Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE

RUMAH SAKIT MATA UNDAAN SURABAYA


BULAN APRIL - JUNI 2014

TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT MATA UNDAAN SURABAYA

2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan health care system yang di dalamnya terdapat
sistem surveilans sebagai upaya pengendalian dan pencegahan yang di dalamnya
Rumah sakit mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
kesehatan masyarakat di Indonesia, karena rumah sakit merupakan fasilitas yang
padat karya dan padat teknologi. Peran strategis rumah sakit sangat diperlukan
untuk menghadapi transisi epidemiologi yang terjadi saat ini.
HAIs (Health-care associated infection) merupakan kejadian infeksi yang
didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien tidak
dalam masa inkubasi. Macam kejadian HAIs banyak di hubungkan karena
pemasangan alat, seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection),
VAP (Ventilator Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter (IV, Central) Related
Blood Stream Infection) dan IDO (Infeksi Daerah Operasi) karena tindakan
operasi. Karena HAIs, di identifikasi melalui kegiatan surveilans.
Media penularan utama dari sebagian besar bakteri atau virus penyebab
infeksi nosokomial adalah tangan-tangan personil medik yang terkontaminasi.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan
antiseptic pencuci tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient
safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi
strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five
moments for hand hygiene yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan
dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan
dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah
bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan
stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap
upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam
upaya pencegahan infeksi nosokomial.
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang bauk dan benar dianggap
sebagai penyebab utama infeksi nosocomial atau HAIs dan penyebaran

mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui


sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah (boyce dan pittet,
2002). Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan hand hygiene untuk
evaluasi kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim PPI RS Mata
Undaan Surabaya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Meningkatkan pemahaman tentang kebersihan tangan (hand hygiene).
1.2.2 Tujuan
1) Meningkatkan pengetahuan dalam melakukan cuci tangan (hand
hygiene) dengan handrub maupun handwash.
2) Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam kebersihan
tangan (hand hygiene).
3) Meningkatkan perilaku sehat dengan selalu melakukan cuci tangan
(hand hygiene) dengan 6 langkah dalam 5 moment.
BAB II HASIL
KEGIATAN

2.1 Kepatuhan Hand Hygiene RS Mata Undaan Surabaya


Audit hand hygiene merupakan cara yang dilakukan untuk
mengobservasi dan mengukur kepatuhan para petugas kesehatan dalam
melakukan hand hygiene yang merupakan perilaku mendasar dalam upaya
mencegah timbulnya infeksi silang. Dari pelaksanaan audit hand hygiene yang
dilaksanakan rutin setiap bulan di RS Mata Undaan Surabaya. Berikut ini laporan
kepatuhan hand hygiene pada setiap unit pelayanan kesehatan RS Mata Udaan
Surabaya bulan April – Juni 2014.

Gambar 2.1 Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RS Mata Undaan


Surabaya
Bulan April-Juni 2014

Berdasarkan data pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa angka kepatuhan


Hand Hygiene di RS Mata Undaan Surabaya pada bulan April-Juni 2014
menunjukkan peningkatan pada setiap bulannya. Pada bulan April (78,75%)
Mei (78.82%) dan pada bulan Juni (82%). Berikut ini angka kepatuhan Hand
Hygiene di RS Mata Undaan Surabaya berdasarkan ruangan :
Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan April – Juni 2014
Berdasarakan Ruangan

Gambar 2.2 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RS Mata Undaan Surabaya Bulan April-Juni 2014 Berdasarkan Ruangan
Berdasarkan data pada gambar 2.2. menunjukkan ruangan bahwa yang mempuyai angka kepatuhan hand hygiene mengalami
peningkatan disetiap bulanya yakni ruang Penunjang medis. Di ruang Rawat inap dan OK terjadi penurunan kepatuhan pada bulan Mei
tetapi meningkat pada bulan Juni, sedangkan di ruang rawat jalan terjadi peningkatan pada bulan Mei tetapi mengalami penurunan di
bulan Juni.
2.2. Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Profesi

Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan April-Juni 2014


Berdasarkan Profesi

Gambar 2.3 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RS Mata Undaan Surabaya Bulan April - Juni 2014.
Berdasarkan profesi kepatuhan hand hygiene berdasarkan mengalami penurunan
dan peningkatan (fluktuatif) pada bulan April-Juni 2014. Rata-rata angka kepatuhan
berdasarkan profesi mengalami penurunan pada bulan Maret dan mengalami
peningkatan pada bulan Februari. Profesi yang selalu mengalami peningkatan angka
kepatuhan hand hygiene pada bulan A p r i l - J u n i 2015 yaitu perawat, farmasi
dan PPDS

2.3 Kepatuhan Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment

Gambar 2.4 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan April-Juni 2014


Berdasarkan Moment
Berdasarkan data pada gambar 2.5 menunjukkan bahwa rata-rata angka
kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment, kepatuhan yang tertinggi pada moment ke
3 sebesar 75,7 % yaitu setelah kontak dengan cairan tubuh pasien dan yang terendah
pada moment ke 5 sebesar 69,9 % yaitu setelah keluar dari lingkungan pasien.
Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan April - Juni 2014
Berdasarkan Profesi

Gambar 2.5 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan April – Juni 2014 Berdasarkan Moment yang Dilakukan oleh Masing Profesi
Berdasarkan gambar 2.5 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
berdasarkan penerapan 5 moment dari masing-masing jenis profesi adalah sebagai
berikut :.
1. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi farmasi,
security, CS dan keluarga pasien adalah moment 1 yanitu sebelum kontak
dengan pasien
2. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi dokter,
perawat PPDS, petugas lab adalah moment 3 yaitu setelah tindakan aseptic
atau terkena cairan tubuh pasien
3. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi Gizi adalah
moment 4 yaitu setelah kontak dengan pasien.
4. Angka kepatuhan tertinggi berdasarkan moment pada profesi refraksionis
dan pengunjung adalah moment 5 yaitu setelah kontak dengan area sekitar
pasien.
5. Pada profesi Gizi, farmasi, refraksionist, CS, security dan pengunjung
tidak dapat diidentifikasi kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment
karena tidak semua moment dilakukan oleh masing-masing profesi
tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

Kepatuhan hand hygiene RS Mata Undaan Surabaya pada bulan April - Juni
2014 mengalami peningkatan disetiap bulanya pada periode tersebut.. Kepatuhan hand
hygiene tertinggi berdasarkan profesi pada bulan april- juni 2014 yaitu profesi
refraksionist sebesar 83% dan kepatuhan hand hygiene terendah pada profesi keluarga
pasien yaitu sebesar 56,04 %. Jika dilihat kepatuhan hand hygiene berdasarkan
moment maka didapatkan hasil moment ke 5 yang tertinggi yaitu setelah keluar dari
lingkungan pasien dan untuk moment yang terendah adalah moment ke 2 yaitu sebelum
tindakan aseptic/kontak dengan cairan pasien.

Anda mungkin juga menyukai