Setelah prosedur pembedahan selesai dan luka sudah di irigasi dan di debridement
dengan baik, ahli bedah harus kembali menegembalikan jaringan yang sudah di insisi ke
posisi aslinya, jika perlu, menempatkannya di posisi baru , dan menahannya dengan jahitan.
adalah untuh menahan batas luka, yaitu, untuk menahan jaringan di posisinya dan di posisi
yang mendekati daerah berlawanannya. Semakin tajam insisi nya maka memberikan
traumanya yang sedikit pada dinding luka, lebih mungkin terjadi penyembuhan sebagai
tujuan utamanya. Ketika ruangan antara dua tepi luka adalah minimal, penyembuhan luka
akan lebih cepat dan sempurna. Jika terjadi trauma yang berlebihn pada tepi luka,
penyembuhan luka mungkin membutuhkan intensitas yang lebih. Dengan demikian, ketika
menjahit suatu flap dan mengembalikan ke posisinya atau menutup daerah biopsy, ahli bedah
biasanya akan menggunakan penjahitan untuk memawa tepi luka kembali menutup. Namun,
dalam kasus dimana direncanakan penyembuhan secara seknder, seperti sesudah pencabutan
Penjahitan dapat juga berguna untuk hemotasis. Ketika suatu flap telah digunakan
mukosa atau kulit harus ditutup, karena perdarahan di jaringan dibawahnya bisa terus
terbentuk suatu hematoma. Dalam kasus tersebut, hemostasis yang lebih baik harus dicapai
sebelum luka nya tertutup. Demikian pula, jaringan lunak yang diatasnya seharusnya tidak
boleh dijahit secara erat dan dalam untuk mencoba mendapatkan hemostasis dari perdarahan
1
dalam soket gigi. Sebaliknya, tekanan secara langsung harus diterapkan. Penjahitan dapat
digunakan untuk membantu menjaga bekuan darah tetap berada dalam soket alveolar. Suatu
jaitan yang special, seperti jahitan figure of eight dapat memberikan penghalang dari
perpindahan bekuan darah. (gambar II-1). Namun, harus ditekankan bahwa menjahit di atas
luka yang terbuka memainkan peran kecil dalam menjaga bekuan darah tetap berada didalam
soket. Namun, figure of eight dapat membantu mempertahankan prokoagulan atau bahan
GAMBAR II-1. A. Jahitan figure of eight, kadang-kadang ditempatkan diatas bagian soket untuk
membantu dalam proses hemostasis. B. Jahitan ini dapat digunakan untuk menahan papila ke posisi
yang tepat dan untuk membantu memelihara selulosa yng teroksidasi ditempatkan dalam soket gigi
Penjahitan membantu memegang flap jaringan lunak diatas tulang. Ini adalah fungsi
penting karena tulang yang tidak tertutupi dengan jaringan lunak akan menajdi nonvital dan
membutuhkan waktu yang teralalu lama untuk penyembuhan. Ketika flap mukoperiosteal
terlihat dari tulang alveolar, hal ini sangat penting bahwa tingkat tulang ditutupi dengan flap
jaringan lunak. Kecuali menggunaan teknik jaitan yang tepat, flap dapat tertarik jauh dari
tulang, sehingga terbuka dan hasilnya penyembuhan lukanya tertunda. Dokter bedah harus
2
ingat bahwa tujuan dari penjahitan hanyalah untuk mengembalikan jaringan; oleh karena itu,
jahitan tidak boleh diikat terlalu ketat. Jahitan yang terlalu ketat akan menyebabkan iskemik
dari margin flap dan mengakibatkan jaringan nekrosis, dan bisa tiba-tiba robek menelusuri
jaringan. Dengan demikian, jahitan yang terlalu kuat terikat akan mengakibatkan luka
dehiscence lebih sering dibandingkan jahitan yang terikat secara longgar. Sebagai pedoman
klinis, tidak ada keseimbangan atau kejelasan iskhemik pada tepi luka yang harusnya terlihat.
Jika ini terjadi, jahitan harus dihilangkan atau diganti. Simpul harus diposisikan sehinga tidak
jatuh langsung di atas garis sayatan, karena ini menyebabkan tekanan tambahan pada luka.
Pencabutan gigi yang rutin tidak secara otomatis membuat kebutuhan untuk menempatan
jahitan. Namun, jika interdental, pailla terpotong atau tidak sengaja robek, atau flap telah
terbuka lebar, penjahitan biasanya diindikasikan. Bagian ini membahas instrument dan bahan
Needle Holder
Needle Holder adalah suatu alat dengan pegangan pengunci dan pendek, beak yang
tumpul. Untuk penempatan pada intraoral dari jahitan intraoral, sebuah needle holder yang
berukuran 6inc (15cm) biasanya dianjurkan. (Gambar II-2). Beak dari needle holder lebih
pendek dan lebih kuat dari beak haemostat, alat tidak dirancang untuk menahan jarum jahit.
Bentuk dari muka beak needle holder adalah silang-silang untuk memungkinkan memegang
3
jarum jahit. Haemostat mempunyai alur pararel di muka beak, sehingga mengurangi kontrol
jarum dan benang. Oleh karena itu, haemostat tidak digunakan untuk menjahit (gambar II-3).
GAMBAR II-2. Needle holder mempunyai handle yan mengunci dan pendek, dan beak yang gemuk
GAMBAR II-3. A. Hemostat (atas) lebih panjang, beak tipis dibandngan dengan needle holder
(bawah) dan, karena itu, tidak boleh digunakan untuk menjahit. B. Wajah beak dari needle holder
berpola silang-silang untuk memastikan pegangan positif pada jarum (kiri). Wajah haemostat
memiliki alur pararel yang tidak memungkinkan untuk memegang jarum (kanan).
4
Untuk mengontrol kunci pegangan dari needle holder dengan benar dan untuk
mengarahkan beak needle holder, ahli bedah harus memegang alat dengan benar. (gambar II-
4). Ibu jari dan jari manis dimasukan kedalam cincin pegangan. Jari telunjuk memegang di
sepanjang needle holder untuk menstabilkan dan mengarahkannya. Jari kedua berguna untuk
mengontrol mekanisme penguncian. Jari telunjuk seharusnya tidak dimasukan kedalam cincin
GAMBAR II-4. A. Needle holder dipegang menggunakan ibu jari dan jari manis di dalam cincin,
yang memungkinkan mereka membuka dan menutup needle holder. B. Jari pertama dan kedua
5
Pinset Jaringan
Banyak ahli bedah yang memilih memegang jarngan dengan suatu alat ketika
menjahit. Pinset jaringan yang umum digunakan untuk tujuan menjaht dentoalveolar adalah
pinset Adson (atau Pickups; Gambar II-5). Ini adalah pinset yang halus, dengan atau tanpa
gigi kecil di ujungnya, yang dapat digunakan untuk menahan jaringan lembut dan untuk
menstabilkan. Ketika alat ini digunakan, perawatan harus dilakukan untuk memegang
dipegang lebih kuat daripada yang tidak bergigi. Pinset Adson juga sering digunakan saat
melakukan biopsy.
GAMBAR II-5. A. Pinset Adson (pickups) yang bergerigi. Kecil, jenis pinset yang bergerigi halus
dapat digunakan secara lembut. Namun aman, memegang jaringan ketika penempatan jaringan dan
pembedahan. B. Close-up menunjukan pinset bergerigi halus. Pinset Adson tanpa bergerigi (tidak
ditampilkan).
Gunting
6
Instrument akhir yang diperlukan untuk menempatkan jahitan adalah gunting
jahitan (gambar II-6). Gunting jahitan biasanya memiliki tepi pemotong yang pendek karena
satu-satunya tujuan mereka adalah untuk memotong jahitan. Gunting jahitan yang paling
umum digunakan untuk bedah mulut adalan gunting Dean. Gunting ini memiliki pegangan
sedikit melengkung dan pisau yang bergerigi yang membuat lebih mudah memtong jahitan.
Gunting jahtan biasanya memiliki pegangan yang panjang dan ibu jari dan cincin jari.
GAMBAR II-6. A,B, Gunting dean biasa digunakan untuk memotong jahitan setelah pengikatan
simpul. Gunting jahitan harus dipegang denan cara yang sama dengan needle holder.
Jarum Jahit
7
Jarum jahit terdpat dalam berbagai macam bentuk, dari sangat kecil hingga sampai
yang sangat besar (Gambar II-7A). Jarum yang digunakan dalam menutup insisi mukosa oral
biasanya adalah jarum jahit dengan ukuran setengah lingkaran yang kecil atau tiga perdelapan
lingkaran. Jarum yang melengkung memungkinkan untuk melewati ruang yang terbatas jika
jarum yang lurus tidak dapat terjangkau, dan beberapa bagian dapat dilakukan dengan rotasi
pergelangan tangan.
Ujung jarum jahit adalah lancip sama seperti jarum jahit atau mempunyai ujung
segitiga yang memungkinkan mereka untuk menjadi jarum pemotong. Jarum pemotong akan
melewati mukoperiosteum lebih mudah dibandingkan jarum lancip (gambar II-7B). Bagian
pemotong dari jarum diperpanjang sampai sepertiga panjang jarum, dan sisa bagian jarum
dibulatkan. Jarum lancip digunakan untuk jaringan yang lebih halus, seperti operasi ocular
atau vascular. Dapat digunakan dengan jarum pemotong, karena mereka akan memotong
sepanjang jaringan lateral menuju akses jarum juka tidak digunakan secara hati-hati atau
dengan benar. Bahan jahitan biasanya sudah dibeli dalam keadaan bersatu diujung jarum oleh
pihak pembuat.
8
GAMBAR II-7. A. Bentuk dan tipe jarum yang umum digunakan dalam bedah mulut adalah
lingkaran tiga perlapan (atas dan tengah) dan setengah lingkaran (bawah) jarum pemotong. Atas, PS-
2; Tengah, FS-2; BAwah, X-1. Perhatikan bagaimana jahitan dan kesatuan benang dan jarum kuat. B.
Gambar jarum pemotong dengan triangular cross section. Ini memungkinkan jarum meluncur
sepanjang jaringan seperti gingiva lebih cepat dibandingkan jarum lancip (non cutting).
Lengkung jarum berada disekitar dua pertiga dari jarak antara ujung dan pangkal
jarum (gambar II-8). Hal ini memungkinkan jarum melewati jaringan sambil needle holder
dipegang secara kuat untuk menghindari kelenturan jarum atau jarum yang tumpul.
9
GAMBAR II-8. Needle holder dipegang di lengkungan jarum sekitar dua pertiga dari jarak ujung
jarum tersebut. Ini biasanya memungkinkan cukup jarum melewati jaringan sehingga ahli bedah dapat
memegang kembali jarum dibawah ujunng. Jarum seharusnya dipegang di ujung jarum dari beak
Bahan Jahitan
Banyak jenis bahan jahit yang tersedia. Bahan diklasifikasikan berdasarkan diameter,
Ukuran jahitan berhubungan dengan diameter dan dimulai dari nol. Diameter paling
umum yang digunakan dalam menjahit mukosa mulut adalah 3-0 (000). Ukuran jahitan yang
lebih besar adalah 2-0, atau 0. Ukuran kecil dimulai dengan angka nol, misalnya 4-0, 5-0, dan
6-0. Ukuran jahitan dari ukuran sangat halus, seperti 6-0, biasa digunakan pada tempat-
tempat mencolok pada kulit; misalnya wajah, karena menggunakan jahitan kecil yang dapat
menyebabkan kurangnya jaringan parut. Jahitan dengan ukuran 3-0 cukup besar untuk
menahan ketegangan intraoral dan cukup kuat terhadap simpul yang terikat dengan mudah
menggunakan pemegang jarum dari jahitan diameter yang lebih kecil (Gambar II-9A ke E).
10
GAMBAR II-9A. Jahitan bedah dengan double-wrapped (pembungkus ganda). Ini menunjukkan
pembungkus luar steril yang akan mengalami kontak dengan tangan yang tidak steril. Kemasan luar
dirancang sehingga dapat dikupas secara terbuka, sehingga paket bagian dalam steril untuk turun ke
instrumen yang steril atau pada seseorang dengan menggunakan sarung tangan untuk menghilangkan
jahitan ini.
GAMBAR II-9B. Jahitan bagian dalam yang diberi label, menjelaskan jenis dan ukuran jahitan dan
jenis chromic gut suture (jahitan dengan tali kromik) dan bentuk jarum swaged ke jahitan. Dalam hal
ini, jahitan 4-0 dengan 3/8 melingkar, dibalik pemotongan jarum (C6 adalah nama generik jarum
tersebut). Istilah “terbalik” berarti bahwa lintas-bagian segitiga dari titik pemotongan jarum ke bawah.
11
Jahitan adalah 27 inci atau panjang 70 cm. Diagram paket menunjukkan bentuk dan ukuran jarum
GAMBAR II-9C. Paket bagian dalam dirancang untuk dikupas secara terbuka, memperlihatkan
isinya. Isi akan mengalami kelembaban, karena ini adalah chromic gut suture (jahitan dengan tali
kromik) harus tetap lembab memungkinkan jahitan tepat saat sementara melakukan atau mengikat
jahitan. Karton tipis dalam kemasan diberi label di satu sisi untuk menunjukkan ukuran jahitan dan
GAMBAR II-9D. Folding (lipatan) bawah sudut yang ditunjuk menunjukkan jarum berbaring pada
bagian sendiri terpisah dari jahitan. Jarum siap untuk digenggam pemegang jarum.
12
GAMBAR II-9E. Setelah jarum digenggam, putar bagian dalam sehingga dapat dibuka, lakukan
Bahan jahit nonresorbable termasuk jenis seperti sutra, nilon, vinyl, dan stainless steel. Yang
paling umum digunakan adalah jahitan nonresorbable dalam rongga mulut yaitu sutra. Nilon,
Jahitan resorbable terutama terbuat dari gut (tali). Meskipun istilah ‘catgut (tali yang
dibuat dari usus kambing atau hewan lainnya dijemur dan dipintal untuk biola, raket dan
sebagainya)’ sering digunakan untuk menunjuk jenis jahitan, gut ini sebenarnya berasal dari
permukaan serosa usus domba. Catgut polos menyerap cepat dalam rongga mulut, jarang
berlangsung lebih lama dari 3 sampai 5 hari. Tali yang telah diberi dengan larutan tanning
(asam kromat) disebut “gut chromic” berlangsung lebih lama, 7 sampai 10 hari. Tali jahitan
polos dan kromat dikemas dalam keadaan lembab untuk membantu mempertahankan sifat
penjahitan. Jika kering, ini rapuh dan tidak mudah melewati jaringan. Bila menggunakan
jahitan gut, penting untuk tidak membuka paket bagian dalam sampai ahli bedah siap
menggunakannya. Jika jahitan kering atau memiliki lapisan dengan darah, jahitan dapat
13
ditarik melalui kasa yang dibasahi untuk mengembalikan sifat kerjanya. Perhatikan bahwa
tali jahitan kromat tidak harus dibiarkan terendam dalam larutan apapun, karena ini
cenderung mencuci garam kromat, mempercepat resorpsi jaringan. Komposisi dan sifat
monofilamen dari jahitan gut memberikan sifat memori elastis yang tidak dibutuhkan. Jadi,
ketika jahitan diambil dari paket, cenderung mempertahankan bentuk melengkung. Beberapa
memori elastis ini dapat dihilangkan dengan ditarik secara lembut untuk membantu
meluruskannya.
Beberapa jahitan resorbable sintetis juga tersedia. Ini mengandung bahan rantai
panjang polimer disambung menjadi bahan jahitan. Contoh termasuk asam polyglycolic dan
asam polylactic. Bahan-bahan ini secara perlahan diserap kembali, menggunakan waktu
sampai 4 minggu sebelum diserap kembali. Jahitan resorbable tahan lama jarang ditunjukkan
monofilamen adalah jahitan seperti biasa dan menggunakan gut kromat, nilon, dan stainless
steel. Jahitan polyfilament adalah jahitan seperti sutra, asam polyglycolic, dan asam
polylactic. Jahitan terbuat dari bahan yang disambung dengan lebih mudah, kurang
mengiritasi lidah pasien, dan jarang terikat. Bagian ujung yang dipotong bersifat lembut dan
tidak menimbulkan iritasi lidah dan jaringan lunak sekitarnya. Tetapi karena beberapa
filamen, ini cenderung terhadap cairan mulut “wick/sumbu” sepanjang jahitan pada jaringan
di bawahnya. Tindakan wicking (membuat sumbu) ini dapat membawa bakteri bersama
dengan air liur. Jahitan monofilamen tidak menyebabkan tindakan wicking tetapi dapat lebih
sulit untuk dilakukan pengikatan dan cenderung terjadi pengikatan. Memotong ujung yang
Salah satu jahitan yang paling umum digunakan untuk rongga mulut adalah sutra
hitam 3-0. Ukuran 3-0 memiliki jumlah kekuatan yang tepat; sifat polyfilament (dikepang)
14
membuat sutra mudah untuk diikat dan ditoleransi dengan baik oleh lidah pasien dalam
memotong ujung jahitan yang cenderung berbaring dan tidak tajam. Warna membuat jahitan
mudah untuk dilihat ketika pasien kembali datang untuk menghilangkan jahitan. Jahitan yang
mengikat mukosa bersama-sama biasanya tersisa di tempat tidak lebih dari 5 sampai 7 hari,
sehingga tindakan wicking penting secara klinis. Banyak ahli bedah lebih suka jahitan kromat
3-0 untuk menghindari usaha yang lebih sulit dalam menghilangkan jahitan.
Jahitan yang dipaket membantu jarum dan benang tetap steril sebelum digunakan. Ini
memiliki pembungkus luar steril dan pembungkus dalam steril. Pembungkus luar dirancang
sehingga salah satu ujung dapat dikupas secara terbuka, memungkinkan paket bagian dalam
diberikan kepada seseorang yang terlibat dalam operasi (Gambar II-10) atau turun ke baki
bedah.
GAMBAR II-10. Paket bagian luar sutura dikupas secara terbuka memungkinkan ahli bedah atau
15
Teknik yang digunakan untuk menjahit sulit untuk dilakukan. Penggunaan pemegang jarum
dan teknik yang diperlukan untuk meloloskan jarum melengkung melalui jaringan sulit untuk
dikuasai. Pembahasan berikut menjelaskan teknik yang digunakan dalam menjahit; Praktek
ini diperlukan sebelum penjahitan dan dapat dilakukan dengan keterampilan dan kemahiran.
Sama seperti dengan semua keterampilan yang lain, belajar sambil praktek di bawah
pengawasan seorang instruktur sangat penting agar mampu menjahit dengan keterampilan
dan kemahiran.
Ketika melewati jarum melalui jaringan, jarum harus dimasukkan pada permukaan
mukosa dekat dengan sudut yang tepat, untuk membuat lubang terkecil dalam flap mukosa
(Gambar II-11). Jika jarum melewati jaringan miring, jahitan akan merobek lapisan
permukaan flap ketika simpul jahitan terikat, mengakibatkan cedera yang lebih besar untuk
jaringan lunak.
Ketika melewati jarum melalui jaringan, ahli bedah harus memastikan bahwa jumlah
jaringan yang diambil cukup, untuk mencegah jarum atau jahitan dari menarik melalui
jaringan lunak. Karena jaringan yang dijahit adalah muco-periosteum, ini tidak harus diikat
terlalu ketat. Jumlah minimal jaringan antara jahitan dan tepi flap adalah 3 mm.
kelengkungan jarum dengan rotasi pergelangan tangan atau lengan bawah. Ahli bedah harus
mempertimbangkan seberapa dalam jarum sehingga jaringan tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit yang terkena. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman. Dalam sebagian besar
keadaan untuk bedah mulut, jumlah yang sama dari jaringan harus terlibat pada setiap sisi
luka yang sedang diobati. Ini berarti bahwa jarak dari luka tepi jarum masuk dari sisi pertama
harus sama dengan jarak dari tepi luka ketika jarum muncul di sisi lain. Demikian pula,
kedalaman di mana jarum jahit meninggalkan jaringan subepitel di sisi pertama harus sama
16
GAMBAR II-11. A, Ketika melewati mukosa, jarum harus dimasukkan pada permukaan jaringan
dengan sudut 60 sampai 90°. Sudut jarum yang masuk harus ditentukan dengan seberapa dalam
jahitan yang akan dibuat. B, Pemegang jarum harus merubah posisi sehingga jarum melewati dengan
mudah melalui jaringan. Hal ini dilakukan dengan rotasi pergelangan tangan dan lengan bawah. C,
Jika jarum memasuki jaringan lunak pada sudut akut dan didorong (bukan berubah) melalui jaringan,
merobek mukosa dengan jarum atau dengan jahitan dapat terjadi dan jaringan terlalu sedikit. D,
Dalam kebanyakan kasus, jumlah yang sama dari jaringan harus ada di kedua sisi luka.
Jenis paling umum dari jahitan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah jahitan
terputus secara rutin. (Beberapa ahli bedah merujuk pada jahitan terputus rutin sebagai
jahitan “sederhana” dan ini adalah terminologi yang diterima, Tetapi setiap jenis teknik
penjahitan hanya akan menjadi “sederhana” setelah dikuasai. Jadi, istilah “Rutin” digunakan
dalam teks). Jahitan rutin terputus berguna untuk jahitan pada bagian papila, untuk
memperkirakan tepi flap kembali ke tempatnya, dan untuk menutup jaringan lunak setelah
biopsi. Teknik untuk menempatkan dan mengikat jahitan terputus rutin akan dijelaskan
pertama, diikuti dengan diskusi teknik penjahitan lain yang digunakan untuk operasi
dentoalveolar.
Jahitan terputus rutin paling umum digunakan dalam rongga mulut. Jahitan ini
berjalan melalui salah satu sisi luka, muncul melalui sisi lain dari luka, dan diikat dalam
simpul. Jahitan ini dibuat dengan cepat, dan ketegangan pada setiap jahitan disesuaikan
secara individual. Ketika beberapa jahitan terputus ditempatkan, jika salah satu jahitan
17
hilang, jahitan yang tersisa akan tetap berada pada posisinya, menutup luka. Ketika
menempatkan beberapa jahitan terputus secara berdekatan, ini biasanya dapat berjarak
Ketika menjahit, jaringan diangkat disekitar soket gigi yang dicabut, seperti
papilla yang telah dipotong dalam puncak alveolus, lebih baik untuk menjahit sisi wajah
dari papilla ke sisi lingual/palatal. Misalnya, untuk menjahit papilla antara soket gigi 29
dan 30, jarum yang pertama harus memasukkan permukaan epitel sisi bukal dari papilla.
Setelah sekitar satu setengah jarum melalui papilla, pemegang jarum harus menggenggam
kembali jarum pada permukaan bawah papilla dan terus diarahkan melalui jaringan.
Dokter bedah harus memegang kembali jarum dua pertiga dan selanjutnya menempatkan
jarum melalui permukaan bawah sisi lingual dari papilla. Setelah sekitar satu setengah dari
jarum melalui papilla, pemegang jarum harus memegang kembali jarum lagi untuk
menyelesaikan jahitan melalui sisi lingual dari pemotongan papilla. Karena ini
dimaksudkan untuk menjadi jahitan terputus, ini siap untuk diikat (Gambar II-12).
18
GAMBAR II-12. Penjahitan papilla antara soket gigi 29 dan 30 dengan menggunakan teknik jahitan
terputus rutin. A, jarum pertama harus dimasukkan ke permukaan epitel sisi bukal dari papilla. Dalam
kebanyakan kasus, jarum harus dimasukkan ke papilla pada sudut 90°. B, Setelah sekitar satu
setengah jarum melalui papilla, pemegang jarum harus memegang kembali jarum pada permukaan
bawah papilla dan terus mengarahkannya melalui jaringan. C, Dokter bedah harus memegang lagi
jarum dua pertiga dari ujung jarum dan selanjutnya menempatkan jarum melalui permukaan bawah
sisi lingual dari papilla, mencoba untuk masuk kembali pada kedalaman yang sama dimana jahitan
keluar dari sisi wajah papilla. D, Setelah sekitar satu setengah jarum melalui papilla, pemegang jarum
harus memegang kembali jarum lagi untuk menyelesaikan jahitan melalui sisi lingual dari
pemotongan papilla. E, Karena ini dimaksudkan untuk menjadi jahitan terputus, ini siap untuk diikat.
19
Gambar II-13 menggambarkan tahapan yang dilakukan untuk mengikat jahitan
interrupted menggunakan needle holder. Hal yang penting diingat adalah jahitan yang dijalin,
seperti jahitan black silk, memerlukan satu simpul (Gambar II-13A ke I), dan jahitan
monofilament, seperti chromic gut, memerlukan dua simpul untuk mencegah longgarnya
jahitan (Gambar II-13J). Salah satu kesalahan yang paling umum dilakukan dokter yang
belum berpengalaman adalah kurangnya menarik needle holder sebelum mengikat jahitan.
Ujung benang yang panjang dengan menggunakan needle holder diikat dengan ujung yang
benang pendek, sebaiknya tidak lebih panjang dari 2 cm. Hal yang juga penting diingat
adalah untuk mengencangkan simpul dengan hanya menarik ujung benang yang panjang dari
jahitan, namun needle holder tetap memegang ujung benang yang pendek.
Gambar II-13. Kebanyakan jahitan intraoral diikat dengan menggunakan needle holder. A, Jahitan
ditarik melewati jaringan sampai ujung pendek dari jahitan (1.5-2cm) muncul. Needle holder
dipegang dengan menggunakan tangan kanan untuk persiapan prosedur pengikatan. B, tangan kiri
20
melilit ujung benang panjang mengelilingi needle holder dua kali searah jarum jam. C, Kemudian
dokter membuka needle holder dan menggenggam ujung benang pendek dekat dengan ujungnya. D,
ujung dari benang ditarik kearah yang berlawanan untuk mengencangkan ikatan. Perhatikan bahwa
(LANJUTAN) E, Akhir dari tahap pertama ikatan jahitan. Lilitan ganda menghasilkan simpul ganda.
Hal ini meningkatkan gesekan pada simpul dan akan menjaga tepi luka bersatu sampai bagian kedua
dari simpul terikat. F, Sekarang needle holder dilepaskan dari ujung benang yang pendek dan
memegang dalam posisi yang sama saat pengikatan simpul dimulai. Hati-hati pada saat ini untuk tidak
menarik simpul awal ini lebih jauh atau simpul akhir akan longgar. Lalu needle holder ditempatkan
pada V dengan ujung benang yang panjang. Kemudian tangan kiri membuat satu lilitan searah jarum
21
jam. G, Needle holder menggenggam ujung benang yangpendek pada ujungnya. H, bagian dari
simpul ini selesai dengan menarik lingkaran dengan kuat ke bawah terhadap bagian simpul
sebelumnya. I, Hal ini menyempurnakan simpul. Lubang ganda yang pertama kali lewat mengikat
jaringan secara bersamaan sampai bagian kedua dari simpul kotak dapat terikat. Kemudian benang
sudah dapat di gunting. J, kebanyakan dokter menambahkan simpul ketiga ketika menggunakan
benang resorb dan/ atau benang monofilament. Needle holder dipindahkan ke posisi semula, dan satu
lilitan melingkari needle holder searah dengan jarum jam. Ujung benang pendek digenggam dan
dikencangkan kearah bawah untuk membentuk simpul kotak yang kedua. Simpul akhir yang ketiga
dikencangkan. (perhatikan bahwa simpul kota yang pertama dikencangkan sebelum membuat simpul
kotak kedua.) Kedua ujung dari benang digunting, meninggalkan 1 cm atau kurang dari ujung benang
Gambar II-14 menggambarkan tekhnik yang hampir sama digunakan setelah prosedur
implant. Perhatikan bahwa simpul jahitan menelusuri bukal/labial dari alveolus untuk
memindahkan permukaan luka sebelum dipotong. Hal ini juga penting ketika menggunakan
benang nonresorbable, karena posisi simpul tidak akan mengganggu pasien dan lebih mudah
Saat simpul mengikat jahitan, dokter atau asisten harus menggunakan gunting jahitan
untuk memotong jahitan. Orang yang menggunting jahitan harus menggunakan ujung dari
gunting untuk memotong jadi dapat dipastikan bahwa tidak ada yang terpotong dibelakang
dari ujung gunting. Panjang dari ujung benang bervariasi, tergantung dari keadaan. Pada
banyak keadaan dimana mukosa mulu yang dijahit, ujung dari benang yang disisakan tidak
22
Gambar II-14. Contoh dari penjahitan setelah dilakukan prosedur implant. A, Jarum dimasukkan
melewati facial papilla, mengikutsertakan jaringan yang cukup jadi jahitan tidak mudah tertarik
selama pembuatan simpul. B, bagian kedua melewati bawah permukaan lingual papilla, mencoba
melibatkan jumlah jaringan yang terlibat dalam facial papilla. Jika kedua gingiva interdental papil
dalam posisi yang benar, banyak dilakukan satu kali penjahitan dengan jarum melewati kedua sisi,
dari pada dilakukan dua kali penjahitan. C, needle diarahkan melewati papilla lingual ke sisi facial
untuk memungkinkan penyimpulan. D, perlu diperhatikan bahwa simpul telah diposisikan pada sisi
facial dari luka sebelum dipotong. Hal ini menjaga tepi luka dari iritasi akibat lidah pasien, benang
Ketika flap envelope diposisikan di posisi yang benar, flap tersebut akan dijahit di interdental
papil. Jahitan tidak dibuat diatas soket karena jika seperti itu pinggiran luka tidak didukung oleh
tulang yang sehat. Ketika mengembalikan flap, jarum jahit pertama kali dimasukkan pada jaringan
yang bisa digerakkan; jarum diambil kembali memakai needle holder lalu dimasukkan kembali ke
23
jaringan yang cekat pada papilla lingual. Jika kedua tepi dari luka tertutup bersama, dokter dapat
memasukkan jarum melewati kedua sisi pada luka sekali masuk. Namun, untuk hasil yang lebih tepat,
sebaiknya dengan 2 kali jalan masuk pada banyak keadaan (Gambar II-15).
Gambar II-15. A, ketika flap envelope di reposisikan di posisi yang benar, flap tersebut akan
dijahit di interdental papil. B, Jahitan tidak dibuat diatas soket karena jika seperti itu pinggiran luka
Jika menggunakan flap 3 sisi, ujung vertical pada insisi harus ditutup secara terpisah. Dua
jahitan biasanya dibutuhkan untuk menutup ujung vertical secara tepat. Sebelum benang di masukkan,
elevator posterior digunakkan mengungkit secara ringan sisi non-flap dari insisi, membebaskan tepi
untuk mempermudah jalan bagi jarum melewati jaringan (Gambar II-16). Jahitan pertama
ditempatkan bersebrangan dengan papilla dimana insisi vertical dibuat. Diketahui juga, tanda yang
mudah diidentifikasi adalah hal terpenting ketika mereposisi flap 3 sisi. Kemudian sisa jaringan dari
24
insisi envelope ditutup kembali, setelah bagian vertical ditutup. Bayangan sedikit dari sisi non-flap
Gambar II-16. A, untuk membuat jahitan dari flap 3 sisi lebih mudah, elevator posterior digunakan
untuk mengungkit sejumlah kecil dari jaringan cekat sehingga benang dapat melewati ketebalan dari
mukoperiosteum. B, ketika flap 3 sisi direposisi, jahitan pertama ditempatkan pada ujung oklusal dari
insisi vertical. (1). Papila kemudian dijahit secara bertahap (2,3) Apabila diperlukan, aspek utama dari
Jahitan dapat dilakukan dengan beberapa cara yang berbeda. Teknnik penjahitan yang
berguna untuk menjahit 2 papila berdekatan dengan jahitan tunggal adalah jahitan matras
horizontal (Gambar II-17). Teknik ini juga berguna ketika tepi dari papilla sangat rapuh,
karena benang dapat memasuki jaringan lebih jauh dari tepi luka. Saat selesai dan jahitan
telah terikat dengan kencang, tepi luka biasanya akan kembali lagi.
25
Gambar II-17. A, jahitan matras horizontal terkadang digunakan untuk menutup luka jaringan lunak.
Penggunaan teknik jahitan ini lebih efisien. B, jahitan tunggal matras horizontal dapat ditempatkan
bersebrangan papillai soket gigi dan menghasilkan 2 jahitan individual yang serupa.
Ketika menjahit disekitar implant, dokter lebih memilih menggunakan versi lain dari
jahitan matras horizontal. Pada kasus yang terlihat, jahitan yang dikencangkan, akan
membantu jaringan lebih nyaman hingga dasar implant. (Gambar II-18). Variasi jahitan
tersebut, jahitan segi 8, sering digunakan setelah dilakukan pencabutan gigi. Teknik ini
26
Gambar II-18. Variasi dari jahitan matras horizontal (perlu diperhatikan implant crown tidak
diperlihatkan pada pandangan oklusal untuk memudahkan lapangan pandang pada proses penjahitan).
A, Jarum jahit memasuki jaringan pada sisi bukal/labial dari jaringan distal terhadap implant, dan
keluar pada sisi lingual (terlihat sekali melewati). B dan C, jarum jahit kemudian memasuki jaringan
lingual pada mesial dari implant dan keluar pada sisi bukal/labial (terlihat 2 kali melewati, tetapi juga
dapat dilakukan dengan sekali lewat melalui kedua sisi dari luka). D, pandangan cross-sectional. E,
Jika luka lebih panjang, teknik penjahitan continuous lebih efisien digunakan untuk
penutupan. Ketika menggunakan teknik ini, tidak membutuhkan simpul pada tiap jahitan,
membuat lebih cepat untuk menjahit luka yang panjang dan hanya meninggalkan beberapa
27
simpul. Kerugian dari teknik continuous adalah jika satu benang ditarik melewati jaringan
nonlocking (sering disebut sebagai jahitan baseball, karena polanya menyerupai jahitan pada
baseball). Saat menggunakan jenis jahitan ini, jarak antara loops dari jahitan adalah 1 - 1,5
cm. Hal tersebut berguna dalam menjaga ketegangan pada loop jahitan yang ditempatkan
ketika membuat jalan masuk untuk jaringan. Juga untuk menghindari longgarnya jahitan pada
jaringan saat jahitan tambahan sedang dilakukan. Tegangan dapat dikontrol oleh tangan
dokter yang tidak memegang needle holder atau oleh asisten (Gambar II-19).
Gambar II-19.Ketika jahitan multiple digunakan setelah pencabutan multiple, insisi dapat ditutup
dengan jahitan running atau continuous. A, papilla pertama ditutup, dan simpul diikat dengan cara
biasa. Ujung benang yang panjang dipegang, dan papilla yang berdekatan dijahit, tanpa mengikat
simpul, tetapi hanya dengan benang ditarik kuat melewati jaringan. B, akhir dari papilla kemudian
dijahit sampai yang terakhir dan simpul diikat. Simpul pada ujung dari jahitan continuous
menggunakan loop jahitan yang terakhir sebagai ujung benang yang pendek ke ujung benang yang
panjang yang diikat. C, jahitan continuous dapat dibuat dengan memasukan ujung benang yang
panjang dibawah loop sebelum ditarik melewati jaringan. D, Hal ini menempatkan jahitan pada
periosteal dalam dan permukaan mukosa secara langsung menyebrangi papilla dan membantu aposisi
28
jaringan. Penguncian juga membantu mencegah longgarnya jahitan saat jahitan tambahan dibuat.
Simpul pada ujung diikat dengan cara yang sama yang digunakan pada jahitan nonlocking.
Aspek tersulit untuk dokter yang kurang berpengalaman adalah jahitan continuous
dan simpulnya. Simpul awal ditempatkan tepat seperti jahitan interrupted; namun, saat simpul
dikencangkan, benang yang terikat pada jarum tidak dipotong. Melainkan, digunakan untuk
melanjutkan penjahitan. Saat jahitan terakhir telah dilakukan, tidak ada ujung benang yang
pendek tesedia untuk diikat. Sebaliknya, ujung benang yang panjang diikat ke ujung benang
Benang nonresorbable yang tersisa dibiarkan selama 5 sampai 7 hari. Sesudah itu,
benang tidak lagi berguna dan memungkinkan peningkatan kontaminasi dibawah submucosa.
Benang dipotong menggunakan ujung gunting jahit yang tajam. Idealnya, potongan dibuat
sedekat mungkin dengan mukosa untuk meminimalisasi jumlah benang yang terkontaminasi
ditarik melewati luka yang mengalami penyembuhan. Benang diambil dengan ditarik
Contoh klinis penggunaan jahitan interrupted dan continuous diperlihatkan pada Gambar II-
20 dan II-21.
29
Gambar II-20.Contoh dari penggunaan jahitan interrupted setelah pembuangan exostosis tulang
palatal. A, exostosis pada palatal yang kecil yang mengganggu pembuatan gigi plasu pada area
tersebut. B, insisi dan flap mukoperiosteal untuk membuka exostosis pada palatal. C, gunakan bone
file untuk membuang kelebihan tulang. D, penutupan jaringan lunak menggunakan teknik interrupted
30
Gambar II-21.Contoh dari penggunaan jahitan locking continuous setelah pembuangan exostosis
bukal. A, Permukaan irregular pada sisi bukal alveolar ridge. Setelah dilakukan pencabutan gigi, insisi
dilakukan diatas tulang dari alveolar ridge. (insisi vertical pada daerah kaninus.) B, Pembukaan dan
pembuangan exostosis pada bukal dengan rangeur. C, penutupan jaringan lunak menggunakan teknik
31