Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Oksigenasi

telusuri

Beranda

APR

19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. ‘S’ DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUANG KENANGA

RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Nama : Heni Ya Shinta

NIM : 27201762903

Kelas : II B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
dalam teori Hirarki. Menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan
fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Hidayat, 2012).

Kebutuhan akan oksigenasi merupakan kebutuhan dalam hirarki maslow yang paling dasar atau
merupakan kebutuhan fisiologi. Kebutuhan fisiologi sendiri harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum
memenuhi kebutuhan yang ada diatasnya. Salah satu kebutuhan yang sangat penting merupakan
kebutuhan akan oksigenasi jika kebutuhan oksigenasi itu tidak terpenuhi maka akan berakibat pada
kematian. Untuk itu kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan
biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi
respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses
suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2012) .hasil dari riset
kesehatan daerah insiden dan prevelensi penyakit saluran pernapasan akut di Indonesia tahun 2013
adalah 1,8 persen dan 4, 5 persen. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevelensi pada penderita
gangguan pernapasan atau oksigenasi tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan (Risdeskas, 2013)

Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi sisitem pernafasan
dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa
keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada
klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau
gangguan oksigenasi (Asmadi, 2008). Untuk itu mengenai gangguan kebutuhan oksigenasi serta proses
keperawatan akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan
dasar manusia khususnya masalah kebutuhan oksigenasi pada Ny.”S”.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny.’S’ mengenai kebutuhan oksigenasi.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.’S’ mengenai kebutuhan oksigenasi.


c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.’S’ mengenai kebutuhan oksigenasi.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny.’S’ mengenai kebutuhan oksigenasi sesuai
dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.

e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Ny.’S’ mengenai kebutuhan oksigenasi.

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan jaringan tubuh karena oksigen
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer
melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen
(N), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium. Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, dan hematologi. Proses
oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ
pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkussekunder, bronkus tersier (segmental),
terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara ke organ
pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi
terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukataran
gas, proteksi terhaadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan,
filtrasi, dan melembabkan gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai
tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan obstruksi saluran nafas.
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan
tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh
menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan
napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman,terkait
dengan ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain (Hidayat,
2012).

B. Etiologi

1. Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung seperti ketidakseimbangan


konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia
jaringan perifer (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2. Alergi pada Saluran Napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan,
bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran bagian atas; bronkhokontriksi pada
asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat alergan tadi
merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga mengakibatkan vasokontraksi dan
vasodilatasi pembuluh darah, seperti pembuluh darah, seperti pada pasien asma (Tarwoto & Wartonah,
2010).

3. Gaya hidup dan kebiasaan

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan
infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan obat-obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan
mendepresi pernapsan sehingga menyebabkan frekuensi pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah,
2010).

4. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.

5. Peningkatan aktivitas tubuh

Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan energi. Metabolisme membutuhkan


oksigen sehingga peningkatan metabolisme akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

6. Gangguan pergerakan paru


Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap kemampuan kapasitas dan volume paru.
Penyakit yang mengakibatkan gangguan pengembangan paru diantaranya adalah pneumothoraks dan
penyakit infeksi paru menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).

7. Obstruksi saluran pernapasan

Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti pada penyakit asma dapat menghambat
aliran udara masuk ke paru-paru. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010)

8. Faktor fisiologi

a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi napas bagian atas, penyakit
asma.

c. Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada
hipotensi, syok, dan dehidrasi.

d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada obesitas, muskuloskeletal,
yang abnormal serta penyakit kronis seperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).

C. Patofisiologi

Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat penting dimana terjadi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat mebutuhkan oksigen dan peka
terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan
seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara
irreversibel (tidak bisa kembali ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru
dan berdifusi dalam darah.

Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah dan kemudian
dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh untuk kelangsungan
hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan
harus dikeluarkan dari dalam tubuh.

Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui mulut/hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli oksigen berdifusi masuk ke
dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam darah oksigen dibawa ke jantung
kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel.
Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang
penting untuk kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses
penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini
terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran
gas (Nurjanah, 2014).

D. Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan
ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan laring (nafas
cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan bibir,
ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti :

1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)

2. Suara napas tidak normal.

a. Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yg terjadi baik
pada waktu inspirasi ataupun pada waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat stetoskop,
biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya
penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini mengarahkan pada dugaan
adanya edema laring, tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan oleh
tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa endotrakeal (Nurjanah, 2014).

b. Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi. Penyebab
: akibat udara melewati jalan napas yg menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara
batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yg berhubungan dengan aliran udara melalui
jalan nafas yg menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh lantaran
perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus.

c. Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu ekspirasi. Penyebab : gerakan udara
melewati jalan napas yg menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.
3. Perubahan jumlah pernapasan.

4. Batuk disertai dahak.

5. Penggunaan otot tambahan pernapasan.

6. Dispnea (sesak napas).

7. Penurunan haluaran urin..

8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Bronkosopi

Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda asing yang menghambat jalan
nafas.

2. Endoskopi

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.

3. Fluroskopi

Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan kontraksi paru.

4. CT-Scan

Untuk mengetahui adanya massa abnormal.

5. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri

Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan
karbondioksida pemeriksaan ini dilakukan secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi,
volume rasidual dan volume cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012).

6. Kecepatan aliran ekspirasu puncak

Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).

7. Pemeriksaan gas darah arteri

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri yang digunakan
untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi
hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).

8. Oksimetri

Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri. Saturasi oksigen
adalah prosentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungannya; mudah dilakukan, tidak invasive,
dan dengan mudah diperoleh, dan tidak menimbulkan nyeri. klien yang bisa dilakuakn pemeriksaan ini
adalah klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti Pneumonia, emfisema, bronchitis kronis,
asma embolisme pulmunar, dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012).

9. Pemeriksaan darah lengkap

Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih per mm3 darah.
Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah
akan menurunkan kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena
molekul hemoglobin yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila jumlah sel darah
merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun peningkatan jumlah sel
darah merah akan meningkatkan kekentalan dan risiko terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012).

10. X-Ray Thorax

Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter
mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga
dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).

11. Bronskokopi

Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui bronskokop serat optic yang
fleksibel, dan sempit. Bronskokopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel
sputum untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo,
2012).

12. Pemindaian paru

Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah
pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak
dapat mengidentifikasikan tipe jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).

13. Spesimen Sputum

Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam sputum
(misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi
kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo, 2012).
F. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:

1. Penurunan kesadaran

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak
terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal.

2. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi
normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan
organ lainnya dengan cepat.

3. Disorientasi

Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang. Pasien tidak mampu mengenali kondisi atau suasana
yang ada (Nurjanah, 2014).

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Pemberian Oksigenasi

a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O2 stabil, klien
bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap.

b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O2 stabil
dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien.

c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit):5-8.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12
(Asmadi, 2008).

2. Pemantauan Hemodinamika

Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui sirkulasi magna
(sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika adalah
pemantauan dari hemodinamika status

3. Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus
pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa bronkolidator
dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-obatan dari luar.

4. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen
bila diperlukan.

5. Penggunaan ventilator mekanik.

Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi bermanfaat dan
bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada
paru-paru melalui jalan nafas buatan.

6. Pelatihan batuk efektif

7. Fisioterapi dada.

8. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, tepukan
dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan. Tujuan Tindakan ini bertujuan
meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.

9. Atur posisi pasien (semi fowler)

10. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).

H. Pengkajian Fokus

1. Riwayat Keperawatan

a. Masalah keperawatan yang pernah dialami

b. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.

c. Pernah mengalami batuk dengan sputum.

d. Pernah mengalami nyeri dada.

e. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas (Tarwoto & Wartonah, 2015).

2. Riwayat penyakit pernapasan

a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain.

b. bagaimana frekuensi setiap kejadian.

3. Riwayat kardiovaskuler
pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

4. Gaya hidup

merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

I. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Ketidakefektifan jalan nafas.

2. Ketidakefektifan pola nafas.

3. Gangguan pertukaran gas.

4. Gangguan perfusi jaringan (NANDA, 2015).

J. Fokus Intervensi

1. Ketidakefektifan jalan nafas.

a. Sediakan alat suction dalam kondisi baik.

b. Monitor jumlah, bunyi napas, AGD.

c. Pertahankan intake cairan 3.000ml/hari.

d. Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif.

e. Bantu hygiene oral setiap 4 jam.

f. Mobilisasi pasien setiap 2 jam.

2. Ketidakefektifan pola nafas.

a. Berikan oksigen sesuai program.

b. Monitor jumlah pernapasan.

c. Laksanakan program pengobatan.

d. Atur posisi pasien.

e. Bantu dalam terapi inhalasi.

f. Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik.

3. Gangguan pertukaran gas.


a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.

c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

d. Auskultasi bunyi napas,catat area penurunan aliran udara/bunyi tambahan.

e. Awasi tingkat kesadaran/status mental.

f. Kaji tanda vital dan irama jantung.

4. Gangguan perfusi jaringan.

a. Monitor denyut jantung dan irama.

b. Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP.

c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit, darah lengkap.

d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

f. Ukur intake dan output cairan.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., 2012. Kebutuhan DAsar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.

Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby
Elseveir Acadamic Press, 2013.

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2015. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta

Nurjanah, W., 2014. Laporan Oksigenasi. [Online] Available at:


http://www.academia.edu/10554306/LAPORAN_KDM_OKSIGENASI_OKSIGENASI [Accessed Senin
Desember 2017].

Riset Kesehatan Daerah. 2013. Data Penyakit Pernapasan Akut. Jakarta : Kementrian Kesahatan

Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba
Medika.

Tarwoto & Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawtan Edisi 5. Jakarta: Salemba
Medika.
Diposting 19th April 2018 oleh Heni Shinta

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai