PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke generasi selanjutnya melalui
pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Ada juga yang mengatakan definisi pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara
sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki
kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana secara etimologis
kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata Eductumterdiri dari dua kata,
yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam keluar, dan Ducoyang artinya sedang
berkembang. Sehingga secara etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa
anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “
menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.
Jadi, Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan sseseorang
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu
sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik
duniawi maupun ukhrawi.
1
B.Definisi Pendidikan Islam Menurut Para Ahli
a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
b. Menurut Musthafa Al-Ghulayaini: Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia
di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan
nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.
Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan
yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan Islam ialah bimbingan
yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia
memiliki kepribadian muslim.
Ilmu Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak
pihak-pihak yang ikut terlibat baik secara langsung atau tidak langsung. Objek ilmu pendidikan
islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Diantara objek atau segi
ilmu pendidikanislam dalam situasi pendidikan islam:
2.Anak didik
Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan
atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik ke
arah tujuan pendidikan islam yang di cita-citakan.
Yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan islam ini
dilakukan. Maksudnya pelaksanaan pendidikan islam yaitu arah kemaana anak didik akan
dibawa.
2
4.Pendidikan
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan islam. Pendidik ini mempunyai peran penting
karena berpengaruh kepada baik atau tidaknya hasil pendidikan islam.
Yaitu bahan – bahan atau pengalaman – pengalaman belajar ilmu agama islam yang disusun
yang sedemikian rupa untuk disajikan kepada anak didik.
Ialah cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi
pendidikan islam agar materi pendidikan islam tersebut dapat dengan mudah diterima oleh
anak didik
7.Evaluasi pendidikan
Yaitu memuat cara – cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar
anak didik.
Yaitu alat – alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan islam agar tujuan
pendidikan islam tersebut lebih berhasil.
9.Lingkungan sekitar
Yang dimaksud ialah keadaan – keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil
pendidikan islam.
3
BAB II
Fungsi Ilmu Pendidikan Islam
Dari kajian antropologi dan sosiologi dapat kita ketahui tiga fungsi pendidikan:
1.Untuk mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya dengan
semakin luasnya wawasan akan menimbulkan berbagai kreatifitas.
2.Untuk melestarikan nilai-nilai insane yang akan menjadi filter bagi wawasan hidupnya
sehingga wawasannya menjadi tepat.
3.Untuk membuka pintu ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan
hidupnya.
Mengenai pentingnya mempelajari Ilmu Pengetahuan Islam ini Prof.H. M. Arifin Menyatakan
sebagai berikut:
a.Pendidikan sebagai usaha membentuk pibadi manusia harus melalui proses panjangdengan
resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda
mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan “pembuatnya”.
b.Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumber pada nilai-nilai agama Islam menanamkan
atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan
kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menlandasinya adalah
merupakan proses ikhtiariyah yang secara peadogogis. Mampu mengembangkan hidup anak
didik kearah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya.
c.Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk
mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan di
akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional dan aktul dalam diri manusia bila mana
dikembangkan melalui proses kependidikan yang sistematis
d.Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencangkup segala bidang kehidupan manusia
dimana manusia mampu memanfaat kan sebagai tempat menanam benih-benih amaliyah yang
buuahhnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah
dalam pribadi manusia baru dapat efektifbilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang
berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.
4
e.Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumber ajaran Islam sampai
kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan bakunya telah tersedia. Baik
dalam kitab suci al-Qur’an dan Hadist maupun qaul ulama.
Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang di mulai sejak priode klasik.
Pendidikan islam pada masa nabi Muhammad SAW merupakan prototip (Sifat atau model
pertama) yang terus menerus di kembangkan ummat islam untuk kepentingan pendidikan pada
zamannya. Nabi Muhammad SAW melakukan pendidikan islam setelah mendapatkan perintah
(wahyu) dari Allah SWT sebagaimna termaktub di surat Al-Muddastir ayat 1-7, menyeru yang
berarti mengajak, Dan mengajak berartu mendidik, Dan dari wahyu yang mula-mula tueun iutu
dapat di ambil kesimpulan, Bahwa pendidikan dalam islam dapat di bagi menjadi empat macam
:
5
a. Pendidikan keagamaan.
b. Pendidikan aqliyah dan ilmiyyah.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti.
d. Pendidikan jasmani.
Pada masa ini pendidikan islam di artikan pembudayaan ajaran islam yaitu memasukkan
ajaran-ajaran islam dan menjadikan sebagai unsure budaya bangsa arab dan menyatu
kedalamnya, dengan pembudayaan ajaran islam kedalam sistem dan lingkungan budaya bangsa
arab tersebut, Maka terbentuklah system budaya islam dalam lingkungan budaya bangsa arab.
2. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Risyidin (632-661 M)
Setelah Rosulullah wafat, peradaban islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan
Negara dengan bijaksana dalam politik yang mengandung hikmah Berfikir, Berhak, Berprilaku
yang berbau kelincahan dan kelicikan.
Setelah Rosulullah wafat pemerintahan islam di pegang secara bergantian oleh abu bakar,
Ummar Bin khotob, Utsman bin Affan, Ali Bin Abi Tholib, Pada masa Abu Bakar, Padaal
pemerintahan di guncang oleh para pemberontak dari orang murtad, Orang-orang yang
mengaku Nabi. Dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat, oleh sebab itu Abu Bakar
memusatkan perhatian untuk memerangi pemberontakan-pemberontakan tersebut yang mana
dapat mempengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari
islam.
Pada masa kholifah Ummar Bin Khottob, situasi politik dalam keadaan stabil dan untuk
pendidikan, Ummar mengangkat guru-guru untuk brtugas memajukan isi Al-Qur’an dan ajran
islam kepada penduduk yang baru masuk islam, Ummar juga memerintahkan panglima untuk
membangun masjid –masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat belajar.
Pada masa ini sudah terdapat pengajaran bhs arab dengan itu orang-orang yang baru masuk
islam dari daerah atau wilayah yang lainya harus belajar Bahasa Arab, Jika mereka ingin belajar
dan mendalami pelajaran islam.
Pada masa kholifah Utsman Bin Affan kedudukan peradaban islam dan pendidikan islam tidak
jauh berbeda dengan masa sebelumnya. para shabat di perbolehkan meninggalkan madinah
untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang di miliki. Proses pendidikan islam pada masa ini sebagian
besar memang di warnai oleh pengajaran/pembudayan dan sunnah ke dalam lingkungan
budaya bangsa –bangsa secara luas pula. Begitu pula dalam pendidikan islam tidak jauh
berbeda di masa nabi Muhammad yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajran-
ajaran islam oleh perhatian ummat islam terhadap perluasan wilayah islam dan terjadi
pergelokan politik, Khususnya di masa Ali bin abi Tholib.
6
3. Pendidikan islam di masa Muawiyyah, Abbasiyahdan kekholifahan selanjutnya (661-
1250 M)
Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rosyidin mulailah kekuasaan bani Umayyah. Adapun
kemajuan peendidikan dan peradaban Abasiyyah mencapai kemajuan terutama pada kholifah
Al-Mahdi (775-785 M) dan puncak kejayaan terutama pada masa kholifah Al-Mahdi dan
puncak popularitasnya baru setelah pemerintah Harun Al-Rosyid (785-809 M) dan di teruskan
putranya Al-Makmun(813-833 M).
Pada masa Muawiyyah ini (dinasti bani umayyah) Abdul Malik merubah administrasi dan
bahasa yunani dan bahasa pahlawan ke bahasa arab. Pada masa tahun 659 M beliau juga
merubah mata uang bizaintum dan Persia seperti dinar dan dirham dengan memakai kata-kata
dan tulisan arab dinar dibuat daru emas dan dirham dari perak dan di zaman inilah di mulai
adanya ilmu tafsir, Hadist, Feqih, dan ilmu kalam, Yang menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan
ilmiah ini adalah kuffah dan basroh di Iraq.
Diantara monument terbaik yang di tinggalkan zaman ini untuk generasi-generasi selanjutnya
adalah kbah Al-Sakhr (dome of the rock)juga di al quds,Masjid cardova juga di zaman inilah
di bangun dan pada tahun 750 M kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya di patahkan
oleh bani abbas.
Dimasa bani Abbas inilah ilmu pengetahuan dan filsafat yunani memuncak terutama di zaman
Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun. buku tersebut didatangkan dari Bizantium, yang kemudian
di terjemahkan ke dalam bahasa Arab, kegiatan ini berlangsung kira-kira satu abad. Adapun
Bait Al-Hikmah adalah merupakan tempat pusat penterjemah dan juga akademi yang
mempunyai perpustakaan yang didirikan oleh Al-Ma’mun.
Dimasa ini pulalah buat pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara islam dengan
kebudayaan barat/ yunani klasik yang terdapat di mesir, Syiria, Mesopotamia dan Persia.
Sebagaimana yang di tekungkan dalam ayat-ayat al-qur’an yang dimana menganjurkan umat
islam supaya menghargai kekuatan akal yang dianugrahkan allah pada manusia. Dan dari nabi
Muhammad SAW supaya umat islam senantiasa mencari ilmu pengetahuan, Maka kontak
dengan kebudayaan barat itu membawa asa yang gilang-gemilang bagi islam.
Adapun perguruan tinggi yang di dirikan di zaman ini di antaranya adalah Al-Hikmah di
Baghdad dan Al-Azhar Kairo, yang hingga kini masi harum namanya sebagai Universitas Islam
yang tertinggi di seluruh dunia.
Al-Ma’mun adalah Kholifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan. Ilmuan muslim ini
membaca karya yunani sebagai motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran
islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan yang baru.
Untuk dialektika (cara berfikir yang sesuai dengan kenyataan) dari Socrates, idealism ploto dan
logika Aristoteles tersebut termasuk berpengaruh terhadap beberapa aliran dalam islam seperti
Qodariyah, As-Sya’riyah, Mu’tazillah.
Melalui orang-orang kreatif seperti Al-Kindy, Al-Rozy, Al-Faraby, Ibnu Sina, AL-Ghozali,
Ibnu Khaldun, Ibnu Thufair, Dll. Pengetahuan islam telah melakukan investigasi dalam ilmu
kedokteran, teknologi, matematika, geografi dan bahkan sejarah.
7
B. Pendidikan Islam Dalam Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Islam pada priode pertengahan dapat di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Zaman Kemunduran.
2. Zaman Tiga Kerajaan Besar.
a. Zaman kemunduran.
Zaman ini berlangsung sekitan 250 tahun. Kemuduran ini di awali dengan hancurnya Baghdad
oleh Hulaqohan. Dia membunuh semua keluarga kholifah, tetapi untunglah salah seorang anak
kholifah abbasiyah bisa melarikan diri ke masir, lalu dia diangkat oleh sultan Mamluk menjadi
kholifah yang berkedudukan di kota Kairo.
Dengan demikian ibu kota alam islam berpindh ke Kairo, Mesir, begitu juga pusat pendidikan
pengajaran ke kairo, ke Al-Jami’ Al-Azhar, system pengajaran saat itu ialah dengan menghafal
matan-matan seperti matan Alfiyah, Matan Taqrib dan lain-lain, kemudian barulah mereka
menghafal syarahnya.
8
A.Pengertian Tujuan pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka
pendidikan, merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan dan
tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu
benda yang yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari
kepribadian seseorang, berkaitan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Pengertian pendidikan islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud
setelah orang mengalami pendidikan islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang
yang menbuatnya menjadi “insan kamil” yang artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat
hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna
bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan
ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya.
Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa “al-umur bimaqoshidiha” adalah setiap tindakan
dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Hal ini karena
dengan berorientasi pada tujuan itu, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi sebagai
standar untuk mengakhiri, serta mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan lain.
Perumusan tujuan pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi
beberapa aspeknya, misalnya:
1.Tujuan dan tugas hidup manusia
Manusia hidup buakn karena kebetulan dan sia-sia, ia diciptakan dengan membawa tujuan dan
tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakannya manusia adalah hanya untuk Allah SWT. Indikasi
tugasnya berupa ibadah dan tugas sebagai wakil Allah dimuka bumi.firman Allah dalam QS
Al-an’am: 162 yang artinya:
“sesungguhnya salatku, ibadahku, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam”.
2.Tuntutan masyarakat
Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan
suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam
mengantisipasi perkembangan dan tuntutan dunia modern.
9
Tujuan pendidikan merupakan kedudukan yang sangat penting. Ada empat fungsi tujuan
pendidikan menurut rumusan Ahmad D.Marimba (1962: 45-46), yaitu:
1.Tujuan berfungsi mengakhiri usaha
2.Tujuan berfungsi mengarahkan usaha
3.Tujuan berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan –
tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama
4.Tujuan memberi nilai pada sifat usaha itu
10
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi
sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandanagan. Tujuan umum ini berbeda pada
setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, dan kondisi, dengan kerangka yang sama.
Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
pengajaran.. karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan. Tujuan umum itu
tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan atau kebenarannya. Tahap-tahap dalam mencapai tujuan itu pada
pendidikan formal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalm bentuk tujuan kurikuler yang
selanjutnya dikembangkan.
2.Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kerikulum pendidikan formal.Pada tujuan
sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran
sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
Tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat yang paling
rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat tingkatan
pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar.sejak tingkat taman kanak-kanak dan sekolah
dasr, gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk insan
kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan islam. Karena itu
setiaplembaga pendidikan islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai
dengan tingkatan jenis pendidikannya.
3.Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan
keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan
kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan
keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat , terampil melakukan, lancar
mengucapkan, mengerti, memahami adalah soal kecil.
4.Tujuan akhir
Pendidikan islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup didunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola
takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup
seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah
pendidikan islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat dipahami dalam firman allah QS Ali-Imran :102 yang
artinya: “wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-
11
benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran
islam).
Tujuan pendidikan islam menurut perspektif para ulama, adalah sebagai berikut:
1.Menurut Abdurahman Saleh Abdullah
Mengatakan bahwa pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai
kholifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan yang mengacu pada
tujuan akhir. Tujuan utama kholifah allah adalah beriman kepada allah dan tunduk serta patuh
kepada-Nya.
2.Menurut M.Djunaidi Dhany
Mengatakan bahwa tujuan pendidikan iaslam adalah sebagai derikut:
a.Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna
Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan serta pikiran anak
didik
Setiap individu, maka anak harus dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal
mungkin
b.Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan kepercayaan anak terhadap
agama dan kepada tuhan
c.Mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan
kebahagiaannya di masa mendatang.
3.Menurut Hasan Langgulung
Tujuan pendidikan islam harus mampu mengakomodasikan 3 fungsi utama dari agama, antara
lain:
a.Fungsi spiritual, yaitu berkenaan dengan aqidah dan iman
b.Fungsi psikologis, yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku individu
c.Fungsi sosial, yaitu berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan
manusia lain atau masyarakat.
12
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan
tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata elajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pndidikan atau jurusan.
3. Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk
mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
4. Kosakata Kurikulum telah masuk kedalam kosakata bahasa Indonesia, dengan arti susunan
rencana pengajaran.
5. Sekian banyak pengertian kosakata tentang kurikulum dari segi bahasa ini dapat diartikan,
bahwa kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan
menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi
kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pendidikan.
6. Pada masa islam klasik, pakar pendidikan islam menggunakan kata al-maddah untuk
pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih identik dengan serangkaian mata
pelajaran yang harus diberikan pada murid pada tingkat tertentu. Sejalan dengan perjalanan
waktu, pengertian kurikulum mulai berkembang dan cakupannya lebih luas, yaitu mencakup
segala aspek yang mempengaruhi pribadi siswa.Kurikulum dalam pengertian yang modern ini
mencakup tujuan, mata pelajaran, proses belajar dan mengajar serta evaluasi.
7. Selanjutnya dijumpai pula pengertian kurikulum yang dikemukakan para ahli pendidikan, di
antaranya ialah kurikulum menurut Ali Muhammad alKhawli adalah seperangakat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Sedangkan menurut Muhammad Omar Muhammad al Thoumy al
Syaibany, kurikulum pendidikan Islam dikenal dengan istilah manhaj yang berarti jalan terang
yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka.
8. Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan
pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau
dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitas, pengetahuan dan
pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak
didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam (H.syamsul Bahri Tanrere, 1993).
9. Konsep dasar kurikulum sebenarnya tidak sesederhana itu,tetapi kurikulum dapat diartiakan
menurut fungsinya sebagaimana pengertian berikut:
1. Kurikulum sebagai program studi.
2. Kurikulum sebagai konten.
3. Kurikulum sebagai kegiatan terencana
4. Kurikulum sebagai hasil belajar
5. Kurikulum sebagai reproduksi cultural
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
13
7. Kurikulum sebagai produksi
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu
komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan.Ini bermakna untuk mencapai
tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam dan menunjang sesuai dengan kebutuhan pendidikan.Maka
dibutuhkanlah kurikulum sebagai alat yang memiliki berbagai fungsi (multifungsi) demi
terwujudnya finaldestination dari pendidikan itu sendiri.
3. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam Menurut al-
Shaibani sebagaimana yang dikutip oleh Anin Nurhayati, dalam bukunya “Kurikulum Inovasi”
, dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kurikulum pendidikan islam harus mewujudkan tujuan pendidikannya, materi
pelajarannya. Untuk pelajaran agama dan akhlak harus diambil dari al-qur’an dan Hadist
serta contoh-contoh suri tauladan dari tokoh-tokoh terdahulu yang baik.
b. Kurikulum pendidikan islam sangat memperhatikan pengembangan menyeluruh tentang
aspek Pribadi siswa, yaitu dari intelektual, psikologis, sosial dan spitritual. Untuk
pengembangan menyeluruh ini, kurikulum harus dengan tujuan pembinaan pada setiap aspek
tersebut. Untuk para peserta didik harus diajarkan berbagai ilmu pengetahuan.
c. Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia. Keseimbangan itu tentunya
bersifat relatif karena tidak dapat di ukur secara obyektif
d. Kurikulum pendidikan islam juga memperhatikan seni halus, yaitu seni ukir, pahat, tulis
indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu harus memperhatikan pendidikan jasmani, latihan
militer, teknik ketrampilan, latihan kejuruan, pertukangan dan bahasa asing. Semuanya
berdasarkan bakat dan minat.
e. Kurikulum islam juga memperhatikan perbedaan-perbedaan kebudayaan di tengah
masyarakat, baik itu kaitannya dengan kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat, keluwesan, serta menerima perkembangan dan perubahan. Kurikulum pendidikan
islam juga memiliki keserasian dengan kesesuaian perubahan zaman. Dalam literatul lain,
disebutkan bahwa ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode dan
tehniknya yang bercorak agama.
2. Memperhatikan dan membimbing segala pribadi peserta didik baik dari sisi intelektual,
psikologis, sosial maupun spiritualnya.
3. Memperhatikan keseimbangan berbagai aspek ilmu pengetahuan.
4. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan denganb bakat dan minat peserta didik.
5. Bersifat dinamis dan fleksibel yakni sanggup menerima perkembangan dan perubahan
apabila dipandang perlu.
14
4. Asas Kurikulum Pendidikan Islam Suatu kurikulum tak terkecuali kurikulum pendidikan
Islam harus mengandung beberapa unsur utama, seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode
mengajar dan penilaian.Kesemua unsur tersebut harus tersusun dan mengacu pada sumber
kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan
sebagai asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan. Muhammad al Thoumy al Syaibany
mengemukakan asas-asas pembentuk kurikulum sebagai berikut:
1. Asas religius/agama Kurikulum pendidikan Islam yang diterapkan berdasarkan nilai-nilai
ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan dapat menolong peserta didik
untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW yang artinya “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu, yang jika
kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu
kitabullah dan sunnah nabi-Nya” (HR. Hakim).
2. Asas falsafah Asas ini memberikan arah tujuan pendidikan Islam. Dengan dasar filosofis
maka kurikulum akan mengandung suatu kebenaran terutama kebenaran di bidang nilai-nilai
sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
3. Asas Psikologis Asas ini mempertimbangkan tahapan kejiwaan peserta didik, yang berkaitan
dengan perkembangan jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi dan lain-lain, sehingga dengan
landasan ini kurikulum bisa memberikan peluang belajar bagi anak-anak dan bagaimana belajar
itu berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu bisa memberikan hasil yang sebaik-
baiknya.
4. Asas Sosiologis Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap
peserta didik, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran yang
akan menambah produktifitas dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya.
Dan dapat ditambahkan pula asas Organisatoris.Dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan
pelajaran, yakni organisasi kurikulum.Dasar ini berpijak pada teori psikologi asosiasi, yang
menganggap keseluruhan adalah bagian-bagiannya, sehingga menjadikan kurikulum
merupakan mata kuliah yang terpisah-pisah. Selanjutnya perlu ditekankan bahwa satu asas
dengan asas lainnya merupakan suatu kesatuan yang integral sehingga dapat membentuk
kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan pribadinya
sebagai individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
5. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam Prinsip pada dasarnya merupakan konsistensi
dalam mewujudkan suatu tujuan.Sebagai tonggak yang harus dipegang dalam meniti jalan yang
mengantarkan kepada tujuan.Dalam suatu kurikulum pendidikan, prinsip merupakan
komponen penting demi tercapainya kurikulum yang intregral dan matang.Sehingga dalam
pelaksanaannya mencapai kesempurnaan yang diinginkan. Terlebih lagi dalam kurikulum
pendidikan islam yang berdasarkan kepada sumber pokok agama islam, yaitu Al qur’an dan
As sunnah. Maka disini dituntut kesinambungan prinsip-prinsip kurikulum pendidikan
islamdan sumber pokok islam. Dalam merumuskan kurikulum pendidikan islam para pakar
berbeda-beda dalam analisisnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prinsip berdasarkan islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
15
2. Prinsip mengarah kepada tujuan, artinya seluruh aktivitas yang diproduksi oleh kurikulum
harus mengarah kepada tujuan
3. Prinsip pertautan antara seluruh kegiatan kurikulum dengan seluruh aspek sosiologis, baik
internal ataupun eksternal.
4. Prinsip Relevansi, kesuaian dengan kondisi sekarang
5. Prinsip Fleksibelitas
6. Prinsip Integritas, artinya SDM yang dihasilkan oleh kurikulum mampu menyelaraskan dan
mengintegralkan kehidupan dunia dan akhirat
7. Prinsip Efisiensi, mengarahkan dengan cermat pendayagunaan usaha untuk mencapai
tujuan
8. Prinsip Kontunitas dan Kemitraan, adalah bagaimana kurikulum mempunyai kelanjutan
dalam kerjanya dengan kaitan-kaitan kurikulum-kurikulum lain
9. Prinsip Individulaitas, artinya kurikulum memperhatikan kondisi pribadi anak didik
10. Prinsip pemerataan, artinya seluruh peserta didik berhak memperoleh pembelajaran yang
baik beserta hal-hal yang mendukung pembelajarannya
11. Prinsip Kedinamisan, artinya kurikulum harus bersifat progresif terhadap perkembangan
ilmu pengeahuan dan perubahan social
12. Prinsip Keseimbangan, artinya kurikulum dapat mengembangkan potensi pesert didik
secara harmonis
13. Prinsip Efektivitas, adalah agar kurkulum dapat menunjang efektifitas guru dalam mengajar
dan murid dalam belajar.
6. Isi Kurikulum Pendidikan Islam Materi pembelajran yang terdapat dalam kurikulum
pendidikan Islam pada masa sekarang nampaknya semakin luas. Hal ini karena dipicu oleh
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, selain juga semakin beratnya beban yang
ditanggung oleh pihak sekolah sebagai penyelenggaa pendidikan. Oleh karena tuntutan
perkembangan yang demikian pesatnya maka para perancang kurikulum pendidikan Islam juga
dituntut untuk memperluas cakupan yang terkandung dalam kurikulum pendidikan Islam,
antara lain berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Sebagaimana dikutip oleh alAbrasyi, bahwa Kurikulum Pendidikan Islam terbagi
dalam dua tingkatan, yaitu:Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i) yang mencakup materi
kurikulum pemula difokuskan pada pembalajaran al Qur’an dan as Sunnah, dan tingkatan atas
(manhaj ‘ali) yakni kurikulum yang mempunyai dua kualifikasi, yaitu ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan dzatnya sendiri , seperti ilmu syari’ah yang mencakup fiqh, tafsir, hadits,
ilmu kalam dan ilmu- ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan
dzatnya sendiri, seperti, ilmu bahasa, matematika dan mantiq (logika).
AlGhazali membagi isi Kurikulum Pendidikan Islam dengan empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu :
1). Ilmu- ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya fiqh, tafsir dan sebagainya,
16
2). Ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu al Qur’an dan ilmu agama.
3). Ilmu-ilmu yang fardlu kifayah, seperti matematika, kedokteran, industri, pertanian dan lain-
lain.
4). Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.
17
/ mata pelajaran untuk tingkat rendah adalah Al-qur’an dan agama, membaca, menulis dan
syair. Dalam beberapa kasus lain ditambahkan nahwu, cerita dan berenang (unsur materi
jasmaniah), namun titik tekannya pada membaca Al-Qur’an dan mengajarkan prinsip-prinsip
pokok agama. Khusus materi tingkat dasar bagi peserta didik dari anak para amir / penguasa
agak berbeda sedikit, yaitu ditegaskan pentingnya pengajran khitobah, ilmu sejarah, cerita epic
(perang), cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-qur’an, syair dan fiqih.
(Langgulung, 2008 : 114).
Universalitas materi/kontent pendidikan islam tergambar jelas pada Firman Allah yang
pertama kali turun (Q.S. Al-Alaq : 1-5) :
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. …”
Pertanyaannya adalah membaca apa dan apa yang perlu dibaca ?
Hadis nabi yang mashur juga menyatakan :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik pria maupun wanita”.
Pertanyaannya adalah ilmu apa yang perlu dicari ? tentunya keumuman ayat dan hadis diatas
menunjukkan bahwa semuanya harus dibaca dan semua ilmu harus dicari serta dikuasai. Inilah
sebenarnya area, materi dan kontent dalam pendidikan islam yang sesuai dengan Al-Qur’an
dan hadis. Tidak ada dikotomi ilmu dalam pendidikan islam, semisal ilmu umum dengan ilmu
agama, ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Lebih jauh lagi terkait dengan ilmu dan agama,
sungguh luar biasa ungkapan Einstein seorang fisikawan modern yang secara normatif non-
islam tapi dengan lantang berkata : ”Religion without science is lame, but science without
religion is blind” (agama tanpa ilmu adalah pincang, tapi ilmu tanpa agama adalah buta).
(Ma’arif, 2007 : 33). Dari sini, penulis merasa kurang sepakat dengan pembagian materi
pendidkan islam dalam kitab Ta’limul Muta’alim yang sangat familier di kalangan pesatren
tradisional yang kutipannya :
“Ilmu hakikatnya hanya ada 2, ilmu fiqih untuk kesempurnaan agama dan ilmu kedokteran
untuk kesehatan jasmani/badan. Selain keduanya hanyalah hampa dan dinilai sebagai omong
kosong belaka”.(Az-Zarmuji : 9).
Tanpa mengurangi rasa takdzim pada penulis kitab tersebut, namun menurut hemat penulis
materi pendidikan islam sangatlah luas dan universal. Hal ini juga nampak jelas dalam Q.S.
Al-Haqqoh : 38-39 :
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan terhadap apa yang kamu tidak
melihatnya”.
Dari ayat diatas objek pendidikan islam lebih luas lagi jangkauannya. Bukan hanya yang materi
tapi juga yang immateri, mencakup wilayah fisik maupun metafisik.
Semua jenis ilmu itu mestinya dipelajari oleh umat Islam dalam arah baru pendidikan islam
secara mendalam sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ilmu tersebut dipelajari untuk
mengantarkannya pada ketauhidan dan kesempurnaan ibadah. Setelah mempelajari fisika,
biologi, psikologi, sejarah dan lain-lain, seseorang akan mengakui dan menyebut atas
kebesaran dan ke-Maha Suci-an Allah swt., dengan bertasbih, bertahmid dan bertahlil. (lihat
Q.S. Ali Imron : 190-191).
18
Dalam konsep Islam ilmu pengetahuan hanya satu, yaitu semuanya sama dari Allah dan menuju
ke Allah. Untuk kepentingan pendidikan, pengetahuan yang menyatu itu harus
diklasifikasikan. Klasifikasi pengetahuan itu ialah pengetahuan yang diwahyukan (Naqli /
bersifat agamis) dan pengetahuan yang diperoleh (Aqliyyun / ilmu keduniaan umum).
Sedangkan klasifikasi yang ditawarkan oleh konfrensi pendidikan di King Abdul Aziz adalah
Perrenial Knowledge dan Acquired Knowledge. Sebagaimana kutipan berikut :
“Planning of education to be bassed on the classification of knowledge into two categories :
a. “Perennial” knowledge derived from the Qur’an and Sunnah meaning all shari’ah oriented
knowledge relevant and releted to them, and b. “Acquired” knowledge susceptible to
quantitative growth and multiaplication, limited variations and cross cultural borrowing as
long as consistency with shari’ah as the sources of values is maintened”.
Secara lengkap pengklasifikasian hasil konfrensi itu ialah:
Kelompok I.
1. Al-Qur’an : meliputi qiraah, hafalan, tafsir, sunnah, shirah (nabi, sahabat dan
tabi’in) tauhid, ushul fiqh dan bahasa al-Qur’an.
2. Pengetahuan pembantu : meliputi metafisika Islam, perbandiangan agama dan kebudayaan
Islam.
Kelompok II:
1. Pengantar imajinatif : meliputi arsitektur Islam dan bahasa-bahasa.
2. Pengetahuan intelektual : meliputi pengetahuan sosial yang mencakup kesusastraan, filsafat
politik, pendidikan, ekonomi, geogarafi, sosiologi, linguistik, psikologi dan antropologi.
3. Pengetahuan terapan (Applied sciences) : meliputi rekayasa dan teknologi, kedokteran,
pertanian dan kehutanan.
4. Pengetahuan praktis : meliputi perdagangan, administrasi, perpustakaan dan komunikasi.
Hasil rekomendasi Konferensi pendidikan islam sedunia di Jeddah pada 31 Maret – 8 April
1977 diatas juga telah merumuskan konsep umum dan menyeluruh tentang pendidikan islam
dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan ideologi islam ke dalam teori-teori ilmu sosial,
kemanusiaan, filsafat, sosiologi dan kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi
rekomendasi konferensi itu sampai saat ini belum terlaksana. (Ma’arif, 2007 : 47).
Dikotomi Pendidikan Islam
Seminar pendidikan islam Internasional di Nigeria tahun 1977 telah menolak adanya
sekularisasi dalam pendidikan islam. (Abdullah, 2007 : 165). Tentang dikotomisasi pendidikan,
Sayyed Hossein Nasr (1976 : 13) juga menyatakan, “dalam Islam tidak dikenal pemisahan
esensial antara ilmu agama dengan ilmu profane”. (Ma’arif, 2007 : 25).
Diantara faktor keruntuhan peradaban islam (The golden age of islam) adalah adanya
dikotomisasi terhadap ilmu pengetahuan, artinya di kalangan umat islam terjadi pembedaan
19
yang sangat tajam antara sains-sains agama (Ulumul Syari’ah) atau sains-sains tradisional
(Ulumun Naqliyyah) dan sains-sains rasional atau sekuler (Ulumul Aqliyyah atau ghoirul
syari’ah). Meminjam istilah Abdurrahman Mas’ud dalam pengantarnya untuk karya Syamsul
Ma’arif dikotomi itu adalah Islamic knowledge dan non-islamic knowledge.(Ma’arif, 2007 :
27&viii). Ibnu Kholdun juga membagi materi ilmu dalam 2 kelompok, yaitu ilmu naqli
(wahyu) dan ilmu aqli (akal) yang masing-masing dibagi pada beberapa cabang ilmu
pengetahuan. (Langgulung, 2008 : 347). Singkatnya, meminjam bahasanya Amin
Abdullah (2003 : 3), “ilmu tidak mempedulikan agama dan agama tidak mempedulikan ilmu”.
(Ma’arif, 2007 : 14). Abdurrahman Mas’ud (1999 : 9) dalam salah satu penelitiannya
menunjukkan, bahwa cara pandang yang dikotomik tersebut pada akhirnya telah membawa
kemunduran dalam dunia pendidikan islam. (Ma’arif, 2007 : 15). Dari situ pula kemudian
muncul pembagian hukum ilmu, dimana fardlu ain untuk ilmu agama dan fardlu kifayah untuk
ilmu umum. (Ma’arif, 2007 : 13). Pembagian hukum dan macam materi pendidikan / ilmu ini
juga bisa dilihat dalam karya Hasan Langgulung. (Langgulung, 2008 : 113). Oleh karena itu
Ali Asyrof dalam bukunya New horizon of Islamic education menyatakan, pendidikan jangan
berbicara soal agama melulu, tapi juga membahas soal bagaimana kehidupan di dunia ini serta
interaksi antar manusia. (Ma’arif, 2007 : 8). Dalam kata sederhana materi pendidikan islam
komprehensif dan integralistik.
Abdurrahman Mas’ud dalam pengantarnya untuk karya Syamsul Ma’arif menyatakan, Dalam
rangka revitalisasi pendidikan islam, kiblat umat islam bukanlah barat, tapi pendidikan islam
harus disandarkan kepada telaah filosofis antropologis, yang menjadikan Al-qur’an, As-
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas sebagai dasarnya. (Ma’arif, 2007 : X).
Metode Dan Teknik Mengajar Dalam Islam
Metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian sistem yang tidak terlepas dari
komponen-komponen lain, lalu berinteraksi didalamnya. Salah satu komponen dalam proses
tersebut adalah metode dan teknik pembelajaran. Setiap guru yang akan mengajar, idealnya
membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran [RPP], dengan menampilkan standar
kompetensi dasar alokasi waktu metode media evaluasi yang tepat. Sehingga membantu guru
dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran sesuai kondisi psikologi, kemampuan
pikiran, karakter dan prilaku. Pelaksanaan proses pembelajaran, guru kadang lupa
memperhatikan aspek psikologi anak, utamanya tahap perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Proses pembelajaran kadang tidak sesuai dengan target guru, sehingga apa yang
ditangkap peserta didik tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didiknya.
Metode pembelajaran yang dipilih guru terkadang tidak berdasarkan perkembangan kognitif
perserta didik. Pengajar seharusnya perlu mengetahui tingkat perkembangan anak agar tujuan
yang diinginkan bisa tercapai dengan baik dan sesuai dengan harapan. Metode dan teknik
apapun hendaknya memperhatikan kondisi perkembangan kognitif peserta didik, bukan hanya
sekedar melaksanakan rutinitas belaka, tanpa adanya target lebih lanjut tentang makna dan
tujuan metode pembelajaran, hal ini merupakan proses pendidikan, sehingga dalam
perkembangan kognitif peserta didik mengarah secara dinamis.
Hal ini menyebabkan guru tidak tahu harus bagaimana mengembangkan potensi yang
ada pada diri peserta didiknya. Wajar bila kelulusan hasil pembelajaran ketika menghadapi
ujian maupun semesteran tidak maksimal. Lembaga pendidikan kurang siap dalam menghadapi
kenyataan di lapangan akan tentangan pendidikan dinamis, proses pendidikan yang terjadi pada
20
lembaga pendidikan hanya merupakan proses regulasi kelas belaka, misalnya naik kelas atau
naik tingkat madrasah bukan kerena mereka telah menguasai apa yang seharusnya mereka
kuasai, tetapi karena regulasinya mengharuskan untuk naik kelas atau naik tingkat. Hanya
mereka menganggap sudah menguasai materi lewat jalur tes, yang kebanyakan dari mereka
berhasil karena hafal dari materi yang diajarkan.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan
yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambarkan dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
21
Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permaslahan
individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam,
sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan,
sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar–
dasar metode pendidikan tersebbut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.
1. Dasar Agama
Al-Qur’an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan Islam.
Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaranisalam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan
islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut, sehingga segala penggunaan dan
pelaksanaan metode pendidikan islam tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri.
Misalnya dalam mata pelajaran olahraga, maka seorang pendidik harus mampu menggunakan
metode yang didalamnya terkandung ajaran Al–Qur’an dan Al–Hadits, seperti masalah pakaian
yang islami dan lain–lain praktek olahraga.
2. Dasar Biologis
Dalam memberikan pendididkan dalam pendidikan islam, seseorang pendidik harus
memperhatikan perkemangan biologis anak didik. Perkembangan kondisi jasmani (bologis)
seseorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Sesseorang yang
menderita cacat jasmani akan mempunyai melemahan dan kelebihan yang mungkin tidak
dimiliki orang lain normal, misalnya seseorang yang mempunyai penyakit pada matanya
(rabun jauh), maka ia cenderung duduk dibangku barisan depan (walaupun tidak selamanya
yang duduk didepan itu menderita penyakit pada matanya), karena dia duduk didepan, maka
dia tidak dapat bermain-main pada waktu guru memberikan keterangan materi pelajaran.
Sehingga ia memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus-menerus,
maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih dibanding dengan temannya yang lain, apalagi
ia termotivasi dengan kelainan mata tersebut. Berdasarkan hal, ini maka dapat dikatakan bahwa
perkembangan jasmani dan kondisi jasmani itu sendiri, memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seseorang
pendidik harus bijaksana dan memperhatikan kondisi biologis peserta didik.
3. Dasar psikologis
Metode pendidikan baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada
perkembangan dan kondisi psikologi peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik disamping memperhatikan kondisi
jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia
pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, yang kedua-duanya
merupakan satu kesauan yang tak dapat dipisah-pisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi
dasar dalam metode pendidikan Islam berupa sejumlah kekuatan psikologi peserta didik
termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan akal
(intelektualnya) sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang ada pada peserta didik.
4. Dasar Sosiologis
22
Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa,
merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak
positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologis seorang individu dapat memberikan
pengaruh pada lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaiknya. Oleh karena itu,
guru sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah memberikan tauladan
dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berhubungan dengan siswa,
sesama guru, karyawan, dan kepala sekolah.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode pendidikan
Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis, dan sosiologis. Dengan keempat
dasar tersebut metode pendidikan akan mampu melaksanakan perannya sebagai jembatan
menuju tercapainya tujuan pendidikan Islam
a. Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan
suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan
mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan
nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan dan ketreampilan tersebut sehingga metode
yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang
pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi
yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan
mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat
dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.
b. Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan
asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus,
sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan
kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi. Jangan hanya karena mengejar target
kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang efektif yang pada gilirannya akan
memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi
oleh pedidik.
23
c. Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab
dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton
dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari
berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana,
situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini
berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut
metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada.
5. Metode-Metode Pendidikan Islam
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam telah
merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya :
1. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang kemdian diberikan
sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan
menjadi Uswatun Hasanahyang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang
sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang
beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab :
“Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat menemukan teladan yang baik”
(Q.S.al-Ahzab:21)
Metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang trpenting adalah akhlak
yang termasuk dalam kawasan aektif yang terwujud dalam tingkah laku(behavioral).
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar
pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan
cerminan kandungan Alquran secara utuh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting
dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina
perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw., yang
dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik
mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
2. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal nasihat.
Tetapi pada setiap nasihat yang disampaikannya ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau
penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan
metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.
24
3. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau
mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan
dengan katakhutbah. Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada
yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan katatablih,yaitu menyampaikan sesuatu
ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna yang sama yakni menyampaikan
suatu ajaran.
Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering digunakan, bahkan akan selalu
kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi bedanya terkadang metode ini di campur
dengan metode lain. Karena kekurangan metode ini adalah jika sang penceramh tidak mampu
mewakili atau menyampaikan ajaran yang semestinya haus disampaikan maka metode ini
berarti kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau pendidik memiliki suara yang keras dan
konsisten, sehingga jika menggunakan metode ceramah saja maka metode ini seperti hambar.
5. Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia
dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu
masalah. Sama dengan metode diatas metode diskusi merupakan salah satu metode yang secara
tersirat ada dalam al-Qur’an.
Diskusi juga merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak didik yang
menduskisikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai sebagian dari inti materi tersebut.
Akan tetapi jika peserta diskusi yakni anak didik tidak paham akan hal tersebut maka bisa
dipastikan diskusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
6. Metode perumpamaan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini
dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu
yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw.
25
sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat
membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih
samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
7. Metode Pengulangan
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek
yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan
perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan
alat-alat bantu ingatan yang penting.
26
2. Teknik Pembelajaran Inkuiri
Teknik Pembelajaran inkuiri adalah rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah.
4. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan teknik yang menggunakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis
kelamin, rasa tau suku yang berbeda.
3. Dasar – Dasar Memilih Teknik Mengajar
Secara umum ada empat dasar dalam menentukan teknik pembelajaran, yakni:
1. Mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang
diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup
masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggappaling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.
4. Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).
Selain empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum
mengembangkan teknik pembelajaran pendidikan agama, yakni:
1. Tujuan pembelajaran umum pendidikan Agama (dapat dilihat pada silabus atau garis-garis
besar program pembelajaran yang diberlakukan)
2. Karakteristik bidang studi pendidikan Agama
3. Karakteristik siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui tes secara lisan
maupun tertulis, angket dan lainnya)
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian sistem yang tidak terlepas dari
komponen-komponen lain, lalu berinteraksi didalamnya. Salah satu komponen dalam proses
tersebut adalah metode dan teknik pembelajaran, Sehingga membantu guru dalam
menyampaikan materi dalam proses pembelajaran sesuai kondisi psikologi, kemampuan
pikiran, karakter dan prilaku. Pelaksanaan proses pembelajaran, guru kadang lupa
memperhatikan aspek psikologi anak, utamanya tahap perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Proses pembelajaran kadang tidak sesuai dengan target guru, sehingga apa yang
ditangkap peserta didik tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didiknya.
Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permaslahan
individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam,
sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan,
sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar–
dasar metode pendidikan tersebbut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.
Metode pendidikan Islam harus diguankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut
sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih
efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. oleh karena
itu, seorang pendidik perlumemperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga para
pendidik mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam telah merumuskan
berbagai metode pendidikan Islam diantaranya :
1. Metode Teladan
2. Metode Nasihat
3. Metode Ceramah
4. Metode Tanya Jawab
5. Metode Diskusi
6. Metode perumpamaan
7. Metode Pengulangan
Teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu teknik yang menjelaskan
tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Berikut adalah jenis-jenis teknik pembelajaran secara umum:
28
1. Teknik Pembelajaran Ekspoitri
2. Teknik Pembelajaran Inkuiri
3. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Secara umum ada empat dasar dalam menentukan teknik pembelajaran, yakni:
29