Anda di halaman 1dari 5

Antropologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti psikologi, sosiologi

karena antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosialyang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Psikologi adalah ilmu pengetrahuan yang mempelajari prilaku
manusia dan proses mental. Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu Socius yang berarti kawan
teman, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan, sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat.

Antropologi dengan Psikologi

lmu antropologi mempunyai hubugan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu
biasanya bersifat timabal balik. Antropologi perlu bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya
ilmu ilmu itu masing-masing jiga memerlukan bantuan antropologi.

Antropologi psikologi menurut Saefudi A.F (2005) mangemukakan “antropologi psikologi


pertama kali dibangundi amerika pada tahun 1920-an, pada mulanya disebut “kebudayaan dan
kepribadian”. Antropologi psikologi mengekspresikan dirinya dalam tiga topikbesar: hubunga
antara kebudayaan dan hakekat manusia ; hubungan antara kebudayaan dengan tipe-tpe
kepribadian individu ; dan hubungan antara kebudayaan dan tipe kepribadian khas masyarakat.
Penelitian dalam antropologi psikologi terutama terletak pada konsep-konsep dan teknik-teknik
yang dikembangkan dalam psikologi (lihat Campbell dan Naroll 1972). Kedua tokoh kunci
dalam pradigma ini adalah MargatrethaMead (1928) dan Ruth Beneditch (1934). Pradigma ini
masih cukup berpengaruh hingga pertengahan tahun 1980-an, tetapi kemudian surut setelah itu”.

Beberapa aliran dalam antropologi psikologi:

1.Antropologi psikoanalitis

2.Kebudayaan dan kepribadian

3.Etnopsikologi

4.Antropologi kognitif

5.Antropologi psikiatris

Ilmu Antropologi dengan Sosiologi

Sosiologo membantu antropologi dalam mempelajari ilmu kemasyarakatan, latar belakang, serta
kebudayaanmanusia dalam pola kehidupan manusia.Antopologi sosilogi menurut Saefudi A.F
(2005) antropologi sosiologi adalah “prespektif antropologi mengenai masyarakat (sebagia
satuan sosial) atau kebudayaan (sebagai perangkat gagasan, aturan-aturan, keyakinan-keyakinan
yang dimiliki bersama). Antropologi sosial pada awalnya adalah mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat
masyarakat: bagimana mereka berhubungan satu sama lain, dan bagaimana mengapa masyarakat
berubah sepanjang waktu. Prespektif yang mengabungkan kajian kajian mengenai masyarakat
dan kebudayaan. Perhatian strukturalisme, secara khusus, berorientasi pada masyarakat dan yang
berorientasi pada kebudayaan. Feminism juga berorientasi pada masyarakat (hubungan antar
laki-laki dan perempuan).

Hubung kait antara Antropologi dengan Ilmu Sejarah


Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu
juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu
sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah,
simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan
agraris.
Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah sebagai kritik,
permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.

1. Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial


Dalam ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya antropologi seringkali melakukan generalisasi terhadap
suatu permasalahan sosial yang terkadang tidak bersifat universal. Karena secara kenyataan historis
terdapat perbedaan di berbagai tempat.

2. Permasalahan sejarah bisa menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial


Hakikatnya, sejarah mempelajari mengenai tingkah laku manusia. Jadi, jelas berkaitan karena ilmu-ilmu
sosial termasuk antropologi membahas manusia sebagai mahluk sosial budaya sudah pasti manusia
tersebut memiliki masa lalunya sendiri. Disitulah titik temu antara kajian antropologi dengan ilmu
sejarah. Dari titik temu tadi maka permasalahan sejarah yang berkaitan dengan ilmu sosial bisa juga
dikaji oleh ilmu sosial yang bersangkutan.

3. Pendekatan ilmu sejarah bersifat diakronis


Jika ilmu sosial bersifat sinkronis maka ilmu sejarah bersifat diakronis. Hal tersebut jelas menambah
sudut pandang baru dalam ilmu sosial. Dalam kajian antropologi pun bisa bersifat diakronis dalam
memahami misalnya suatu kebudayaan pada saat ini.

D. Kesimpulan
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan banyak teori
untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar,
tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, ilmu sejarah pun
menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang juga bisa
dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi,Antropologi dan Ilmu Sejarah memiliki keterkaitan dan
saling mendukung satu sama lainnya.
Ilmu Antropologi dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu antropologi dengan ilmu ekonomi saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Kekuasaan ekonomi bersifat universal dalam membentuk wujud yang bermacam-macam, karena
perubahan dalam hidup masyarakat lebih cepat dirasakan oleh manusia itu sendiri. Sedangkan
antropologi yang mempelajari manusia dimana manusia itu sendiri tidak dapat lepas dari pengaruh
ekonomi.maka lahirlah Antropologi Ekonomi yaitu memahami bagaimna masyarakat bertingkah
laku dengan proses ekonomi.Dan bagaimana manusia di bentuk olehnya.kerumunana ribuan
manusia yang memenuhi boulevard-downtown di tengah belanatara reklame,horizon
etalase,dll.masyarakat ekonomi juga merupakan masyarakat kebudayaan missal dalam perputaran
global.modernisasi menyajikannya(yang dengan hal ini berarti trdisionalitas terlitas sebagai batu
pijakan ),manusia meliputnya dan konsumen menghabis nilainya,hal semacam itu tidak dapat di
daur ulang dalam argumentasi antroipologi ekonopmi sederhanakecuali ingin memakasakasnnya
sendiri menyederhanakannya sebagai suatu proses nyang namanya belanja.
Belanja adalah tindakan paling tua yang pernah hidup dalam manusia.Dan di pelajari dalam
antropologi ekonomi.Pada wilayah formalisme sebagaimna yang telah di pelajari oleh Raymond
firth.Di dalamnya dipelajari istilah kalkulasi, pelipatan dan lantas pajak.

Hubungan erat antara Ilmu Antropologi dengan ilmu politik yaitu ilmu antropologi memberikan pengertian-
pengertian dan teori-teori tentang kedudukan serta peranan satuan-satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana.
Mula-mula Antropologi lebih banyak memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat dan kebudayaan didesa-desa dan
dipedalaman.
Antropologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peranan-peranan dan satuan-satuan sosial
budaya yang lebih kecil dan sederhana.
Hasil penyelidikan antropologi yang menyangkut aspek cultural termasuk dalam gagasan dan lembaga politik yang dapat
menjelaskan mengenai pertumbuhan dan perkembangan politik.
Dalam bidang teori antropologi, khususnya dalam menunjukkan perbedaaan struktur sosial serta pola-pola kebudayaan
yang berbeda-beda pada tiap-tiap masyarakat.
Antropologi telah pula berpengaruh dalam bidang metodologi penelitian ilmu politik. salah satu pengaruh yang amat
berguna dan terkenal serta kini sering dipakai dalam ilmu politik ialah metode peserta pengamat. penelitian semacam ini
memaksa sarjana ilmu politik untuk meniliti gejala-gejala kehidupan sosial “dari dalam” masyarakat yang menjadi obyek
penelitiannya.
hubungan antara ilmu antropologi dengan ilmu geografi. Ilmu antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dilihat dari sosial budayanya. Sedangkan Geografi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang keadaan di bumi dan juga isi-isi di dalamnya termasuk interaksinya.

Nah hubungan keduanya adalah jika mempelajari ilmu antropologi maka akan ada juga salah
satu faktor yang mempengaruhi kebudayaan manusia yaitu keadaan bentang alam. Bentang alam ini
akan lebih maksimal analisisnya jika menggunakan ilmu geografi. Sebaliknya juga dengan ilmu geografi
yang mempelajari flora, fauna, dan interaksi di dalamnya. Nah disini ada dalam geografi dimana harus
mempelajari faktor kebudayaan manusia. Misalnya ketika mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan populasi manusia itu termasuk perilaku manusia itu sendiri, maka dari itu
diperlukanlah ilmu Antropologi agar hasil analisisnya lebih maksimal.

Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi

1. Fase Pertama ( sebelum 1800)

Pada fase pertama ini kedatangan bangsa Eropaa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika
selama empat abad membawa pengaruh besar bagi ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu
mulai terkumpul tulisa buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama nasrani,
penerjemah kitab injil, dan pegawai pemerintahan jajahan dalam bentuk kisah perjalanan,
laporan dan sebagainya. Dalam buku-buku tersebut terdapat berbagai pengetahuan berupa
diskripsi tentang adat istiadat, susunan, masyarakat, dan ciri-ciri fisik dari beragam suku bangsa
baik di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di laut teduh) maupun suku bangsa Indian,
penduduk pribumi Amerika. Bahan deskripsi itu disebut ‘etnografi’. Kemudian dalam
pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang bertentangan
terhadap bangsa Afrika, Asia,Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika tadi, yaitu:

A. Ada yang berpandangan bahwa bangsa itu bukan manusia sebenarnya, melainkan mereka
manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya.

B. Ada yang berpendapat bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat
yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat
bangsa-bangsa Eropa Barat waktu itu.

C. Ada yang tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda
kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika,Asia, Oseania, dan Amerika pribumi tadi itu.

2. Fase Kedua (pertengahan abad ke-19)

Pada fase kedua ini karangan-karangan etnografi tersebut tersusun berdasarkan cara berpikir
evolusi masyarakat. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa
primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya Pada
fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah
penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase ketiga (permulaan abad ke-20)

Pada fase ketiga ini permulaan abad ke-20 sebagian negara penjajag di Eropa berhasil untuk
mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan luar eropa, pada saat ini ilmu
antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa terjajah diluar eropa itu
menjadi sangat penting,praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintah
kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

4. Fase Keempat ( sesudah kira-kira 1930)

Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling
luas. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat
terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini juga terjadi perang dunia ke II yang
mengakibatkan terjadinya banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian
besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Pada fase keempat ini memiliki dua
tujuan yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya yaitu mencapai
pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk
fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya sedangkan tujuan praktisnya yaitu mempelajari
manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
itu.

Anda mungkin juga menyukai