Anda di halaman 1dari 78

KARYA TULIS ILMIAH

“GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XI IPS 1 DI SMAK SETIA
BAKTI RUTENG”TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi D III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng

DISUSUN OLEH
ELISABETH ISABELA SAPUTRI
NPM : 17.15.401.022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTU PAULUS
RUTENG
2019
PERSEMBAHAN

Dengan segala sembah dan puji syukur kepada tuhan yang maha esa dan

atas dukungan dari orang-orang tercinta akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat

dirampung dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu rasa bangga dan

bahagia saya haturkan rasa syukur dan terimakasih kepada yang tersayang bapa

dan mama yanhg dengan kasih sayang dan setianya yang telah mendukung baik

secara moril atau material serta doa yang tiada hentinya demi kesuksesan saya.

Karena itu, tiada kata seindah lantunan doa dari kedua orangtua. Ucapan

terimakasih saja tak pernah cukup untuk membalas semua kebaikan dari anggota

keluarga dan semua Civitas Akademik STIKES Santu Paulus Ruteng.

Akhirnya semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang datang.

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji
KTI Program Studi D III kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus
Ruteng

Pada Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Eufrasia Prinata Padeng, SST.Keb,.M.Kes Viviana Hamat,S.Tr.Keb


NIDN : 0803089001

Mengetahui
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
Ketua,

Fransiska Nova Nanur, S. SiT.,M.Kes


NIDN : 0820109001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan


tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi D III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng

Pada tanggal
2019

Tim Penguji

1. Maria Sriana Banul, SST.,M.Kes ………………………


NIDN . 0830069001
2. Eurasia Prinata Padeng, SST.Keb,.M.Kes ………………………
NIDN . 0803089001
3. Viviana Hamat.S.Tr.Keb ………………………

STIKES Santu Paulus Ruteng


Ketua,

David Djerubu,S.Fil,.MA
NIDN . 0831126119

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKES Santu Paulus Ruteng, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :

Nama : Elisabeth isabela saputri


NPM : 17.15.401.022
Program Studi : Diploma III Kebidanan STIKes Santu Paulus Ruteng
Jenis Karya : Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Pada
Ips 1 Di Smak Setia Bakti Ruteng Tahun 2019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKes Santu Paulus Ruteng Hak Bebas Royalty Nonekslusif ( Nonexclusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :“Gambaran
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Pada Ips 1 Di Smak Setia Bakti
Ruteng Tahun 2019” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak
bebas royalty nonekslusif ini STIKes Santu Paulus Ruteng berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenarnya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di : Ruteng
Pada tanggal : 05 Mei 2019

Yang menyatakan,

( Elisabeth isabela saputri )

v
Program Studi DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES Santu Paulus Ruteng

2019

ABSTRAK

Elisabeth Isabela Saputri

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XI IPS 1 DI SMAK SETIA BAKTI
RUTENG TAHUN 2019

V + 55 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 9 lampiran

Remaja mengalami perkembangan fisiologis tubuh yang sangat pesat. Terjadi


pelepasan hormone-hormon pertumbuhan, sehingga tubuh mengalami kelebihan
cairan yang mengakibatkan timbulnya keputihan. Semua wanita dengan segala
umur dapat mengalami keputihan, sehingga perlunya pengetahuan yang luas dan
tepat dalam penatalaksanaa keputihan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMAK Setia Bakti
Ruteng. Penelitian ini di rancang menggunakan metode deskriptif kuantitatif,
sampel penelitian ini berjumlah 10 orang siswi. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 16 februari dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar dari remaja putri memiliki pengetahuan yang
kurang (46.0%). Simpulan, secara umum, kategori pengetahuan yang kurang ini
terjadi karena hampir seluruh remaja putri belum pernah mendapatkan informasi
mengenai keputihan. Saran, berdasarkan hasil penelitian, maka pengetahuan
tentang keputihan sangat perlu ditingkatkan dengan pemberian informasi yaitu
dengan kegiatan penyuluhan, pembagian leaflet, lembar balik ataupun poster,
diskusi ataupun bentuk kajian bisa menjadi pilihan referensi sebagai upaya untuk
terwujudnya peningkatan pengetahuan pada seluruh siswi yang masih memiliki
tingkat pengetahuan kurang.

Kata kunci : Pengetahuan keputihan, remaja putri

Daftar pustaka (2014-2018)

vi
Diploma Of Midwifery Programme

STIKES Santu Paulus Ruteng

2019

ABSTRACT

Elisabeth Isabela Saputri

DESCRIPTION OF YOUNG WOMEN’S KNOWLEDGE CLASS XI


SOCIAL ONE ABOUT LEUCORRHEA AT SMAK SETIA BAKTI
RUTENG 2019.

V + 55 shal + 5 table + 2 images + 9

Adolescents experiencing a very rapid the body fisiologist development. The


releaseof growth hormones study, so that the body of excess fluids resulting the
emergence of leucorrhea. All women of all ages can experience leucorrhea, thus
the need foextensive and precise knowledge in the management of leucorrhea.
The study was aimed to describe knowledge about of management of leucorrhea
in SMAK Setia Bakti Ruteng city. The study was designed using descriptive
kuantitatif methods. This study sampel consists of 10 students. Data obtained
carried out on 16 february 2019 through questionnaire. The study results suggest
that majority of female adolescent have less knowledge of leucorrhea (46.0%).
Conclusion, the general categories of knowledge that less is because almost all
students had not information about leucorrhea. Suggestion, based on the study, the
knowledge of leucorrhea should be improved with information provision that
previously had not been obtained, namely the extension activities, distribution of
leaflets, flip chart or poster, discussion or study can be an alternative reference in
order for the realization of increased knowledge on all levels of students who still
have less knowledge.

Keyword : knowledge of leucorrhea, female adolescent.

References (2014-2018).

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia sehingga penulis dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul

“Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Keputihan Pada Siswi Kelas XI

IPS 1 Di SMAK Setia Bakti Ruteng”.Tujuan dari penyusunan KTI penelitian ini

adalah untuk mengukur pengetahuan remaja putri tentang Keputihan.

Penulis menyadari bahwa karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal ini.

1. Pater David Djerubu, S.Fil, MA, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan

Santu Paulus Ruteng yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Fransiska N. Nanur, S.SiT.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D III

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu Paulus Ruteng, yang telah

memberikan dukungan, saran dan bimbingan kepada penulis selama

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Eufrasia Prinata Padeng, SST.Keb.,M.Kes selaku pembimbing I dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang dengan penuh kesabaran dan

perhatian memberikan dukungan, saran dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Viviana Hamat, S.Tr.Keb selaku pembimbing II dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan

viii
dukungan, saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Para dosen dan tenaga Kependidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santu

Paulus Ruteng yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada

penulis serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Kepala Sekolah SMAK Setia Bakti Ruteng yang telah mengijinkan penulis

untuk melakukan pengambilan data awal serta melakukan penelitian.

7. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan serta motivasi

kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa mendukung dan berjuang

bersama.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih

banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Proposal

ini agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ruteng, 05 Mei 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN v
ABSTRAK vi
ABSTRACK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR SINGKATAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan 7
B. Konsep Dasar Remaja 15
C. Tinjauan UmumTentang Leukorea 21
D. Kerangka Teori 30
E. Kerangka Konsep Penelitian 31
F. Keslian penelitan 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 35
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 35
D. Alur Penelitian 36
E. Definisi Operasional 37
F. Instrumen Penelitian 38
G. Uji Validitas dan Reabilitas 40
H. Jenis Data dan Teknik 42
I. Cara Pengolahan Data 43
J. Analisa Data 45
K. Etika Penelitian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 47
B. Pembahasan 49
C. Keterbatasan Penelitian 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 52

x
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori 30


Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian 31

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian 32

Tabel3.1 Definisi Operasional 38

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur 48

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Remaja 48

xiii
DAFTAR SINGKATAN

DEPKES :Departemen Kesehatan

DLL : Dan lain-lain

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PH : Potensial Hidrogen

RUS : Remaja Usia Subur

SKRRI :Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

SMAK : Sekolah Menengah Atas Katolik

STIkes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

UNFPA :United Nations Fund For Population Activities

WHO :Word Health Organization

WUS :Wanita Usia Subur

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Uji Validitas:

Lampiran 5 : Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 : Izin Penelitian dari kantor perijinan

Lampiran 7 : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran 8 : Lembar Pernyataan Orisinalitas

Lampiran 9 : Lembaran Konsultasi

Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke

dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga dalam arti

fisik.Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul sebagai akibat

dari perubahan fisik. Batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan belum

menikah. Proses dalam penyesuian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu: remaja awal (early adolescence ), remaja madya

(middle adolescence), remaja akhir (late adolescence) (Sarwono,2013).

Masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja juga dikenal dengan

istilahpubertas.Perubahan fisik pada pubertas terutama merupakan hasil

aktivitas hormonal yang dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perbedaan

fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan karakteristik

pembeda, yaitu : karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan

internal yang melaksanakan fungsi-fungsi reproduktif (misalnya: ovarium,

uterus, payudara, penis), dan karakteristikseks sekunder merupakan

perubahan yang terjadi pada seluruh anggota tubuh.

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit

atau kecacatan fungsi alat reproduksi (Word Health Organization, 2014).

1
2

Setiap remaja memperoleh hak yang sama dalam menjaga kesehatan

reproduksinya. Organ reproduksi merupakan organ tubuh yang sensitiv dan

memerlukan perawatan khusus.Pengetahuan dan perawatan yang dalam

menjaga kebersihan organ reproduksi dapat memelihara kesehatan reproduksi

(Pudiastuti, 2015).

Organ reproduksi wanita merupakan daerah tertutup dan berlipat,

sehingga apabila tidak mejaga kebersihannya, maka akan lebih mudah

berkeringat, lembab dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor merupakan

tempat bakteri bertumbuh dan berkembang biak. Perilaku yang tidak baik

dalam menjaga kebersihan organ reproduksi, seperti membersihkan pakai air

yang kotor, memakai sabun kewanitaan secara berlebihan, menggunakan

celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam,

dan tidak sering mengganti pembalut merupakan pencetus timbulnya infeksi

yang dapat menimbulkan keputihan patologis. Kebersihan organ reproduksi

harus dijaga khususnya remaja, karena merupakan salah satu upaya

pencegahan terhadap keputihan patologis (Kusmira,2015).

Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan yang

serius, karena masalah tersebut banyak terjadi pada negara berkembang,

seperti di Negara Indonesia karena kurang tersedia akses untuk mendapat

informasi mengenai kesehatan reproduksi, khususnya keputihan (Hurlock,

2015).

Kesehatan reproduksi sering disalah artikan secara sempit hanya

sebagai hubungan seksual saja, sehingga banyak orangtua yang merasa bahwa
3

topik pembicaraan ini tidak pantas untuk dibicarakan dengan remaja.

Keaadaan ini merupakan ancaman, tidak adanya informasi yang akurat

menyebabkan remaja mencari dan mendapatkan informasi mengenai

kesehatan reproduksi dari sumber-sumber yang kurang tepat (kurang

terpercaya). Akibatnya persepsi mereka tentang kesehatan reproduksi menjadi

salah dan tidak sehat. Remaja yang memiliki penyakit kesehatan reproduksi

harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diberikan tindakan

pengobatan. Tenaga kesehatan juga akan memberikan informasi sehingga

perilaku yang kurang baik terkait kesehatan reproduksi akan berubah.

Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang

normal dan sering terjadi pada wanita, khususnya pada remaja.Keputihan

adalah keluarnya cairan dari vagina selain darah haid (Kasdu,2014).

Berdasarkan hasil survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI)

tahun 2014 menunjukkan bahwa remaja putri usia 15-24 tahun mempunyai

resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis. Berdasarkan

hasil survei mawas diri di desa Cilayung terdapat 226 remaja putri yang

mengalami keputihan, sebagian besar remaja putri kurang memahami

mengenai kesehatan reproduksi secara umum, khususnya dalam menangani

keputihan.

Keputihan fisiologis merupakan keluarnya cairan vagina selain darah

haid yang dalam keadaan normal dipengaruhi oleh hormon, berwarna putih

encer, tidak berbau, dan tidak gatal. Keputihan patologis merupakan

keluarnya cairan dalam jumlah yang banyak dari vagina selain darah haid
4

yang disebabkan oleh infeksi dan tindakan perawatan daerah kewanitaan yang

tidak benar, berwarna kuning atau kehijauan, berbau amis atau busuk, dan

disertai rasa gatal (Kusmiran, 2015).

Word Health Organization (WHO, 2010) diketahui bahwa 75%

perempuan wanita usia subur (WUS) di dunia pasti akan mengalami

keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya, dan banyak 45% akan

mengalami dua kali atau lebih. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah

mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di

antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih.

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2014

menunjukkan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita

yang berusia 15-24 tahun. Gejala keputihan yang dialami oleh remaja putri

dalam 12 bulan terakhir 31,8%. Ini menunjukkan remaja putri mempunyai

resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patogis.

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Remaja Putri Kelas XI Tentang Personal HygieneDengan Kejadian

Keputihan Di SMA Karya Ruteng tahun 2018”yaitu siswi SMA Karya

Ruteng sebagaian besar mengalami keputihan yaitu 53,1% dan 46,9% yang

tidak mengalami keputihan dan tingkat pengetahuan siswi SMA Karya

Ruteng sebagaian besar pada kategori pengetahuan cukup yaitu 40.8% dan

sebagaian kecil dalam kategori pengetahuan kurang yaitu 25,5%.

Dari hasil pembagian kuesioner dan wawancara kepada 17 wanita usia

subur di SMAK Setia Bakti Ruteng, yang sudah memiliki pengetahuan


5

tentang keputihan ada 6orang (35,3%) dan ada 11 (64,7%) Remaja Usia

Subur (RUS) yang belum memiliki pengetahuan tentang keputihan..

Berdasarkan studi pendahuluan ini, diketahui bahwa masih banyak Wanita

Usia Subur mengalami keputihan dan kurangnya pengetahuan bahwa

keputihan yang gatal dan berbau adalah abnormal. Dari hasil uraian diatas

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran

Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Keputihan Pada Siswi Kelas XI IPS1 di

SMAK Setia Bakti Ruteng Tahun 2019 “.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah

“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Di

SMAK Setia Bakti Ruteng Tahun 2019? “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan

Di SMAK Setia Bakti Ruteng Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan,

wanita usia subur di SMAK Setia Bakti Ruteng Tahun 2019.

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi kelas XIIPSI di

SMAK Setia Bakti Ruteng tentang Keputihan Tahun 2019.


6

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

dalam mengembangkan, menambah wawasan dan meningkatkan

gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi STIKES Santu Paulus Ruteng

Sebagai sumber pustaka, khusunya tentang gambaran pengetahuan

remaja putri tentang keputihan.

b. Bagi SMAK Setia Bakti Ruteng

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

meningkatkan pengetahuan bagi remaja putri tentang keputihan.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi petugas

kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan melalui

pemberian informasi atau penyuluhan keputihan pada remaja putri.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam

melakukan penulisan ilmiah dan menambah kemampuan serta

pengetahuan mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang

keputihan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu pengindraan manusia

terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2015).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman

yang berasal dari berbagai sumber, misalnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat dan

sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu

sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut.

(Notoatmodjo, 2014 ).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui

pleh seseorang.Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,

konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probalitas adalah

benar atau berguna (Soekanto, 2013).

7
8

b. Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif Menurut

Notoatmodjo (2015)

Dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang

bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan

masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut:

1) Tahu (knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa

adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan

mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang

pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall offacts).

2) Memahami (comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian(understanding)

tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal

yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi

meskipun diberikan bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif

ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,

menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang

sudah dipahami kedalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi

rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang


9

berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk

susunan berarti.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali

bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan

yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu obyek

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara-cara memperoleh pengetahuan

Notoadmojo (2015) ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1) Cara Tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebebnaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan periode ini antara lain, meliputi :

a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan


10

yang lain. Apabila kemungkinan ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka

cara ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau

salah) atau metode coba salah coba-coba.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-

ahli pengetahuan. Prinsip ini adalah, oranglain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi

pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman


11

itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

d) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melaui induksi maupun deduksi.

2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian

(research methodology).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang(Notoadmojo, 2015) yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi


12

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa.

2) Media massa/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubhan atau

peningkatan pengetahuan. Hal tersebut dibarengi dengan

kemajuan sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan


13

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik atau pun tidak yang

akan di respon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirannya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda, individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia muda

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.


14

e. Pengukur Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi suatu obyek yang ingin diukur dari

responden. Menurut Sudijono (2014) menyatakan bahwa pertanyaan

yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, secara umum

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain :

1) Pertanyaan subyektif berupa jenis pertanyaan essai .

Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan

faktor subyektif dari penilaian, sehingga nilainya akan berbeda

dari penilai dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke

waktu yang lain.

2) Pertanyaan obyektif berupa jenis pertanyaan pilihan berganda dan

benar salah.

Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat diniai

secara pasti penilaiannya tanpa melibatkan faktor subyektivitas

dari penilai. Selain itu, menurut Arikunto (2014), pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang

mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap

jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan

jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara

membandingkan skor jawaban dengan skor yang diharapkan

(tertinggi) kemudian dikalikan 100%. Selanjutnya presentasi


15

jawaban diintrepretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan

sebagai berikut:

a) Pengetahuan baik: nilai = 76-100%

b) Pengetahuan cukup : nilai = 56-75%

c) Pengetahuan kurang : nilai = <56%

B. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin, yaitu adolescene yang artinya

tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi yang

unik ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa

remaja adalah masa usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus dan

penting karena merupakan periode pemantangan organ reproduksi

manusia dan sering disebut “ masa pubertas “ (Bahiyatun, 2014).

Remaja adalah masa peraliihan dari kanak-kanak. Defenisi lain

menjelaskan bahwa remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-

19 tahun (definisi menurut WHO dan Depkes) atau 10-24 tahun (menurut

UNFPA) dan belum menikah. Sebagian remaja sudah mengalami

kematangan organ reproduksi dan dapat berfungsi atau bereproduksi,

namun secara social dan mental mereka belum dewas. Remaja akan

mengalami banyak masalah jika pendidikan dan pengasuhan seksualitas

dan reproduksinya terabaikan (Maryam, 2014).

Berdasarkan defenisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa

remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-24 tahun yang belum
16

menikah dan akan mengalami kematangan organ reproduksi dan dapat

bereproduksi. Masa remaja juga merupakan masa yang banyak

mengalami masalah jika pendidikan terabaikan dan kurangnya perhatian

orangtua.

2. Ciri-ciri Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara

cepat yang tidak seimbang dengan oerubahan kejiwaan (mental,

emosional).Perubahan ini sangat membingungkan remaja. Menurut

Bahiyatun (2014), ciri-ciri remaja dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Ciri-ciri remaja menurut perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap,

yaitu :

1) Masa remaja awal (usia 10-12 tahun)

a. Lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Ingin bebas.

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai

berfikir yang khayal (abstrak).

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Mencari identitas diri.

b. Ada keinginginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.


17

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebsan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya.

d. Dapat mewujudkan rasa cinta.

e. Memiliki kemampuan khayal.

b. Ciri-ciri Remaja Menurut Masanya Dibagi Menjadi 8 Masa (Maryam,

2014), yaitu:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Semua periode dalam rentang kehidupan penting, tetapi kadar

kepentingannya berbeda-beda, periode yang penting yaitu akibat

perubahan fisik dan psikologis.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. Pada masa ini,

remaja bukan lagi seorang anak-anak dan bukan juga seorang

yang dewasa.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada empat perubahan yang terjadi pada masa remaja, yaitu:

a) Peningkatan emosi.

b) Peningkatan minat dan perilaku.

c) Perubahan tubuh.
18

d) Ambivalen terhadap setiap perubahan.

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering mempunyai masalah yang sulit

diatasi baik anak laki-laki maupun perempuan. Sepanjang masa

kanak-kanak, sebagaian besar masalah diselesaikan oleh orangtua

dan guru, sehingga waktu menginjak usia remaja tidak

mempunyai pengalaman dalam mengatasi masalah. Remaja

merasa dirinya mandiri, sehingga mereka mengatasi masalahnya

sendiri, menolak bantuan dari orangtua maupun gurunya.

5) Masa remaja sebagai identitas.

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik dengan

bertambahnya pengalaman pribadi dan pengetahuan realis dan

dengan meningkatnya pengalaman rasionalis. Remaja yang lebih

besar memandang dirinya, keluarga, teman, dan kehidupan secara

holistik.

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

3. PenyimpanganPerilaku dan Masalah Remaja

a. Penyimpangan perilaku pada remaja

Pada masa remaja diartikan sebagai suatu pertanggung

jawaban penuh terhadap diri sendiri. Dalam proses pembentukan diri

sering remaja melakukan hal-hal yang dianggap menyimpang oleh


19

masyarakat atau keluarga. Namun ada kalanya penyimpangannya

hanya sementara ada pula yang berkelanjutan (Bahiyatun, 2014).

Penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai

kenakalan remaja.Selain itu, perilaku yang menyimpang dari

peraturan orangtua, peraturan sekolah, atau norma-norma

masyarakat dapat membawa remaja pada kenakalan yang lebih

serius atau bahkan kejahatan yang melanggar hukum pada masa

dewasa (Bahiyatun, 2014).

Bahiyatun (2014), penyebab penyimpangan perilaku dibagi

dalam 2 golongan, yaitu :

1) Faktor lingkungan

a. Malnutrisi (kekurangan gizi)

b. Kemiskinan di kota besar.

c. Gangguan lingkungan (populasi, kecelakaan lalu lintas,

bencana alam, dll).

d. Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dll).

e. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum).

f. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang

terlalu lama).

g. Gangguan dalam pengasuhan.

2) Faktor pribadi

a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi

pemarah, hiperaktif, dll).


20

b. Cacat tubuh

c. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri

b. Masalah pada remaja

Menurut Bahiyatun (2014), kemajuan remaja dalam

memenuhi delapan kriteria kedewasaan yang meliputi :

1) Heteroseksualitas

Mula-mula anak remaja menaruh minat pada jenis kelamin

lain yang kelak mungkin menjadi teman hidup dan sesudah itu

akan memusatkan diri pada seorang calon teman hidup saja.

2) Kebebasan dari ikatan keluarga

Setapak demi setapak anak akan melepaskan ekspresi

emosional orang dewasa.

3) Kematangan sosial

Remaja harus bergaul dan bekerja sama dengan baik

dengan anak-anak lain. Ia harus mengembangkan kepercayaan

pada diri sendiri dari sikap toleran.

4) Kebebasan ekonomi

Remaja harus memilih pekerjaan yang cocok dengannya,

dan kemudian berlatih untuk pekerjaan tersebut.

5) Kedewasaan intelektual

Remaja harus belajar memperoleh bukti bagi pernyataan,

ia harus meminta penjelasan, harus mempersempit minat

subyektif.
21

6) Mempergunakan waktu luang

Remaja harus mengembangkan minat yang mengarah ke

hal-hal yang bersifat proaktif.

7) Filsafat hidup

Anak remaja harus mulai mengembangkan sikap terhadap

pengalaman yang akan member arti pada hidupnya.

8) Mencapai heteroseksualitas

Orang yang jatuh cinta pada seseorang yang jauh lebih tua,

orang yang suka melakukan homoseksualitas adalah orang yang

tidak berbuat wajar dalam kehidupan orang dewasa.

Meskipun demikian banyak faktor yang dapat menganggu

perkembangan normal.Misalnya, anak mungkin sangat malu

untuk berkenalan, mungkin mempunyai kelainan bentuk badan

sehingga merasa benar-benar tidak menarik.Mungkin juga

pernah mengalami goncangan seksual yang hebat sehingga tidak

lagi bereaksi secara normal.

C. Tinjauan Umum Tentang Leukorea

1. Pengertian

Leukorea berasalal dari kata Leuco yang berarti benda putih yang

disertai dengan akiran rrhea yang berarti aliran atau cairan yang

mengalir. Leukorea atau flour albous atau keputihan atau vaginal

discharge merupakan semuapengeluaran dari kemaluan yang bukan

darah ( Sarwonoprawirohardjo, 2015)


22

Leukorea adalah keluarnya cairan dari vagina selain darah haid

yang dalam keadaan normal dipengaruhi oleh horomon, berwarna putih

encer, tidak berbau dan tidak gatal (Kasdu, 2015).

Bahari, 2014 dapat menyimpulkan bahwa leukorea merupakan

keluarnya cairan yang yang bukan darah dari vagina dan menunjukkan

gejala-gejala klinis dari penyakit infeksi yang menimbulkan keluhan

subyektif pada penderita.

2. Fisiologis Terjadinya Leukorea (Bahari, 2014)

Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam tiga tahapan, yaitu

proliferasi, sekresi, dan menstruasi. Pada masing-masing proses

mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap endometrium. Keputihan

secara fisologis terjadi sebelum menstruasi yang melibatkan hormone

estrogen dan progesterone. Pada proses proliferasi (penggantian massa)

terjadi pembentukan hormone estrogen oleh ovarium yang menyebabkan

pengeluaran secret yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis.

Hormon estrogen berperan dalam produksi secret pada fase sekretorik,

merangsang pengeluaran sekret pada saat wanita terangsang serta

menentukan zat gula dalam tubuh (glikogen). Glikogen digunakan untuk

proses metabolisme pada bakteri lacto bacillus doderlein. Sisa dari

proses metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga

keasaman vagina yaitu 3,8-4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi

pada endometrium yang dipengaruhi oleh hormone progesteron.


23

Hormone progesteron menyebabkan pengeluaran secret yang lebih kental

seperti jeli.

Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitif dan

merupakan tempat yang terbuka sehingga kuman sangat mudah

masuk.Secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan

uretra sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat

mudah masuk.Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan

menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan patologis

yang ditandai dengan gatal, berbau dan berwarna kuning kehijauan.

3. Klasifikasi leukorea menurut Manuaba (2013) adalah :

1) Leukorea fisologis

Leukorea/ keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang

menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi.

Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen

dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah

ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang

menyebabkan endometrium menjadi sembab.Kelenjar endometrium

menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh hormone estrogen dan

progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan jernih

yang dikenal dengan keputihan.

Keputihan terdiri atas cairan yang mengandung banyak epitel

dengan leukosit yang jarang.Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah

cairan berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau,


24

dan tanpa disertai dengan keluhan, seerti rasa gatal, nyeri dan

terbakar serta jumlahnya sedikit.Faktor-faktor yang menyebabkan

keputihan fisiologis adalah :

1) Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan

oleh pengaruh hormone estrogen dari ibunya.

2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan

ini ditunjang oleh hormone estrogen.

3) Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar Rahim

dan pengaruh dari hormone estrogen serta progesterone.

4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan

seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan

sebagai pelumas dalam senggama.

5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke

vagina dan mulut Rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput

lendir vagina.

6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesterone yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi

lebih encer.

7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang

menderita penyakit kronik.


25

2) LeukoreaPatologis

Leukorea patologis/tidak normal dapat terjadi pada semua

infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut

Rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit

menular seksual ). Ciri-ciri keputihan patologis adalah terdapat

banyak leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya

berubah (biasanya kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai susu),

disertai dengan keluhan (gatal, panas dan nyeri) serta berbau (apek,

amis dan busuk). Faktor-faktor yang memicu keputihan patologis ,

antara lain:

1). Kelelahan fisik

Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh

seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi Karena

terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan

menguras fisik.Meningkatnya pengeluaran energi menekan

sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen

menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan

oleh lactobacillus doderlein untuk metabolisme.Sisa dari

metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk

menjaga keasaman vagina.Jika asam laktat yang dihasilkan

sedikit, bakteri, jamur, dan parasite mudah berkembang.


26

1) Ketegangan psikis

Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami

seseorang akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari

kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit

diatasi.Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan

sekresi hormon adrenalin.Meningkatnya sekresi hormon

adrenalin menyebabkan penyempitan pembuluh daah dan

mengurangi elastisitas pembuluh darah.Kondisi ini

menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ tertentu

termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan

berkurang.Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman

vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan parasite

penyebab keputihan mudah berkembang.Penelitian Agustiyani

D dan Suryani (2011) di Yogyakarta menemukan bahwa remaja

yang tingkat stressnya sedang bahkan lebih tinggi mudah

mengalami keputihan.

2) Kebersihan Diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Keputihan yang patologis banyak dipicu oleh cara wanita dalam

menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan

kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah pengunaan

pakaian dalam yyang ketat dan berbahan nilon, cara


27

membersihan alat kelamin (cebok) yang tidak benar, pengunaan

sabun vagina dan pewangi vagina, pengunaan pembalut kecil

yang terus menerus diluar siklus menstruasi. Penelitian di

Pondok Cabe Ilir Jakarta menemukan bahwa remaja yang

mempunyai ppengetahuan rendah, sikap yang jelek dan perilaku

buruk dalam menjaga kebersihan akan memperburuk kondisi

keputihan abnormal.

4. Dampak Leukorea

Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak pada

wanita.Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita

sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya.Keputihan patologis

yang berlangsung terus menerus akanmenganggu fungsi organ reproduksi

wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat

menyebabkan infertilitas.

5. Cara mencegah keputihan (Kasdu, 2015)

1) Menjaga kebersihan alat kelamin

Vagina secara anatomis berada di uretra dan anus. Alat

kelamin yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat

meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam vagina. Masuknya

kuman ke dalam vagina menyebabkan infeksi sehingga dapat

menyebabkan keputihan. Cara cebok yang benar adalah dari depan

ke belakang sehingga kuman yang berada di anus tidak dapat masuk

ke dalam vagina.
28

2) Menjaga kebersihan pakaian dalam

Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat

perpindahan dari udara ke dalam alat kelamin.Bakteri, jamur dan

parasit dapat mati dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian

dalam dapat menghindari infeksi kuman melalui pakaian dalam.

3) Tidak bertukar handuk

Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur dan

parasit.Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan

parasite apabila digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut

menginfeksi pengguna handuk tersebut sehingga gunakan handuk

untuk satu orang.

4) Menghindari celana ketat

Celana ketat dapat menyebabkan alat kelamin menjadi

hangat dan lembab.Alat kelamin yang lembab dapat menyebabkan

perpindahan bakteri, jamur dan parasit.Peningkatan perpindahan dari

kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi yang bisa memicu

keputihan, maka hindari memakai celana dalam ketat dan terlalu

lama.

5) Menghindari mencuci vagina

Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam

vagina.Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci

vagina bersifat basa sehingga menyebabkan kuman dapat

berkembang dengan baik. Produk cuci vagina yang digunakan harus


29

sesuai dengan pH normal vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai dengan

petunjuk dokter.

6) Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab

infeksi.Mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat

menghindarkan perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi.

7) Sering menganti pembalut

Menganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat

menghindari kelembaban.

8) Mengelola stress

Stress dapat meningkatkan hormone adrenalin yang

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, pembuluh darah yang

sempit menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga

dengan menghindari stress dapat mengurangi keputihan.

9) Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian

10) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti

kaatun. Celana dari bahan satin atau sintetik lain membuat suasana

disekitar organ intim panas dan lembab.

11) Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman

bila dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, guntinglah

secara berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau

mencukurnya dengan hati-hati.

12) Jaga pola hidup sehat dengan berolahraga dan pola makan seimbang.
30

13) Setialah pada satu pasangan.

D. Kerangka Teori

TINGKAT
PENGETAHUAN

1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

PENGETAHU REMAJA KEPUTIHA Pengetahuan


AN N Remaja Putri
tentang
Keputihan

Faktor-faktor yang Teori Keputihan


berpengaruh terhadap
pengetahuan: 1. Pengertian
2. Jenis
1. Pengetahuan 3. Penyebab
2. Pekerjaan 4. Pencegahan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan/
lingkungan sekitar
7. Informasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi teori, Notoatmodjo (2010), Ali (2012), Depkes RI (2007),

Revina (2013), Suparyanto (2010)


31

E. Kerangka Konsep Penelitian

Baik

Pengetahuan
Cukup

Kurang

Faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap pengetahuan :

1. Umur

2. minat

3. pengalaman

4..kebudayaan/lingkungan

5. informasi

6. pendidikan

7. pekerjaan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


32

F. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Desaian Populasi dan Analisa Hasil Perbedaan


Sampel Data Penelitian

1 Dinda Regia Febryary Gambaran Sikap dan Deskriptif Seluruh remaja Univariat Hasil Lokasi
(2010) pengetahuan, perilaku kuantitatif perempuan 10- penelitian penelitian,
sikap dan remaja putri 19 tahun di menujukkan sampel, teknik
perilaku remaja dalam Desa Cilayung pengetahuan pengambilan
putri dalam menangani sebanyak 80 remaja putri sampel
penanganan keputihan remaja putri dalam
keputihan di dengan jumlah penanganan
Desa Cilayung sampel 80 keputihan
dalam kategori
baik sebesar
61,7% dan
kurang
sebesar11,1%.

2 Sequtih (2012) Perilaku remaja Perilaku Deskriptif Populasinya Univariat Hasil Lokasi
putri kelas II remaja putri Kuantitati semua remaja penelitian penelitian,
dalam kelas II f putri kelas II menunjukkan sampel,teknik
menangani dalam di SMAN 1 bahwa dari 60 pengambilan
keputihan di menangani lampung siswa pernah sampel.
SMAN I keputihan sebanyak 60 mengalami
Lampung remaja putri keputihan dan
Selatan dengan jumlah ada 3 siswa
sampel 60 yang
33

mengalami
keputihan
yang banyak,
kental, dan
gatal sekitar
vagina.
Ria Suciati (2014) Gambaran Tingkat Deskriptif Populasinya Univariat Hasil Lokasi
pengetahuan pengetahuan kuantitatif semua WUS di penelitian penelitian,
WUS tentang WUS tentang Puskesmas bahwa tingkat sampel,teknik
keputihan Keputihan Miri Sragen pengetahuan pengambilan
sebanyak 60 WUS tentang sampel.
WUS dengan Keputihan ,
sampel 60 baik 8 orang
(13,3%),
cukup 36
orang (60,0%),
kurang 16
orang (26,7%).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek yang bertujuan untuk

melihat gambaran fenomena ( termasuk kesehatan ) yang didalam populasi

tertentu(Notoatmodjo, 2014).

Deskriptif yaitu penelitian yang didalam tidak ada analisis hubungan

antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang

membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan anlisis

statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2013).Kuantitatif adalah

data yang berbentuk angka-angka (Arikunto, 2014).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian deskriptif. Desain penelitian desain adalah suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmojo,2014). Penelitian

Deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan

fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu secara

akurat. Penelitian deskriptif merupakan cara untuk menemukan makna baru,

menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, frekuensi kemunculan sesuatu, dan

mengkategorikan informasi.

34
35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian yang akan diambil adalah siswi kelas XI IPSI SMAK

Setia Bakti Ruteng, terletak di Jl. Pelita NO.3 Ruteng kecamatan Langke

Rembong, Kabupaten Manggarai Tengah.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 – 17 februari 2019.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari

saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang memiliki subjek atau objek

tersebut (Hidayat, 2013). Populasi yangakan digunakan dalam peneli ini

adalah Remaja Putri kelas XI IPS1 di SMAK Setia Bakti Ruteng sebanyak

37 responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,

2014).Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasiJumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono,

2013). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 37 orang.


36

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Teknik

total sampling ini mengambil jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada

penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas

D. Alur Penelitian

Jalannya penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap,

diantaranya:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan diantaranya:

a. Mengajukan judul.

b. Melakukan studi pendahuluan terhadap siswi kelas XI IPS 1 di SMAK

Setia Bakti Ruteng.

c. Menyusun proposal penelitian dan melakukan konsultasi pada Dosen

Pembimbing.

d. Melakukan pengumpulan dan penyusunan data.

e. Mengadakan seminar proposal dan revisi.

f. Revisi proposal yang telah diseminarkan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengurus surat izin validitas dan izin penelitian ke instansi terkait.

b. Melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap siswa SMAK Setia

Bakti Ruteng kelas XI.


37

c. Melakukan penelitian pada siswa SMAK Setia Bakti Ruteng kelas XI

IPS 1 dengan teknik sebagai berikut:

1) Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 – 15 Maret 2019.

2) Sebelum membagikan kuesioner penelitian yang dibantu oleh

asisten yaitu ketua kelas, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan

cara pengisian kuesioner pada responden.

3) Membagikan kuesioner pada responden dan dibantu oleh asisten

yaitu ketua kelas.

d. Mengolah data dengan program komputer.

e. Menganalisis data.

3. Tahap Akhir

a. Menyimpulkan hasil penelitian.

b. Menyusun hasil penelitian.

c. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing.

d. Mengadakan seminar hasil penelitian.

e. Revisi hasil penelitian.

f. Pengumpulan hasil penelitian.

E. Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang akan digunakan sebagai ciri,

sifat, ukuran yang dimiliki oleh suatu konsep penelitian tertentu

(Notoadmojo, 2014). Penelitian ini akan menggunakan satu variabel yaitu


38

Variabel Tunggal “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Mengenai

Keputihan”

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah penjelasan secara operasional variabel

penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada definisi

konseptual atau teori suatu variabel penelitian yang secara universal sudah

diakui kebenarannya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala


operasional
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner, Pengetahuan ibu: Ordinal
dari responden 1. Baik: bila nilai
dalam menjawab responden yang
kuesioner diperoleh 76-
tentang 100%.
keputihan 2. Cukup: bila nilai
responden yang
diperoleh 56-
75%.
3. Kurang: bila
nilai responden
yang diperoleh
<55%.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh

responden.Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan

jawabannya (Arikunto, 2014).


39

Kuesioner akan digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

remaja putri di SMAK Setia Bakti Ruteng, dalam penelitian ini kuesioner

yang digunakan yaitu kuesioner tertutup maksudnya dimana sudah terdapat

pilihan jawabannya dan skala yang digunakan adalah skala guttman, skala

guttman merupakan skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak, setuju

atau tidak, benar atau salah sehingga responden tinggal memilih jawaban

yang tersedia (Hidayat, 2014). Pada favorableatau pernyataan positif yaitu

pernyataan yang jawabannya benar semua, sehinggah apabila responden

menjawab “benar” maka mendapat skor 1, dan jika menjawab “salah”

mendapat 0. Pada pernyataan unfarvorableatau pernyataan negatif yaitu

pernyataan yang jawabannya salah sehinggah apabila responden menjawab

“benar” maka mendapat skor 0 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor

1.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Aspek Pernyataan Jumlah


Favorab unfavorab item
le le
Pengertian keputihan 1,2,4 3 4
Pengetahuan Penyebab keputihan 5,7,9,11, 6,8,10,13, 11
remaja tentang 12,14 15
keputihan Tanda dan geja keputihan 16*,18*, 17 4
19
Penanganan keputihan 20*,21,2 23*,25,28, 11
2,24,26, 29
27,30
Jumlah item 19 11 30
Ket * : Tidak Valid

Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( v ) pada

jawaban yang dianggap benar. Kuesioner diambil dari sumber teori tentang

keputihan.Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita gunakan sebagai


40

alat ukur yang sah atau tidak, maka perlu diajukan uji validitas dan

reabilitas.Uji validitas dan reabilitas akandilaksanakan di SMAK Setia Bakti

Ruteng pada kelas XI IPS2 yang berjumlah 10 responden.

G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat-

tingkat kevalitan atau kesalahan suatu instrument (Arikunto,2014). Suatu

instrument yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Penelitian ini

menggunakan uji validitas dengan menggunakan rumus :product moment,

dikatakan valid jika nilai r hitung > r table maka dapat disimpulkan

instrument tersebut validdan dapat dipergunakan untuk penelitian. Uji

validitas akan dilakukan di SMAK Setia Bakti Ruteng pada kelas XI IPS2.

Rumus Product moment

𝑁 ∑(𝑥𝑦) − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑅 =
√(𝑛 ∑ 𝑥2) − (∑ 𝑥)2(𝑛 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2)

Keterangan :

N : Jumlah kuesioner

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X : Jumlahpertanyaan

Y : Skor total

XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Setelah dihitung semua korelasi antara masing-masing

pertanyaan dengan skor total, perlu dicari apakah nilai korelasi tiap-

tiap pertanyaan tersebut signifikan, maka perlu dilihat pada tabel


41

product moment dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5%. Jika

didapat 𝑟𝑥𝑦 lebih atau sama dengan r tabel maka item tersebut sahih,

dan apabila kurang dari r tabel maka item tersebut dikatakan gugur

(Arikunto, 2014). Nilai r tabel dapat untuk n= 10, α=5% di peroleh

𝑟𝑥𝑦 tabel sebesar 0,4973. Uji validitas ini dilakukan di SMAK Setia

Bakti Ruteng, pada tanggal 22 januari 2019 dengan hasil terdapat 4

butir soal memiliki nilai r hitung < dari r tabel (dibawah 0,4973) yaitu

soal no 16 (0,218), no 18 (0,200), no 20 (0,408), no 23 (0,218). Dan 26

butir soal lainnya > dari r tabel (0,4973).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan

responden memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2014). Untuk

menguji apakah instrument yang disusun reliable atau tidak, maka

dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach

yang dapat digunakan baik untuk instrument yang jawabannya berskala

maupun bersifat dikotomis (hanya mengenal jawaban benar dan

salah).Dengan menggunakan Alpha Cronbachkuesioner dikatakan

reabilitas apabila nilai Alpha Cronbach 0,750 (Riwidikno).

Rumusnya adalah sebagai berikut :

𝐾 𝑚 (𝑘 − 𝑚)
𝑟11 = {1 − }
(𝑘 − 1) 𝑘𝑠𝑖 2
42

Keterangan :

𝑟11 : Realiabilitas instrumen

𝑘 : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

𝑚 : Skor rata-rata

𝑠𝑖 : Jumlah varians total

Dengan menggunakan Alpha Cronbach, kuesioner dikatakan

reliabilitas apabila nilai Alpha > 0,6 (Riwidikno, 2014). Hasil yang

diperoleh dari uji reliabilitas adalah ri :760 dari 30 item pertanyaan,

sehingga kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan

reliable (nilai alpha > 0,6).

H. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner kepada remaja putri di

SMAK Setia Bakti Ruteng, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner

diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek

atau subjek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

(Riwidikdo, 2014).Data primer pada penelitian ini didapatkan dari

kuesioner yang langsung diisi oleh responden.


43

2. Data Sekunder

Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang di

peroleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subjek penelitiannya. Keuntungan data sekunder adalah efisien tinggi,

dengan kelemahannya kurang akurat.Dari kedua jenis data diatas

digunakan dalam penelitian oleh peneliti (Notoadmojo, 2014).

I. Cara Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data menurut Sulistyaningsih (2015)

adalah sebagai berikut :

1. Editing

Data editing adalah kegiatan memeriksa kelengkapan data,

kebenaran pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisab dan

konsistensi data berdasarkan tujuan penelitian.

2. Coding

Coding yakni pemberian kode pada data yang berskala nominal

dan ordinal.Kodenya berbentuk angka/numeric/nomor, bukan symbol

karena hanya angka yang dapat diolah secara statistic dengan bantuan

program komputer.Data berskala interval dan ratio tidak perlu di koding

karena sudah dalam bentuk angka. Pengkodean yang akan diberikan

adalah sebagai berikut :


44

a. Umur

15 tahun : 1

16 tahun : 2

17 tahun : 3

b. Pernyataan Positif

Benar : 1

Salah : 0

Pernyataan Negatif

Benar : 0

Salah : 1

3. Entry

Memasukkan data yang telah diberi koding kedalam program

komputer. Perlu ketelitian dan kecermatan peneliti dalam memasukkan

data tersebut, karena apabila salah memasukkan entry, maka akan

berpengaruh pada kebenaran data dan selanjutnya akan berpengaruh pada

analisis data serta pengambilan keputusan penelitian.

4. Scoring

Pemberian nilai sesuai jawaban responden, yaitu nilai 1 untuk

jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

5. Cleaning

Data cleaning yaitu proses pembersihan data sebelum diolah

secara statistic, mencakup pemeriksaan konsistensi dan perawatan respon


45

yang hilang serta consistency checks yaitu mengidentifikasi data yang

keluar dari range, tidak konsistensi secara logis atau punya nilai extreme.

J. Analisa Data

Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi

informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian.

Analisis data yang akan dilakukan adalah Analisis Univariat. Analisis

Univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran, distribusi, frekuensi atau

besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti.

Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan teknik deskritif

kuantitatif dengan presentasi mengunakan rumus sebagai berikut :

F
P= × 100%
n

Keterangan :

P: Presentase

F: Jumlah jawaban yang benar

n : Jumlah sampel

Analisa univariat menggunakan SSPS dengan melihat distribusi

frekuensi.

K. Etika Penelitian

Sulistyaningsih (2011), beberapa etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain :


46

a. Inform consent (persetujuan)

Tujuan dari Inform consent yaitu subjek pengetahuan maksud dan

tujuan penelitian, dimana penelitian terlebih dahulu menjelaskan maksud

dan tujuan dilakukan penelitian dan membersihkan lembar persetujuan

kepada subjek. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati haknya.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden tetapi hanya dengan menggunakan kode

nomor pada lembar kuesioner.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMAK Setia Bakti merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas

Katolik (SMAK) yang terletak di kelurahan Watu Kecamatan Langke

Rembong Kabupaten Manggarai. SMAK Setia Bakti beralamat di Jl.

Pelita, No 3, Kelurahan Watu. Adapun batas wilayah SMAK Setia Bakti

yaitu sebelah Barat Gereja Katolik Santu Yosef, sebelah Timur berbatasan

dengan Kantor DPRD Kabupaten Manggarai, sebelah Utara berbatasan

dengan Kantor Kop Kardios, sebelah Selatan berbatasan dengan Kantor

PDAM Ruteng. SMAK Setia Bakti memiliki jumlah siswa/siswi sebanyak

949 orang yang terdiri dari siswi perempuan 639 dan siswa laki-laki 310

orang. Kelas 1 berjumlah 343, kelas 2 berjumlah 399 dan kelas 3

berjumlah 207.

Tenaga kerja di SMAK Setia Bakti Ruteng terdiri dari 58 orang

yaitu kepala sekolah 1 orang, guru tetap 25 orang, guru tidak tetap 24,

pegawai tetap 6 orang, pegawai tidak tetap 3 orang. Jarak fasilitas

kesehatan terdekat di SMAK Setia Bakti yaitu RSUD Ben Mboi Ruteng.

47
48

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Umur Pada Siswi Kelas XI IPS 1 Di SMAK Setia Bakti Ruteng.

Umur Frekuensi(F) Presentase(%)


15 11 30.0
16 14 38.0
17 12 32.0
Total 37 100%
Sumber : data primer diolah tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden berumur 16 tahun yaitu sebanyak 14 orang (38%),

dan sebagian kecil berumur 15 tahun sebanyak 11 orang (30%).

b. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

c.
Kategori Frekuensi(F) Presentase(%)

Baik 5 13.0
Cukup 15 41.0
Kurang 17 46.0
Total 37 100%

Sumber : Data Primer Diolah Pada Tanggal 28 Februari 2019


Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sebagaian

besar responden berpengetahuan kurang yakni 17 orang (46.0%), dan

sebagian kecil berpengetahuan baik 5 orang (13.0%).


49

B. Pembahasan

1. Karakteristik Remaja Putri SMAK Setia Bakti Ruteng Berdasarkan

Umur

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar

responden berumur 16 tahun yaitu sebanyak 14 orang (38%), dan

sebagian kecil berumur 15 tahun sebanyak 11 orang (30%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meliza

Aprisia menunjukkan bahwa umur 16-18 tahun mempengaruhi daya

tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia seseorang

maka semakin banyak pengetahuannya karena ia belajar dari

pengalaman yang telah dilalui dalam kehidupannya.

Notoatmodjo (2014) mengatakan usia mempengaruhi terhadap

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada

masa remaja pertengahan ( 15-18 tahun), individu akan lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju

usia tua, selain itu orang pada usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini.


50

Asumsi peneliti semakin bertambah usia seseorang akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Seseorang individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, hal ini membuktikan bahwa

semakin tinggi umur seseorang kecendrungan pengetahuan seseorang

akan bertambah termasuk pengetahuan akan mengurangi terjadinya

keputihan.

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas XI IPS Di SMAK

Setia Bakti Ruteng

Berdasarkan hasil penelitiaan dari 37 responden bahwa

sebagian besar responden berpengetahuan kurang yakni 17 orang

(46.0%), dan sebagian kecil berpengetahuan baik 5 orang (13.0%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyu Febru menunjukkan sebesar 52% berpengetahuan kurang dan

menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Teori yang diungkapkan Notoatmodjo (2013), bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Hal inilah yang mempengaruhi

respoden hanya mampu menjawab kurang dari 50% pertanyaa

sehingga mereka tergolong dalam tingkat pengetahuan kurang.


51

Analisis peneliti, bahwa kurangnya pengetahuan remaja

tersebut mungkin dipengaruhi faktor umur. Makin tinggi umur

seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir

sehingga pengetahuan yang diterimapun akan semakin baik.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kelemahan Penelitian

a. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, dimana responden

hanya menjawab benar atau salah, sehingga kurang mencakup atau

mencerminkan semua jawaban dari responden.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 37 remaja putri di SMAK Setia Bakti

Ruteng pada tanggal 16 februari 2019 maka dapat simpulkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Karakteristik umur responden diantaranya sebagian besar responden berumur

16 tahun yaitu sebanyak 14 orang (38%), dan sebagian kecil berumur 15

tahun sebanyak 11 orang (30%).

2. Gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan yaitu bahwa sebagaian

besar responden berpengetahuan kurang yakni 17 orang (46.0%), dan sebagian

kecil berpengetahuan baik 5 orang (13.0%).

B. Saran

1. Bagi STIKES Santu Paulus Ruteng

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebaga bahan referensi

tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terkait dengan keputihan

sehingga pengetahuan mahasiswa/mahasiswi meningkat.

52
53

2. Bagi SMAK Setia Bakti Ruteng

Diharapkan dapat meningkatkan informasi seakurat dan sebanyak mungkin

tentang keputihan pada remaja sehingga pengetahuan remaja putri akan

meningkat malalui kegiatan-kegiatan yang yang diselenggarakan oleh

puskesmas.

3. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih aktif lagi dalam memberikan

konseling dan penyuluhan tentang keputihan pada remaja.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang mungkin berminat untuk melakukan dan

mengembangkan penelitian ini untuk melakukan penelitian dengan lebih

banyak sampel dan mengembangkan variabel penelitian lebih luas

pembahasan materinya, menggunakan metode dan teknik yang berbeda serta

memperluas ruang lingkup peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 14,


Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.

Bahari, (2012). Cara mudah mengatasi keputihan. Jogjakarta: Buku Biru

Bahiyatun, (2014). Buku ajaran kebidanan, Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI. (2014). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dinda, R. Febryary. (2013). Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Remaja


Putri Dalam Penanganan Keputihan Di Desa Cilayung. Jakarta, Indonesia.

Haryanto, T. (2013). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Jaringan Epidemiologi


Nasional.

Hidayat A. Aziz Alimul. (2013) Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. . Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, (2015) psikologi perekmbangan : suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Yogyakararta : Erlangga.

Kasdu, (2014). Pendidikan dan problem wanita dewasa. Jakarta: Puspa Swara.

Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. G. B., and Manuaba I. G. B. (2013). Memahami


Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Indonesia.

Notoadmojo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:


Jakarta.

. (2015). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:


Jakarta.

. (2011). Metedologi penelitian kesehatan. Edisi revisi, Jakarta :


Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwon. (2013). Kesehatan Reproduksi Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika.

54
Pudiastuti, (2015). Tiga fase penting pada wanita. Jakarta : Rineka Cipta.

Ria Suciati. (2014). Gambaran pengetahuan WUS tentang keputihan. Jakarta,


Indonesia.

Sarwono, (2013). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Sequtih. (2012). Perilaku Remaja Putri Kelas II Dalam Menangani Keputihan di


SMAN I Lampung. Jakarta, Indonesia.

Sugiyono, (2014). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,


kualitatif). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono, (2013). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Susilowati, D. A. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X


dan XI Tentang Keputihan di SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman.

55
Lampiran 1 Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESSPONDEN

Judul Penelitian : “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan


Pada Siswi Kelas XI IPS1 di SMAK Setia Bakti Ruteng
Tahun 2019.”
Peneliti : Eisabeth Isabela Saputri

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (inisial) :
Umur :
Menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang
tujuan dari penelitian, bersedia secara sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun
untuk berperan serta dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Keputihan Pada Siswi Kelas XI IPS1 di SMAK Setia Bakti
Ruteng Tahun 2019” yang dilaksanakan oleh Elisabeth Isabela Saputri dengan
mengisi kuesioner yang diberikan.
Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak dan
kerahasiaan saya sebagai responden dengan kesadaran, saya bersedia
menandatangani lembaran persetujuan untuk menjadi responden pada penelitian
ini.

Ruteng……………………2019

Tanda tangan responden

.........................................................
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

KUESIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI KEPUTIHAN


PADA SISIWI KELAS XI SMAK SETIA BAKTI

Nama ( inisial ) :
Umur :

Isilah lembaran kuesioner ini sesuai keadaan anda sebenarnya. Seluruh


jawaban kuesioner akan diberlakukan sangat rahasia. Berilah tanda () pada
lembaran pertanyaan di bawah ini sesuai dengan jawaban anda.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Keputihan merupakan cairan yang keluar dari vagina yang
tidak berupa darah.
2 Keluarnya lendir yang berwarna putih dan tidak gatal
adalah normal
3 Keluarnya lendir berwarna kuning, gatal, berbau busuk
merupakan keputihan yang normal .
4 Keputihan merupakan keganasan pada organ reproduksi.

5 Penggunaan sabun pembersih secara berlebihan untuk


membersihkan vagina secara terus menerus merupakan
penyebab keputihan.
6 Pemakaian celana ketat merupakan salah satu penyebab
keputihan adalah salah
7 Penyebab keputihan adalah karena malas cebok setelah
buang air kecil ( kencing )
No Pertanyaan Benar Salah
8 Bakteri yang menginfeksi vagina dapat menyebabkan
keputihan adalah salah
9 Jamur candida sp merupakan penyebab terjadinya
keputihan.
10 Sering bertukar celana dalam atau handuk dengan
oranglain merupakan penyebab terjadinya keputihan
adalah salah
11 Membersihkan daerah vagina harus dari depan ke belakang
sehingga kuman dari anus tidak masuk ke saluran vagina
adalah salah

12 Terjadinya stress pada wanita merupakan salah satu


penyebab keputihan adalah salah.

13 Pengunaan pembalut yang yang jarang diganti merupakan


salah satu penyebab terjadinya keputihan.
14 Sering menggaruk kemaluan dan malas untuk cebok, serta
menggunakan wc yang kotor adalah salah satu penyebab
keputihan tidak normal.
15 Sering meremehkan kebersihan alat kelamin dan
lingkungan merupakan penyebab terjadinya keputihan
adalah salah.
16 Iritasi, rasa panas, gatal dan nyeri yang terasa di daerah alat
kelamin adalah tanda gejala keputihan yang abnormal.
17 Keluarnya cairan atau lendir pada vagina merupakan salah
satu gejala keputihan adalah salah.
18 Adanya keputihan disekitar masa menstruasi merupakan
tanda dan gejala keputihan normal.
19 Apabila rasa perih dan nyeri saat buang air kecil
merupakan tanda-tanda keputihan yang abnormal.
No Pertanyaan Benar Salah
20 Penanganan agar terhindar dari keputihan yaitu rajin
membersihkan daerah vagina setelah buang air kecil dan
buang air besar.
21 Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

22 Keputihan dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan


sehat.
23 Menjaga kebersihan alat kelamin merupakan salah satu
pencegahan terjadinya keputihan adalah salah.
24 Selalu menggunakan pakaian dalam yang tidak menyerap
keringat, sehingga daerah vagina terasa panas dan lembab.
25 Salah satu cara merawat vagina agar tetap bersih yaitu
cebok dari arah depan ke belakang adalah salah

26 Ketika menstruasi ganti pakaian dalam minimal 3 kali


dalam sehari.
27 Menghindari terlalu sering menggunakan bedak pada
daerah vagina merupakan salah satu cara mencegah
keputiihan.
28 Penanganan keputihan dengan ramuan-ramuan tradisional
saja tidak perlu diobati oleh dokter atau bidan
29 Sering mengganti celana dalam adalah salah satu cara
untuk mencegah terjadinya keputihan adalah salah.
30 Selalu setia pada pasangan.
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai