Anda di halaman 1dari 3

Mitigasi Kawasan Banjir Rob

Menurut prawira et al. (2014) Kenaikan permukaan air laut berdampak pada munculnya
bencana banjir rob. Banjir rob dapat menyebabkan terendamnya kawasan permukiman, dan
pertambakan. Ketinggian banjir rob yang meningkat setiap tahun berdampak pada peningkatan
luasan genangan yang ditimbulkan dan peningkatan kerugian ekonomi masyarakat. Oleh sebab
itu, diperlukan upaya mitigasi yang efektif berdasarkan faktor kerentanan banjir rob.
Seiring dengan pertumbuhan yang pesat, tingkat kerentanan yang juga semakin besar
sehingga secara otomatis meningkatkan potensi resiko terhadap bahaya banjir akibat kenaikan
permukaan air laut. Hal ini juga didukung oleh kurang efektifnya upaya mitigasi yang dilakukan
oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa kerugian
secara fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan apabila terjadi. Berkaitan
Berdasarkan hasil analisa terdapat 11 faktor kerentanan yaitu kepadatan bangunan yang
tinggi, kondisi jaringan jalan yang tergenang banjir rob, kurang optimalnya kondisi saluran
drainase, permukiman penduduk berada di dataran rendah, fasilitas umum yang tergenang banjir
rob, kepadatan penduduk yang tinggi, menurunnya pendapatan masyarakat pada sektor rentan,
berkurangnya kawasan resapan air, berkurangnya kawasan hutan mangrove, permukiman
penduduk berada di dataran rendah dan kawasan terbangun dibangun di lahan bekas rawa.
Berdasarkan faktor kerentanan tersebut didapatkan upaya mitigasi banjir rob yaitu pembangunan
tanggul, pintu air dan rumah pompa, penyediaan konsep rumah panggung, pengembangan
kawasan hutan bakau, penataan bangunan di sekitar pantai, pembentukan organisasi pemerintah
dan non pemerintah terkait bencana, penyediaan peta bahaya dan risiko serta penyediaan konsep
penataan ruang yang akrab bencana (Prawira, et al 2014).

Pengaruh kenaikan muka air laut terhadap efektifitas bangunan


Menurut Hakim et.al (2013) Berbagai jenis bangunan pantai mempunyai kelebihan masing masing baik
terhadap efektifitas penanggulangan pantai, unsur estetika, kemudahan pembangunan maupun jumlah
biaya yang diperlukan.

Pengaruh kenaikan muka air laut terhadap bangunan


Kenaikan muka air laut adalah fenomena fisik, prosesnya berlangsung secara bertahap. Secara
perlahan tetapi pasti menggenangi kawasan pantai yang cenderung semakin tinggi dan luas
(Putra, 2012).
Dampak langsung yang diakibatan oleh naiknya muka air laut terhadap bangunan adalah hilangnya fungsi
bangunan dan kerusakan fisik yang keduanya dapat dikomulasikan menjadi kerugian finansial
(ekonomis), karena selain adanya biaya yang harus disediakan untuk perbaikan juga hilangnya
kesempatan untuk melakukan aktivitas lainnya (Lasino, 2002).
Ada tiga aspek penting pengaruh banjir pada bangunan, yaitu terhadap sifat fisis, sifat mekanis dan kimia.
1. Pengaruh terhadap sifat fisis ini ditandai dengan adanya perubahan warna, pengelupasan lapis
permukaan dinding, penyerapan air, kelembaban dan porositas, yang sangat mengganggu tingkat
kenyamanan dari penghuni.
2. Sedangkan pengaruh terhadap sifat mekanik adalah menurunnya kekuatan komponen bangunan
akibat pengaruh air terutama untuk komponen organik yang kurang tahan terhadap pengaruh cuaca
atau kelembaban.
3. Selain perubahan fisis dan mekanis, adanya unsur kimia yang agresif seperti sulfat dan chlorida
sangat mempengaruhi terhadap stabilitas bangunan karena dapat menimbulkan korosi dan rusaknya
komponen terutama terhadap bahan bersemen dan besi, yang dalam jangka waktu tertentu akan
menjadi rapuh.

Rusaknya bangunan akibat genangan seperti yang telah diuraikan diatas, biasanya
ditandai dengan gejala secara fisis yang dapat dilihat dengan kasat mata seperti ;
1. Adanya bercak warna asing (putih, kuning, merah), yang tersebar pada permukaan dinding yang
tergenang sehingga dapat merusak secara arsitekturis atau keindahan bangunan.
2. Adanya pelapukan dan pengelupasan plesteran dinding akibat pengaruh garam sulfat yang terbawa oleh
rambatan air dari dasar bangunan, dimana setelah air menguap garam tertinggal dan lama kelamaan
menumpuk didaerah tersebut dan bereaksi dengan adukan,
Secara umum reaksi garam tersebut dapat dituliskan sebagai berikut ;

Pada umumnya pelapukan/pengelupasan ini terjadi mulai dari dasar dinding sampai dengan ketinggian 120
cm, karena pada ketinggian ini adalah batas kemampuan air untuk merambat dan kemudian mulai
menguap.
Kondisi ini biasanya terjadi lebih disebabkan oleh rendahnya mutu mortar yang kurang mempertimbangkan
terhadap pengaruh lingkungan atau garam sulfat.
3. Runtuhnya pasangan dinding akibat lapuknya mortar pada pasangan, maka akan membahayakan
kekuatan dinding secara menyeluruh karena hilangnya pengikat antar elemen bata sehingga bangunan
dapat roboh.
4. Tanda kerusakan lainnya yang banyak dijumpai adalah timbulnya retak struktural pada dinding akibat
gaya dorong dari aliran air dan pengaruh penurunan tanah setempat yang sangat membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai