Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Ilmu adalah pokok dan akal dari segala pengetahuan yang ada di dunia ini.
Konsep ilmu dalam Islam berbeda dengan konsep ilmu para Orientalis. Konsep
ilmu dalam islam menjadi pandangan hidup Islam, sehingga mempunyai ciri khas
yang berbeda dengan konsep ilmu dala peradaban-peradaban yang lain. Ilmu
dalam Islam tidak hanya meliputi ilmu umum, akan tetapi mencakup ilmu tentang
syari’ah serta ibadah.

Cara memperolehnya juga lain, dalam Islam ilmu haruslah berupa indra
internal, eksternal, khabar sadiq, intuisi, dan intelek. Dengan metode dan cara
serta syarat yang mendasari hakikat ilmu, Islam mempunyai konsep ilmu yang
berbeda dan lengkap yang dapat dibuktikan, diteliti, diuji secara ilmiah dan
terbukti kebenarannya. Ilmu adalah kunci peradaban suatu kaum. Jika konsep
ilmu dalam kaum tertentu menjurus dalam hal yang benar, maka kaum tersenut
akan besar peradabannya.

Akan tetapi, jika suatu kaum mempunyai konsep ilmu yang sempit, maka
akan sempit pula peradaban yang dipunyainya. Peradaban yang maju adalah
akibat dari matangnya ilmi yang telah berubah menjadi pengetahuan yang
bermanfaat. Dengan konsep ilmu yang matang dan berlandaskan atar Al-Qur’an
dan Hadits, Islam telah siap membangun peradaban yang maju dengan segala
rintangan yang akan dihadapinya.
PEMBAHASAN

Syed Muhammad Naquib al-Attas : Konsep Ilmu dalam Islam

Jalan dakwah dapat menyelamatkan kemunduran peradaban Islam yang


dikarenakan oleh krisis ilmu. Ilmu yang sejajar dengan pola pikir serta prinsip-
prinsip umat Islam akan menjadi upaya dalam penegakannya. Ilmu itu sendiri
mempunyai makna ‘pengetahuan’, sedangkan secara terminologi, ilmu menurut
al-Attas merupakan sesuatu yang berasal dari Allah SWT, yaitu datangnya makna
sesuatu kedalam jiwa pencari ilmu, ia membagi ilmu menjadi ilmu ma’rifah dan
ilmu sains.1

Ibnu Khaldun membagi arti ilmu sebagai ilmu naqliyah dan ‘aqliyah.
Sehingga, ilmu dalam agama Islam tidak hanya menyangkut pada ilmu akidah
ataupun syari’ah saja, melainkan segala ilmu diluar keduanya. Al-Qur’an dan
Hadist memandang orang yang berilmu dalam posisi tinggi dan mulia, dan
didalam hadist banyak dorongan untuk menuntut ilmu secara terus-menerus.
Maka letak integrasi antara ilmu empiris dan metafisikaada di sini.

Islam menegaskan bahwa semua ilmu datang dari Allah SWT. Klasifikasi

ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh para ahli filsafat, pakar, dan orang
bijaksana, khususnya para ahli sufi dapat diterima seperti al-Farabi, Ibnu Sina,
Ibnu Hazm, Imam al-Ghazali, dan al-Suyuti. Al-Attas juga mengakui kebenaran
klasifikasi ilmu yang mereka berikan.2

Pada hakikatnya terdapat kesatuan di balik hierarki semua ilmu


pengetahuan dalam kaitannya dengan pendidikan seorang Muslim. Ilmu dapat
dikategorikan berdasarkan keragaman ilmu manusia dan cara-cara yang
ditempuh mereka untuk memperolehnya dan pengategorian tertentu itu
melambangkan usaha manusia untuk melakukan keadilan terhadap setiap
bidang ilmu pengetahuan.

1 Badiuzzaman Said Nursi, al-Lama’at, Terj. Ihsan Qosim al-Sholihi, (Kairo: Dar
Soezler Publisher, Cet. 6, 2011), 201.
2 Syed Muhammad Naquib al-Atas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur:
ISTAC, 2001), 49.
Jika para filsuf Barat hanya mengakui objek ilmu yang memiliki status
ontologis yang jelas dan materil, yaitu objek-objek fisik. Maka, filsuf Muslim
sendiri mengakui bahwa objek ilmu bukan hanya itu, melainkan mencakup entitas
non-fisik, seperti konsep-konsep metal dan metafisika. Karena, tujuan
mempelajari alam fisik adalah menunjukkan ilmu tentang alam metafisik. Dalam
Islam, ilmu tidak akan pernah lepas dari wahyu.

Oleh karena itu, objek ilmu dalam Islam mencakup objek fisik dan
metafisik yang kebenarannya mengandung nilai ilmiah dalam Islam yang dapat
diverifikasi, difasifikasi, dan dirasionalkan melalui eksperimen. Klasifikasi ilmu
telah kita kenal dari para ahli filsafat, pakar, dan orang bijaksana. Pada
hakikatnya, terdapat kesatuan dibalik hierarki semua ilmu pengetahuan dalam
kaitannya dengan pendidikan seorang muslim.

Datangnya ilmu dalam Islam oleh para filsuf Muslim dikatakan berasal
dari Tuhan melalui 3 cara: indra yang sehat, laporan yang benar, dan intelek. Indra
yang sehat, mencakup lima indra perasa manusia (eksternal), sedangkan akal sehat
dinamakan panca indra internal.3

Laporan yang benar, merupakan otoritas mutlak yang dibawa oleh Nabi
SAW berdasarka wahyu dari Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW. Intelek, yang
terdiri dari akal sehat dan ilham. Setelah metode indra, yang kedua adalah metode
eksperimen atau observasi, yang melibatkan indra dan akal di dalamnya yang
menjadi saluran penting untuk memperoleh suatu pengetahuan.

Intuisi, sebagai metode ketiga merupakan metode lansung dari Tuhan


tanpa adanya suatu perantara, intuisi menutut Iqbal adalah pengalaman yang unik,
lebih tinggi daripada persepsi dan pikiran, yang menghasilkan ilmu pengetahuan
tertinggi. Tingkatan intuisi yang terendah dialami oleh para ilmuan dan sarjana
dalam penemuan-penemuan meraka dan yang tertinggi dialami oleh para Nabi
yang mana bisa mengalami intuisi mengenai Allah SWT.4

3Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, 134.


4Syed Muhammad Naquib al-Atas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: an
Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC,
2001), 14. Lihat juga di Syed Mohd. Naquib al-Atas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir,
(Bandung: Mizan, 1984), 43.
Untuk menghadapi krisis multi dimensional yang diakibatkan hegemoni
sains modern Barat yang menjadikan sains hanya meliputi dunia fisik dan alam
raya ini, para ilmuwan Muslim seperti Syed Muhammad Naquib al-Attas, Ismail
Raji’ al-Faruqi, Osman Bakar, dan Ziauddin Sardar menciptakan sebuah konsep
tentang “Islamisasi sains modern”, yaitu proses integrasi antara sains dan agama
Islam.

Al-Attas menjelaskan bahwa islamisasi adalah pembebasan manusia dari


tradisi magis, mitologis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan
Islam), dari belenggu dan paham sekularisme terhadap pemikiran dan bahasa.
Said Nursi sendiri berpandangan bahwa proses ilmu pengetahuan harus didasari
dengan keimanan kepada Allah SWT.

Menurut al-Attas, meskipun pengalaman intuitif ini tidak bisa


dikomunikasikan, tetapi pemahaman mengenai kandungan- nya atau ilmu
pengetahuan yang dihasilkannya bisa ditrans- formasikan. Intuisi ini terdiri
dari berbagai tingkat, yang terendah adalah yang dialami oleh para ilmuwan
dan sarjana dalam penemuan-penemuan mereka dan yang tertinggi dialami oleh
para nabi. Menurut Iqbal, dari intuisi mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya,
akhirnya bisa mengalami intuisi mengenai Allah. S e b ua h p a n d a n g a n
ya n g d i s e p a ka t i o l e h a l - A t t a s k a re n a kesesuaiannya dengan
hadis Nabi SAW, “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengetahui
Tuhannya”.5

Upaya tersebut harus diwujudkan dengan menghasilkan buku-buku


pegangan di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dengan menuangkan kembali
disiplin ilmu modern berwawasan Islam. Oleh karena itu, hendaknya seorang
Muslim berpegang teguh kepada tradisi keilmuan Islam dan tidak silau dengan
tradisi keilmuan Barat walaupun secara zahir terlihat lebih menarik.

5Syed Mohd. Naquib al-Attas, Islam and the Philosophy of Science, (Kuala Lumpur:
ISTAC, 1989), 16.
KESIMPULAN

Dalam makalah ini, pemaparan tentang konsep ilmu dalam Islam telah
lengkap secara keseluruhan. Tentang referensinya juga merupakan referensi yang
terpercaya. Konsep ilmu menurut ilmuwan muslim zaman dahulu dan ilmuwan
muslim abad ini telah disinggung apik dan ditata dengan sedemikian rupa serta
ditulis secara tersusun.

Perbandingan konsep ilmu dalam Islam dengan konsep ilmu di Barat juga
telah dipaparkan dalam jurnal ini. Sebaiknya, lebih disinggung lagi tentang
konsep ilmu dalam Islam dalam kancah syari’ah ataupun aqidah. Semoga ada
jurnal lanjutan yang menyinggung tentang konsep ilmu dalam Islam mencakup
syari’ah dan aqidah didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1993. Islam and Secularism.


Kuala Lumpur: ISTAC. Edisi kedua.
_____. 1989. Islam and the Philosophy of Science. Kuala Lumpur:
ISTAC.
_. 2001. Prolegomena to the Metaphysics of Islam: an Exposition
of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam. Kuala
Lumpur: ISTAC.
. 2001. Risalah Untuk Kaum Muslimin. Kuala Lumpur: ISTAC.
Nursi, Badiuzzaman Said. 2011. Al-Lama’a>t. Terj. Ihsan Qosim al-
Sholihi. Kairo: Da>r Soezler Publisher. Cet 6.
Syed Muhammad Naquib al-Attas

Oleh :

Umi Nur Hasanah

IAQ 3

PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PUTRI


KAMPUS 1
BIODATA PENULIS

Nama : Umi Nur Hasanah

Tempat, tanggal lahir : Sragen, 14 Maret 1996

Kelas : IAQ

Semester : 3

Alamat : Desa Ngasinan kulon, RT 20/ RW 08,


Gebang, Masaran, Sragen.

Gugus depan : 1772

Tahun KMD : 2014

Anda mungkin juga menyukai