJ URINE 1.035 1.015 – 1.025
PH URINE 3.5-4.5 4.8 – 7.4
WARNA URINE KECOKLAT Kuning
AN
GLUKOSA URINE POSITIF Negatif
PROTEIN URINE POSITIF Negatif

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
- Pemeriksaan Diagnostik : USG
Tanggal Pemeriksaan :
Hasil :
Kedua ginjal didapatkan kedua ginjal terjadi atropi

- Anjuran pemeriksaan diagnostik


1. foto polos abdomen
2. nefrotomogram
3. pielgrafi retrograde
4. haemodialisa

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
VII. Therapi Medis
NO NAMA OBAT DOSIS WAKTU CARA INDIKASI KONTRAINDIKASI
PEMBERIAN PEMAKAIA
N

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
VIII. Analisa Data

N0 DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Penurunan curah jantung
- Klien mengeluh mempunyai riwayat
penyakit hipertensi
-
DO :
- laboratorium didapatkan data serum :
Hb. 6,2 mg/dl, leucocyt 8000/mm3.
Trombocyt 478.000/mm3, albumin 1.0
mg/dl, globulin 2.4 mg/dl, ureum 380
mg/dl, kreatinin 15, SGOT 19, SGPT 30.
Hasil Lab AGD ; asidosis metabolik,
urine didapatkan hasil : warna urine
kecoklatan, BJ urine : 1.035, PH urine :
3.5-4.5, glukosa positif, protein positif
- tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 84
x/mnt, suhu 36.8o C, RR 30 x/mnt

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2 DS : kelebihan volume cairan
- klien sering menahan BAK dan sering
minum minuman jamu
- menurut klien akhir akhir ini klien
mengalami BAK dengan jumlah sedikit
DO :
- ureum 380 mg/dl , warna urine kecoklatan,
BJ urin 1.035 mg/dl , PH urine 3,5-4,5 ,
glukosa urine (+) , protein (+)
- pemeriksaan USG pada kedua ginjal
didapatkan kedua ginjal terjadi atropi
- asites
- RR : 30
3 DS : Gangguan activity daily living
- Klien mengeluh sakit pinggang, keluarga
- klien mengatakan klien mengalami hal
ini sejak 2 tahun yang lalu dan
menganggap bahwa keluhan yang
dirasakan hanya penyakit biasa saja
sehingga klien membeli obat di warung
untuk mengurangi rasa sakitya. Selama
ini klien tidak memeriksa kondisinya ke

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
RS
DO :
- Pruritas
- Dairium
- RR 30x/menit
4 DS : Ketidakseimbangan nutrisi
- Klien mengeluh nausea, vomitus
DO :
- laboratorium didapatkan data serum :
Hb. 6,2 mg/dl, leucocyt 8000/mm3.
Trombocyt 478.000/mm3, albumin 1.0
mg/dl, globulin 2.4 mg/dl, ureum 380
mg/dl, kreatinin 15, SGOT 19, SGPT 30.
Hasil Lab AGD ; asidosis metabolik,
urine didapatkan hasil : warna urine
kecoklatan, BJ urine : 1.035, PH urine :
3.5-4.5, glukosa positif, protein positif
- tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 84
x/mnt, suhu 36.8o C, RR 30 x/mnt

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
5. DS : Pola nafas tidak efektif
- klien mengeluh malaise
DO:
- HB 6,2 mg/dl
- RR 30x/mnt
- Asidosis metabolik
- Kesdaran delirium

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
B. Diagnosa Keperawatan

1. pola nafas tidak efektif b.d asidosis metabolik

2. penurunan curah jantung b.d ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

3. kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine

4. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat sekunder dari nausea, vomitus

5. gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
C. Intervensi Keperawatan

NO HARI/ DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TANGGAL KEP
1. 21 pola nafas tidak Tupan : a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat a) Distress pernapasan dan perubahan
september efektif b.d Setelah dilakukan kecepatan, adanya gerak otot dada, dispnea, tada vital dapat terjadi sebagai akibat
2015 asidosis tindakan keperwatan sianosis, dan perubahan tanda vital. dari patofisiologi dan nyeri.
metabolik selama 3x24jam
diharapkan masalah b) Catat pengembangan dada dan posisi b) Pengembangan dada atau ekspansi
pola nafas tidak efektif trakea paru dapat menurun apabila terjadi
teratasi ansietas atau edema pulmonal.
Tupen : c) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila c) Tekanan terhadap dada dan otot
Setelah dilakukan batuk atau napas dalam. abdominal membuat batuk lebih efektif
tindakan selama dan dapat mengurangi trauma.
1x24jam diharapkan d) Pertahankan posisi nyaman misalnya d) Rasional : Meningkatkan ekspansi
masalah asidosis posisi semi fowler paru.
metabolik dapat teratasi e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium e) Untuk mengetahui elektrolit sebagai
dengan Kriteria Hasil : (elektrolit). indikator keadaan status cairan.
- Menunjukan f) Kolaborasikan pemeriksaan GDA dan f) Rasional : Mengkaji status
pembersiahan foto thoraks. pertukaran gas dan ventilasi serta
jalan nafas yang evaluasi dari implementasi, juga
efektif adanya kerusakan pada paru.
- Ventilasi tidak g) Kolaborasikan pemberian oksigen pada g) Menghilangkan distress respirasi dan
terganggu ahli medis. sianosis.
- RR dalam
rentang normal

2. 21 penurunan curah Tupan : a) Auskultasi bunyi jantung dan paru, a) Mengkaji adanya takikardi, takipnea,
september jantung b.d - Setelah evaluasi adanya edema perifer atau kongesti dispnea, gemerisik, mengi dan edema.
2015 ketidak dilakukan vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan
seimbangan tindakan darah, perhatikan postural misalnya duduk,
cairan dan keperawatan berbaring dan berdiri.
elektrolit selama 3x24jam b) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan b) Hipertensi ortostatik dapat terjadi
diharapkan lokasi dan beratnya. sehubungan dengan defisit cairan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
masalah c) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi c) Mengkaji adanya kedaruratan medik.
penurunan curah frictionrub, tekanan darah, nadi perifer,
jantung dapat pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu
teratasi tubuh dan mental.
Tupen :
Setelah dilakukan d) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap d) Kelelahan dapat menyertai gagal
tindakan aktivitas. jantung kongestif juga anemia
keperawatan selama
1x24jam diharapkan e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium e) Ketidakseimbangan dapat mengangu
masalah ketidak yaitu kalium. kondisi dan fungsi jantung.
seimbangan cairan
dan elektrolit dapat f) Berikan obat anti hipertensi sesuai f) Menurunkan tahanan vaskuler
teratasi dengan dengan indikasi. sistemik.
Kriteria hasil :
- Mempunyai
indek jantung
dan fraksi ejeksi
dalam batas
normal
- Mempunyai
haluaran urine,
berat jenis urine,
dan kreatinin
plasma dalam
batas normal
- mempunyai
warna kulit
normal
- tidak terjadi
asites

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
3 21 kelebihan volume Tupan : a) Monitor status cairan, timbang berat badan a) Pengkajian merupakan dasar
september cairan b.d Setelah dilakukan harian, keseimbangan input dan output, turgor berkelanjutan untuk memantau
2015 penurunan tindakan keperawatan kulit dan adanya edema, tekanan darah, denyut perubahan dan mengevaluasi
volume urine selama 3 x 24 jam dan irama nadi. intervensi.
diharapkan masalah b) Batasi masukan cairan b) Pembatasan cairan akan menentukan
kelebihan cairan dapat berat tubuh ideal, keluaran urine dan
teratasi respons terhadap terapi.
c) Identifikasi sumber potensial cairan, c) Sumber kelebihan cairan yang tidak
Tupen : medikasi dan cairan yang digunakan untuk diketahui dapat diidentifikasi.
Setelah dilakukan pengobatan, oral dan intravena.
tindakan keperawatan d) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang d)Pemahaman meningkatkan kerjasama
selama 1 x 24 jam pembatasan cairan. pasien dan keluarga dalam pembatasan
diharapkan masalah cairan.
penurunan volume e) Bantu pasien dalam menghadapi e)Kenyamanan pasien meningkatkan
urine dapat teratasi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan. kepatuhan terhadap pembatasan diet.
dengan kriteria hasil : f) Kolaborasi pada medis dalam pembatasan f)dengan pembatasan cairan intravena
- Kelebihan cairan intravena antara 5-10 tetes permenit, dan dapat membantu menurunkan resiko
volume cairan pembatasan obat-obatan cair. kelebian cairan.
dapat dapat
dikurangi
- Berat jenis urine
dalam batas
normal
- Pembatasan
cairan dan diet

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
4 21 ketidak Tupan : a) Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, a) Menyediakan data dasar untuk
september seimbangan Setelah tindakan pengukuran antropometri, nilai laboratorium memantau perubahan dan
2015 nutrisi kurang keperawatan selama 3 x (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, dan mengevaluasi intervensi.
dari kebutuhan 24 jam diharapkan kadar besi).
tubuh b.d intake masalah b) Kaji pola diet dan nutrisi pasien, riwayat b) Pola diet sekarang dan dahulu dapat
nutrisi yang tidak ketidakseimbangan diet, makanan kesukaan, hitung kalori. dipertimbangkan dalam menyusun
adekuat sekunder nutrisi dapat teratasi menu.
dari nausea, c) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah c) Menyediakan informasi mengenai
vomitus Tupen : masukan nutrisi misalnya adanya anoreksia, faktor lain yang dapat diubah atau
Setelah dilakukan mual dan muntah, diet yang tidak dihilangkan untuk meningkatkan
tindakan keperawatan menyenangkan bagi pasien, kurang memahami masukan diet.
selama 1 x 24 jam diet.
diharapkan intake d) Menyediakan makanan kesukaan pasien d) Mendorong peningkatan masukan
nutrisi dapat adekuat dalam batasan diet. diet.
dengan kriteria hasil : e) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah e) Mengurangi makanan dan protein
- Klien tidak protein, rendah natrium, diantara waktu makan. yang dibatasi dan menyediakan kalori
mengalami untuk energi, membagi protein untuk
nausea, vomitus pertumbuhan dan penyembuhan
jaringan.
f) Jelaskan rasional pembatasan diet dan f) Rasional : Meningkatkan
hubungannya dengan penyakit ginjal dan pemahaman pasien tentang hubungan
peningkatan urea serta kadar kreatinin. antara diet, urea, kadar kreatinin
dengan penyakit renal.
g) Sediakan jadwal makanan yang g) Rasional : Daftar yang dibuat
dianjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk menyediakan pendekatan positif
memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium terhadap pembatasan diet dan
atau kalium. merupakan referensi untuk pasien dan
keluarga yang dapat digunakan
dirumah.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
h) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan h) Rasional : Faktor yang tidak
selama waktu makan. menyenagkan yang berperan dalam
menimbulkan anoreksia dihilangkan.
i) Timbang berat badan harian. i) Rasional : Untuk memantau status
cairan dan nutrisi.
j) Kaji bukti adanya masukan protein yang j) Masukan protein yang tidak adekuat
tidak adekuat, pembentukan edema, dapat menyebabkan penurunan
penyembuhan yang lambat, penurunan kadar albumin dan protein lain, pembentukan
albumin. edema dan perlambatan peyembuhan.

5. 21 gangguan activity Tupan : a) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, a) Menyediakan informasi tentang
september daily living b.d Setelah dilakukan anemia, ketidakseimbangan cairan dan indikasi tingkat keletihan.
2015 kelemahan fisik tindakan keperawatan elektrolit, retensi produk sampah, dan depresi.
selama 3x24jam
diharapkan maslah b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas b) Meningkatkan aktivitas ringan /
aktivity daily living perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu sedang dan memperbaiki harga diri.
teratasi jika keletihan terjadi.
Tupen : c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil c)Mendorong latihan dan aktivitas
Setelah dilakukan istirahat. dalam batas-batas yang dapat
tindakan keperawatan ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
selama 1x24jam
diharapkan kelemahan d) Anjurkan untuk beristirahat setelah d) Dianjurkan setelah dialisis, yang
fisik klien dapat teratasi dialisis. bagi banyak pasien sangat melelahkan.
dengan Kriteria Hasil :
- Klien tidak
mengalami
Pruritas
- Klien tidak
mengalami
Dairium

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang


Asuhan, Keperawatan pada Tn. P dengan gagal ginjal kronik di UGD dirumah
sakit.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan


menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan
menguraikan tentang kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara
teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis akan membahas tentang diagnosa
yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan hambatan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. P.

A. Diagnosa yang muncul

1. pola nafas tidak efektif b.d asidosis metabolik

2. penurunan curah jantung b.d ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

3. kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine

4. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat sekunder dari nausea, vomitus

5. gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik

B. Diagnosa yang tidak muncul :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan


nutrisi ke jaringan sekunder.

2. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus


sekunder terhadap adanya edema pulmoner.

3. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam


kulit dan gangguan turgor kulit atau uremia.

4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, akumulasi


toksik, asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan elektrolit, klasifikasi
metastatik pada otak.

Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam
pengkajian data yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
memperkuat diagnosa tersebut. Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat
pasien apabila terjadi komplikasi – komplikasi lebih lanjut.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek


Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT


Gramedia, Jakarta.

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta :


EGC

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1996). Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes.

Tuti Pahria, dkk, (1993). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
LAMPIRAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

Anda mungkin juga menyukai