Oleh:
ABSTRAK
Perilaku terbentuk dari pengetahuan yang di beri rangsangan materi hingga
terbentuk pengetahuan baru yang kemudian akan menimbulkan tanggapan berupa
sikap, hingga timbul tanggapan lebih dalam lagi berupa tindakan nyata. Perilaku
berperan penting dalam mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi
dan mulut rentan terjadi pada anak usia Sekolah Dasar. Orang tua berperan penting
untuk membentuk perilaku anak, karena orang tua merupakan cerminan yang akan
ditiru ataupun dicontoh oleh anak. Mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi
dan mulut orang tua dan perilaku kesehatan gigi dan mulut anak pada siswa kelas
V MI Syafa’at Muhammadiyah Sukoharjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada
32 responden di MI Syafaat Muhammadiyah Sukoharjo. Penelitian ini diukur
dengan menggunakan kuesioner yang di adopsi dan modifikasi dari Mehta et al,
Vishwanathaiah S, dan Priya et al. Perilaku orang tua dan anak dalam kategori baik
25 responden (78,1%) serta tidak ada responden dalam kategori buruk. Terdapat
hubungan yang signifikan dengan hasil p=0.04 (p=<0.05) serta korelasi koefisien
r=0.35. Terdapat hubungan antara kesehatan gigi dan mulut orang tua dengan
perilaku kesehatan gigi dan mulut anak pada siswa kelas V MI Syafa’at
Muhammadiyah Sukoharjo Kata Kunci: perilaku, kesehatan gigi dan mulut, orang
tua
ABSTRACT
Behavior is shaped from knowledge that is given material stimuli to form a new
knowledge which will then generate a response in the form of attitude until it rises
a deeper stimulus in the form of real action. Behaviour takes part an important role
influencing dental and oral health. Dental and oral diseases are particularly
vulnerable in elementary school children. Parents are the most important thing to
shape the behavior of children because parents are a reflection to be imitated or as
an example for children. Knowing the behavior of oral health of parents and the
behavior of dental and mouth health of students in grade V MI Syafa'at
Muhammadiyah Sukoharjo. The type of research used was observational analytic
with cross sectional approach which was implemented on 32 respondents in MI
Syafaat Muhammadiyah Sukoharjo. This study was measured using an adopted and
1
modified questionnaire from Mehta et al, Vishwanathaiah S, and Priya et al.
Behavior of parents and children in good category 25 respondents (78,1%) and no
respondents in bad category. There was significant relationship with result p=0.04
(p=<0.05) and correlation coefficient r=0.35. There is correlation between oral
and dental health of parents with behavior of oral and dental health of children at
grade V students MI Syafa'at Muhammadiyah Sukoharjo
1. PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu keturunan,
lingkungan (fisik, biologi, sosial), pelayanan kesehatan, dan perilaku.Perilaku
dibagi kedalam tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Para ahli
melakukan pengukuran perilaku untuk mengetahui hasil dari ketiga ranah tersebut
dilihat dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan
(practice).Perilaku terbentuk dari adanya pengetahuan, kemudian diberi materi dari
luar yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan ini menimbulkan
tanggapan batin berupa sikap, setelah itu akan timbul tanggapan lebih dalam lagi
berupa tindakan. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih tahan lama
dibanding yang tidak dilandasi pengetahuan. Keluarga adalah lingkungan pertama
yang dikenal anak, sehingga orang tua (keluarga) akan menjadi model utama yang
ditiru oleh anak.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengamatan terhadap objek.Pengetahuan orang tua sangat penting untuk
mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak.Kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang
tua, maka orang tua harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan
gigi dan mulut. Orang tua dengan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut yang
rendah merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak. Anak mulai diajarkan menjaga kebersihan dan
kesehatan giginya pada periode gigi desidui.
Sikap merupakan hasil dari belajar yang dihubungkan dengan objek seperti
manusia, wawasan, peristiwa, maupun ide. Sikap anak terhadap nilai yang diajarkan
2
orang tua dapat berupa menerima dengan penuh kesadaran atau menerima namun
belum memiliki kesadaran. Cara orang tua menyampaikan sikap pada anak dapat
dikategoikan dalam berdialog, pemberian contoh, pemberian nasehat, dan
menyuruh tanpa memberikan contoh. Perwujudan nyata dari sikap adalah tindakan.
Tindakan merupakan perilaku yang bersifat terbuka (over behavior), tanpa fasilitas
maupun dorongan aksi nyata tidak akan terwujud.
3
1.1 TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut orang tua dan
perilaku kesehatan gigi dan mulut anak pada siswa kelas V MI Syafa’at
Muhammadiyah Sukoharjo
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, dilaksanakan di MI Syafaat Muhammadiyah Sukoharjo
pada bulan Desember 2017-Januari 2018. Metode pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik total sampling, yakni semua siswa kelas V beserta orang tua
siswa yang memenuhi kriteria inklusi. Instrument yang digunakan penelitian ini
adalah kuesioner yang di adopsi dan modifikasi dari Mehta et al, Vishwanathaiah
S, dan Priya et alyang telah tervalidasi. Setelah data yang diperoleh, dilakukan uji
analisis data dengan menggunakan rank spearman. Analisis data di olah dengan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 24 for windows.
4
Penghasilan Perbulan
6,3%
<Rp.2.600.000
12,5%
Rp.2.600.000-6.000.000
>Rp.6.000.000
81,3%
Pendidikan Terakhir
3,1%
37,5%
59.4%
3.2 Perilaku kesehatan gigi dan mulut orang tua dan anak
Berdasarkan kuesioner didapatkan hasil perilaku kesehatan gigi dan mulut orang
tua dan anak adalah sebagai berikut :
5
Diagram 3. Distribusi perilaku kesehatan gigi dan mulut orang tua siswa
kelas V MI Syafaat Muhammadiyah Sukoharjo
84,4%
6
Tabel 1. Distribusi hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut orang
tua dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut anak
Perilaku anak
Perilaku
Baik Sedang Buruk Total
orangTua
N % N % N % N %
Baik 25 78,1% 3 9,4% 0 0,0% 28 87,5%
Sedang 2 6,25% 2 6,25% 0 0,0% 4 12,5%
Buruk 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 27 84,4% 5 15,6% 0 0,0% 32 100,0%
Data diatas memperlihatkan hasil bahwa perilaku orang tua dan anak dengan
persentase tertinggi sebanyak 25 responden (78,1%) dalam kategori baik, serta pada
perilaku orang tua yang sedang namun perilaku anak baik terdapat 2 responden
(6,25%) dan perilaku orang tua dengan kategori sedang namun perilaku anak sedang
terdapat 2 responden (6,25%), serta dari orang tua dan anak tidak terdapat perilaku
dalam kategori buruk (0,0%). Hasil dari data di atas didapatkan bahwa orang tua
yang mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik maka perilaku
kesehatan gigi dan mulut anak juga baik.
Tabel 2. Tabel hasil analisis rank spearman hubungan perilaku kesehatan gigi
dan mulut orang tua dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut anak
Perilaku kesehatan gigi dan mulut anak
r Correlation Coefficient .358
Perilaku kesehatan gigi
dan mulut orang tua p Sig. (2-tailed) .044
7
koefisien korelasi (r=0.35) yang menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan
kekuatan hubungan antar dua variabel cukup.
Hasil pada orang tua yang mempunyai kesehatan gigi mulut baik dan anak
yang mempunyai kesehatan gigi dan mulut baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar orang tua dan anak mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut
yang baik, yakni 25 responden serta tidak ada responden yang mempunyai perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang buruk (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
kesehatan gigi dan mulut orang tua yang baik maka akan mempengaruhi perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang baik pada anak. Keluarga (orang tua) merupakan
faktor terpenting dalam membentuk serta mendidik anak. Perilaku terbentuk
dimulai dari adanya pengetahuan atau ranah kognitif, kemudian terbentuk
pengetahuan baru. Pengetahuan ini akan membentuk suatu tanggapan berupa sikap
terhadap subyek yang diketahuinya. Setelah terjadi rangsangan serta disadari
sepenuhnya maka akan timbul tanggapan lebih jauh lagi berupa tindakan. Perilaku
yang didasari pengetahuan akan lebih tahan lama dibanding yang tidak dilandasi
pengetahuan. Terdapat 10 indikator pernyataan pengetahuan yakni, membersihkan
gigi dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, periksa gigi ke
Puskesmas/dokter gigi setiap 6 bulan sekali, membersihkan gigi dilakukan 2x
sehari, menggosok gigi dilakukan pagi setelah sarapan, menggosok gigi dilakukan
malam sebelum tidur, menggosok gigi ke seluruh permukaan gigi, makanan dan
minuman yang manis dapat menyebabkan gigi berlubang, sayur dan buah adalah
makanan yang sehat untuk kesehatan gigi, sikat gigi yang berbulu halus dapat
membersihkan gigi dengan baik, serta menggosok gigi bagian depan dilakukan
dengan cara naik turun. Hasil dengan nilai tertinggi indikator pengetahuan
adalahorang tua dan anak memahami bahwa membersihkan gigi harus dengan
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi serta pentingnya menggosok gigi ke seluruh
permukaan gigi (100% responden menjawab benar). Pengetahuan sering dikaitkan
dengan pendidikan, namun tidak terbukti pada hasil penelitian ini (diagam 2)
dimana sebagian besar responden yang memiliki pendidikan dalam kategori
menegah atau hanya setingkat SMA/SMK mencapai 19 responden (59,4%), namun
mempunyai pengetahuan yang baik. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dapat
didapatkan secara alami maupun secara terencana, salah satunya melalui
8
pendidikan. Seseorang mendapatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dapat
melalui klinik gigi, sekolah, TV, keluarga, internet, koran, teman dan publikasi.
Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan yang
lebih baik tentang cara menjaga kebersihan gigi serta pentingnya gigi susu pada
anak.
9
sikat gigi dan pasta gigi, saya kontrol ke Puskesmas / dokter gigi 6 bulan sekali,
saya selalu membersihkan gigi 2x sehari, saya selalu menggosok gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur, saya selalu menggosok gigi malam sebelum
tidur, saya menggosok gigi ke seluruh permukaan gigi agar gigi bersih, setelah tidak
makan dan minum manis gigi saya sehat, saya makan sayur dan buah setiap hari,
saat menggosok gigi saya menggunakan sikat gigi berbulu halus, serta saya
melakukan gosok gigi bagian depan dengan cara naik turun. Hasil dengan nilai
tertinggi indikator sikap adalah orang tua dan anak telah melakukan rutinitas berupa
tindakan membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi serta melakukan
menggosok gigi ke seluruh permukaan gigi agar gigi bersih (100% responden anak
dan orang tua menjawab benar). Hal ini menjadi penghambat terjadinya karies,
karena faktor utama penyebab karies, yaitu host (gigi), mikroorganisme, lingkungan
atau substrat dan waktu. Karies terjadi apabila terjadinya demineralisasi lebih besar
dari pada remineralisasi. Namun, terdapat pernyataan yang terjawab paling rendah
dalam skor tindakan orang tua dan anak, yakni kurangnya kebiasaan orangtua yang
membawa anaknya untuk kontrol gigi kepuskesmas atau dokter gigi dalam kurun
waktu enam bulan sekali sedangkan semestinya waktu pemeriksaan gigi rutin yakni
minimal enam bulan sekali. Hal ini dimungkinkan karena tingkat penghasilan
perbulan orang tua dalam kategori menengah ke bawah (tabel 1). Keluarga dengan
penghasilan kategori menengah ke bawah cenderung mempunyai masalah yang
lebih mendesak untuk lebih didahulukan, misalnya kebutuhan pokok.Namun, untuk
kesehatan gigi dan mulutnya cenderung ditelantarkan. Hal ini juga di perkuat
dengan jauhnya fasilitas kesehatan seperti puskemas dari lokasi penelitian, yang
membuat orang cenderung malas untuk memeriksakan gigi nya secara rutin enam
bulan sekali.
Status ekonomi dan tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap
perilaku hidup sehat. Pendapatan berpengaruh terhadap perawatan medis, jika
pendapatan meningkat maka perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Tingkat
pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat, hal ini
dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada keluarga dengan sosial
ekonomi yang tinggi.
10
Orang tua mempunyai peran yang harus diterapkan kepada anaknya, antara
lain : pengasuh, yakni mengasuh sesuai dengan perilaku kesehatan yang baik,selain
itu juga berperan sebagai pendidikan, yakni orang tua harus memberikan
pendidikan yang baik, salah satunya adalah pendidikan kesehatan agar dapat
mandiri serta bertanggung jawab terhadap kesehatan anak, misalnya seperti
mendidik anak untuk menggosok gigi sehari dua kali sehari, mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, mengurangi makanan manis dan sebagainya,
kemudian pendorong, yakni orang tua sebagai pemberi motivasi, dukungan serta
pujian terhadap anaknya agar tetap menjaga kesehatan sesuai dengan didikan orang
tua, yang terakhir orang tua berperan sebagai pengawas, yakni mengawasi perilaku
anak untuk mencegah terjadinya sakit, seperti saat makan, sikat gigi, pemberian
susu, dan lain-lain. Berdasarkan peran orang tua tersebut, untuk merawat kesehatan
gigi dan mulut anak orang tua perlu mengetahui berbagai hal mengenai kesehatan
gigi dan mulut. Pemberian edukasi mengenai pentingnya perawatan gigi dan mulut
sebaiknya mulai terapkan sejak anak sudah mulai tumbuh gigi.
Mekanisme perilaku orang tua di contoh oleh anak di mulai dari peran orang
tua itu sendiri. Orang tua merupakan hal terpenting dalam pembentukan perilaku
anak, karena orang tua merupakan cerminan yang dilihat dan di contoh oleh anak.
Jika orang tua memberikan contoh yang baik bagi anaknya, maka perilaku anak
tidak jauh berbeda dengan orang tuanya. Anak akan mencontoh atau meniru orang
tuanya. Peniruan atau imitasi ini dilakukan anak setelah memperhatikan perilaku
orang tuanya. Peniruan akan menetap apabila mendapat respon positif maupun
respon negatif dari lingkungan. Respon positif misalnya peniruan yang mendapat
tanggapan penerimaan dari lingkungannya seperti mengulangi hal yang baik dan
benar, sebaliknya respon negatif adalah peniruan yang mendapat tanggapan
penolakan dari lingkungannya seperti memarahi atau melarang untuk mengulangi
sehingga akan timbul sikap jera dan tidak akan mengulangi lagi.
11
dengan kekuatan hubungan antar kedua variabel cukup. Hal ini di buktikan dengan
pernyataan bahwa pengasuhan anak oleh orang tua adalah hal terpenting, karena
orang tua merupakan cerminan yang akan di tiru ataupun dicontoh oleh anak.
4. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo S., 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi revisi
2014. Jakarta : Rineka Cipta, hal. 21, 137-147
Budiharto., 2013. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Gigi. Jakarta:EGC, hal. 17-21
Nashori F., 2009. Psikologi Kepemimpinan: Peran Psikologi Islam dalam
Pengembangan Moralitas Pemimpin. Pustaka Fahima: Yogyakarta, hal. 219221
Worang T.Y., Damajanti H.C.P dan Wicaksono D.A., 2014. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Orang tua dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Anak di TK Tunas
Bhakti Manado, e-GIGI., 2(2):1-4
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tentang Kesehatan. Jakarta
Rahim R. 2015. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Malam Hari dan Kejadian
Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 07 Tangerang,
Forum Ilmiah., 12 (1) : 69-76
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI
Rakhmawati I., 2015. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak, Konseling Religi :
Jurnal Bimbingan Konseling Islam., 6(1):1-17
Ramadhan A., Cholil., dan Bayu I.S., 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1
Marabahan, Dentino (Jur. Ked. Gigi)., 1(2):173-176.
12
Tabata A.T., Daisuke E., Shinsuke M., Mayu Y.T., Kota K., Tetsuji A., Yoshiaki I
and Morita M., 2017. Associations Between Dental Knowledge,Source of
Dental Knowledge and Oral Health Behavior in Japanese University Students:
A cross-sectional study, Source of Dental Knowledge and Oral Health
Behavior., 2(6):1-11
Suresh B. S., Ravishankar T. L., Chaitra T.R., Mohapatra A. K., Gupta V., 2010.
Mother’s Knowledge about pre-school child’s oral health, J Indian Soc Pedod
Pev Dent., 28:282-7
Tahani B., Yadegarfar G., and Azimeh Ahmadi., 2017. Knowledge, attitude, and
practice of parents of 7–12-year-old children regarding fissure sealant therapy
and professional fluoride therapy,Journal of Education and Health Promotion.,
6:1-7
Makhdoom S., Anwar M., and Sania A. M., 2016. Knowledge and Attitude of
Parents Regarding Child Dental Care: A Study done At Bacha Khan Medical
College, Mardan, Pakistan Oral & Dental Journal., 36(4):595-598
Kidd E.A.M dan Bechal S.J., 2013. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Penanggulangan., terjemahan Narlan Sumawinata dan Lilian Yuwono. Jakarta:
EGC, hal. 2-3
Soeprapto A., 2016. Pedoman dan Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: STPI Bina
Insan Mulia, hal. 3-4
Widayati, N., 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak
Usia 4-6 Tahun. vol. 2, No. 2 Mei 2014: 196–205
Azrul A,.1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: PT Sastra Hudaya, hal.
27-29
Winarsih BD., 2012. Hubungan peran serta orang tua dengan dampak
hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD RA Kartini Jepara [Thesis].
Jakarta: Universitas Indonesia
Hapsari D, Sari P dan Juliantry P., 2009. Pengaruh Lingkngan Sehat, dan Perilaku
Hidup Sehat terdahap Status Kesehatan, Bul.Penelit. Kesehat. Supplement.,
(1):40-49.
13