Anda di halaman 1dari 16

http://cakrawalajournal.org/index.

php/cakrawala
Volume 12 Nomor 2 Desember 2018

Pemerataan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan


Distribution of Health Workers in Lamongan District
Henny Hidayanti
Peneliti Balitbang Provinsi Jawa Timur

DOI: https://doi.org/10.32781/cakrawala.v12i2.272
ARTICLE INFO Abstrak:
Indonesia masih menghadapi masalah tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis, kualitas
Sumber Daya Manusia maupun distribusinya. Untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC), SDM
(SDM) Kesehatan, kesehatan mutlak diperlukan. Menurut WHO, Indonesia termasuk dalam 57 negara
Pelayanan Kesehatan, yang menghadapi krisis tenaga kesehatan. Padahal 80% keberhasilan pembangunan
dan Pemerataan Tenaga kesehatan ditentukan SDM kesehatan. Metode dalam penelitian ini menggunakan
Kesehatan, metode kualitatif dengan lokus penelitian di Kabupaten Lamongan. Pemilihan
Health Human Resources informan antara lain pemangku kebijakan pada Dinas Kesehatan atau pemegang
(HR), program bidang sumber daya manusia (SDM) kesehatan, Badan Kepegawaian
Health Services, Daerah bidang sumber daya manusia (SDM) pemerintah di Kabupaten Lamongan
and Equal Distribution of dan beberapa tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan (puskesmas dan
health Workers rumah sakit pemerintah). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah dan
jenis tenaga kesehatan di Kabupaten Lamongan sudah baik, namun belum disesuaikan
dengan kebutuhan berdasarkan kompetensi dan beban kerja. Tenaga kesehatan masih
berkelompok atau tidak merata pada masing-masing unit pekerjaan di pelayanan
Article History:
kesehatan Kabupaten Lamongan. Maka diperlukan suatu kebijakan pemerintah daerah
Received : November 2018 tentang perencanaan pengadaan tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan beban kerja, dengan lebih mengutamakan tenaga kesehatan yang berdomisili
Accepted : December 2018
mendekati unit pelayanan kesehatan, pemberian insentif yang lebih besar sesuai
dengan beban kerja.

Abstract:
Indonesia still faces health personnel problems, both in number, type, quality and
distribution. To achieve Universal Health Coverage (UHC), health human resources
(HR) is absolutely necessary. According to WHO, Indonesia is included in 57 countries
that face a crisis of health workers. Even though 80% of the success of health
development is determined by health human resources. The method in this study used
a qualitative method with a research locus in Lamongan Regency. The selection of
informants included policy makers at the Health Office or program holders in the field
of health human resources, the Regional Personnel Agency in the field of government
human resources (HR) in Lamongan and several health workers who worked in health
services (puskesmas and government hospitals ) The results of this study indicate that
the number and type of health workers in Lamongan Regency is good, but has not been
adjusted to the needs based on competence and workload. Health workers are still
in groups or uneven in each work unit in the Lamongan District health service. Then
a local government policy is needed on planning the procurement of health workers
tailored to the needs and workload, by prioritizing health workers domiciled near the
health service unit, giving greater incentives according to the workload.

Cite this as:


Hidayanti, H. (2018). Pemerataan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan. Cakrawala, 12(2). 162-177. https://doi.org/10.32781/
cakrawala.v12i2.272.


Corresponding author : © 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan
Address : Jl. Gayung Kb. Sari. 56, Gayungan, Surabaya Provinsi Jawa Timur
Email : henny.hidayanti@gmail.com
p-ISSN 1978-0354 | e-ISSN 2622-013X
Phone :-
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 163

Pendahuluan dan maju, tetapi jumlah tenaga kesehatan,


Pengembangan dan pemberdayaan sumber terutama dokter dan dokter spesialis
daya manusia (SDM) kesehatan merupakan masih belum terpenuhi di kabupaten/ kota
salah satu prioritas pembangunan kesehatan tertentu dan tenaga kesehatan itu lebih
karena Indonesia masih menghadapi banyak melakukan pelayanan di kota besar.
masalah tenaga kesehatan, baik jumlah, Selain itu, maraknya institusi pendidikan
jenis, kualitas maupun distribusinya. kesehatan ikut memberikan dampak
Menurut subsistem SDM kesehatan sendiri terhadap kompetensi tenaga kesehatan
bahwa tenaga kesehatan merupakan sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan.
unsur utama yang mendukung subsistem Dari 960 Puskesmas di Jawa Timur, yang
kesehatan lainnya dengan bertujuan pada tidak ada dokter umum sebanyak 19 pusat
tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu kesehatan masyarakat (puskesmas) yang
secara mencukupi, yang terdistribusi secara tersebar di 10 kabupaten/ kota di Jawa
adil, serta memanfaatkan secara berhasil Timur. Distribusi dokter umum sangat tidak
guna dan berdaya guna, untuk menjamin merata, terdapat 55,1% dokter umum yang
terselenggaranya pembangunan kesehatan ada di Kabupaten/Kota besar di Provinsi
guna meningkatkan derajat kesehatan Jawa Timur, yang terdiri dari Kota Malang
masyarakat yang setinggi-tingginya sebanyak 6%, Kota Surabaya sebanyak
(Depkes, 2004) dalam (Bappenas, 2005). 16%, Kabupaten Jember sebanyak 4%,
Untuk mencapai Universal dan Kabupaten Malang sebanyak 6%.
Health Coverage (UHC), SDM kesehatan Sedangkan distribusi dokter gigi juga
mutlak diperlukan. Menurut WHO, sangat tidak merata, sebanyak 57% dokter
Indonesia termasuk dalam 57 negara gigi yang ada di 4 Kabupaten/Kota yakni
yang menghadapi krisis tenaga kesehatan. Kota Surabaya sebanyak 28%, Kabupaten
Padahal 80% keberhasilan pembangunan Sidoarjo sebanyak 12%, Kabupaten
kesehatan ditentukan SDM kesehatan. Jember sebanyak 6%, Kabupaten Pasuruan
Kurangnya SDM kesehatan di Indonesia sebanyak 11% dan sisanya 43% terbagi
bisa dimaknai sebagai kurangnya jumlah kabupaten dan kota lainnya di Provinsi
SDM kesehatan atau distribusi yang tidak Jawa Timur (Dinkes Prov. Jatim, 2014).
merata (Nurhotimah, 2015). Ketidakmerataan tenaga kesehatan
Dari data yang ada, secara nasional, merupakan permasalahan penting untuk
jumlah tenaga kesehatan belum memenuhi mendapatkan perhatian pemerintah. Rumah
target per 100.000 penduduk. Jumlah dokter sakit dan puskesmas banyak membutuhkan
spesialis baru mencapai 7,73 dari target 9; dokter, namun yang rawan dan kekurangan
Dokter umum tercatat baru mencapai 26,3 dokter ini kebanyakan di puskesmas,
dari target 30. Sementara perawat baru sedangkan rumah sakit relatif terpenuhi.
mencapai 157,75 dari target 158 dan bidan Dan dengan kurangnya tenaga kesehatan
43,75 dari target 75 per 100.000 penduduk. ini dapat berpengaruh pada pelayanan
Namun demikian, persoalan ini tidaklah kesehatan masyarakat. Kekurangan tenaga
berdiri sendiri tetapi terkait erat dengan dokter ini, salah satunya disebabkan karena
berbagai faktor seperti: kondisi geografis, tidak minatnya dokter umum yang mau
transportasi, infrastruktur serta yang paling praktek dan mendaftarkan diri sebagai
dasar adalah regulasi terkait kuantitas dan calon pegawai negeri sipil (CPNS). Selain
kualitas dan pemerataan distribusi tenaga itu, kurang pedulinya dokter umum yang
kesehatan dimaksud (Nurhotimah, 2015). sudah lulus untuk bekerja di daerah-daerah
Begitu juga di Provinsi Jawa terpencil di kabupaten/kota di Provinsi
Timur yang merupakan provinsi terbesar Jawa Timur (antarajatim.net, 2015).
164 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

Padahal dalam sistem pelayanan kesehatan yang diberikan atau banyaknya waktu
di Indonesia, puskesmas merupakan yang tidak produktif yang dilakukan oleh
ujung tombak penyelenggara pelayanan SDM pada saat bertugas (Nengsih, 2010).
kesehatan strata pertama (Bappenas, 2005). Oleh karena itu dilakukan penelitian yang
Kabupaten Lamongan merupakan berjudul “Pemerataan Tenaga Kesehatan di
salah satu kabupaten di Jawa Timur Kabupaten Lamongan.”
yang juga mengalami ketidakmerataan Tinjauan Pustaka
tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan
pemerintah yang ada apalagi melihat a. Tenaga Kesehatan
banyaknya tingkat kunjungan pasien ke Menurut SKN (Sistem Kesehatan
puskesmas dan rumah sakit. Saat ini jumlah Nasional) 2009 dalam Adisasmito
tenaga kesehatan masih kurang sebanyak (2014), tenaga kesehatan adalah semua
287 tenaga kesehatan yang meliputi dokter orang yang bekerja secara aktif dan
umum, dokter gigi, perawat, perawat profesional di bidang kesehatan, baik yang
gigi, analisa lab, ahli gizi, kebersihan memiliki pendidikan formal kesehatan
lingkungan dan administrasi. Selama ini maupun tidak, yang untuk jenis tertentu
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan memerlukan upaya kesehatan. Sedangkan
memiliki 527 orang tenaga honorer untuk menurut Undang-Undang No. 36 tahun
kegiatannya, jika tidak ada penggantinya, 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan
maka tenaga honorer akan dimaksimalkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap
untuk memperlancar pelayanan kesehatan orang yang mengabdikan diri dalam bidang
di Kabupaten Lamongan. Selain mengalami kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/
kekurangan tenaga kesehatan, namun juga atau keterampilan melalui pendidikan di
ada pelayanan kesehatan yang mengalami bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
kelebihan tenaga kesehatan hal ini memerlukan upaya kesehatan.
disebabkan karena ketidakmerataan tenaga b. Ketentuan tentang Tenaga Kesehatan
kesehatan. Hal ini dikarenakan penempatan Dalam Undang-Undang Kesehatan yang
tenaga kesehatan di Kabupaten dilakukan baru (UU No. 36 Tahun 2009) ketentuan
oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) tentang tenaga kesehatan. Ketentuan
yang seringkali tidak disesuaikan dengan tentang tenaga kesehatan diuraikan sebagai
kebutuhan dan permintaan, sehingga berikut (Pasal 21-29 UU No. 36 Tahun
terjadi penumpukan jenis tenaga kesehatan 2009) dalam (Notoatmodjo, 2010):
tertentu di satu puskesmas tapi di lain 1. Perencanaan
puskesmas mengalami kekurangan tenaga Pemerintah mengatur perencanaan,
kesehatan tersebut. Hal lain mengenai pengadaan, pendayagunaan, pem-
penempatan yaitu bahwa tenaga yang sudah binaan dan pengawasan mutu
ditempatkan melalui SK yang dikeluarkan tenaga kesehatan dalam rangka
datang mengeluh dengan alasan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
bekerja berjauhan dari tempat tinggal 2. Kualifikasi dan kewenangan
ataupun dengan keluarga (Salamate, dkk, Tenaga kesehatan harus memiliki
2014). kualifikasi minimum. Disamping
Permasalahan ketidakmerataan kualifikasi, tenaga kesehatan
tenaga kesehatan harus dicermati mempunyai kewenangan untuk
dengan seksama, apakah memang benar menyelenggarakan pelayanan
memerlukan tambahan tenaga kesehatan kesehatan. Kewenangan untuk
yang dikarenakan beban kerja berlebih menyelenggarakan pelayanan
sehingga akan mempengaruhi kualitas
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 165

kesehatan ini sesuai dengan ketentuan c. Jumlah tenaga kesehatan sesuai


sebagai berikut : dengan beban kerja pelayanan
a. Dilakukan sesuai dengan bidang kesehatan yang ada.
keahlian yang dimiliki. Penempatan tenaga kesehatan di
b. Dalam menyelenggarakan pelayanan tempat-tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan wajib kesehatan, dalam undang-undang ini
memiliki izin dari pemerintah. diatur sebagai berikut :
c. Selama memberikan pelayanan a. Dalam rangka penempatan
kesehatan tersebut, dilarang pelayanan kesehatan bagi seluruh
mengutamakan kepentingan yang masyarakat, pemerintah dapat
bernilai materi. mewajibkan tenaga kesehatan
3. Etika dan Kode Etik untuk ditempatkan pada sarana
Tenaga kesehatan yang berwenang kesehatan tertentu untuk jangka
menyelenggarakan pelayanan ke- waktu tertentu.
sehatan harus memenuhi ketentuan : b. Penempatan tenaga kesehatan ini
a. Kode etik dilakukan dengan cara masa bakti.
b. Standar profesi c. Pelaksanaan penempatan tenaga
c. Hak pengguna pelayanan kesehatan kesehatan ini dilakukan dengan
d. Standar pelayanan, dan memperhatikan ketentuan
e. Standar prosedur operasional peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Pengadaan, pendidikan, dan 6. Hak, kewajiban dan kewenangan
peningkatan mutu tenaga kesehatan Tenaga kesehatan mempunyai hak,
diselenggarakan oleh pemerintah, kewajiban, dan kewenangan antara
pemerintah daerah, dan atau lain:
masyarakat melalui pendidikan dan/ a. Mendapatkan imbalan dan
atau pelatihan. Sedangkan pendidikan perlindungan hukum dalam
dan/ atau pelatihan tersebut menjadi melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab pemerintah dan profesinya.
pemerintah daerah. b. Berkewajiban mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan
5. Pendayagunaan dan Penempatan dan keterampilan yang dimiliki.
Pemerintah mengatur penempatan c. Untuk kepentingan hukum, tenaga
tenaga kesehatan untuk pemerataan kesehatan wajib melakukan
pelayanan kesehatan. Sedangkan pemeriksa-an kesehatan atas
pemerintah daerah dapat mengadakan permintaan penegak hukum
dan mendayagunakan tenaga kesehatan dengan biaya ditanggung oleh
sesuai dengan kebutuhan daerahnya negara.
masing-masing. Pengadaan dan d. Pemeriksaan sebagaimana
pendayagunaan tenaga kesehatan harus dimaksud tersebut didasarkan
dilakukan dengan memperhatikan : kompetensi dan kewenangan
sesuai dengan bidang keilmuan
a. Jenis pelayanan kesehatan yang yang dimiliki.
dibutuhkan masyarakat;
b. Jumlah sarana pelayanan
kesehatan; dan
166 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

Metode Penelitian kesehatan yang bekerja di pelayanan


Lokasi dan waktu penelitian kesehatan (puskesmas dan rumah sakit
Lokasi penelitian dilaksanakan di pemerintah) untuk mengetahui secara
Kabupaten Lamongan. tepat permasalahan yang tekait dengan
penempatan tenaga kesehatan di lokasi
Pendekatan penelitian penelitian.
Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu Analisis Data
merupakan prosedur penelitian yang akan Analisis data memberikan penjelasan
menghasilkan data kualitatif berupa kata- melalui studi literatur.
kata, tertulis atau lisan dari orang-orang Hasil dan Pembahasan
dan suatu proses yang diamati. Pendekatan Kebijakan Pemerintah Terhadap
kualitatif memungkinkan peneliti Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten
mendekati data primer dari sumbernya Lamongan
sehingga mampu mengembangkan 1. Perencanaan, Pengadaan dan Pe-
komponen-komponen keterangan yang nempatan Tenaga Kesehatan
dianalisis, konseptual, dan kategori. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas
Kabupaten Lamongan sebanyak 864 orang
Metode Pengumpulan Data dan jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit
Teknik pengumpulan data dengan Kabupaten Lamongan sebanyak 623 orang.
pengumpulan data sekunder dan data Diantara jumlah tenaga kesehatan lainnya
primer. Teknik pengambilan data sekunder di Puskesmas, bidan merupakan jumlah
melalui literatur atau data dari instansi tenaga kesehatan di puskesmas yang paling
terkait dengan data tenaga kesehatan, banyak yaitu sebanyak 409 orang, dan
sedangkan data primer diperoleh dengan dilanjutkan dengan jumlah perawat yaitu
melakukan wawancara mendalam dengan sebanyak 312 orang. Sedangkan jumlah
beberapa informan yang terkait dengan tenaga kesehatan rumah sakit pemerintah
penelitian untuk mengetahui informasi yang paling banyak adalah perawat yaitu
tentang penempatan tenaga kesehatan di sebanyak 329 orang, dan dilanjutkan
pelayanan kesehatan. Selain wawancara, dengan jumlah dokter yaitu sebanyak 87
teknik pengumpulan data dengan cara orang.
mengamati langsung pada objek penelitian Jumlah dokter di puskesmas
dan mencatat beberapa hal penting yang Kabupaten Lamongan sebanyak 73 orang
berhubungan dengan penelitian yang dari 33 puskesmas, hal ini menunjukkan
bertujuan untuk mengecek atau memastikan bahwa di setiap puskesmas Kabupaten
sendiri sampai dimana kebenaran data Lamongan sudah terdapat dokter minimal
dan informasi yang telah dikumpulkan 2 orang dalam melayani pasien. Namun
oleh peneliti (Rini, 2016). Penelitian jika melihat kenyataan melalui observasi di
dilaksanakan secara crosssectional dengan lapangan, ternyata jumlah dokter yang hanya
mengambil data hanya sekali waktu. terdapat 2 orang jika dibandingkan dengan
Pemilihan informan antara lain jumlah pasien yang berkunjung, para dokter
pemangku kebijakan pada Dinas Kesehatan mengalami kewalahan walaupun sudah
atau pemegang program bidang sumber dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya yaitu
daya manusia (SDM) kesehatan, Badan perawat dan bidan. Hal ini dibutuhkan
Kepegawaian Daerah bidang sumber suatu perencanaan dalam pengadaan dan
daya manusia (SDM) pemerintah di penempatan tenaga kesehatan sesuai
Kabupaten Lamongan dan beberapa tenaga dengan kebutuhan masing-masing unit
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 167

Tabel 1. Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan


Unit Kerja
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
Puskesmas Rumah Sakit Pemerintah
1. Medis (Dokter) 73 87 160
2. Perawat 312 329 641
3. Bidan 409 80 489
4. Farmasi 9 26 35
5. Kesmas 3 5 8
6. Sanitasi 16 8 24
7. Gizi 24 13 37
8. Keterapian Fisik 0 11 11
9. Teknisi Medis 18 34 52
10. Nutrsionis 0 6 6
11. Laborat Kesehatan 0 3 3
12. Analis Medis 0 4 4
13. Analis Kesehatan 0 4 4
14. Radiografer 0 6 6
15. Perekam medis 0 4 4
16. Terapis Wicara 0 1 1
17. Penyuluh kesehatan 0 2 2
Jumlah 864 623 1.487
Sumber: Dinas Kesehatan dan RSD Dr. Soegiri Kabupaten Lamongan, 2018
kerja dengan tujuan meningkatkan derajat perundang-undangan serta dukungan
kesehatan masyarakat. sarana dan prasarana. Namun jika
Dalam perencanaan tenaga perencanaan tenaga kesehatan ini belum
kesehatan, dinas kesehatan mempunyai dilakukan berdasarkan ABK, maka akan
dasar dalam melakukan perhitungan dalam menyebabkan (Nurhotimah, 2015):
perencanaan yaitu sesuai dengan Analisis 1. Ketidakseimbangan antara jenis,
Beban Kerja (ABK). Hal ini sesuai dengan jumlah dan kompetensi tenaga
penelitian dari Nurhotimah (2015) yang kesehatan dengan kebutuhan jabatan
menyatakan bahwa hasil perhitungan dalam organisasi atau karakteristik
daerah;
beban kerja ini dapat dijadikan basis untuk
2. Distribusi antar wilayah yang
restruturisasi organisasi. Penyusunan tidak proporsional terutama yang
kebutuhan jumlah Sumber Daya Manusia berkualitas;
Kesehatan (SDMK) atau tenaga kesehatan 3. Komposisi tenaga kesehatan
belum sepenuhnya dilakukan berdasarkan antara tenaga teknis dengan tenaga
Analisis Beban Kerja (ABK). Hal ini administrasi/ manajerial, antara jabatan
diyakini sebagai penyebab yang membuat struktural dengan jabatan fungsional
perencanaan tenaga kesehatan tidak sesuai tertentu dan umum, serta gap jenjang
dengan kepentingan yang diharapkan pendidikan.
(Nurhotimah, 2015). Menurut Yuliawati (2015), bahwa
Perencanaan tenaga kesehatan dalam perencanaan sumber daya manusia
ini terkait dengan komitmen pimpinan, merupakah suatu proses untuk menetapkan
kebijakan politik, sinkronisasi peraturan strategi dalam memperoleh, meramalkan,
168 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

mengimplementasikan, memanfaatkan, dengan membuat perencanaan pengadaan


mempertahankan dan mengembangkan tenaga kesehatan berdasarkan Keputusan
tenaga kerja yang ada dalam perusahaan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan mengidentifikasi terhadap kebutuhan dan Reformasi Birokrasi Nomor: 635
dan tersedianya sumber daya manusia Tahun 2014 Tentang Formasi Pegawai
menjadi tenaga kerja (Yuliawati, 2015). Negeri Sipil Kabupaten Lamongan Tahun
Dalam usaha untuk memeratakan Anggaran 2014, Kabupaten Lamongan
jumlah dan jenis tenaga kesehatan berusaha untuk melaksanakan pengadaan
di Kabupaten Lamongan, Dinas tenaga kesehatan melalui formasi umum
Kesehatan berkoordinasi dengan Badan dan merencanakan penempatan tenaga
Kepegawaian Daerah dalam membuat kesehatan disesuaikan kebutuhan. Rincian
kebijakan tentang perencanaan pengadaan formasi ASN khusus tenaga kesehatan dari
dan penempatan tenaga kesehatan di pelamar umum tentang jumlah pengadaan
pemerintah daerah Kabupaten Lamongan dan penempatan tenaga kesehatan di
agar dapat diusulkan dan terealisasikan Kabupaten Lamongan tahun Anggaran
seusai dengan kebutuhan. Salah satunya 2014, sebagai berikut (Tabel 2).

Tabel 2. Rincian Formasi ASN Khusus Tenaga Kesehatan dari Pelamar Umum Pemerintah
Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2014
Jumlah
No Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Gol. Ruang
Alokasi
1. Dokter Umum S1 Kedokteran III/b 37
2. Dokter Spesialis, terdiri Spesialis Anak, Spesialis Bedah, 32
dari: Anak, bedah, Obstetri Spesialis Obgyn, Spesialis Anestesi,
& Ginekologi, Anestesi, Spesialis Radiologi, Spesialis Patologi
Radiologi, Patologi Klinik, Klinik, Spesialis Mata, Spesialis Jiwa,
Mata, Jiwa, Urologi, Spesialis Urologi, Spesialis Bedah
Bedah Syaraf, Forensik, Syaraf, Spesialis Forensik, Spesialis
Bedah Mulut, Konservasi/ Bedah Mulut, Spesialis Konservasi/
Endodonsi, Periodonti Endodonsi, Spesialis Periodonti
3. Dokter Gigi S1 Dokter Gigi III/b 16
4. Apoteker S1 Farmasi III/b 2
5. Asisten Apoteker D-III Farmasi II/c 29
6. Perawat Pertama S1 Keperawatan dan Ners III/a 19
7. Perawat Pelaksana D-III Keperawatan II/c 20
8. Bidan Pelaksana D-III Kebidanan II/c 15
9. Penyuluh KB S1 Kesehatan Masyarakat III/a 92
10. Perawat Gigi Pelaksana D-III Perawat Gigi II/c 3
Pemula
11. Sanitarian Pertama S1 Kesehatan Lingkungan III/a 1
12. Sanitarian (D-III) D-III Sanitasi II/c 15
13. Nutrisionis D-III Gizi II/c 11
14. Analis Kesehatan/ Penyuluh S1 Kesehatan Masyarakat III/a 14
Kesehatan
15. Fisioterapis S1 Fisioterapis III/a 4
16. Pranata Lab. Kesehatan D-III Analis Kesehatan II/c 5
17. Psikologi Klinis S1 Psikologi Klinis III/a 3
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Lamongan, 2018
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 169

Dari Tabel 2, tentang rincian kinerjanya, yang artinya semakin membaik


formasi ASN khusus tenaga kesehatan dari pelaksanaan penempatan pegawai akan
pelamar umum tentang jumlah pengadaan diiringi pula dengan peningkatan kinerja
dan penempatan tenaga kesehatan di pegawai (Ratnawati, dkk, 2016). Dan
Kabupaten Lamongan tahun Anggaran 2014 menurut penelitian Yuliawati (2015)
menunjukkan bahwa ternyata Kabupaten bahwa kesesuaian penempatan karyawan
Lamongan masih mengalami kekurangan berpengaruh signifikan parsial terhadap
tenaga kesehatan yaitu sebanyak 263 orang. kinerja karyawan, hal ini apabila sistem
Dan tenaga kesehatan yang paling banyak penempatan pegawai dilakukan dengan
dibutuhkan di Kabupaten Lamongan tepat dan sesuai dengan kompetensi dan
adalah tenaga penyuluh KB yaitu sebanyak potensi yang dimiliki karyawan maka akan
92 orang, disusul dengan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
dokter umum (37 orang), dokter spesialis karena penempatan pegawai dilakukan
(32 orang), asisten apoteker (29 orang), sesuai dengan kemampuan, pendidikan,
perawat pelaksana (20 orang), perawat pengalaman dan keterampilan.
pertama (19 orang), dan dokter gigi (16 Hasil penelitian Suharto (2010)
orang). Sesuai dengan pendapat key- juga menyatakan bahwa penempatan
informan 1 dari bagian kepegawaian Dinas pegawai memiliki hubungan yang
Kesehatan bahwa “sebenarnya kebutuhan signifikan terhadap produktivitas karyawan
tenaga kesehatan sudah disesuaikan dengan yang artinya semakin baik prosedur
pengusulan Dinas Kesehatan kepada Badan penempatan karyawan maka produktivitas
Kepegawaian Daerah dan disesuaikan unit kerja karyawan juga semakin baik,
kerja yang membutuhkan tenaga kesehatan namun hal ini harus dilaksanakan secara
untuk melayani kesehatan masyarakat. konsekuen supaya seorang pegawai dapat
Pengusulan tenaga kesehatan tersebut bekerja sesuai dengan spesialisasinya atau
disesuaikan dan ditempatkan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Selain itu,
kebutuhan masing-masing pelayanan produktivitas pegawai pun juga perlu terus
kesehatan yang ada.” ditingkatkan dengan cara meningkatkan
Namun kadang kala pengadaan dan motivasi dan memberikan pengarahan yang
penempatan, realisasinya (kenyataannya) tepat kepada pegawai serta memaksimalkan
tidak sesuai dengan yang direncanakan oleh fungsi penempatan pegawai (Suharto,
Dinas Kesehatan dan Badan Kepegawaian 2010).
Daerah. Hal ini sesuai dengan penelitian Sedangkan menurutkey-informan
Watung (2012) yang menyatakan bahwa 2 dari Badan Kepegawaian Daerah
ada hubungan antara penempatan pegawai Kabupaten Lamongan tentang pengadaan
dengan produktivitas pegawai, penempatan dan perencanaan tenaga kesehatan:
pegawai dimaksudkan untuk menyesuaikan “Dalam pengusulan dan pengadaan tenaga
kemampuan dan keahliannya di bidang- kesehatan dilaksanakan melalui Dana
bidang yang diminatinya dan dihubungkan Alokasi Umum (DAU). Perencanaan tenaga
pula dengan pengetahuan dan pengalaman kesehatan selalu dilaksanakan pada awal
yang dimilikinya yang ternyata mempunyai tahun untuk memenuhi kebutuhan tenaga
keterkaitan performance atau kinerja yang kesehatan pada tahun yang akan datang.
diberikan dalam suatu pekerjaan yang Dalam pengusulan tenaga kesehatan, BKD
ditugaskan kepadanya (Watung, 2012). bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Begitu juga penelitian Ratnawati, untuk memenuhi jumlah kebutuhan tenaga
dkk (2016) bahwa ada pengaruh yang kesehatan yang ada di Lamongan. Dengan
positif antara penempatan pegawai dengan berpedoman pada peraturan MENPAN
170 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

tentang Standarisasi Kecukupan Tenaga penempatan tenaga kesehatan yang


Kesehatan. Sehingga bisa dilihat antara dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Badan
kecukupan dan kebutuhan tenaga kesehatan Kepegawaian Derah tidak serta merta
di Kabupaten Lamongan.” langsung disetujui oleh pemerintah daerah,
“Terakhir BKD membuka formasi umum melainkan melalui proses tertentu dan
untuk tenaga kesehatan pada tahun 2010. jumlah yang diusulkan tidak seluruhnya
Namun tidak menutup kemungkinan disetujui. Hal ini disesuaikan dengan
membuka formasi khusus hanya untuk kemampuan yang dimiliki oleh kabupaten
tenaga kesehatan khususnya dokter untuk menyediakan anggaran belanja
spesialis dan dokter umum. Kabupaten untuk gaji pegawai atau tenaga kesehatan
Lamongan membuka formasi khusus yang ada.
terakhir pada tahun 2011-2014, dengan Kepmenpan KEP/75/M.
jumlah khusus 4 dokter umum dan dokter PAN/7/2004 tentang pedoman perhitungan
gigi. Sedangkan tenaga kesehatan lainnya kebutuhan pegawai berdasarkan beban
tidak ada usulan untuk formasi khusus.” kerja dalam rangka penyusunan formasi
“Pada tahun 2014, Kabupaten Lamongan PNS, menyatakan bahwa tahapan dalam
membuka formasi umum, hanya mendapat menghitung formasi pegawai meliputi
jatah 75 orang namun bukan hanya langkah-langkah berikut ini: analisis
tenaga kesehatan, tetapi juga formasi kebutuhan pegawai adalah proses yang
teknis lainnya. (Jatah formasi diperinci di dilakukan secara logis, teratur dan
data BKD). Tenaga kesehatan terdiri dari berkesinambungan untuk mengetahui
beberapa status. Yakni, PNS, Honorer (K-1 jumlah dan kualitas pegawai yang
dan K-2), PTT (istilah outsourching dalam diperlukan. Analisis dilakukan berdasarkan
kepegawaian pemerintah).” beban kerja. Dari analisis tersebut akan
“Untuk jumlah dokter umum di Kabupaten diperoleh jumlah kebutuhan pegawai.
Lamongan relatif terpenuhi (distribusinya Beban kerja ditetapkan melalui program
merata), sedangkan jumlah dokter gigi unit kerja yang selanjutnya dijabarkan
yang masih banyak kekurangan terutama menjadi target pekerjaan untuk setiap
di puskesmas-puskesmas. Dokter spesialis jabatan, volume beban kerja merupakan
juga masih banyak kekurangan jumlahnya jumlah satuan hasil pekerjaan selama satu
untuk melaksanakan pelayanan kesehatan tahun yang dihitung berdasarkan data
di rumah sakit, apalagi di puskesmas- pelaksanaan tugas tahun sebelumnya dan
puskesmas sehingga puskesmas melakukan perkiraan beban kerja yang direncanakan.
kerja sama dengan dokter spesialis dengan Sedangkan, beban kerja merupakan salah
membuka praktek di luar jadwal kerja rutin satu aspek yang harus diperhatikan dalam
(wajib). Dengan memberikan pelayanan menghitung formasi kepegawaian juga
yang lebih murah biayanya dibandingkan perlu diperhatikan standar kemampuan
harus ke praktek swasta, namun rata-rata dan waktu kerja.
pembiayaan dokter spesialis dibebankan ke Selain perhitungan beban kerja,
pasien, karena peralatan dan obat-obatan analisis penempatan pegawai juga
untuk dokter spesialis tidak termasuk dalam diperlukan dalam pemerataan tenaga
anggaran puskesmas. Dalam perencanaan kesehatan, karena manfaat analisis
tenaga kesehatan, Dinas Kesehatan penempatan pegawa pada suatu jabatan
mempunyai dasar dalam melakukan sangat besar sekali dalam suatu organisasi,
perhitungan dalam perencanaan.“ dimana analisis jabatan membantu dan
Pendapat dari key-informan 2 mengkomunikasikan harapan suatu
menunjukkan bahwa pengadaan dan pekerjaan terhadap pemegang jabatan,
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 171

pengawasannya dan teman sekerja. karyawan, sehingga salah satu upaya


Pertimbangan penempatan pegawai dengan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
meninjau deskripsi pekerjaan, spesifikasi atau organisasi untuk mengurangi beban
pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan kerja terhadap karyawan adalah dengan
yang ada, sehingga pegawai bisa lebih melakukan perekrutan karyawan baru
cepat mempelajari ruang lingkup dan dapat yang berpengalaman untuk membantu
dijadikan sebagai batasan perencanaan beban kerja yang berlebihan karena tugas-
pegawai. Analisis jabatan dan analisis tugas yang diberikan terlalu banyak. Dan
beban kerja belum dapat dilakukan secara hal ini menyebabkan karyawan seringkali
menyeluruh sebagai instrumen utama menggunakan jam istirahat untuk
dalam penempatan utama seorang pegawai menyelesaikan tugas. Selain menambah
pada unit organisasi dengan kebutuhan karyawan, upaya lain yang dilakukan
dan jabatan struktural tertentu berdasarkan adalah dengan memberikan upah lebih
keahlian, namun jika tidak adanya analisis terhadap karyawan yang lembur untuk
beban kerja akan mengakibatkan sulitnya menyelesaikan tugas ((Irvianti & Verina,
membuat ukuran yang pasti kebutuhan 2015).
suatu unit organisasi akan pegawainya 2. Pemerataan dan Insentif Tenaga
(Hadinata, 2012). Kesehatan
Begitu juga menurut Handoko Menurut key-informan 3dari bagian
(2011) dalam Fitriaty & Vurwanti (2015) kepegawaian Rumah Sakit Dr. Soegiri
bahwa kelebihan pegawai seringkali tentang pemerataan tenaga kesehatan di
diakibatkan belum adanya analisis jabatan Kabupaten Lamongan:
dan analisis beban kerja yang dapat “Dokter umum di pelayanan kesehatan
dilakukan secara menyeluruh sebagai khususnya rumah sakit pemerintah dan
instrumen utama dalam penempatan puskesmas relatif terpenuhi. Namun untuk
seorang pegawai pada unit organisasi pengadaan dokter spesialis terutama di
sesuai dengan kebutuhan pada jabatan RSD Soegiri sebenarnya masih mengalami
struktural tertentu berdasarkan keahlian, kekurangan karena banyak dokter spesialis
tidak adanya analisis beban mengakibatkan yang kurang tertarik dengan bekerja disini.
sulitnya membuat ukuran pasti kebutuhan Mereka cenderung memilih kota-kota
suatu unit organisasi (Fitriaty & Vurwanti, besar yang lebih menjanjikan dalam segi
2015). pemasukan/ ekonomi dan pendidikan bagi
Analisis beban kerja dan keluarganya. Penggajian dokter spesialis
perhitungan kebutuhan karyawan di rumah sakit Kabupaten Lamongan
merupakan dasar dalam perencanaan memang kecil, kecuali yang mau bekerja
sumber daya manusia (SDM) pada suatu di sini karena alasan keterpaksaan pingin
organisasi guna menjamin tersedianya dekat dengan rumah dan keluarga.”
tenaga kerja yang tepat untuk menduduki “Untuk menyiasati kekurangan tenaga
berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan yang kesehatan, RSD Soegiri merekrut tenaga
tepat pada waktu yang tepat. Kesalahan kesehatan yang non-PNS untuk dijadikan
dalam perencanaan SDM akan berdampak pegawai tetap rumah sakit dengan
negatif terhadap organisasi karena dapat pemberian gaji sendiri karena RSD Soegiri
menimbulkan inefisiensi organisasi sudah mempunyai kewenangan untuk
utamanya terkait pembiayaan tenaga kerja mengelola anggaran sendiri sehingga RSD
(Adawiyah & Sukmawati, 2016). Karena lebih fleksibel dalam mengelola tenaga
beban kerja juga merupakan pengaruh yang kesehatan dibandingkan di puskesmas
cukup besar terhadap turnover intention
172 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

yang harus menunggu kebijakan dari dinas Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan kabupaten. Namun sayangnya besar insentif kepada tenaga kesehatan
besarnya gaji yang diterima oleh tenaga merupakan salah satu faktor untuk menarik
kesehatan atau pegawainya seringkali minat tenaga kesehatan. Namun dalam
tidak sebanding dengan beban pekerjaan pengadaan insentif untuk tenaga kesehatan
yang mereka laksanakan, hal inilah khususnya tidak semudah membalikkan
salah satu penyebab banyaknya tenaga tangan. Perlu ada proses lebih lanjut, dan
kesehatan yang mengundurkan diri dan hal ini memerlukan waktu yang lama
bekerja di rumah sakit atau pelayanan serta harus melalui perdebatan karena
kesehatan yang lebih menjanjikan dari sisi membicarakan tentang anggaran terutama
penghasilan dan sarana.” insentif untuk tenaga kesehatan merupakan
“Selain merekrut tenaga kesehatan non- hal yang dapat menyinggung berbagai
PNS, pihak rumah sakit juga membuat kepentingan.
suatu penawaran bahkan perjanjian Menurut Nurhidayah (2016), bahwa
dengan para mahasiswa yang magang di upaya pemberian insentif bagi dokter, bidan
rumah sakit untuk melamar menjadi tenaga desa, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya
kesehatan di rumah sakit setelah magang bisa menjadi alternatif untuk merangsang
atau lulus kuliah. Awalnya mereka dengan sumber daya manusia kesehatan (SDMK)
senang bekerja di rumah sakit, namun atau tenaga kesehatan bersedia di
dengan seiringnya waktu dan mendapatkan tempatkan dimana saja. Besaran insentif ini
pengaruh dari teman-temannya yang tentu harus dilakukan secara proporsional
bekerja di rumah sakit lain dengan gaji sehingga di satu sisi merangsang para
yang lebih besar, sehingga akhirnya tenaga kesehatan untuk siap mengabdi. Di
banyak yang mengundurkan diri. Mungkin sisi lain, ada kemampuan dana yang cukup
mereka bekerja di rumah sakit ini sebagai dari pemerintah (Nurhidayah, 2016).
batu loncatan dan untuk mendapatkan Begitu juga menurut Umar (2002)
pengalaman kerja. Dengan menunggu dalam Watung (2012), menyatakan
waktu yang tepat dengan pengalaman bahwa salah satu cara manajemen untuk
yang sudah cukup, sehingga membuat meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan
mereka mencari pekerjaan yang lebih baik kepuasan kerja karyawan adalah melalui
dengan gaji yang lebih besar. Walaupun kompensasi atau insentif. Kompensasi
seringkali terjadi demikian, kepala rumah sangat penting bagi karyawan itu sendiri
sakit tidak tinggal diam untuk menyiasati sebagai individu, karena besarnya
kekurangan tenaga kesehatannya, dengan kompensasi merupakan ukuran atau nilai
membuat kebijakan menggandengi pekerjaan karyawan itu sendiri. Apabila
perguruan tinggi yang mempunyai fakultas kompensasi diberikan secara tepat dan
kesehatan (kedokteran, kefarmasian, benar para karyawan akan memperoleh
kesehatan masyarakat, dan lain-lain) kepuasan kerja dan termotivasi untuk
dengan membuat perjanjian atau MoU mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi
bahwa rumah sakit membuka kesempatan apabila kompensasi itu diberikan tidak
dan memberikan fasilitas untuk para memadai dan kurang tepat, maka prestasi
mahasiswa melakukan magang di rumah kerja dan motivasi serta kepuasan kerja
sakit, dan setelah pelaksanaan magang karyawan akan menurun (Watung, 2012).
diharapkan para mahasiswa menjadi Adapun menurut key informan 3
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang berpendapat tentang penempatan
rumah sakit.” tenaga kesehatan di Kabupaten Lamongan
bahwa:
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 173

“BKD bekerja sama dengan Dinas Menurut Nurhidayah (2016), bahwa


Kesehatan dalam mendistribusikan tenaga upaya untuk pemerataan tenaga kesehatan
kesehatan, karena Dinas Kesehatan yang adalah dengan mengintensifkan kembali
mengetahui kebutuhan tenaga kesehatan program-program pengabdian oleh tenaga
di puskesmas dan puskesmas mana yang kesehatan seperti program wajib profesi
diprioritaskan dalam penempatan tenaga dan program PTT bagi dokter-doter baru.
kesehatan. Setelah penerimaan dan
Kebutuhan tenaga dokter PTT menjadi
penempatan tenaga kesehatan, Dinas
Kesehatan secara intensif melaksanakan sangat penting. Sehingga diharapkan
pendidikan dan pelatihan kepada tenaga dengan kehadiran dokter PTT dapat
kesehatan secara umum, baik dokter umum, mengatasi berbagai permasalahan yang
dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, dll, dialami masyarakat. Hal ini bukan saja
dengan pembiayaan dari Dinas Kesehatan menegaskan komitmen pemerintah dalam
sendiri yang dilaksanakan secara tidak melayani kesehatan masyarakat secara
bersamaan melainkan secara parsial. merata, tetapi juga untuk memberikan
Namun sayangnya, dalam penyetujuan kesempatan yang sama bagi semua
Jumlah tenaga kesehatan yang diusulkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
oleh BKD dan Dinas Kesehatan ke Bupati/ kesehatan secara optimal (Nurhidayah,
Kabupaten Lamongan tidak semuanya
2016).
disetujui, biasanya hanya sedikit yang
disetujui, sehingga dalam penempatan Untuk mengetahui tentang
jumlah tenaga kesehatan yang telah pemerataan tenaga kesehatan, peneliti
disetujui oleh Bupati, diprioritaskan untuk melakukan wawancara dengan sejumlah
pelayanan kesehatan khususnya puskesmas tenaga kesehatan (dokter, perawat dan
yang sangat membutuhkan tenaga bidan) tentang alasan lokasi pemilihan unit
kesehatan.” kerja mereka sebagai tenaga kesehatan di
Kabupaten Lamongan.Pendapat beberapa
Hal ini menunjukkan bahwa dinas responden sebagai tenaga kesehatan (dokter,
kesehatan selalu berkoordinasi dengan perawat, bidan) tentang alasan pemilihan
BKD dalam hal perencanaan pengadaan penempatan unit kerja yang merupakan
dan penempatan tenaga kesehatan salah satu faktor dalam mempengaruhi
untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah pemerataan tenaga kesehatan (Tabel 3).
pelayanan kesehatan. Namun jumlah dalam Berdasarkan tabel 3, tentang
perencanaan pengusulan dan penempatan alasan pemilihan penempatan unit kerja
tidak sepenuhnya disetujui, hal ini terkait menunjukkan bahwa sebagian besar
dengan anggaran yang disediakan oleh responden yaitu dokter (10 orang), perawat
pemerintah kabupaten dalam menerima (11 orang) dan bidan (11 orang) memilih
tenaga kesehatan baru. Namun sayangnya bekerja di Kabupaten Lamongan karena
data tentang terealisasinya usulan berdekatan dengan rumah/ keluarga.
(jumlah alokasi) dan penempatan tenaga Dengan keinginan berdekatan dengan
kesehatan yang diterima, apakah sesuai rumah/ keluarga inilah sehingga tenaga
dengan perencanaan atau tidak belum ada kesehatan seringkali memutuskan untuk
laporan. Hal ini membutuhkan data lebih mengajukan pindah/ mutasi agar lebih dekat
lengkap dan penelitian lebih lanjut tentang dengan rumah/ keluarga, padahal dasar
kebijakan apa saja yang sudah dilakukan penempatan tenaga kesehatan pertama
oleh pemerintah daerah untuk mengatasi kali bukan berdasarkan dekat dengan
kekurangan dan pemerataan tenaga rumah/ keluarga melainkan SK bupati yang
kesehatan. disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja.
Dengan adanya persetujuan pindah/ mutasi
174 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

Tabel 3. Distribusi Tenaga Kesehatan (Dokter, Pasien dan Bidan) Sebagai Tenaga
Kesehatan tentang Alasan Pemilihan Penempatan Unit Kerja Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Lamongan
Pernyataan Dokter Perawat Bidan Jumlah
Alasan memilih lokasi kerja di Kabupaten Lamongan:

Lowongan pegawai baru 6 1 7


Dekat dengan rumah/ keluarga 10 11 11 32
Menambah pengalaman 0 0 1 1
Tanah kelahiran 7 3 4 14
Penugasan 4 3 7
Dasar Penempatan tenaga kesehatan
Kebutuhan pelayanan kesehatan 7 3 4 14
(rumah sakit/ puskesmas)
Berdasarkan SK penugasan 4 6 5 15
Mutasi/ Rolling dekat dengan 10 11 11 32
rumah/ keluarga
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

inilah yang menyebabkan ketidakmerataan berdasarkan SK penugasan yaitu sebanyak


tenaga kesehatan, di satu mengalami 4 dokter, 6 perawat dan 5 bidan. SK
penumpukan tenaga kesehatan sedangkan Penugasan, merupakan keputusan dari
yang lain mengalami kekurangan. pemerintah daerah untuk menempatkan
Sesuai dengan pendapat Hadinata tenaga kesehatan di unit kerja sesuai
(2012), bahwa proses mutasi tenaga kerja dengan yang tertera di SK penugasan. SK
dari status semula ke status yang lain penugasan disesuaikan dengan kebutuhan
dapat terjadi karena keinginan tenaga kerja pelayanan kesehatan untuk menerima
maupun karena kebijakan manajemen lini tenaga kesehatan. Namun tidak seluruhnya
atau manajemen tenaga kerja. Baik mutasi SK penugasan disesuaikan dengan
atas dasar keinginan tenaga kerja maupun kebutuhan, sehingga penempatan tenaga
keinginan manajemen umumnya memiliki kesehatan tidak sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang pasti, yakni untuk pembinaan usulan. Hal ini menyebabkan pemerataan
dan pengembangan tenaga kerja yang tenaga kesehatan hanya bertumpu pada
menjadi tanggung jawab manajemen daerah tertentu, apalagi jika tenaga
(Hadinata, 2012). kesehatan lebih mengutamakan bekerja
Namun menurut Handoko (2011), dengan lokasi mendekati rumah/ keluarga.
dalam Fitriaty & Vurwanti (2015), bahwa Hal ini sesuai dengan pendapat dari
seringkali mutasi sulit dilaksanakan informan 2 dari bagian kepegawaian rumah
berdasarkan landasan yang bersifat sakit Dr. Soegiri yang mengatakan bahwa:
ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerjanya ”Pihak rumah sakit seringkali berusaha
terutama dalam penempatan pegawai dalam merekrut tenaga kesehatan dengan
mana kala sistem rekrutmen yang dipakai mengutamakan tenaga kesehatan yang
sekarang masih belum disempurnakan berasal dari Kabupaten Lamongan sendiri
dengan harapan tenaga kesehatan tidak
(Fitriaty & Vurwanti, 2015).
berpindah-pindah tempat dan berharap
Sedangkan tenaga kesehatan tidak mengalami kekurangan tenaga
(Dokter, perawat, dan bidan) yang bertugas kesehatan, namun dengan beban kerja
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 175

yang berlebih yang tidak diimbangi dengan Lamongan dan akan ditularkan ke generasi
penambahan insentif, sehingga banyak berikutnya, sehingga timbul kecintaan
tenaga kesehatan mengundurkan diri dan kepada Kabupaten Lamongan tanpa
mencari pekerjaan dengan beban kerja mengharapkan balasan.
rendah dengan insentif yang lebih besar.” Berdasarkan tabel diatas, masa
Setiap organisasi harus kerja tenaga kesehatan rata-rata diatas 15
memperhatikan pemberian insentif kepada tahun, hal ini menunjukkan bahwa tenaga
pegawainya. Semangat tidaknya pegawai kesehatan lebih menghabiskan waktunya
untuk bekerja dapat disebabkan oleh untuk mengabdikan diri sebagai tenaga
besar kecilnya insentif yang diterima. kesehatan di Kabupaten Lamongan.
Apabila insentif yang diterima pegawai Sebanyak 30 tenaga kesehatan (4 dokter,
tidak sebanding dengan pengorbanan yang 7 perawat dan 15 bidan) menghabiskan
diberikan pada saat bekerja maka motivasi waktunya untuk mengabdi di Kabupaten
yang dimiliki pada pegawai berkurang Lamongan. Disusul dengan jumlah tenaga
dalam bekerja sehingga berpengaruh pada kesehatan yang masih baru bekerja di
output perusahaan yang berimplikasi Kabupaten Lamongan.Hal ini dapat
langsung pada penghasilan yang diterima diartikan bahwa ada re-generasi tenaga
organisasi. Oleh karenanya pemberian kesehatan yang sudah lama mengabdi di
insentif harus diatur dengan tepat dan Kabupaten Lamongan digantikan dengan
dengan kebijakan yang tepat pula (Maziah, tenaga kesehatan baru dengan membuka
2016). lowongan kerja baru sesuai dengan
kebutuhan unit kerja pelayanan kesehatan
3. Masa Kerja Tenaga Kesehatan
(rumah sakit/ puskesmas).
Bertugas
Masa kerja tenaga kesehatan merupakan Simpulan
lamanya tenaga kesehatan bertugas di Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan, mulai awal diterima Kabupaten Lamongan sudah baik, namun
dan diangkat menjadi PNS tenaga kerja belum disesuaikan dengan kebutuhan
hingga sekarang. Masa Kerja merupakan berdasarkan kompetensi dan beban kerja.
salah satu faktor untuk melihat pemerataan Tenaga kesehatan masih berkelompok
tenaga kesehatan di Kabupaten Lamongan. atau tidak merata pada masing-masing
Semakin lama masa kerja tenaga kesehatan unit pekerjaan di pelayanan kesehatan
di Kabupaten Lamongan, maka pemerataan Kabupaten Lamongan. Sehingga
tenaga kesehatan sudah lebih baik, karena dibutuhkan pemerataan tenaga kesehatan
tenaga kesehatan yang bekerja lebih lama yang disesuaikan dengan kebutuhan unit
di Kabupaten Lamongan akan memiliki pelayanan kesehatan dengan kebijakan
ketertarikan tersendiri dengan Kabupaten pemerintah tentang perencanaan pengadaan,
Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Masa Kerja di Kabupaten Lamongan
Masa Kerja Tenaga Kesehatan Dokter Perawat Bidan Jumlah
a. 1-3 tahun 5 4 2 11
b. 4-7 tahun 7 5 3 15
c. 8-11 tahunx 1 0 0 1
d. 12-15 tahun 1 0 0 1
e. > 15 tahun 4 7 15 30
Jumlah 18 16 20 54
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
176 | Henny Hidayanti, Pemerataan Tenaga Kesehatan

dan penempatan tenaga kesehatan. Tetapi Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan.


kebijakan pemerintah tentang perencanaan Buku Pertama. Bandung: Refika
pengadaan, dan penempatan tenaga Aditama.
kesehatan tidak sesuai yang diharapkan.
Karena jumlah pengadaan tenaga kesehatan Bungin, Burhan. 2001. Metodologi
dan jumlah yang teralisasi serung kali Penelitian Kualitatif dan
tidak disetujui oleh pemerintah daerah Kuantitatif. Yogyakarta: Gajah
karena terbatasnya anggaran pemerintah Mada Press.
daerah. Kabupaten Lamongan masih Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem
mengalami kekurangan tenaga kesehatan Kesehatan Nasional.
sebanyak 263 orang. Pemerintah daerah
lebih mengutamakan tenaga kesehatan Departemen Kesehatan. 2011. Rencana
yang berdomisili mendekati unit pelayanan Pengembangan Tenaga Kesehatan
kesehatan, sehingga tenaga kesehatan Tahun 2011-2025. Jakarta.
mempunyai poin plus dalam menjalankan
pekerjaan sebagai tenaga kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Penyediaan anggaran untuk pemberian 2014. Perencanaan Pendayagunaan
insentif yang lebih besar merupakan salah Serta Pembinaan dan Pengawasan
satu alternatif SDM Kesehatan. Surabaya, 16
Desember 2014 : Rapat Koordinasi
Ucapan Terima Kasih Badan PPSDM Kemenkes.
Terima kasih kepada Dinas Kesehatan,
Badan Kepegawaian Daerah, dan Rumah Fitriaty & Vurwanti, Ninik. 2015. Analisis
Sakit Daerah dr. Soegiri Kabupaten Penempatan Pegawai Pada Bagian
Lamongan atas kerja sama dan perhatiannya Kepegawaian Pendidikan dan
selama penelitian berlangsung. Pelatihan Daerah di Kabupaten
Daftar Pustaka Sorolangun Tahun 2013-2015.
eJournal Pemerintahan Integratif,
Adawiyah, W., & Sukmawati, A. (2016). 2015, 3 (1): 28-36.
Analisis beban kerja sumber
daya manusia dalam aktivitas Hadinata, Mhd Doni. 2012. Analisis
produksi komoditi sayuran selada Penempatan Pegawai Pada Badan
(Studi Kasus: CV Spirit Wira Kepegawaian Daerah Kabupaten
Utama). Jurnal Manajemen Dan Indragiri Hilir. Skripsi. Pekanbaru:
Organisasi, 4(2), 128–143. Universitas Negeri Sultan Syarief
Kasim Riau, Fakultas Ekonomi
Adisasmito, Wiku. 2014. Sistem Kesehatan dan Ilmu Sosial.
Edisi Kedua. Jakarta.
Irvianti, L. S. D., & Verina, R. E. 2015.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Analisis Pengaruh Stres Kerja,
Kesehatan. Binarupa Aksara. Beban Kerja dan Lingkungan
Bappenas. 2005. Kajian Kebijakan Kerja Terhadap Turnover Intention
Perencanaan Tenaga Kesehatan. Karyawan Pada PT XL AXIATA
Laporan: Direktorat Kesehatan TBK Jakarta. Binus Business
dan Gizi Masyarakat. Review, 6(1), 117–126.
Cakrawala, 12(2) 2018: 162-177 | 177

Kementerian Kesehatan RI. 2009-2011. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian


Menuju Masyarakat Sehat yang Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Mandiri dan Berkeadilan. Kinerja Bandung : Alfabeta.
Dua Tahun Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Suharto. 2010. Pengaruh Penerimaan dan
Penempatan Pegawai Terhadap
Maziah. 2016. Pengaruh Pemberian Insentif Produktivitas Kerja Pegawai (Studi
Terhadap Kinerja Karyawan Empiris Pada BMT Kota Gajah
Pada PT. BNI Syariah Makassar. Lampung Tengah). AKUISISI –
Skripsi. Makassar: Universitas Vol. 4 No. 2 Nopember 2010: 81-
Islam Negeri Alauddin Makassar, 89.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Surabaya News. 2014. http://surabayanews.
co.id/2014/09/03/4000/jawa-
Nurhidayah. 2016. Pemerataan Tenaga timur-krisis-2-205-dokter-
Kesehatan. (http://www. spesialis.html
borneonews.co.id/berita/42734-
pemerataan-tenaga-kesehatan) Suroso. 2013. Analisis Kebijakan Standar
Kebutuhan Tenaga Medis dan
Nurhotimah. 2015. Analisis Beban Kerja Keperawatan di Kabupaten Pati.
Untuk SDM Kesehatan. (http:// Pati.
mediakom.sehatnegeriku.com/
analisis-beban-kerja-untuk-sdm- Trisnantoro, Laksono. 2004.Memahami
kesehatan/) Penggunaan Ilmu Ekonomi
dalam Manajemen Rumah
Ratnawati, Ni Luh Tut Tri. Pascarani, Ni Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada
Nyoman Dewi, dan Supriliyani, University Press.
Ni Wayan. 2016. Pengaruh
Penempatan Pegawai Terhadap Watung, Sjeddie. 2012. Analisis Strategi
Kinerja Pada Dinas Perhubungan Penempatan Pegawai Terhadap
Kota Denpasar Tahun 2016. Produktivitas Pegawai Pada
Denpasar: Universitas Udayana, Fakultas Ekonomi Universitas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Negeri Manado. Prosiding
Politik. Pluralisme Dalam Ekonomi dan
Pendidikan. ISSN: 2407-4268 hal
Rini. 2016. Analisis Penempatan Pegawai 505-517.
Negeri Sipil Pada Badan
Kepegawaian Daerah Kota Yuliawati, Elis. 2015. Analisis Pengaruh
Pekanbaru. Jurnal JOM FISIP Vol. Rekrutmen SDM, Kesesuaian
3 No. 2 – Oktober 2016. Penempatan Karyawan, dan
Lingkungan Kerja Fisik Terhadap
Salamate, Grace A. Rattu, A. J. M & Kinerja Karyawan Produksi
Pangemanan, J. N. 2014. Analisis Weaving (Studi Kasus Pada PT.
Perencanaan Sumber Daya Sandratex Ciputat-Tangerang
Manusia Kesehatan Di Dinas Selatan). Skripsi. Jakarta:
Kesehatan Kabupaten Minahasa Universitas Islam Negeri Syarif
Tenggara. JIKMU, Suplemen Vol. Hidayatullah, Fakultas Ekonomi
4, No. 4, Oktober 2014: 624-633. dan Bisnis.

Anda mungkin juga menyukai