Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................


Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah………………………………………. ................
C. Tujuan…………………………………….. .....................................
BAB II PEMBAHASAN………………………………………. ..................
A. Definisi Filsafat .................................................................................
B. Pancasila sebagai Sistem Filsafat ......................................................
C. Inti Sila-Sila Pancasila ......................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a) Apa definisi Filsafat ?
b) Bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat ?
c) Bagaimana intisari dari sila-sila Pancasila ?
C. Tujuan
a) Mengetahui definisi dari Filsafat
b) Mengetahui Pancasila sebagai sistem filsafat
c) Mengetahui intisari dari sila-sila Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein”


yang artunya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan”
atau “wisdom”. Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung makna cinta
kebijaksanaan. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung us aha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Ada tiga hal
yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a) Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
b) Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c) Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran
akan keterbatasan bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas.
Adapun aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang
adalah sebagai berikut:
1. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua
realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan)
dan terika pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme. Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan
spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek
manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi
dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sarna sekali
tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri
dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran di atas
adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda
(materi) sernata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan
akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar materi.
Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah).Khusus pada
manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut
aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi
dan nonmateri.
Manfaat Mempelajari Filsafat
a) Memperoleh kebenaran yang hakiki
b) Melatih kemampuan berfikir logis
c) Melatih berpikir dan bertindak bijaksana
d) Melatih berpikir rasional dan komprehensif
e) Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga diperoleh
keselarasan hidup
f) Menghasilkan tindakan yang bijaksana

B. Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan


pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan
hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father
kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani)
Pancasila sebagai sistem filsafat terdiri dari :
1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai yang merupakan
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar
dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa
materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak
jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menimbulkan
tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku
serta perbuatannya. Nilai-nilai pancasila merupakan buah hasil pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan dasar rakyat Indonesia tentang kehidupan yang dianggap
baik. Nilai-nilai Pancasila diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai
utama yaitu
a) Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari
Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran
agama dalam kitab suci
b) Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari
nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adatistiadat yang
baik) yang tersebar di seluruh nusantara.
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun ciri-ciri sistem yaitu :
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas
sendiri-sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan
adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
kesatuan Pancasila. Dimana setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya dan di antara sila satu dan lainnya tidak saling
bertentangan.
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida
Hirarkhis dan piramida menggambarkan hubungan sila-sila
Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi
sifatnya. Dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada
setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya. Pancasila
mendasarkan setiap silanya pada landasan : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat,
dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan
hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat
dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan, sila kedua sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga sifat dan
keadaan negara harus satu, sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat rakyat dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat
hirarkis dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi
Hal bermaksud bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila
lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi
oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang
mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilansosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
6. Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan.
Pancasila sebagai system filsafat adalah pengungkapan dari Filsafat
sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup hakikat
pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Filsafat ilmu adalah dua kata
yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran
ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat mengambil peran penting karena
dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja
(kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas
pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005).
7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Adapun fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

C. Inti Sila-Sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila


pancasila merupakan suatu sistem nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung
nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Adapun
nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap sila adalah sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa Negara
yang didirikan adalah sebagai perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk
tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral
penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga
Negara harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila ini dasari dan di jiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, serta
mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusia sebagai dasar
fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada hakikat manusia
yang susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan
makhluk sosial dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah
sebagai perwujudan dari sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
Negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok
agama. Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga
merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk Negara. Nilai
persatuan Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhan yang maha esa
dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa
nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious. Yaitu nasionalisme
yang bermodal ketuhanan yang maha esa, nasionalisme yang humanistik
yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam
segala aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi
sekarang ini
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat
Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kudrot manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk social. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang bersatu dan
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah
Negara. Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat
adalah merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sehingga dalam sila
kerakyatan tekandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup Negara.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13113358/PPKn_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_
FILSAFAT. Diakses pada tanggal 06 April 2019 pukul 12.05 WITA

http://fitridwilestari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/52895/2.+Pancasila+S
ebagai+Sistem+Filsafat.pdf. Diakses pada tanggal 06 April 2019 pukul 14.25
WITA

https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/31636/19170. Diakses pada


tanggal 06 April 2019 pukul 14.45 WITA

Anda mungkin juga menyukai