Anda di halaman 1dari 11

GONORE atau “Raja Singa”

Faktor Penghubung :
1. Penjamu (Host) :
Gonore tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondidi geografis. Laki-laki
dan wanita baik itu dewasa maupun anak-anak dpat tertular penyakit ini.
Penyebaran infeksi secara global didukung oleh kebiasaan manusia berpindah
tempat yang turut meningkatkan faktor resisten.
Angka serangan paling tinggi pada orang berusia muda 15-24 tahun yang
tinggal dikota, termasuk dalam kelompok sosio-ekonomi rendah, yang tidak
menikah atau homoseksual, atau memiliki riwayat PMS terdahulu serta aktif
melakukan hubungan seksual. Penyakit ini sangat mudah ditularkan dengan
angka infeksi 50% untuk wanita dan 20% untuk pria setelah sekali terpajang vagina
tanpa pelindung.
Gonore ditularkan dengan cara hubungan seksual dengan penderita, baik sex
secara oral ataupun vaginal. Dari cairan tubuh dan darah itulah penyakit ini dapat
tertular dan menginfeksi pada bagian mulut, mata, organ kelamin luar dan dalam.
Besarnya faktor perilaku masyarakat mengenai kurangnya kesadaran dan
pengetahuan sehingga terkena penyakit akibat melakukan hubungan seksual atau
seks bebas yang tidak menggunakan pengaman, hubungan pranikah dengan cara
berganti-ganti pasangan membuat penyakit gonore ini mudah menular dan
berkembangbiak.
2. Faktor Agent
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri yang
dinamakan gonokok yang dimasukan ke dalam kelompok Neisseria sebagai
Neisseria gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi
dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Menginfeksi lapisan
dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata
(konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain Kultur dari bakteri N. gonorrhoeae
dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada tahun 1882 dan
dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan tempat
biakan selektif pada media agar khusus.
Media Thayer-Martin merupakan media yang selektif untuk mengisolasi
gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-
Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur.
3. Faktor Lingkungan
Bakteri ini bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak
tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di
atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Sehingga bakteri ini mudah
berkembangbiak di negara tropis yang memang kelembapannya dibawah suhu 39
derajat. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita
sebelum pubertas. Sering memakai barang-barang dengan bersamaan seperti
handuk dan sprei dapat menularkan penyakit ini.

Cara Pencegahan
1. Kita harus menyadari bahwa gonore adalah penyakit yang sampai sekarang masih
ada, sehingga perlu diwaspadai. Anak dari semua usia dapat diserang oleh
penyakit gonore ini.
2. Memberikan pendidikan seks yang memadai sesuai umur dan sasaran.
3. Banyak dokter menganjurkan untuk mengikutsertakan pemeriksaan pembiakan
cairan keputihan yang keluar dari vagina, ke dalam pemeriksaan rutin atau
pemeriksaan tahunan, khususnya bagi para siswa aktif secara seks.
4. Untuk pelaku seks aktif disarankan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan seksual.
5. Untuk pekerja seks komersial atau PSK penderita gonore harus diobati dengan
cepat dan tepat, karena merupakan sumber penularan utama gonore.
Pemeriksaan kesehatan seksual PSK harus dilakukan dengan teratur.
6. Untuk ibu hamil akan lebih disarankan atau lebih baik persalinan dilakukan dengan
operasi secarea. Namun jika sudah dilakukan persalinan secara vaginal
pencegahan penularan pada bayi dengan cara memberikan obat tetes mata pada
bayi yaitu perak nitrat atau penisilin segera sesudah bayi dilahirkan.
7. Menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berisiko tinggi.
8. Mengobati pasangan dari penderita yang positif terinfeksi kencing nanah, atau
minimal memeriksa pasangan tersebut apakah telah terinfeksi.

Herpes Simplex

Faktor Pendorong :
1. Faktor Host (penjamu)
 Umur
Kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun dan lanjut usia terinfeksi
HSV dan Herpes zoster intinya penyakit ini memang berurusan dengan
daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum
lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun keatas. Pada usia di atas 50 tahun,
banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya lemah. Orang-
orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk
golongan rentan. Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita
keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap
orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi,
seperti penderita kanker.
 Jenis Kelamin
Laki-Laki dan Perempuan bisa terinfeksi VHS.
 Suku/Ras/Warna kulit
Orang negro cenderung lebih kuat dan mempunyai daya tahan tubuh
lebih kuat dari orang ras putih (ras Mongolia) seperti orang Indonesia.
 Fisiologi
Kelelahan menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kehamilan rentan
terhadap infeksi, pubertas (anak diatas usia 12 tahun lebih banyak
terinfeksi VHS), stress, dan kurang gizi.
 Imunologis
Sakit dan Imunisasi Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa
dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia
1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunisasi dapat diberikan satu kali lagi
pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%.
Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat
dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
2. Faktor Agent
 Gizi
Kurang gizi, sistem imunologi menurun. Gizi merupakan faktor penentu
yang penting dari respon imun tubuh dan kekurangan gizi merupakan
penyebab kurangnya kekebalan tubuh (immunodeficiency). Bukti
menunjukan pada saat kekurangan zat gizi mikro: Zn, Se, Fe, Cu, Vitamin
A, C, E dan Vitamin B6 serta asam folat, memiliki pengaruh penting
terhadap respon imun. Pentingnya pencegahan serta mengeliminasi
malnutrisi sebagai strategi untuk menurunkan prevalensi, keparahan dan
kematian oleh penyakit infeksi. Maka dari itu penyakit menular dapat
dengan mudah menyerang ketika sistem imunitas seseorang menurun
saat berkontak fisik dengan penderita.
Ketika daya tahan tubuh prima, virus herpes akan “berdiam” di tubuh
dan tidak menyebabkan gejala gangguan kesehatan seperti gatal dan luka
melepuh. Namun, ketika daya tahan tubuh merosot, virus herpes ini
kembali menyebabkan luka yang kemudian merah, gatal, dan berair. Maka
dari itu, jika sudah pernah sekali mengalami infeksi virus herpes tipe HSV
1 ini, Anda harus selalu menjaga daya tahan tubuh Anda agar infeksi virus
penyakit ini tidak kambuh kembali.
 Kimia
Terkena polusi dan tidak menjaga kebersihan contohnya memakai
sabun. Proses penularan virus herpes zoster ini bisa melalui bersin, batuk,
pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung lepuh yang
pecah. Salah satu cara terbaik untuk mencegah tertular penyakit akibat
virus herpes zoster ini adalah dengan menjaga kebersihan barang sehari-
hari, menjaga daya tahan tubuh, dan meminimalkan kontak langsung
dengan penderita yang sedang terkena penyakit cacar air.
 Biologis
Herpes Simpleks di sebabkan oleh Virus. Yaitu Virus Herpes Simpleks
(VHS) type 1dan (VHS) type 2 adalah virus Herpes
3. Faktor Environment
 Fisik
- Iklim : Penghujan meningkatkan perkembang biakan virus
Herpes Simpleks karena Virus tersebut hidup di air.
- Geografis : Pada daerah manapun baik pegunungan,pantai bisa
terinfeksi Virus Herpes Simpleks tapi cenderung pada daerah beriklim
tropis.
- Demografi : Di desa
 Biologi
Fauna (Virus)
 Sosial
Pada masyarakat yang kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah,
dirumah, tempat kerja, tempat umum, apabila terjadi bencana alam,
perang karena tidak terjaga kebersihannya.
Cara Pencegahan
1. Memberikan penyuluhan kesehatan keapda masyarakat dan tentang kebersihan
perorangan yang bertujuan untuk mengurangi perpindahan bahan-bahan
infeksius.
2. Berhenti melakukan hubungan seksual secara oral, vaginal dan anal setelah
mengetahui tanda-tanda awal infeksi walaupun memakai kondom. Karena virus ini
dapat menyebar dari luka yang tidak tertutup oleh kondom. Virus juga dapat
menyebar melalui cairan keringat atau vagina ke tempat yang tidak tertutup
kondom.
3. Untuk petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan pada saat
berhubungan langsung dengan lesi yang berpotensi untuk menular.
4. Disarankan untuk melakukan operasi cesarea sebelum ketuban pecah pada ibu
dengan infeksi herpes genetalia primer yang terjadi. Dan operasi cesarea
disarankan hanya jika terjadi lesi aktif pada saat persalinan.
5. Menggunakan kondom lateks saat melakukan hubungan seksial mengurangi
resiko infeksi. Dan untuk pencegahanmenurunkan insidensi kekambuhan dan
mencegah infeksi herpes pada pasien dengan defisiensi imunitas.
6. Gunakan pengobatan herpes, resiko dapat dikurangi jika pasangan menderita
herpes mengambil dosis kecil obat dan anti-herpes.

Jika sudah terinfeksi dan menimbulkan ruam herpes, anda harus melakukan
langkah-langkah berikut :
1. Jangan menyentuh luka, bila sudah tersentuh lakukan cuci tangan dengan sabun
dan air untuk membunuh virus. Cuci tangan setelah pergi ke kamar mandi,
sebelum menggosok mata dan sebelum menyentuh lensa kontak.
2. Jangan membasahi lensa kontak atau kacamata dengan air liur, terutama bila
memiliki herpes oral.
3. Jika memiliki herpes oral, jangan mencium siapa pun, terutama bayi, anak atau
wanita hamil.
4. Jika anda wanita hamil dan memiliki ruam herpes harus segera dikonsulkan ke
Dokter, agar direkomendasikan untuk operasi caesar untuk mengindari penularan
ke bayi.
5. Bila wanita hamil terkena herpes oral, infeksi tidak membahayakan kehamilan.
Namun setelah melahirkan, bila anda terkena flu jangan mencium dan
bersentuhan dengan bayi. Miminimalisirkan sepenuhnya kemungkinan yang akan
menularkan infeksi.

HIV / AIDS

Faktor Penghubung
1. Faktor Host ( Penjamu )
Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis
dan faktor sosiologis-gender. Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur
panggul wanita dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi wanita sifatnya
“masuk kedalam” dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh yang
bersangkutan. Adanya infeksi kronik akan memudahkan masuknya virus HIV. Mukosa
(lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami
perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya
infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial
wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan
rawan yang menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual,
dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
Namun saat ini penderita wanita dan laki-laki hampir sama yaitu 1 : 1 karena
banyak faktor penghubunga yang dapat menularkan penyakit HIV / AIDS dengan
mudah.
Status yang rawan terjangkit HIV :
(1) Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV
(2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda, karena maraknya
pergaulan bebas.
(3) PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya
(4) TKI/TKW
(5) Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
2. Faktor Agent (Penyebab)
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus dalam tubuh Pengidap HIV selalu
dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat Ditularkan selama
hidup penderita tersebut. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan
kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap Pengaruh lingkungan seperti air
mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan Dengan berbagai disinfektan seperti
eter , aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap
radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar
Tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan
otak.
3. Faktor Environment
Kondisi lingkungan dapat pula menjadi faktor penyebab penularan HIV. Kondisi
lingkungan yang selau berubah dapat menurunkan kondisi fisik manusia sehingga dia
rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent dapat
berkembang biak dengan pesat pada lingkungan tersebut yang menyebabkan
timbulnya penyakit. Seseorang yang tinggal dengan lingkungan orang-orang yang
terjangkit HIV akan beresiko lebih tinggi untuk tertular Virus HIV.
Lingkungan fisik, kimia, biologis berpengaruh terhadap HIV serta norma-norma
dalam masyarakat dapat mempengaruhi perilaku individu. Sebenarnya virus HIV tidak
tahan terhadap suhu panas, zat kimia (desinfektan) dan sebagainya. Oleh karena itu
HIV tidak mudah ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.
Bila lingkungan memberikan peluang pada perilaku seksual yang
“permisiveness” maka pelaku seksual yang aktif akan cenderung melakukan
promiskuitas, sehingga akan meningkatkan penyebaran HIV dalam masyarakat

Cara Pencegahan
1. Upaya pencegahan HIV/ AIDS jangka pendek adalah dengan KIE, memberi
kan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus HIV /
AIDS.
2. Menghindari kontak fisik dengan penderita yaitu pencegahan terhadap kontak darah.
3. Gaya hidup yang sehat seperti tidak memakai narkoba, tidak melakukan sex diluar
pernikahan.
4. Ibu hamil yang terkena virus HIV / AIDS akan menularkan kepada anak yang
dikandungnya sejak dalam kandungan. Sehingga disarankan mencegah agar tidak
terjadi penularan hanya dengan himbauan bahwa agar ibu tidak hamil.
5. Dalam memutuskan rantai virus, kondom sangat berperan dalam memutuskan mata
rantai penularan AIDS lewat jalur seksual.
6. Upaya pencegahan jangka panjang
7. Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS
adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan
norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual
yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung
jawab adalah :
- Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
- Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan tidak
terinfeksi HIV (monogamy).
- Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
- Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu
mitra seksual.
- Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
- Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
- Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
- Tidak melakukan hubungan anogenital.
- Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual

Candidiasis

Faktor Penghubung :
1. Faktor Host (Penjamu)
Usia muda merupakan faktor paling mudah menularkan penyakit apalagi
penyakit menular seksual, karena pada usia ini seseorang sedang berada dalam
semangat dan aktivitas yang tinggi sehingga beresiko tinggi.
Faktor jenis kelamin pada penyakit kadidiasis umumnya lebih sering terjadi
pada wanita yaitu candidiasis vaginalis menyerang vagiva akibat dari adanya
perubahan pH pada vagina, selain itu faktor imunologis juga berpengaruh karena
jika imun kita lemah maka dapat dengan mudah terserang penyakit kandidiasis
vaginalis. Walaupun memang tidak menutup kemungkinan akan terjadi pada pria.
Risiko tertular penyakit akan semakin besar bila suka berganti-ganti pasangan
atau memiliki pasangan baru, karena dengan mudah jamur candidiasis menular
dengan kontak fisik bersama penderita.
Alat kontrasepsi dalam rahim juga merupakan salah satu faktor pencetus
terjadinya kandidiasis vulvovaginalis, wanita yang menggunakan alat kontraspsi
dalam rahim akan mengalami perubahan flora vagina dan perubahan gejala klinis
candidiasis vulvovaginalis. Pengguna AKDR memiliki sel ragi secara signifikan
lebih dalam vagina (20%) dibandingkan non pengguna (6%). AKDR dapat memicu
kemampuan Candida albicans yaitu semua bagian dari AKDR yang ditanamkan
ini memungkinkan pembentukan biofilm ragi. Pada bagian-bagian yang ditutupi
dengan tembaga tampaknya berkontribusi untuk pertumbuhan sel ragi.
Konsentrasi tinggi dari sel ragi pada segmen AKDR menunjukkan pentingnya
segmen ini dalam pembentukan kolonisasi sel ragi, seperti ekor membuat
jembatan antara lingkungan eksternal, vagina yang terinfeksi oleh sel-sel ragi dan
pada saluran kelamin bagian atas tidak terdapat kolonisasi sel ragi. Penggunaan
berkepanjangan dari AKDR ini akan mempengaruhi flora servikovaginal, dan flora
tersebut akan menurun pada saat pelepasan dari AKDR tersebut.
2. Faktor Agent
Faktor biologis yang disebabkan oleh infeksi dengan kandida albican, suatu
jenis jamur gram positif yang mempunyai benang-benang pseudomiselia yang
terbagi-bagi dalam kelompok blastospores. Yang berbentuk lonjong bertunas,
berukuran 2x6 mikron, berwarna kuning dan berbau seperti ragi. Jamur ini secara
alami dapat ditemukan di rongga mulut dan alat pencernaan manusia, unggas dan
mamalia.
Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada
dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh akan bekerja
dengan cara memakan Candida. Sayangnya, antibiotik, pil pengontrol kehamilan,
kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan kemoterapi akan
membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga
menyebabkan jumlah Candida tidak terkendali. Saat pertumbuhannya berlebihan,
Candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan, berubah menjadi jamur, dan
membentuk struktur seperti akar yang disebut rizoid. Struktur rizoid dapat
menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang berukuran mikroskopik,
dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak tercerna,
serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah. Kondisi tersebut
disebut sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome). Kebocoran pada
dinding usus akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat menyebar ke
berbagai bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran
reproduksi, jantung, dan kulit.
Selain itu, Candidajuga dapat menyebabkan masalah menstrual dan
hipotiroid. Candida dapat memproduksi hormon estrogen palsu sehingga tubuh
menangkap sinyal bahwa produksi estrogen sudah mencukupi dan harus produksi
hormon tersebut dihentikan. Masalah lainnya adalah pengiriman sinyal
ke tiroid yang membuat produksi tiroksin dihentikan.
3. Faktor Environment
Faktor lingkungan yang mempengaruhi host dan agent dari penyakit
kandidiasis vaginalis adalah faktor sosial karena lingkungan di sekitar rumah
penderita kurang di jaga kebersihannya, sehingga mengakibatkan agent jamur
kandida albican dapat tumbuh dan menyebar dengan cepat di organ penderita,
selain itu faktor fisik terutama iklim juga mempengaruhi host dan agent karena jika
pada musim kemarau akan terjadi panas maka mengakibatkan kelembapan
sehingga respirasi meningkat.

Cara Pencegahan
1. Menjaga dan meningkatkan sistem imunitas, agar penyakit tidak dengan
mudahnya masuk kedalam tubuh.
2. Penderita dengan gangguan sistem imun yang mendapatkan pengobatan
antibiotika jangka panjang sebaiknya diberi juga obat antijamur.
3. Mengamati bayi baru lahir yang kemungkinan terinfeksi kandidiasis dari ibu yang
melahirkannya.
4. Memperbaiki sanitasi perorangan dan lingkungan merupakan pencegahan
penyebaran kandidiasis.
5. Menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap waktu. Selain itu, pada waktu-waktu
tertentu mereka yang berisiko tinggi juga dapat menggunakan obat kumur yang
mengandung klorhexidine.
6. Menjaga kebersihan organ intim dan keseimbangan kondisi flora (jamur baik)
dalam vagina. Gunakanlah celana dalam dari bahan katun yang membuat kondisi
tetap kering dan sirkulasi udara berlangsung baik. Gangguan jamur ini juga dapat
menyebar melalui hubungan seksual. Sehingga selalu gunakan pengaman saat
berhubungan intim.
7. Pencegahan candidiasis invasif dapat dilakukan dengan memberikan obat
antifungal pada mereka yang memiliki risiko tinggi.
Daftar Pustaka
Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular. Bandung : Alfabeta
Mandal, Bibhat. dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta : Penerbit Erlangga
N. D, Ahsani. 2014. Respon Imun Pada Infeksi Jamur. Jurnal Epidemiologi Penyakit Menular
Perpustakaan Nasional RI. 2009. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta : CV
Infomedika
Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta : CV Sagung Seto
Subowo. 2014. Imunologi Klinik. Jakarta : CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai