Anda di halaman 1dari 16

MENGHILANGKAN KEBIASAAN BURUK DALAM

MENYIMAK BAGI MASYARAKAT

OLEH

NAMA : BAIQ DWI INTAN CAHYANI


NIM : E1C116012
KELAS : IIA REGULER SORE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayahnya sehingga saya bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tak lupa pula saya panjatkan shalawat serta salam atas junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua hingga saat ini.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Menghilangkan Kebiasaan Buruk Dalam
Menyimak Bagi Masyarakat”. Sebagaimana kita tahu, masih banyak masyarakat
yang kurang berminat untuk menyimak hal yang disampaikan orang lain sehingga
mereka menjadi kurang berpengetahuan.
Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
telah berjasa sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan, yaitu kepada:
1. Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph. D., selaku rektor Universitas Mataram.
2. Dr. H. Wildan, M. Pd., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mataram.
3. Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M. Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Mataram.
4. Drs. I Nyoman Sudika, M. Hum., selaku ketua program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram.
5. Dr. H. Muhammad Sukri M. Hum., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Drs. H. Nasaruddin M. Ali, M. Pd., selaku dosen mata kuliah
Keterampilan Menyimak yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan selama mengajar di kelas.
7. Dosen-dosen akademik yang telah banyak memberikan bimbingan serta
tenaga administrasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Kedua orangtua saya, Ibu Baiq Nurlaely dan Bapak Lalu Umardani yang
senantiasa memberikan dukungan melalui doa maupun secara langsung.
9. Sahabat-sahabat dekat saya, Ismi, Vina, Aida, Ema, Niki, Vedha, Zooh,
dan banyak sekali yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
10. Lalu Singgih Atma Wandira, yang sedang berada jauh namun senantiasa
memberikan dukungan dan semangatnya.

Harapan saya untuk karya tulis ilmiah ini, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca, terutama mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tentunya karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempuran, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat penulis masih kurang
pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar ke depannya dapat lebih baik lagi. Sekali lagi,
semoga karya ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 12 Juni 2017


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1
1.3.1 Tujuan Penelitian Secara Umum ............................... 1
1.3.2 Tujuan Penelitian Secara Khusus .............................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
1.4.1 Manfaat Penelitian Secara Teoritis ............................ 2
1.4.2 Manfaat Penelitian secara Praktis .............................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 3


2.1 Pengertian Menyimak ................................................................... 3
2.2 Faktor Pemengaruh Menyimak .................................................... 3-4
2.3 Pentingnya Menyimak Bagi Masyarakat ....................................... 4

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 5


3.1 Pengertian Menyimak .................................................................... 5
3.2 Perilaku Buruk dalam Menyimak bagi Masyarakat ....................... 5-6
3.3 Kebiasaan Buruk dalam Menyimak bagi Masyarakat .................... 7-9
3.4 Cara Mengilangkan Kebiasaan Buruk dalam Menyimak bagi
Masyarakat ............................................................................................ 9-11

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 12


4.1 Kesimpulan ................................................................................ 12
4.2 Saran ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam keterampilan berbahasa ada empat aspek keterampilan, yaitu:
1) Keterampilan menyimak;
2) Keterampilan berbicara;
3) Keterampilan membaca; dan
4) Keterampilan menulis.
Keempat keterampilan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu,
keempat keterampilan itu disebut catur tunggal.
Dalam kajian ini, hal yang akan dibahas lebih menekankan pada bidang
keterampilan Menyimak. Menyimak merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari baik di
lingkungan formal maupun informal. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan menyimak. Apalagi dalam era
globalisasi seperti ini, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, masyarakat dituntut untuk menyimak berbagai informasi dengan
cepat dan tepat, baik melalui media, maupun melalui tatap muka langsung.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menyimak, salah satunya adalah
kurangnya perhatian masyarakat dalam menyimak dikarenakan perilaku dan
kebiasaan buruk yang mereka terapkan sendiri. Hal itu menyebabkan
masyarakat menjadi kurang pengetahuan dan merugikan diri mereka sendiri.
Perilaku dan kebiasaan buruk dalam menyimak harus dihilangkan, karena
hanya akan menimbulkan dampak negatif pada masyarakat. Oleh karena itu,
karya tulis ilmiah ini disusun untuk memahami lebih lanjut mengenai
bagaimana menghilangkan perilaku dan kebiasaan buruk dalam menyimak
bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu keterampilan menyimak?
2. Apa saja perilaku buruk dalam menyimak bagi masyarakat?
3. Apa saja kebiasaan buruk dalam meyimak bagi masyarakat?
4. Bagaimana cara menghilangkan perilaku dan kebiasaan buruk dalam
menyimak bagi masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Secara Umum


1. Mengetahui menganai keterampilan menyimak.
2. Menyadari perilaku buruk dalam menyimak bagi masyarakat.
3. Menyadari kebiasaan buruk dalam menyimak bagi masyarakat.
4. Menghilangkan perilaku dan kebiasaan buruk dalam menyimak bagi
masyarakat.
1.3.2 Tujuan Penelitian Secara Khusus
Seringkali masyarakat tidak menyadari kalau perilaku dan kebiasaan buruk
mereka dalam menyimak akan merugikan diri mereka sendiri. Menyimak
sangat penting, karena dapat menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat mengenai sebuah informasi yang disampaikan pembicara. Oleh
karena itu, karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat
agar memperbaiki perilaku dan menghilangkan kebiasaan buruk dalam
menyimak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Penelitian Secara Teoritis


Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan lebih luas jika berhasil
menghilangkan perilaku dan kebiasaan buruk mereka dalam menyimak. Para
pembaca, khususnya mahasiswa juga bisa menjadikan karya tulis ilmiah ini
sebagai acuan dalam mempelajari keterampilan menyimak dan akan lebih
menghargai pembicara ketika sedang menyimak.

1.4.2 Manfaat Penelitian Secara Praktis


Karya tulis ilmiah ini dapat memberi pemahaman bagi para pembaca
khususnya mahasiswa mengenai perilaku dan kebiasaan buruk dalam
menyimak bagi masyarakat serta cara menghilangkan perilaku dan kebiasaan
buruknya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menyimak


 Menurut H. G. Tarigan
Menyimak ialah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.
 Menurut Anderson
Menyimak sebagai suatu proses besar mendengarkan, mengenak serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan.
 Menurut Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup
kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik dan
mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahasa simakan.
 Sheila Steinberg dalam buku An Introduction to Communication Studies
Menyimak lebih kompleks dari sekedar mendengar. Ini adalah proses yang
terdiri dari empat tahap: merasakan dan menghadiri, memahami dan
menafsirkan, mengingat, dan memahami. Tahapan terjadi secara berurutan
tetapi pada umumnya kita tidak menyadarinya.

2.2 Faktor Pemengaruh Menyimak


Ada pakar yang mengatakan bahwa ada lima faktor yang
memengaruhi menyimak, yaitu
a) Sikap
b) Motivasi
c) Pribadi
d) Situasi kehidupan
e) Peranan dalam masyarakat (Hunt; 1981 : 19-20)

Pakar lain mengemukakan hal-ha berikut ini yang merupakan


faktor yang memengaruhi menyimak, yaitu
a) Pengalaman
b) Pembawaan
c) Sikap atau pendirian
d) Motivasi, daya penggerak, orayojana, dan
e) Perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb, 2975: 237-9)

Disamping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor berikut


ini:
a) Faktor lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial
b) Faktor fisik
c) Faktor psikologis, dan
d) Faktor pengalaman (Logan [eat all], 1972: 49-50).

Demikianlah tiga sumber mengenai faktor-faktor yang memengaruhi


menyimak. Ketiga sumber mempunyai persamaan dan perbedaan. Setelah kita
bandingkan ketiganya, dapatlah kita simpulkan bahwa faktor-faktor pemengaruh
menyimak ialah sebagai berikut.
a) Faktor fisik
b) Faktor psikologis
c) Pengalaman
d) Sikap
e) Motivasi
f) Jenis kelamin
g) Lingkungan, dan
h) Peranan dalam masyarakat

2.3 Pentingnya Menyimak Bagi Masyarakat


Menyimak memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaan, khususnya
untuk masyarakat yang kerap kali mengesampingkan hal-hal penting dalam
menyimak. Berikut beberapa manfaat menyimak, yaitu
1. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi
kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan
masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.
2. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan
dan khazanah ilmu kita.
3. Memperkaya kosakata kita, menambah pembendaharaan ungkapan yang
tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya
menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif.
4. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta membina
sifat terbuka dan obyektif.
5. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
6. Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan
simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak menyimak dapat
menumbuh suburkan sikap apresiasif, sikap menghargai karya atau
pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis
kita.
7. Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan
ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak,
kita akan dapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup
yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan
kreatif.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Menyimak


Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan.
Namun kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu memiliki perbedaan
pengertian. Namun banyak orang yang kurang memahami perbedaaan itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendengar mempunyai makna
dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi, alat
pendengar kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita
mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa
perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu
mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak.
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan
mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna
yang tergantung dalam bahan simakan.

3.2 Perilaku Buruk dalam Menyimak bagi Masyarakat


Perilaku kita yang buruk akan menimbulkan dampak negatif pada pribadi
kita, begitu pula halnya dengan menyimak. Perilaku buruk atau jelek dalam
menyimak pasti akan memberikan pengaruh atas berhasil atau tidaknya seseorang
dalam kegiatan menyimak.
Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk buruk atau tidak baik
dalam praktik menyimak, sebagai berikut.
1. Tidak mau menerima keanehan pembicara. Setiap orang mempunyai
keanehan-keanehan sendiri, mempunyai ciri khas. Setiap pembicara
mempunyai cara dan gaya pribadi dalam penampilannya, yang terkadang
terasa aneh bagi beberapa penyimak. Oleh karena itu, para penyimak
merasa jengkel, tidak mau menerima keanehan pembicara sebagaimana
adanya. Akibatnya kita tidak lagi memiliki minat dan perhatian untuk
menyimak pembicaranya.
2. Tidak mau memperbaiki sikap. Banyak penyimak memiliki sifat munafik.
Mereka pura-pura menyimak dengan tekun, dengan tatapan mata yang
mantap ke arah pembicara, tetapi pikirannya melayang kemana-mana. Dia
pura-pura sibuk mencatat dengan pulpen menari di atas kertas, padahal dia
menulis surat kepada seseorang. Tubuh ada di ruangan itu, tetapi pikiran
dan angan terbang mengembara nun jauh ke alam lain. Akibatnya, dia
tidak memiliki minat untuk menyimak ujaran pembicara.
3. Tidak mau memperbaiki lingkungan. Adakalanya seseorang duduk pada
tempat yang banyak mendapat gangguan bagi kegiatan menyimak,
misalnya, duduk dekat pintu jalan orang keluar masuk dalam suatu
ceramah atau khotbah. Jelas, ini merupakan kendala. Walaupun begitu,
tidak ada juga upaya orang itu pindah duduk ke tempat yang lebih tenang
dalam ruangan itu. Dia tidak mau mencari tempat yang lebih baik.
Akibatnya, dia tidak dapat menyimak dengan baik karena gangguan dari
lingkungan yang penuh polusi itu.
4. Tidak dapat menahan diri. Ada saja orang yang tidak sabar, tidak dapat
menahan diri. Penyimak jenis ini terus saja ingin bertanya dan memberi
tanggapan kepada pembicara, padahal pembicaraan belum selesai dan
belum diketahui ujung pangkalnya. Ini juga merupakan perilaku yang tak
dapat ditiru dalam menyimak, suatu perilaku yang buruk. Jelas, perilaku
ini mengganggu jalannya pembicaraan.
5. Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan. Ada orang yang
beranggapan bahwa semakin banyak catatan semakin tinggi nilainya.
Kata-kata kunci, kalimat-kalimat pokok, dan ide-ide utamalah yang perlu
dicatat. Mencatat tidak sama dengan merekam.
6. Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus. Ada orang yang tidak
menyadari apa tujuan menyimak suatu pembicaraan secara secara umum,
apalagi secara khusus. Hal ini disebabkan tiadanya ketekunan dan
perhatian yang terarah; bahkan, tujuan menyimak menjadi tidak menentu
arah. Selanjutya, duduk menjadi tidak tenang, gerak-gerik gelisah, dan
pembicara tidak disimak lagi.
7. Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna. Waktu itu uang, kata
pepatah. Ada penyimak yang tidak dapat memanfaatkan waktu seacara
efisien. Di tengah-tengah kesibukan ada orang yang melamun dan
mengantuk. Kegiatan menyimak menuntut kesiapsiagaan memetik butir-
butir penting, ide-ide berharga dari seorang pembicara. Justru dalam
situasi seperti ini ada orang yang mengantuk bahkan tidur. Sungguh suatu
perilaku yang memalukan.
8. Tidak dapat menyimak secara rasional. Ada penyimak yang menuruti
perasaannya saja. Dia menyimak secara emosional. Walaupun yang
dikemukakan pembicara itu dapat diterima oleh akal sehat, tetapi karena
dia benci kepada pembicara, argumentasiyang rasional itu pun ditolak
olehnya. Seorang penyimak yang baik harus dapat mempergunakan akal
sehat, mempergunakan rasio dalam menerima serta menanggapi ide-ide
orang lain. Dengan perkataan lain, selama seseorang tidak dapat
menyimak secara rasional, dia tidak dapat dikatakan sebagai seorang
penyimak yang baik. Dia harus dapat mengubah perilakunya yang jelek
itu.
9. Tidak mau berlatih menerima hal-hal yang rumit. Ada orang yang mau
enaknya saja, mau mudahnya saja dalam melakukan segala sesuatu,
termasuk menyimak. Tidak selamanya sesuatu yang mudah diperoleh itu
bernilai tinggi; sebaliknya, hal-hal yang sulit dan rumit itu tiada memiliki
hikmah. Tidak mau melatih diir menyimak hal-hal yang sulit dan rumit
berarti dia tidak mau memahami keseluruhan isi pembicaraan yang
dikemukakan oleh seorang pembicara. Kesukaran dan kerumitan ini tidak
harus selalu dihindari, tetapi harus diatasi dan dipahami.
3.3 Kebiasaan Buruk dalam Menyimak bagi Masyarakat
Beberapa telaah bandingan serta wawancara dengan beratus-ratus orang,
yang pernah dilakukan oleh Dr. Nichols, membuat beliau sampai pada kesimpulan
adanya sepuluh kebiasaan buruk yang secara universal mengganggu kegiatan
menyimak. Berikut ini akan kita perbincangkan secara singkat setiap kebiasaan
buruk itu dan bila mungkin, mengemukakan saran-saran untuk mengatasinya.
1. Menyimak Lompat Tiga
Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-
kira 125 kata per menit. Jika kecepatan ini juga diimbangi dengan
kecepatan yang sama waktu kita berfikir. Akan tetapi orang berfikir
diperkirakan lebih cepat dari pada berbicara sekitar 4 kali lipat dari
berbicara. Oleh karena itu, saat berpikir harus menurunkan kecepetan
berpikir untuk memahami orang yang sedang berbicara agar simakan
efektif.
Permasalahannya, terdapat pada saat kita kelebihan waktu dari
pada kecepatan berbicara. Waktu yang lebih itu, sering mental kita
berpetualang ke hal lain, memperkirakan materi simakan melebihi
pembicara, dan kekeliruan apa yang dipikirkan dengan yang pembicaraan
lakukan. Hal ini mengakibatkan konsentrasi menyimak terganggu.
2. Menyimak “Saya dapat fakta”
Umumnya kita sering berpikir, “kalau saya menyimak, maka
sebenarnya mendapatkan fakta-fakta”. Jika anda memang seperti itu, maka
termasuk penyimak yang salah. Mari kita ilustrasikan, suatu saat pimpinan
kita menginstruksikan kepada kita berupa fakta-fakta A-Z. Pimpinan anda
mulai berbicara fakta A, kita memikirkan dan mengingat fakta tersebut.
Selanjutnya pimpinan menyampaikan instruksi lagi untuk fakta yang B,
kita memikirkan dan mengingat fakta B, fakta kedua. Selanjutnya fakta C
pun diberikan. Kita sibuk mengingat fakta yang telah diberikan dan lupa
akan adanya fakta D, E sampai Z. Anda berusaha menangkap fakta A, B,
C, memutarbalikkan fakta beberapa dan mengingatnya sehingga lupa dan
kehilangan fakta lain.
Solusinya adalah anda harus menyimak untuk mendapatkan ide,
gagasan utama. Cobalah menyusun beberapa fakta yang ada dibenak kita
dan menggabungkan untuk mendapatkan fakta inti dari isi simakan.
Selanjutnya, ingat dan pahami ide atau fakta inti tersebut.
3. Noda Ketulian Emosional
Bagi kebanyakan kita, terdapat kata-kata dan frase-frase yang
mengganggu atau membingungkan kita secara emosional. Kata-kata dan
frase-frase tersebut mengganggu pendengaran atau penyimakan kita.
Misalnya pada saat menyimak pembicaraan terdapat kata seperti; kurang
ajar, tukang kredit, om girang, tante senang, seks, pelacur, anjing, bangsat.
Sering kata-kata tersebut ada dalam bahan simakan sehingga mengganggu
kegiatan penyimak. Oleh karena itu, isi pesan tidak dapat dipahami, karena
fokus pada kata atau frasa yang mengganggu tadi.
4. Menyimak Supersensitif
Seandainya anda telah mengembangkan pendapat-pendapat atau
prasangka-prasangka yang mendalam maka seorang yang berbicara kepada
anda mungkin sekali tanpa disadari secara lisan menghina anda. Anda
mencoba menginterupsi dia, anda merencanakan suatu pertanyaan yang
memalukannya, atau anda mempertimbangkan suatu tangkisan atau
bantahan yang menusuk hatinya. Kalau memang terjadi seperti itu, maka
secara tidak sadar anda telah berhenti menyimaknya. Hal itu karena anda
sibuk dan muluk-muluk merengungkan sesuatu saat pembicara terus
berbicara.
Solusinya dengan awasilah diri anda sendiri, tetep fokus kepada
pembicara. Kalau pembicara telah berhenti atau selesai berbicara barulah
merencakan komentar, pertanyaan, atau reaksi bantahan ataupun
penolakan kepadanya.
5. Menghindari Penjelasan yang Sulit
Anda akan mendapatkan diri sendiri tidak dapat luput dari
menyimak suatu yang sulit, maka usaha untuk menghindari hal itu seolah-
olah tidak akan ada gunanya dan anda tidak akan dapat menyimak secara
efektif. Pemecahannya: simaklah baik-baik diskusi-diskusi mengenai
subyek-subyek yang menuntun upaya untuk mamahami, mengerti, seperti
dalam komentar-komentar radio atau diskusi-diskusi panel.
6. Penolakan Secara Gegabah Terhadap Suatu Subyek
Adakalanya saat pembicara memulai berbicara, mungki saja kita
menyangka pembicaraannya tidak menarik, kurang menyenangkan,
topiknya membosankan, atau sudah lama sehingga tidak membutuhkan
konsentrasi, tidak perlu diperhtikan. Dengan demikian kita lantas dengan
gegabah menolak atas pembicaraan tersebut. Hal ini termasuk kebiasaan
yang tidak baik untuk ditiru. Solusinya dengan membuang jauh-jauh
pikiran yang negatif tersebut, dan berpikiran bahwa pasti pembicaraan
yang diikuti memiliki nilai positif. Pikiran yang negatif tersebut akan
membuyarkan konsentrasi saat menyimak sehingga hasilnya tidak efektif.
7. Mengkritik Cara dan Gaya Fisik Pembicara
Adakalanya pembicara sepatunya jorok, seseorang yang bersepatu
jorok, lusuh, tidak berkilat, dan berbicara pun teledor pula, maka dia tidak
akan dapat berbicara banyak. Orang tersebut mungkin saja memberi kita
kunci atau jalan menuju keberhasilan hidup, tetapi sayangnya kita tidak
mendengarkan, tidak menyimaknya. Bahkan kita sering mengkritiknya
meskipun dalam hati atau tidak diungkapkan. Kejadian seperti itu secara
tidak sadar kita telah berhenti menyimaknya. Akan tetapi, boleh saja kita
mengkritik cara dan gaya pembicara tetap tunggulah sampai orang itu
selesai berbicara agar kita dapat memahami isi keseluruhan ujarannya itu.
8. Memberi Perhatian Semu
Kita akan jarang sekali mengelabui orang yang berbicara, karena
menyimak menuntut suatu pengeluaran tenaga yang diakui paling sedikit
secara tidak sadar olehnya. Kita menipu diri sendiri keluar dari suatu
kesempatan untuk belajar dari ap yang telah dikatakan. Oleh karena itu
kita lebih baik berhenti dari kepura-puraan itu dan benar-banar menyimak
yang dibicarakan oleh pembicara.
9. Menyerah kepada Gangguan
Polusi di segala bidang telah umum kita rasakan. Kegiatan
menyimak sudah tentu akan dibarengi polusi disekitar kita. Polusi tersebut
merupakan gangguan terhadap perhatian kita dalam menyimak. Seorang
penyimak yang baik tentu akan berjuang menantang ganguan-ganguan
tersebut. Misalnya menutup pintu, mengecilkan volume radio, tv, bergerak
mendekat ke pembicara sampai menyuruhnya untuk berbicara lebih keras.
Ganngguan-ganguan dalam menyimak harus segara diatasi, kalau tidak
akan merusak konsentrasi, pemusatan perhatian dan mengganggu
penangkapan ide dan gagasan dari pembicara.
10. Menyimak dengan Pensil dan Kertas di Tangan
Beberapa orang beranggapan bahwa cara belajar dari menyimak
adalah dengan jalan membuat banyak catatan. Mereka jadinya terlibat
dalam kegiatan fisik menulis. Kerap kali mereka mencoba membuat
kerangka apa-apa yang telah diutarakan pembicara dan menjadi
rangkuman yang berupa simbol-simbol dan angka-angka. Mereka lupa
bahwa sementara itu mereka hanya setengah menyimak. Solusinya adalah
mencatatlah pada saat pembicara selesai berbicara dan catatlah secara
singkat saja, seperti kata kunci, yang mudah dikembangkan serta mudah
dipahami oleh penyimak.

3.4 Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk dalam Menyimak bagi


Masyarakat
Sebenarnya, ada banyak sekali solusi untuk menghilangkan kebiasaan
buruk dalam menyimak, khususnya melalui kesadaran dari diri sendiri.
Berikut akan dipaparkan peningkatan keterampilan menyimak sebagai
solusi yang diharapkan dapat menghilangkan kebiasaan buruk dalam menyimak.
1. Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai ciri khas,
keanehan tersendiri. Salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku
menyimak ialah kerelaan sang penyimak untuk menerima keanehan –
keanehan, keganjilan – keganjilan yang terdapat atau terpancar dari
penampilan sang pembicara. Memang hal ini merupakan sesuatu yang sulit
di lakukan oleh beberapa penyimak; tetapi kalau memang tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan perilaku menyimak, maka haruslah berani
menerima kenyataan bahwa para pembicara menunjukkan bahkan
melakukan hal yang berbeda. Menerima perilaku yang membingungkan
dan kemudian memusatkan perhatian pada tugas dan tujuan menyimak
memang sulit pada mulanya. Melatih diri menentang kendala ini, sungguh
merupakan upaya yang berharga demi peningkatan perilaku menyimak.
2. Memperbaiki sikap. Bila kita memergoki diri kita sendiri telah berbuat
munafi atau bertindak pura – pura menyimak, padahal sebenarnya
pendengaran dan pikiran telah melayang kemana – mana, maka kita dapat
memasang suatu alaram atau memberikan suatu peringatan pada diri
sendiri, peringatan yang bersifat internal.harus mawas diri! Kembangkan
dan bangkitkanlah kembali kesadaran, betapa jeleknya sifat berpura – pura
itu; bukan hanya menipu sang pembicara serta partisipan lainnya, tetapi
juga kita telah menipu diri kita sendiri.
3. Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempat yang memungkinkan anda dapat
menyimak lebih baik. Jangan memilih tempat duduk dekat pintu atau
gerbang tempat para partisipan keluar masuk, yang dapat mengganggu
konsentrasi. Jangan memilih tempat yang terlalu jauh dari pembicaraan,
agar anda dapat mendengar suaranya yang jelas. Kalau anda mudah masuk
angin, jangan memilih tempat duduk dekat jendela terbuka. Begitu pula
anda harus menjahui orang atau kelompok orang yang suka mengobrol
pada saat pembicaraan menyampaikan ceramah atau pidatonya.
4. Jangan dulu memberikan pertimbangan. Kalau kita merasa bahwa diri kita
sendiri telah membuat pertimbangan-pertimbangan pendahuluan yang
dapat mengganggu atau mempengaruhi kegiatan menyimak kita, maka ada
baiknya kita melatih drir untuk menahan jangan dulu memperlihatkan
tindakan-tindakan yang seperti itu. Kembangkanlah suatu perangkat
mental yang tinggi butuhnya yang mengatakan” jangan dulu member
pertimbangan sampai pembicaraan selesai mengemukakan gagasannya”.
5. Meningkatkan pembuatan catatan. Pertama-tama harus di ingat bahwa
tidak pada tempatnya menulis setiap kata. Mencoba membuat celaan yang
terlalu terperinci dan berteleh-teleh dapat mengganggu proses menyimak.
Kedua, berikanlah pola atau rancangan organisasi materi berkembang.
Haruslah bersifat lentur dalam pemolaan catatan itu. Kehilangan waktu
berharga dan keputusasaan atau frustasi akan terjadi bila kita bersikeras
mencoba untuk mencocokan ceramah itu dengan/ke dalam suatu pola
rancangan tinimbang mengadaptasikannya dengan rancangan sang
pembicara.
6. Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik. Menetapkan tujuan
khusus dalam menyimak akan membantu kita memusatkan perhatian pada
kegiatan menyimak. Andai kata kita menyimak dengan tujuan menangkap
garis besar dan argument-argumen utama sang pembicara, maka baiklah
kita pusatkan perhatian ke situ. Kalau kita menyimak justru melacak
kelemahan-kelemahan penalaran sang penyimak, tunjukkanlah perhatian
ke situ. Jangan menyimpang dari tujuan semula.
7. Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Kecepatan menyimak kita jauh
lebih cepat dari pada kecepatan berbicara; oleh karena itu kita perlu
merencanakan penggunaan waktu secara diferensial. Mengantuk,
melamun, bermimpi disiang bolong, bukanlah penggunaan waktu suatu
yang bijaksana atau tepat guna kalau memang tujuan kita adalah
menyimak efektif.
8. Menyimak secara rasional. Kalau kita menyadari bahwa kita telah
bereaksi secara emosional pada butir-butir yang dapat mempengaruhi
kegiatan menyimak, maka kita perlu merem atau mengurangi diri sendiri
untuk bereaksi secara emosional. Belajarlah menunda reaksi emosional
sampai selesai komunikasi. Pusatkanlah penyimakan pada “pemahaman”
dan tidak hanya melulu pada “penerimaan”. Pendeknya, kita harus
menyimak secara rasional.
9. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Penyimak yang baik dan
unggul akan menerima dangen senang hati segala tantangan dari bahan-
bahan ataupan materi-materi yang sulit yang diutarakan oleh sang
pembicara. Mereka itu bermain dengan aneka konsep dengan cara
mencoba melihat seberapa banyak mereka dapat memahami serta
mengingatnya. Perluaslah cakrawala simakan dan terimalah segala
tantangan. Penyimak yang baik, memang sukar di temui. Insane unggul
seperti itu begitu langkah, sehingga kita sangat tertarik kepada insane-
insan yang menyimak kita secara tekun. Sungguh sakit kalau pembicaraan
atau ujaran kita tidak di dengarkan orang. Untuk dapat meningkatkan serta
mengembangkan perilaku komunikatif secara keseluruhan, secara total,
maka kita perlu dan harus meningkatkan mutu perilaku menyimak.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi.
Kita dapat simpulkan bahwa faktor-faktor pemengaruh menyimak ialah
sebagai berikut; Faktor fisik, Faktor psikologis, Pengalaman, Sikap, Motivasi,
Jenis kelamin, Lingkungan, dan Peranan dalam masyarakat
Berikut beberapa perilaku buruk dalam menyimak; Tidak mau menerima
keanehan pembicara, tidak mau memperbaiki sikap, tidak mau memperbaiki
lingkungan, tidak dapat menahan diri, tidak mau meningkatkan pembuatan
catatan, tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus, tidak memanfaatkan
waktu secara tepat guna, tidak dapat menyimak secara rasional, dan tidak mau
berlatih menerima hal-hal yang rumit.
Kebiasaan buruk dalam menyimak; Menyimak lompat tiga, menyimak
“Saya dapat Fakta”, noda ketulian emosional, menyimak supensentif,
menghindari penjelasan yang sulit, menolak secara gegabah suatu subjek sebagai
suatu yang tidak menarik, mengkritik cara dan gaya pembicara, memberi
perhatian semu, menyerah pada gangguan, dan menyimak dengan kertas dan
pensil di tangan.
Solusi untuk mengatasi kebiasaan buruk dalam menyimak; Menerima
keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap dan lingkungan, jangan dulu
memberikan pertimbangan, meningkatkan pembuatan catatan, menyaring tujuan-
tujuan menyimak yang spesifik, memanfaatkan waktu secara bijaksana,
menyimak secara rasional, dan berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit.

4.2 Saran
Karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu
diharapkan kepada pembaca untuk mencari referensi lain guna memperluas
pengetahuan dalam mempelajari mata kuliah keterampilan menyimak.
Kesadaran masyarakat dalam menyimak sangat dibutuhkan, selain demi
dirinya sendiri juga demi kepentingan bersama.
Dalam pembelajaran sangat erat kaitannya antara keterampilan yang
lainnya, maka tingkatkanlah semua keterampilan-keterampilan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Shrope; Wayne Agustin. 1997. Speaking and Listenin: A Contemporary


Approach. New.

York; Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa


Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa


Edisi Revisi, Bandung: Penerbit Angkasa.

Sutari, Ice, Tiem Kartimi, dan Vismaia. 1997/1998. Menyimak. Jakarta.

Hermawan, Herry. Menyimak keterampilan komunikasi yang terabaikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Gatut, dan Mudjianto. Materi pembelajaran menyimak. Penerbit A3.

Syarifudin. Komunikasi efektif. Mulk.

Reynold-pas.blogspot.co.id/2011/04-kebiasaan-kebiasaan-jelek-dalam-.html?m=1

Gita-risda2.blogspot.co.id/2013/10-makalah-peningkatan-keterampilan.html?m=1

Rinianggraini.blogspot.co.id/2016/meningkatkan-perilaku-menyimak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai