Anda di halaman 1dari 2

Generasi Muda sebagai Pelopor dan Konsumen Energi Alternatif

Hingga akhir tahun 1999, negara Indonesia masih dikenal sebagai salah satu penghasil minyak, gas, dan batubara
di kancah internasional. Namun sejak tahun 2000 ke tahun 2003, konsumsi minyak bumi Indonesia telahmelebihi
produksi sehingga menjadikan Indonesia sebagai importir minyak bumi. Permasalahannya ialah pada saat
bersamaan Indonesia belum mempunyai cadangan sumber energi lain selain energi fosil sebagai pasokan untuk
kondisi krisis energi. Energi merupakan aset krusial suatu bangsa. Tanpa adanya energi, pembangunan wilayah
akan lumpuh sehingga dibutuhkan kecukupan akan kebutuhan energi atau disebut sebagai Energy security. Ini
adalah suatu kondisi terjaminnya pasokan kebutuhan energi minyak dan gas alam suatu negara demi
keberlangsungan dan eksistensi negara tersebut, baik secara ekonomi maupun pertahanan. Pasokan energi
tersebut tidak hanya berasal dari cadangan domestik, tetapi juga suplai energi global yang menjadi cadangan bagi
kebutuhan energi dalam negeri (Fatihah, 2013).

Berdasarkan laporan Bappenas tahun 2014, produksi rata-rata minyak bumi Indonesia di bawah 1 juta bph. Pada
tahun 2010, produksi tersebut 945 ribu bph, menurun menjadi 825 ribu bph (2013), kemudian menurun lagi
menjadi 804 ribu bph (2014). Di samping minyak bumi, produksi gas bumi juga menurun. Pada tahun 2010,
produksi gas bumi 1.582 ribu setara barel minyak (SBM) per hari, namun pada tahun 2013 hanya 1.441 ribu SBM
per hari. Dalam kapasitasnya sebagai sumber daya alam tidak terbarukan, menipisnya cadangan sumber energi
fosil tanpa ada cadangan sumber energi lain bukanlah kondisi yang menguntungkan. Ketahanan energi Indonesia
berada dalam keadaan darurat.

Bappenas menetapkan bahwa ketahanan energi digambarkan dengan indikator 4A yaitu availability, accessibility,
affordability, dan acceptability. Selain itu terdapat elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan
(sustainability) dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada. Permasalahan ini timbul karena terjadi suatu
kondisi dimana jumlah permintaan dengan jumlah penawaran energi yang tidak seimbang. Ini kemudian berujung
pada kelangkaan energi. Penyebabnya ialah makin pesatnya laju pertumbuhan penduduk, eksploitasi sumber-
sumber energi, serta aktivitas industrialisasi. Di Indonesia, penggunaan energi untuk pembangunan masih
bergantung pada sumber energi berbasis fosil yang tidak terbarukan dan kian menipis. Dalam menyikapi hal ini,
energi baru terbarukan merupakan sumber energi yang sesuai dan diharapkan sebagai pengganti sumber energi
tersebut. Energi terbarukan adalah energi alternatif yang diharapkan mampu menjadi sumber utama energi di
masa depan yang lebih bersih minim polusi dan pengrusakan lingkungan akibat eksplorasi.

Di Indonesia sendiri, distribusi aliran listrik masih terus diupayakan. Infrastruktur energi yang dikembangkan
belum menjangkau daerah-daerah terpencil, ditambah lagi letak geografis pulau-pulau yang belum terhubung
sistematis satu sama lainnya. Pemerintah kemudian mencoba untuk mengambil pilihan solusi melalui
pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Pengembangan EBT tersebut tertera dalam garis besar kebijakan
Indonesia sesuai dengan kebijakan ketahanan energi nasional yang mengacu pada UU Energi No. 30 tahun 2007
serta Pepres No. 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional (2006-2025). Inti dari kebijakan tersebut ialah
bekurangnya proporsi penggunaan minyak bumi, gas bumi, batubara, panas bumi, dan biofuel secara bertahap,
yang didukung dengan kebijakan diversifikasi energi melalui pengembangan energi baru dan terbarukan dan
energi alternatif.

Kendati demikian, adapun kendala yang dihadapi dalam pengembangannya di Indonesia adalah sebagai berikut:

 Ketidakjelasan subsidi EBT pada sisi pembeli


 Regulasi yang belum dapat menarik investaii,
 Belum adanya insentif pemanfaatan EBT,
 Minimnya ketersediaan instrumen pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan investasi,
 Proses perizinan yang rumit dan memakan waktu yang lama, dan
 Permasalahan lahan dan tata ruang

Dalam menyikapi hal ini, pemuda dianggap mempunyai peran penting dalam keberhasilan implementasinya.
Pemuda selalu dianggap sebagai kaum revolusioner ataupun pelopor dalam perubahan transisi generasi dalam
tatanan sosial. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab pemuda.
Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek
pembangunan nasional. Lebih lanjut peran nyata pemuda dalam masyarakat adalah penyadaran, pemberdayaan,
dan pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan oleh pemuda di masyarakat. Sebagai
kontributor dalam pembangunan daerah, pemuda perlu mereposisi serta memberikan gagasan-gagasan
berwawasan global dan terlibat aktif dalam percepatan pembangun.

Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa dimasa depan. Estafet pembangunan terus
berlangsung sehingga generasi muda seyogianya mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah dan kritis,
serta semangat yang terus menggelora. Dengan kata lain, pemuda adalah motor penggerak utama
perubahan.

Implikasinya dengan peralihan pola konsumsi energi, pemuda yang bergerak di bidang akademik
mempunyai peran dalam penciptaan energi terbarukan berdasarkan sumber sumber alam yang ada di
sekitarnya, seperti sampah, biogas, tenaga surya, hyrector maupun mikro hidro. Adaptasi sumber energi
dapat berdasarkan pada karakteristik daerah masing-masing. Sebagai contoh nyata, gerakan Pemuda Sadar
Energi yang digalangkan oleh pemerintah merupakan tonggak awal pemuda dalam pengembangannya di
Indonesia. Hasil dari Gerakan pemuda sadar energi akan membangun pilot project berupa desa mandiri
energi yang di dalamnya akan dibangun solar shell, micro hydro, dan bio energi.

Kelompok pemuda dalam hal ini mahasiswa, dikirim bertugas untuk mencari tahu kebutuhan energi masyarakat
setempat, dengan cara tinggal berbaur dengan mereka. Contoh yang paling sering ditemui ialah masyarakat
pesisir yang umumnya bekerja sebagai nelayan, maka diperlukan cold storage untuk penyimpanan ikan.
Kebutuhan listrik untuk cold storage maupun kebutuhan transportasi dan yang lainnya akan diperhitungkan.
Lebih lanjut, mereka juga ditugaskan untuk mengidentifikasi sumber-sumber energi terbarukan yang tersedia di
lokasi mereka ditempatkan, apa yang sesuai dengan sumber daya setempat, misalkan apakah pembangkit listrik
tenaga angin, atau dengan tenaga surya, air, dan sebagainya. Hal ini kemudian dituangkan dalam bentuk
pengarsipan yang bertujuan sebagai data base dan sumber ilmu bagi pengembangan energi di daerah lain.

Selain itu, kampanye sadar lingkungan serta peralihan penggunaan energi terbarukan secara hemat sangat
diperlukan. Pada masa yang akan datang, generasi muda sekarang ini lah yang akan menjadi konsumen energi
untuk melangsungkan kehidupannya. Gerakan pemuda untuk masa depan berkelanjutan memiliki pengaruh
sebab pemuda mempunyai porsi dominan dalam melakukan perubahan sosial. Dalam hal ini, pemuda tidak hanya
menjadi pelopor tetapi sekaligus menjadi konsumen energi terbarukan.

Link Referensi:
http://digilib.unila.ac.id/21121/15/BAB%20I.pdf
https://dokumen.tips/documents/peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional.html
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/16860-32319-1-SM.pdf
https://journal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/viewFile/32063/19387
https://www.academia.edu/12795644/Merubah_Paradigma_untuk_Mewujudkan_Ketahanan_Energi_Nasional
http://teknopreneur.com/2018/01/05/hyrector-sumber-energi-terbarukan-ramah-kantong/

Anda mungkin juga menyukai